A. Sejarah ‘Aisyiyah Kata ‘Aisyiyah berasal dari bahasa arab , dari kata aisyah dan mendapat imbuhan yah. Sebutan Aisyah disini adalah nama isteri Nabi Muhammad saw, yaitu siti Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shidiq. Kata “yah” dalam bahasa arab disini adalah “yah” nisbah yang artinya “membangsakan”. Jadi ‘Aisyiyah berarti pengikut Siti Aisyah r.a. yang berusaha mencontoh dan meneladani cara-cara hidup Siti Aisyah r.a. Adapun secara terminologi atau istilah , ‘Aisyiyah adalah suata organisasi wanita dalam muhammadiyah yang mempunyai maksud dan tujuan sebagaimana maksud dan tujuan muhammadiyah. Organisasi ini semula merupakan kelompok anak-anak yang senang berkumpul lalu diberi bimbingan oleh K.H. Ahmad Dahlan dan Nyai Ahmad Dahlan dengan pelajaran agama. Di antara mereka itu terdapat beberapa orang yang dipersiapkan untuk menjadi wanita Muhammadiyah, yakni Siti Baryiah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro (putri beliau sendiri), Siti Wadingah dan Siti Badilah Zuber. Meskipun mereka itu masih kecil dan paling tinggi 15 tahun, oleh K.H.Ahmad Dahlan sudah diajak berpikir tentang kemasyarakatan. Demikianlah perhatian beliau begitu besar tentang wanita setelah mendirikan Muhammadiyah. Dalam perkembangan selanjutnya, kelompok pengajian anak-anak ini kemudian diberi nama Sopo Tresno dan belum merupakan bentuk organisasi utuh, akan tetapi masih terbatas sebagai gerakan pengajian semata. Kemudian timbul pemikiran tentang perlunya pemberian nama pada kelompok ini. Maka diadakan pertemuan antara K.H. Mukhtar, K.H. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusuma, K.H. Fachruddin dan pengurus Muhammadiyah yang lain di rumah Nyai Ahmad Dahlan saat itu ada usulan nama untuk kelompok ini diberi nama FATIMAH, tapi usulan ini tidak diterima oleh rapat kemudian oleh K.H Fachruddin diusulkan nama ‘Aisyiyah. Tampaknya nama inilah yang paling tepat sebagai organisasi wanita yang baru itu. Nama ini dipandang tepat karena diharapkan perjuangan perkumpulan ini dapat meniru Siti ‘Aisyiyah istri Nabi Muhammad SAW, yang selalu membantu berdakwah. Setelah nama itu disetujui secara aklamasi, lalu diadakan peresmian pada tanggal 27 Rajab 1335 H atau 19 Mei 1917 M bersamaan dengan peringatan Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad Saw. Peringatan ini baru pertama kali diselenggarakan oleh Muhammadiyah. Pada waktu itu tempat duduk murid-murid wanita dan ibu-ibu dipisahkan dengan kelambu berwarna merah jambu. Selanjutnya, K.H.
Mukhtar memberi bimbingan administrasi dan organisasi, sedang untuk bimbingan jiwa keagamaannya dibimbing langsung oleh KH A. Dahlan. Pesan Kiyai Dahlan setelah kepengurusan ‘Aisyiyah secara resmi terbentuk ialah sebagai berikut: 1. Dengan keikhlasan hati menunaikan tugasnya sebagai wanita Islam sesuai dengan bakat dan percakapannya, tidak menghendaki sanjung puji dan tidak mundur selangkah karena dicela. 2. Penuh keinsyafan, bahwa beramal itu harus berilmu. 3. Jangan mengadakan alasan yang tidak dianggap sah oleh Tuhan Allah hanya untuk menghindari suatu tugas yang diserahkan. 4. Membulatkan tekad untuk membela kesucian agama Islam. 5. Menjaga persaudaraan dan kesatuan kawan sekerja dan peperjuangan. Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, ‘Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak dengan nama Frobel, yang merupakan Taman Kanak-kanak pertama kali yang didirikan oleh bangsa Indonesia. Selanjutnya, taman kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia. Adapun susunan kepengurusan ‘Aisyiyah pada saat itu ditetapkan sebagai berikut. Ketua
: Siti Bariyah
Penulis
: Siti Badillah
Bendahara :
Siti Aminah Harowi
Pembantu
Ny. H. Abdullah, Ny. Fatimah Wasol, Siti Dawingah, Siti Dalalah,
:
Siti Dawimah dan Siti Busyro. Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan ‘Aisyiyah dicanangkan dengan mengadakan pemberantasan buta huruf pertama kali, baik buta huruf arab maupun latin pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini
para peserta yang terdiri dari para gadis dan
ibu- ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan dan
peningkatan partisipasi perempuan dalam dunia publik. Selain itu, pada tahun 1926, ‘Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama Suara ‘Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan
Bahasa Jawa. Melalui majalah bulanan inilah ‘Aisyiyah antara lain
mengkomunikasikan semua program dan kegiatannya termasuk konsolidasi internal organisasi.
