MAKALAH PERUBAHAN SISTEM ENDOKRIN DAN MUSKULOSKELETAL DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS SGD (AKULUPA TADI APA) Topik: Fisiologi Masa Nifas Dosen Pembimbing : Rahma Dian H, SST, M.Keb
Disusun oleh: Nayla Nabilla Tahta Avwina Amir
(165070600111001)
Rhisma Rudiana Nur Hawani
(165070601111013)
Nafia Nur Handayani
(165070607111011)
Yessy Mulyanur Anggraeni
(165070607111003)
Annisa Rizky Aprillianna
(165070607111010)
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2018
1
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat NYA sehingga makalah yang berjudul “Perubahan Fisiologi Masa Nifas (Perubahan Sistem Endokrin dan Muskuloskeletal)” ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bimbingan dari Ibu Rahma Dian H, SST, M.Keb selaku Dosen Pembimbing dan teman-teman sebagai pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak sekali kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang dapat membangun dari pembaca dalam kesempurnaan.
Malang, 12 Oktober 2018
Penyusun
2
Daftar Isi
Kata Pengantar…...............................................................................................2 Daftar Isi….........................................................................................................3 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang…................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah..............................................................................5 1.3 Tujuan.................................................................................................5 Bab 2 Pembahasan 2.1 Fisiologi Endokrin Masa Nifas............................................................6 2.1.1 Perubahan Fisiologi Endokrin Masa Nifas....................................6 2.1.2 Manifestasi Klinis Endokrin..........................................................10 2.1.3 Organ yang dipengaruhi oleh Sistem Endokrin.......................... 2.1.4 Penatalaksanaan........................................................................ 2.2 Fisiologi Muskuloskeletal Masa Nifas.............................................. 2.2.1 Perubahan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal............................. 2.2.2 Manifestasi Klinis Muskuloskeletal............................................. 2.2.3 Organ yang dipengaruhi oleh Sistem Muskuloskeletal.............. 2.2.4 Penatalaksanaan........................................................................ Bab 3 Penutup 3.1 Kesimpulan....................................................................................... 3.2 Saran................................................................................................. Daftar Pustaka.................................................................................................
3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. Menurut laporan World Health Organization (WHO) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Beberapa negara memiliki AKI cukup tinggi seperti Afrika Sub-Saharan 179.000 jiwa, Asia Selatan 69.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Indonesia 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 26 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 29 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014).Tidak sedikit pula para ibu nifas yang kerap kali mengalami dampak dari masa nifas yaitu seperti anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat, depresi masa nifas dimana perubahan hormone mempengaruhi perilaku sang ibu, dan infeksi pada masa nifas (Sukarni, 2013). Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Selain itu, pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan kehamilan / persalinan. Periode masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena proses persalinan. Pada masa nifas, ada beberapa sistem dalam tubuh yang akan berubah salah satunya adalah perubahan sistem endokrin dan sistem muskuloskeletal dimana dalam sistem endokrin hormon ini mengendalikan atau memacu dalam pertumbuhan reproduksi, metabolisme, dan tingkah laku makhluk hidup. Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ (sebagai kelenjar sekresi internal) yang fungsi utamanya menghasilkan dan melepaskan hormon-hormon secara langsung ke aliran darah. Kemudian pada perubahan sistem muskleton terjadi pada saat umur kehamilan semkain bertambah.
4
Adaptasi muskuloskeletal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksai dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskoluskeletal akan berangsurangsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk
membantu
mencegah
komplikasi
dan
mempercepat
involusi
uteri.Sebagai proteksi sistem muskuloskeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (cavum thorax) yang dibentuk oleh tulang-tulang kostae (iga). Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat
umur
kehamilan
semakin
betambah.
Adaptasi
ini
mencakupi
peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum system muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Karena pentingnya pengetahuan mengenai perubahan fisiologis sistem endokrin dan sistem muskuloskeletal pada masa nifas, maka makalah ini dibuat sebagai pembelajaran bagi mahasiswa S1 Kebidanan dan pembaca.
1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perubahan fisiologi Sistem Endokrin dan Muskuloskeletal pada Masa Nifas? 2. Bagaimana Manifestasi Klinis Sistem Endokrin dan Muskuloskeletal? 3. Apa saja organ yang dipengaruhi oleh Sistem Endokrin dan Muskuloskeletal? 4. Bagaimana Penatalaksanaan umum dan sesuai kewenangan Bidan?
