Manfaat Puasa Terhadap Pengaturan Mekanisme Kerja oleh Otak
Allah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain. Hal ini sesuai dengan Q.S. At-Tiin ayat 4 “Sesunguhnya kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya”. Salah satu kelebihan manusia ialah terletak pada otak yang cemerlang sebagai pusat kendali akal dan tubuh. Bersama dengan medula spinalis, otak membentuk susunan sistem saraf pusat pada manusia yang nantinya berfungsi menerima rangsangan dari sebagian besar tubuh. Rangsangan ini diolah untuk memberikan umpan balik pada seluruh bagian tubuh. Dengan kata lain, otak merupakan pusat kendali seluruh aktivitas tubuh manusia. Kinerja otak yang kurang prima akan menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan atau fungsi kerja pada tubuh. Satu dari beberapa faktor yang mempengaruhi kerja otak manusia salah satunya adalah berpuasa. Selain menjalankan rukun iman, aktivitas berpuasa akan memberikan berbagai dampak positif pada kinerja otak. Berpuasa akan mengakibatkan pembatasan jumlah kalori pada tubuh. Pembatasan kalori dalam tubuh dapat meningkatkan harapan hidup dan mencegah berbagai macam penyakit seperti kardiovaskuler dan Alzeimer. Selama puasa, ada beberapa hal yang terjadi di dalam tubuh, antara lain hipoglikemia (kadar glukosa rendah dalam darah). Keadaan hipoglikemia mendorong pembentukan beta hydroxybutyrate (beta-HBA) oleh hati yang berasal dari lemak tubuh. Beta hydroxybutyrate (beta-HBA) berfungsi sebagai sumber bahan bakar yang sangat efisien untuk otak manusia. Beta hydroxybutyrate (beta-HBA) menghasilkan jumlah ATP yang lebih besar dibandingkan dengan glukosa. Selain itu, beta hydroxybutyrate (beta-HBA) juga terbukti dapat meningkatkan kadar antioksidan dalam tubuh. Penigkatan kadar antioksidan akan mencegah penyakit kardiovaskuler dan Alzeimer (kepikunan pada usia lanjut) (Heilbronn and Ravussin, 2003). Keadaan hipoglikemi menimbulkan stresor pada otak. Hal ini mendorong terjadinya reaksi adaptasi pada otak. Reaksi otak sebagai akibat rendahnya kadar glukosa dalam darah adalah aktivasi neuro-circrcuits dan peningkatan produksi protein BDNF (brain-derived neurotropic factor) yang berfungsi sebagai faktor neurotropik. Faktor neurotropik berperan dalam perkembangan neuron otak dan memperkuat hubungan antara neuron yang satu dengan neuron yang lain (sinaps). Selain itu, faktor neurotropik akan mendorong pembentukan mitokondria pada
neuron otak. Berpuasa juga dapat menstimulasi pertumbuhan sel punca pada bagian hipocampus yang nantinya akan meningkatkan jumlah neuron pada otak. Peningkatan aktivitas sinaps pada neuron otak, jumlah mitokondria , serta jumlah neuron akan meningkatkan kemampuan daya ingat seseorang baik ingatan jangka panjang maupun ingatan jangka pendek serta meningkatkan keterampilan seseorang dalam mempelajari hal-hal yang baru (Zare et al., 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Heilbronn, L. K. and Ravussin, E. (2003) ‘Calorie restriction and aging : review of the literature and implications for studies in humans 1 – 3’. Zare, M., Abadi, B., Asghar, A., Farid, A. and Bahari, F. (2012) ‘The Effect of Islamic Fasting in Quran on Spiritual Intelligence And Happiness of Fasting Persons’, 1(3), pp. 66–70. doi: 10.5812/quranmed.8030.