MAKALAH SEJARAH KERAJAAN BALI DAN KERAJAAN KALINGGA DISUSUN OLEH : NADYA AMALIA RACHMA NIKEN PUTRI ASY-SYIFA RAIHAN BAIHAKI RASYID
SMA NEGERI 24 BANDUNG 2019
0
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3 1.
LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 3
2.
RUMUSAN MASALAH ..................................................................................................... 3
3.
MAKSUD TUJUAN ............................................................................................................ 3
BAB II KERAJAAN KALINGGA ................................................................................................ 4 PROFIL KERAJAAN ................................................................................................................. 4 KEHIDUPAN SOSIAL............................................................................................................... 4 RAJA – RAJA YANG BERKUASA .......................................................................................... 5 ALASAN KEMUNDURAN KERAJAAN KALINGGA........................................................... 6 PENINGGALAN – PENINGGALAN KERAJAAN KALINGGA ........................................... 6 BAB III KERAJAAN BALI ........................................................................................................... 8 PROFIL KERAJAAN ................................................................................................................. 8 LETAK GEOGRAFIS ................................................................................................................ 8 KEHIDUPAN SOSIAL............................................................................................................... 8 RAJA – RAJA YANG BERKUASA .......................................................................................... 9 ALASAN KEMUNDURAN KERAJAAN BALI ...................................................................... 9 PENINGGALAN – PENINGGALAN KERAJAAN BALI ..................................................... 10 BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 12 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13
1
PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua. Dengan seizin-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali” ini. Makalah yang kami sajikan ini berupa suatu tulisan yang berisi informasi-informasi dan sejarah mengenai Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali. Dalam makalah ini, kami membahas letak geografis, kehidupan sosial, raja-raja yang berkuasa, alasan kemunduran dan peninggalan Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali. Maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Deni Dimiyati selaku guru Sejarah Wajib. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari bapak untuk menyempurnakan penyusunan makalah ini. Terakhir, kami selaku penyusun sangat mengharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat untuk semua orang yang membacanya.
Bandung, 5 Maret 2019
Penyusun
2
BAB I PENDAHULUAN 1.
LATAR BELAKANG Zaman semakin berkembang. Para kawula muda semakin disuguhkan dengan perkembangan teknologi dan barang-barang canggih lainnya. Tanpa sadar, kemajuan itu semakin mengikis kesadaran kita sebagai kaum muda yang memiliki tugas untuk melestarikan sejarah masa lalu kita. Kaum cendikiawan terus berupaya untuk mencari sejarah-sejarah lama dan menguaknya, namun semua tidak akan ada artinya saat kaum muda acuh tak acuh pada penemuannya. Maka dari itu, kami sadar bahwa harus ada suatu kaum yang berani melangkah untuk mengenal sejarah bangsanya sendiri. Karena itulah, makalah ini dibuat. Bukan hanya sebagai pemenuhan tugas dari Bapak Deni, namun juga sebagai implementasi atas upaya kita dalam melestarikan sejarah bangsa sendiri yang kian hari kian terlupakan.
2.
RUMUSAN MASALAH Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut. • Di mana letak geografis Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali? • Bagaimana kehidupan sosial di Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali? • Siapakah raja-raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali? • Mengapa Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh? • Apa saja peninggalan sejarah dari Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali? • Apa hubungan antara Kerajaan Kalingga dan Kerajaan Bali?
3.
MAKSUD TUJUAN Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memperluas pengetahuan kita dengan mengetahui seluk beluk dari kerajaan Kalingga dan juga Kerajaan Bali. Dimulai dari pendirinya sampai berakhirnya kedua kerajaan tersebut.