Dalam hal pergerakan kebangsaan, ‘Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut memprakarsai dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hal ini, ‘Aisyiyah bersama dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu. ‘Aisyiyah berkembang semakin pesat dan menemukan bentuknya sebagai organisasi wanita modern. ‘Aisyiyah mengembangkan berbagai program untuk pembinaan dan pendidikan wanita. Diantara aktivitas ‘Aisyiyah ialah Siswa Praja.Wanita bertugas membina dan mengembangkan puteri- puteri di luar sekolah sebagai kader ‘Aisyiyah. Pada Kongres Muhammadiyah ke-20 tahun 1931 Siswa Praja Wanita diubah menjadi Nasyi'atul ‘Aisyiyah (NA). Di samping itu, ‘Aisyiyah juga mendirikan Urusan Madrasah bertugas mengurusi sekolah atau madrasah khusus puteri, Urusan Tabligh yang mengurusi penyiaran agama lewat pengajian, kursus dan asrama, serta Urusan Wal'asri yang mengusahakan beasiswa untuk siswa yang kurang mampu. Selain itu, ‘Aisyiyah pada tahun 1935 juga mendirikan Urusan Adz-Dzakirat yang bertugas mencari dana untuk membangun Gedung '‘Aisyiyah dan modal mendirikan koperasi. Perkembangan ‘Aisyiyah selanjutnya pada tahun 1939 mengalami titik kemajuan yang sangat pesat. ‘Aisyiyah menambah Urusan Pertolongan (PKU) yang bertugas menolong kesengsaraan umum. Oleh karena sekolah-sekolah putri yang didirikan sudah semakin banyak, maka Urusan Pengajaran pun didirikan di ‘Aisyiyah. Di samping itu, ‘Aisyiyah juga mendirikan Biro Konsultasi Keluarga. Demikianlah, ‘Aisyiyah menjadi gerakan wanita Islam yang mendobrak kebekuan feodalisme dan ketidaksetaraan gender dalam masyarakat pada masa itu, serta sekaligus melakukan advokasi pemberdayaan kaum perempuan.
B. Susunan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah periode 2015 - 2020 Ketua Umum Ketua Ketua Ketua Ketua Ketua Ketua
: Nurdjannah Djohantini : 'Aisyah : Masyitoh : Shoimah Kastolani : Atikah : Latifah : Susilaningsih
Sekretaris Umum : Diyah Siti Nur'aini Sekretaris : Tri Hastuti Sekretara : Rohimi Zamzan Bendahara Umum : Evi Shofia Inayati Bendahara : Susilahati Majelis dan Lembaga 1. Majelis Tabligh Ketua : Cholifah 2. Majelis Kesehatan Ketua : Chairu Nisa 3. Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Ketua : Fitni Wilis 4. Majelis Kesejahteraan Sosial Ketua : Esty Martiana 5. Majelis Pendidikan Tinggi Ketua : St Muslimatun W 6. Majelis Kader Ketua : Salmah Orbayyinah 7. Majelis Ekonomi Ketua : Tuti Sumarningsih 8. Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Ketua : Atiyatul Ula 9. Lembaga Pengembangaan dan Pengkajian Ketua : Alimatul Qibtiyah 10. Lembaga Kebudayaan Ketua : Mahsunah Syakir 11. Lembaga Lingkungan Hidup dan Kebencanaan Ketua : Nurni Akma
C. Anggaran dasar ‘aisyiyah Pasal 2 : Identitas ‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi munkar yang berazaskan Islam serta bersuber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pasal 4 : Pendirian ‘Aisyiyah didirikan oleh K.H.A Dahlan pada tanggal 21 Rajab 1335 H bertepatan dengan tanggal 19 Mei 1917 di Yogyakarta untuk waktu yang tidak terbatas. Pasal 6 : Tujuan Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
D. Tujuan aisyiyah Tegaknya agama islam dan tErwujudnya masyarakat islam yang sebenar-benarnya. Landasan idiil 1) Landasan idiil ‘Aisyiyah / muhammadiyah tersirat dalam pokok pikiran muqoddimah anggaran dasar muhammadiyah : a. Pokok pikiran pertama : hidup manusia harus berdasarkan tauhid (meng_Esakan b. c.