1.3. Tujuan 1. Untuk
menjelaskan
perubahan
fisiologi
Sistem
Endokrin
dan
Klinis
Sistem
Endokrin
dan
Muskuloskeletal pada Masa Nifas 2. Untuk
menjelaskan
Manifestasi
Muskuloskeletal. 3. Untuk menjelaskan organ apa saja yang dipengaruhi oleh Sistem Endokrin dan Muskuloskeletal 4. Untuk menjelaskan penatalaksanaan umum dan susuai kewenangan Bidan 5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Fisiologi Endokrin 2.1.1 Perubahan Fisiologi Sistem Endokrin 1. Oksitosin Oksitosin dikeluarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan kontraksi uterus dan pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus. (Kumalasari, 2015). Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi juga dapat merangang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. (Saleha, 2009). 2. Prolaktin Penurunan esterogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh glandula pituitari anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui, kadar prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam ovarium ditekan.(Kumalsari, 2015). Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium ke arah permulaan ola reproduksi esterogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi (Saleha, 2009). 3. Esterogen dan Progesteron Selama
hamil
volume
darah
normal
meningkat
walaupun
mekanismenya secara penuh belum belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat esterogen yang tinggi memperbesar hormon anti deuretik yang meningkatkan volume memengaruhi
otot
halus
darah. Di samping itu, progesteron yang
mengurangi
perangsangan
dan
peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat memengaruhi saluran kemih,
6
ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum, dan vulva, serta vagina. (Saleha, 2009). 4. Hormon Plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 postpartum. (Mansyur dan Dahlan, 2014) 5. Hormon Pituitary Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui penurunan dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.(Mansyur dan Dahlan, 2014) 6. Hipotalamik Pituitary Ovarium Seringkali
menstruasi
pertama
itu
bersifat
anovulasi
yang
dikarenakan rendahnya kadar estegen dan progesteron. Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama ovulasi dan unt6k wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama ovulasi. (Mansyur dan Dahlan, 2014) 2.1.2
Manifestasi Klinis Sistem Endokrin Sambas, E. K. 2016 mengatakan bahwa manifestasi klinis Sistem Endokrin, antara lain: 1. Oksitosin Selama tahap kala III persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin yang dapat membantu uterus kembali kebentuk normal. Oksitosin mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. . Pada proses pembentukan ASI, Oksitosin juga mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu.
7
Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection reflex. 2. Prolaktin Hormon
ini
berperan dalam
pembesaran payudara
untuk
merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 sampai 21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah permulan pola produksi estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel ovulasi dan menstruasi. Pada proses pembentukan ASI, Prolaktin berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan. Dalam fisiologi laktasi, prolaktin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh glandula pituitari. Hormon ini memiliki peranan penting untuk memproduksi ASI. Kadar hormon ini meningkat selama kehamilan. Kerja hormon prolaktin dihambat oleh hormon plasenta. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada akhir proses persalinan membuat kadar estrogen dan progesteron berangsur -ansur menurun sampai tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkannya prolaktin.
Sumber : Saleha (2009) Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa proses bekerjanya hormon dalam menghasilkan ASI adalah sebagai berikut: 1) Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirimkan pesan ke hipotalamus.
8
2) Ketika menerima pesan itu, hipotalamus melepas “rem” penahan prolaktin. 3) Untuk mulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari merangsang kelenjar – kelenjar susu di payudara. 3. Estrogen dan progesterone Estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
Pada proses pembentukan ASI, Estrogen menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap menyusui. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI. Kemudian Progesteron memengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini menstimulasi produksi secara besar-besaran. 4. Hormon plasenta Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Human chorionic gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari ke 7 postpartum dan sebagai omset pemenuhan mammae pada hari ke 3 postpatum. Penurunan hormone human plecenta lactogen (Hpl), estrogen dan kortiosol, serta placenta enzyme insulinasi membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya di capai kira-kira satu minggu pacapartum. Penurunan kadar ekstrogen berkaitan dengan pembekakan payudara dan dieresis ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Pada wanita yang tidak melahirkan tidak menyusui kadar ekstrogen mulai meningkat pada minggu ke 2 setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada postpartum hari ke 17.