3
BAB II KERAJAAN KALINGGA PROFIL KERAJAAN Kerajaan Kalinga adalah kerajaan Budha pertama di Jawa. Ada pesisir Jawa Selatan, atau lebih tepatnya berada di Jepara. Kerajaan ini diperkirakan terbentuk pada sekitar abad ke 6 Masehi. Letak pusat kerajaan ini belum jelas tetapi diperkirakan berada di suatu tempat diantara Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pekalongan sekarang. Cerita pada zaman Dinasti Tang (618 M - 906 M) memberikan tentang keterangan bahwa Kalingga atau disebut Dhawa terletak di Lautan Selatan. Di sebelah utaranya terletak Ta Hen La (Kamboja), di sebelah timurnya terletak Po-Li (Pulau Bali) dan di sebelah barat terletak Pulau Sumatera. Sumber lain adanya Kerajaan Kalingga adalah dari Cerita Parahyangan. Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Bratasena. Sanaha dan Bratasena memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M). Setelah Maharani Shima meninggal pada tahun 732 M, Raja Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram. Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atauBumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran. Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Kalingga yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Kalingga didapat dari prasasti dan catatan dari Dinasti Tang. Pada tahun 752, Kerajaan Kalingga menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan Kalingga menjadi bagian dari jaringan perdagangan agama Hindu bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
KEHIDUPAN SOSIAL • Agama Kerajaan ini menganut 3 agama yaitu, Hindu, Budha, dan Kejawen. • Bahasa
4
Bahasa – bahasa yang berlaku di kerajaan ini antara lain, Bahasa Jawa Kuno, Melayu Kuno (Pada masa kekuasaan Sriwijaya), dan Bahasa Sansekerta
RAJA – RAJA YANG BERKUASA A. RAJA- RAJA KERAJAAN KALINGGA 1) SANTANU (632- 648). Santanu memiliki gelar Prabu Kirathasingha merupakan raja pertama dari kerajaan kalingga. 2) Selendra (648- 674). Memiliki gelar Prabu Kartikeyasingha sang Mokteng Mahamerwacala. Diketahui beliau wafat di Gunung Mahameru. 3) Maharani Sima (647- 695) Pada tahun 674 pimpinan Kerajaan Kalingga adalah Ratu Sima yang memiliki gelar Sri Maharani Suramardini Satyaputikeswara. Digambarkan sebagai sosok yang tegas, jujur dan taat terhadap aturan. Aturan yang ditetapkan oleh Ratu Sima terhadap kejahatan pencurian dilaksanakan dengan tegas dan seadil- adilnya. Aturan tersebut membuat warga patuh dan jujur. Menurut cerita yang berkembang, untuk menguji kejujuran rakyat Kalingga, seorang Raja dari negara asing pernah meletakkan sebuah kantung berisi emas di persimpangan jalan. Menurut sejarah, rakyat Kalingga tidak ada yang berani menyentuh kantung tersebut, paling tidak selama 3 tahun. Hingga pada akhirnya anak dari Ratu Sima sendiri yang tidak sengaja menyentuh kantung berisi emas tersebut dengan kakinya. Mengetahui hal tersebut Ratu Sima menjatuhkan hukuman mati kepada anaknya sendiri. Namun banyak yang menentang hukuman tersebut, dan memohon hukuman tersebut diperingan dengan hanya memotong kakinya saja, karena kakinya yang bersalah. Begitulah adilnya Ratu Sima, bahkan anaknya sendiri pun tidak segan ia beri hukuman yang berat apabila ia bersalah. Setelah wafatnya Ratu Sima pada 695 kerajaan kalingga terbagi menjadi 2 wilayah yaitu Utara dan Selatan. B. KALINGGA UTARA 1) Dewi Parwati (695- 717) Menikah dengan Prabu Mandiminyak dan dikarunai seorang anak perempuan bernama Dewi Sannaha. Kemudian setelah wafat, Dewi Sannaha menggantikan ibunya menduduki tahta. 2) Dewi Sannaha (717- 732) Sannaha menikah dengan Bratasenawa yang merupakan raja ketiga dari Kerajaan Galuh. Mereka memiliki putra yang bernama Sanjaya yang nantinya menjadi raja di Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. C. KALINGGA SELATAN 1) Narayana (695- 732) Prabu Narayana wafat, kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sang Prabu Dewa Singha. 2) Dewa Singha Ketika Prabu Dewa Singha memerintah Kalingga Selatan, wilayahnya tersebut tunduk dibawah kekuasaan Sanjaya yang merupakan anak dari Dewi Sannaha. 5
ALASAN KEMUNDURAN KERAJAAN KALINGGA Faktor yang mempengaruhi runtuhnya Kerajaan Kalingga bukan hanya tergantinya agama Hindu Budha. Setelah wafatnya Ratu Sima, dari situlah mulai terlihat runtuhnya Kerajaan Kalingga. Kemunculan kerajaan Sriwijaya yang menyerang Kalingga. Sebagaimana isi dari Prasasti Kota Kapur, Maharaja sriwijaya menghendaki penyerangan terhadap Bumi Jawa. Karena serangan tersebutlah Kalingga dapat dikalahkan dan menjadi taklukan Kerajaan Sriwijaya.