Allah) bertuhan, beribadah serta tunduk dan taat hanya kepada allah Pokok pikiran Kedua : hidup manusia itu bermasyarakat. Pokok pikiran ketiga : hanya hokum allah yang sebenar-benarnya lah satu-satunya yang dapat di jadikan sendi untuk embentuk probadi yang utama dan mengatur ketertiban hidup bersama (bermasyarakat) dalam menuju hidup bahagia dan
d.
sejahtera yang hakiki di dinia dan akhirat Pokok pikiran keempat : berjuang menegakkan dan menunjung tinggi agama islam untuk meujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya adalah wajib, sebagai
e.
ibadah kepada allah, berbuat ikhsan dan islah kepada manusia atau masyarakat. Pokok pikiran kelima : Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, hanyalah akan dapat berhasil dengan mengikuti jejak (ittiba’) perjuangan para Nabi terutama perjuangan Nabi Besar Muhammad Saw.
f.
Pokok pikiran keenam : Perjuangan mewujudkan pokok pikiran tersebut hanyalah akan dapat dilaksanakan dengan sebagik-baiknya dan berhasil, bila dengan cara berorganisasi.
g.
Organisasi adalah satu-satunya alat atau cara perjuangan yang sebaik-baiknya. Pokok pokiran ketujuh : Pokok pikiran-pokok pikiran/prinsip-prinsip/pendirian-
pendirian seperti yang diuraikan dan diterangkan di muka itu, adalah yang dapat mewujudkan, keyakinan dan cita-cita hidupnya terutama untuk mencapai tujuan yang menjadi cita-citanya, ialah terwujudnya masyarakat adil dan makmur lahir batin yang diridai Allah, ialah MASYARAKAT ISLAM YANG SEBENARBENARNYA. 2) Landasan idiil yang menjadi ”pokok pikiran berdirinya ‘aisyiyah” tersirat dalam muqoddimah anggaran dasar ‘aisyiyah : a. Pokok pikiran pertama : perasaan nikmat beragama yang akan membawa masyarakat b.
sejahtera. Pokok pikiran kedua : cara menuju masyarakat sejahtera di atur dalam peraturan yang bernama agama islam yang memimpin kepada tujuan kebahagiaan dunia
c.
akhirat. Pokok pikiran ketiga : tiap manusia, khususnya muslim, wajib menciptakan
d.
masyarakat sejahtera Pokok pikiran keempat untuk mengefisiensikan kerja tiap individu dalam menciptakan masyarakat sejahtera, perlu di bentuk alat yang berupa organisasi.
e.
Organisasi ini bernama ‘aisyiyah. Pokok pikiran kelima : motif geraknya kesadaran beragama dan berorganisasi.
E. Visi ‘Aisyiyah Visi ‘Aisyiyah sejan dengan visi prsyarikatan, ialah bahwa : 1. Islam membawa rahmat bagi seluruh manusia (rahmatan lil’alamin) sehingga tercipta masyarakat yang berbahagia, sejahtera dan berkeadilan. 2. Masyarakat yang berbahagia sejahtera dan berkeadilan, merupakan masyarakat yang utama yaitu masyarakat yang di bina oleh segenap warganya baik yang priamauun wanita secara potensial (mempunyai kemampuan yang penuh) dan fungsional ( yang mempunyai fungi yang penuh) dalam masyarakat. 3. Masyarakat utam di betuk dengan menegakkan ajaran agama islam secara istikomah dan bersikap aktif melalui dakwah amar makruf nahi munkar. F. Misi ‘Aisyiyah
Misi ‘Aisyiyah tercakup dalam hal-hal berikut : 1. Menegakkan dan menyebarluaskan ajaran islam yang didasarkan kepada keyakinan tauhid yang murni menurut al-Quran dan As-Sunnah rosul secra benar 2. Mewujudkan kehidupapn yang islami dalam diri pribadi, keluarga, masyarakat luas 3. Menggalakkan pemahaman terhadap landasan hidup keagamaan dengan menggunkan akal sehat yang di jiwai oleh ruh berpikir yang islam dan menjawab tuntutan dan menyelesaikan persoalan kehidupan dalam masyarakat luas 4. Menciptakan semngat beramal dengan beramal makruf nahi munkar dan dengan menempatkan potensi segenap warga masyarakat baik yang pria maupun wanita dalam mencapai tujuan organisasi.
DAFTAR PUSTAKA PP aisyiyah, muqodimmah anggaran dasar ‘asyiyah Anonym, Pimpinan pusat aisyiyah. Tanfidz Keputusan Muktamar Aisyiyah ke 44 ‘Aisyiyah.siti, Mufdlilah, faisah.yuniarti dkk.2016.Pandua Materi Dasar Baitul Arqam ‘Aisyiyah. Yogyakarta: PP’asyiyah majelis pembinaan kader. http://www.aisyiyah.or.id http://www.muhammadiyah.or.id/