9
Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI. 5. Hormon hipofisis dan fungsi ovarium Kadar proklatin serum yang tinggi pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi karena kadar hormone FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat. Kadar prolaktin meningkat secara pogresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke 6 setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia mendapatkan menstruasi. Sering kali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron. Di antara wanita laktasi sekitar 15 % memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi. 2.1.3
Organ yang dipengaruhi oleh Endokrin Masa Nifas
2.1.4
Penatalaksanaan Berdasarkan Standar Kompetensi Bidan 2011 terkait Postpartum,
Bidan memiliki pengetahuan yang diperlukan dalam memberikan asuhan postpartum yang komprehensif, berkualitas tinggi, dan tanggap budaya, antara lain : 1. Fisiologi dan proses laktasi dan kelainan umum yang biasa terjadi seperti bendungan payudara, ASI kurang dan penyulit lainnya. 2. Menyusui dini dan ASI Eksklusif untuk ibu dan anak
10
Bidan memiliki keterampilan yang diperlukan dalam memberikan asuhan postpartum yang komprehensif, berkualitas tinggi, dan tanggap budaya, antara lain: 1. Melakukan inisiasi menyusui dini, dan mendukung ASI Eksklusif 2. Mengajarkan ibu cara memerah ASI dan mengelola ASI perah 3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang seksualitas serta metoda kontrasepsi setelah melahirkan pada ibu dan keluarganya 4. Memberikan pelayanan kontrasepsi sebagai bagian integral dari asuhan postpartum.
2.2 Fisiologi Sistem Muskuloskeletal 2.2.1 Perubahan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu peralinan, setelah bayi lahir, secara berangsung-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamen rotundum menjadi kendor. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan. (Mansyur dan Dahlan, 2014) Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendur (Dewi dan Sunarsih, 2011). Sebagai putusnya serat-serwt elstik kulit dan distensi yang berlangsung lama akibat besarnya uterus pada saat hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Pemulihan dibantu dengan latihan. (Mansyur dan Dahlan, 2014). Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan-lahan (Saleha, 2009). 2.2.2
Manifestasi Klinis Sistem Muskuloskeletal Sambas, E. K. 2016 mengatakan bahwa manifestasi klinis sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum, antara lain : 1. Nyeri punggung bawah.
11
Gejala nyeri punggung bawah
pasca partum jangka panjang
sering terjadi. Hal tersebut disebabkan adanya ketegangan postural pada system musculoskeletal akibat posisi saat persalinan. 2. Sakit kepala dan nyeri leher. Gejala sakit kepala dan migrain bisa terjadi pada minggu pertama dan tiga bulan pasca partum. Gejala ini dapat mempengaruhi aktivitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum. 3. Nyeri pelvis posterior. Nyeri pelvis posterior ditunjukkan rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simpisis pubis yang ditandai nyeri diatas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior. 4. Disfungsi simpisis pubis Menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan disekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pervis dan memindahkan berat badan melalui pada posisi tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi dengan semestinya, akan terdapat fungsi pervis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanise, dapat mempengaruhi gaya berjalan serta dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat. 5. Diastasis rekti Pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilicus (Noble,1995) sebagai akibat pengaruh hormone terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, polihidramnion, kelembutan otot abdomen dan pstur yang salah. 6. Osteoporosis akibat kehamilan Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca partum. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakangan dan panggul, serta adanya hendaknya (tidak dapat berjalan), ketidak
12
mampuan
mengangkat
atau
menyusui
bayi
pasca
partum,
berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. 7. Disfungsi rongga panggul Disfungsi rongga panggul, meliputi: 1. Inkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. Masalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stress. 2. Inkontinensia alva disebabkan robeknya sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan. 3. Prolaps terdapat prolaps genetalia dan prolaps uterus. Prolaps genetalia dikaitkan dengan pervaginam yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pelvis. Sedangkan gejala prolaps uterus yaitu penderita merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah (saat berdiri).