PENINGGALAN – PENINGGALAN KERAJAAN KALINGGA a)
Prasasti Tukmas Ditemukan di Kecamatan Grabak, Magelang, Jawa Tengah. Ditulis dengan huruf Pallawa, bahasa Sansekerta dan di dalamnya terdapat beberapa pahatan gambar trisula, kendi, kapak, cakra dan kelasangka serta bunga teratai.
b) Prasasti Sojomerto Ditemukan di wilayah Kabupaten Batang, Dusun Sojomerto. Isinya menggunakan huruf Kawi dengan bahasa Melayu Kuno. Prasasti Sojomerto dibuat pada abad 7 Masehi dan isinya menceritakan keadaan keluarga Kerajaan Kalingga. Dalam prasasti ini, disebutkan bahwa pendiri Kerajaan Kalingga adalah Dapunta Syailendra yang juga memerintah Mataram Kuno sehingga dipercaya Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno memiliki hubungan erat. c)
Prasasti Upit Ditemukan di Desa Ngawen, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaren. Menceritakan tentang Kampung Upit yang bebas pajak karena mendapat anugerah dari Ratu Shima. Saat ini prasasti Upit di abadikan di Museum Purbakala, Jawa Tengah di Prambanan Klaten.
d) Candi Angin Terletak di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Jepara, Jawa Tengah. Candi ini diberi nama Candi Angin karena letaknya di dataran tinggi yang berembus angin kencang, namun tetap kokoh. Diperkirakan candi Angin di dirikan pada waktu sebelum pembangunan Candi Borobudur. Dengan tidak adanya ornamen hindu-budha diperkirakan candi ini dibuat sebelum kebudayaan hindu-budha bercampur dengan kebudayaan asli dari jawa. e)
Candi Bubrah Bubrah artinya luluh lantah. Dinamakan Bubrah karena saat ditemukan, candi ini dalam keadaan luluh lantah di sekitar daerah Candi Angin. Diduga dibangun pada abad 9 Masehi dengan kebudayaan budha yang kental. Candi ini terbuat dari bantu andesit dengan ukuran tinggi dan lebar 12 meter, namun sekarang hanya tersisa 2 meter. 6
Prasasti Tukmas
Prasasti Sojomerto
Candi Angin
Prasasti Upit
Candi Bubrah
7
BAB III KERAJAAN BALI PROFIL KERAJAAN Kerajaan Bali merupakan salah satu bagian dari sejarah kehidupan masyarakat bali secara keseluruhan. Bagian pemerintah kerajaan di Bali juga beberapa kali berganti mengingat pada masa itu, terjadi banyak pertikaian antara kerajaan yang memperebutkan daerah kekuasaan mereka. Kerajaan pertama Bali pada saat itu bernama Kerajaan Bedahulu dan di lanjutkan oleh kerajaan Majapahit. Meskipun tidak banyak yang tahu tentang sejarah kerajaan Bali, yang pasti adalah kerajaan Bedahulu atau biasa juga di sebut Bedulu merupakan kerajaan awal yang muncul di Bali. Kerajaan yang terpusat di Pajeng atau Bedulu, Gianyar , Kerajaan Bali ini berdiri pada sekitar abad ke-8 hingga abad ke-14. Konon katanya kerajaan ini di perintah oleh salah satu kelompok bangsawan yang bernama Dinasti Warmadewa dengan Sri Kesari Warmadewa sebagai raja pertamanya.
LETAK GEOGRAFIS Kerajaan Bali terletak disebuah pulau kecil di timur Pulau Jawa yang bernama Pulau Bali. Meski letaknya tidak pasti, beberapa sumber mengatakan awal mula Kerajaan Bali ialah Kerajaan Bedulu. Kerajaan Bedulu adalah kerajaan yang berpusat di Pejeng atau Bedulu, Gianyar.
KEHIDUPAN SOSIAL •
• • • •
Agama Agama yang dianut sebagian besar rakyat Buleleng adalah Hindu Syiwa. Tradisi megalitik juga masih kental, terbukti dengan punden berundak di sekitar Pura Hindu. Agama Budha (daerah Pejeng, Bedulu, dan Tampaksiring) berkembang setelah kekuasaan Raja Udayana. Sistem Kasta (Catirwarna) Sesuai kebudayaan Hindu, namun rakyat di luar kasta disebut Budak atau Njaba. Sistem Kesenian Ada sistem kesenian Keraton dan sistem kesenian Rakyat Sistem Hak Waris Anak lelaki lebih besar dibanding perempuan. Ekonomi Prasasti– prasasti Kerajaan Bali banyak memuat tentang kegiatan bercocok tanam. Itu membutikan bahwa kegiatan ekonomi masyarakat Bali bergantung pada sektor pertanian. Banyak istilah yang dikenal seperti sawah, sawah parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (lading) dan Kasuwakan (irigasi). Kegiatan kegiatan lain diluar 8
sektor pertanian juga ditemukan seperti Pande (pengrajin) yang pandai membuat perhiasan dan peralatan rumah tangga, Undagi yang pandai memahat dan membuapatung, dan pedagang (terdapat dalam Prasasti Banwa Bharu).
RAJA – RAJA YANG BERKUASA • • • • • • •
Sri Kesari Warmadewi (914 M) Ratu Sri Ugrasena (915–942 M) Tabanendra Warmadewa (975–967 M) Jayasingha Warmadewa (967–975 M) Jayashadu Warmadewa (975–983 M) Sri Wijaya Mahadewi (983–1001 M) Dharma Udayana Warmadewa (1001–1011 M) Pada pemerintahan Udayana, Kerajaan Bali mengalami kejayaan. Ia memerintah bersama permaisurinya, yaitu Mahendradatta, anak dari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Sebelum naik takhta, diperkirakan Udayana berada di Jawa Timur sebab namanya tercantum dalam prasasti Jalatunda. Setelah pernikahan itu, pengaruh kebudayaan Jawa di Bali makin berkembang. Misalnya, Bahasa Jawa Kuno mulai digunakan untuk penulisan prasasti dan pembentuk dewan penasihat seperti di pemerintahan kerajaan-kerajaan Jawa mulai dilakukan. Udayana memerintah bersama permaisurinya dari tahun 1001 M, karena pada tahun itu Gunapriya mangkat dan didharmakan di Burwan. Udayana meneruskan pemerintahannya hingga tahun 1011 M. Setelah mangkat, ia dicandikan di Banuwka. Hal ini didasarkan pada prasasti Air Hwang (1011) yang hanya menyebut nama Udayana sendiri. Menurut prasasti Ujung (Hyang), Udayana setelah mangkat dikenal sebagai Batara Lumah di Banuwka. Raja Udayana mempunyai tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Airlangga tidak pernah memerintah di Bali karena menjadi menantu Dharmawangsa di Jawa Timur.
• • • •
Maraka (1011–1022) Anak Wungsu (1049–1077) Jaya Sakti (1133–1150 M) Bedahulu (1343 M)
ALASAN KEMUNDURAN KERAJAAN BALI Kerajaan Bali mengalami kejatuhan akibat siasat dari Mahapatih Gajah Mada. Gajah Mada dari Majapahit pada waktu itu sedang memperluas ekspansinya ke Nusantara. Awalnya, ia mengajak Raja Bali untuk berunding mengenai penyerahan Kerajaan Bali ke tangan Kerajaan Majapahit, karena itulah Patih Kebo Iwa dari Kerajaan Bali dikirim ke Majapahit untuk perundingan damai. Akan tetapi, sesampainya di sana, Kebo Iwa dibunuh tanpa sepengetahuan Kerajaan Bali, 9
kemudian Majapahit mengirim Gajah Mada yang berpura-pura mengajak berunding, akan tetapi kemudian ia membunuh Raja Gajah Waktra sehingga Kerajaan Bali berada di dalam Kerajaan Majapahit.
PENINGGALAN – PENINGGALAN KERAJAAN BALI A) Prasasti Blanjong Prasasti Blanjong (atau Belanjong) adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913 M), dan dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa. Prasasti Blanjong ditemukan di dekat banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar, Bali. Bentuknya berupa pilar batu setinggi 177 cm, dan bergaris tengah 62 cm. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam huruf; yaitu huruf Pra-Nagari dengan menggunakan bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan menggunakan bahasa Sanskerta. B) Pura Tirta Empul Terletak di daerah Tampaksiring Bali dibangun pada tahun 967 M (Tahun Caka : 889) oleh raja Sri Candrabhaya Warmadewa. Pura atau Tempat suci ini, digunakan beliau untuk melakukan hidup sederhana, lepas dari keterikatan dunia materi, melakukan tapa, brata, yoga, semadi, dengan spirit alam sekitarnya. Secara etimologi bahwa Tirta Empul artinya air yang menyembur keluar dari tanah. Maka Tirta Empul artinya adalah air suci yang menyembur keluar dari tanah. Air Tirta Empul mengalir ke sungai Pakerisan. Sepanjang aliran sungai ini terdapat beberapa peninggalan purbakala. Air suci yang ada di pura ini, sebagaimana disebutkan dalam purana bali dwipa, berfungsi untuk memusnahkan racun yang disebarkan oleh Mayadenawa. Sehingga Pura Tirta Empul ini digunakan untuk upacara melukat seperti penjelasan dalam tata cara melukat / meruwat di Pura Tirta Empul, Tampak Siring. C) Pura Penegil Dharma Sejarah pendirian pura ini dimulai pada 915 Masehi yang keberadaan pura ini berkaitan dengan sejarah panjang Ugrasena, salah seorang anggota keluarga Raja Mataram I dan kedatangan Maha Rsi Markandeya di Bali. D) Candi Padas di Gunung Kawi Candi Gunung Kawi atau Candi Tebing Kawi Terletak di Sungai Pakerisan, Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, Indonesia. Candi ini sangat unik karena biasanya candi berupa batuan utuh yang terbuat dari bata merah atau batu gunung, namun candi ini tidak seperti itu melainkan pahatan di dinding tebing batu padas ditepi sungai. Nama Gunung Kawi itu sendiri konon berasal dari kata Gunung dan Kawi. Gunung berarti Gunung atau Pegunungan
10
dan Kawi Berarti Pahatan Jadi Candi Gunung Kawi berarti Candi yang dipahat di atas gunung. E) Candi Yeh Mangenin Candi Yeh Mangenin terletak di Banjar, Sarasada, Desa Tampaksiring. Candi Yeh Mangenin Dibangun pada lembah sungai Pakerisan yang agak dalam dengan tebingtebing nya yang agak terjal. Candi ini di dirikan pada lereng tebing sebelah Timur yang merupakan saksi sejarah masa lalu (Bali Kuno, 10-13 M).