2.2.3
Organ yang dipengaruhi oleh Muskuloskeletal Masa Nifas Selama hamil, dinding perut diregang lama, sedangkan kontur tulang belakang berubah karena pengaruh gravitasi dari perut yang membesar. Kadang ibu hamil mengalami diastasis otot-oto rektus abdominalis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis, dan kulit.(Astuti, et al.., 2015)
Sumber: Astuti, et al.., (2015)
13
Sumber: Astuti, et al.., (2015)
Sumber: Astuti, et al.., (2015)
Sumber: Astuti, et al.., (2015) Perubahan ini dapat menyebabkan nyeri kronis di bagian bokong, pinggang, dan menjalar ke kedua kaki. Salah satu cara koreksi yang mudah
adalah
dengan
menggunakan
penyangga
yang
mampu
menyokong bagian punggung hingga simfisis sekaligus.
14
Peregangan pada abdomen menyebabkan penambahan jaringan kolagen baru yang membentuk garis-garis merah (striae gravidarum). Setelah persalinan, kulit yang longgar dan kendur, butuh waktu berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan agar kencang kembali dan garis striae menipis tersamarkan. Tentu aja perut tidak boleh dibiarkan menggayut. Penggunaan korset dan latihan pengencangan perut akan mempercepat pemulihannya. (Astuti, et al.., 2015)
Sumber: Astuti, et al.., (2015)
2.2.4
Penatalaksanaan Penanganan pada nyeri punggung yaitu Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien. Penanganan nyeri pelvis posterior yaitu dengan pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri. Penanganan disfungsi simfisis pubis yaitu dengan tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat; latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai. 15
Penanganan diastasis rekti yaitu dengan melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan sehari–hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan. Penanganan disfungsi rongga panggul Inkontinensia urin yaitu dengan Terapi : selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan transversus sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot transversus selam melakukan aktivitas yang berat. Selama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar panggul dan transversus segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi. Inkontinensia alvi yaitu dengan cara merujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus Prolaps yaitu bila prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul (Sumber: belum)
16
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan Masa nifas merupakan masa dimana sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulam. Selama hamil, terjadi perubahan pada sistem tubuh wanita, diantaranya terjadi perubahan pada sistem reproduksi, sistem pencernaan, sistem perkemihan, sistem
musculoskeletal,
hematologi,
dan
sistem
perubahan
endokrin,
tanda-tanda
sistem vital.
kardiovaskuler,
Pada
masa
sistem
postpartum
perubahan- perubahan tersebut akan kembali menjadi seperti saat sebelum hamil. Sangat penting bagi Bidan dalam mengetahui secara menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium untuk menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas
pascapartum
dalam
jangka
panjang
dan
faktor-faktor
yang
berhubungan dengannya seperti obsterti, anastesi dan faktor social. Diharapkan kami dapat mengetahui bagaimana Perubahan Fisiologi Masa Nifas (Perubahan Sistem Endokrin dan Muskuloskeletal) sehingga dalam memberikan asuhan kebidanan dapat sesuai dengan tepat. 3.2 Saran Semoga dalam pembuatan makalah ini pada ibu post partum dapat mengetahui beberapa perubahan sistem endokrin dan sistem muskoskeletal sehingga dalam masa post partum ibu dapat memahami keadaannya.
Daftar Pustaka
17
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 81-82). Anisah, N., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta. Astuti, Sri, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas & Menyusui. Jakarta: Erlangga. Indonesia, P. P. I. B. (2014). Standar Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta: IBI. Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010
tentang
Izin
dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: Depkes RI. Kumalasari, Intan. 2015. Panduan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan Antenatal, Intranatal, Postnatal Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi. Jakarta: Salemba Medika. Mansyur, Nurliana dan A. Kasrida Dahlan. 2014. Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jawa Timur: Selaksa Media. Sambas, E. K (2016). PENGETAHUAN IBU POSTPARTUM DENGAN SEKSIO SESAREA MENGENAI PERAWATAN IBU NIFAS DI RUANG I RSUD Dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA. Jurnal Kesehatan Bkti Tunas Husada : Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan dan analis Kesehatan dan Farmasi, 16(1), 38-49. Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya: Yogyakarta. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. WHO, 2014. Maternal Mortality: World Health Organization. Widyasih Hesty , dkk. 2013. Perawatan Masa Nifas Cetakan 7. Fitramaya: Yogyakarta.
18