Prasasti Blanjong
Pura Tirta Empul
Candi Padas
11
Pura Penegil Dharma
BAB IV PENUTUP Kerajaan Bali terletak di sebuah pulau yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur, tepatnya di sebelah timur Pulau Jawa, maka dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Pulau Jawa. Ketika kerajaan Majapahit runtuh, banyak dari rakyat Majapahit yang melarikan diri kemudian menentap di Bali. Sehingga sampai saat ini masih ada kepercayaan bahwa sebagian dari masyarakat Bali adalah pewaris tradisi Majapahit. Kerajaan Bali adalah sebuah kerajaan yang terletak di sebuah pulau berukuran kecil yang tak jauh dari Pulau Jawa dan berada di sebelah timur. Kerajaan ini berada di sebuah pulau kecil yang dahulu masih dinamakan dengan Pulau Jawa sehingga bisa dikatakan pulau ini masih dianggap sebagai bagian dari Pulau Jawa. Kerajaan ini pada umumnya menganut kepercayaan berupa agama Hindu walau pada perkembangannya nanti ternyata tidak hanya agama Hindu yang dominan, tapi juga kepercayaan-kepercayaan seperti animisme dan dinamisme. Kerajaan Kalingga adalah kerajaan yang termasuk kurang jelas informasinyanya. Sebagai sebuah kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa Tengah kerajaan Ho-ling ini memiliki pertalian yang erat dengan Kerajaan Galuh. Dibawah kepemimpinan Ratu Shima yang sangat disiplin serta menjunjung tinggi peraturan kerajaan Hindu ini mencapai puncak kejayaan. Hal ini membuat kerajaan-kerajaan lain di sekitar Kalingga menaruh rasa hormat dan segan terhadap sang ratu. Kehidupan masyarakat Kalingga selama pemerintahan Ratu Shima juga sangat makmur dan bahagia. Ini dikarenakan sang ratu sangat memperhatikan perkembangan ekonomi rakyatnya. Sebagai bukti nyata Ratu Shima selalu berusaha mengembangkan sistem irigasi dan pertanian bagi rakyat Kalingga. Suatu kepemimpinan yang patut untuk ditiru dan dijadikan suri tauladan bagi seluruh kerajaan-kerajaan yang ada di tanah Jawa.
12
DAFTAR PUSTAKA https://www.kaskus.co.id/thread/59905376dbd770c8068b456d/sejarah-kerajaan-bali-kuno/ http://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-bali-sejarah-raja-dan-peninggalan-beserta-kehidupanpolitiknya-secara-lengkap/ http://www.bukusekolah.org/2016/12/peninggalan-kerajaan-bali.html https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-kalingga-sejarah-masa-kejayaan-runtuhnya/ https://iwanlukman.blogspot.com/2018/11/kerajaan-kalingga-kerajaan-holing.html https://www.sejarahindonesia.web.id/tag/letak-geografis-kerajaan-bali/ https://www.zonasiswa.com/2015/05/sejarah-kerajaan-bali-kehidupan-politik.html https://antoksoesanto.blogspot.com/2015/03/runtuhnya-kerajaan-kalingga.html https://pustaka-s.blogspot.com/2017/12/kerajaan-kalingga-632-732.html https://www.sejarahindonesia.web.id/tag/letak-geografis-kerajaan-bali/
13