Makalah Reumatoid Arthritis.doc

  • Uploaded by: Melina Cecilia Tarigan
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Reumatoid Arthritis.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,034
  • Pages: 18
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REUMATOID ARTHRITIS

Disusun Oleh: Kelompok 1 Megawati Tambunan (032017059) Melina Cecilia Tarigan (032017065) Ayu Safitri Sihotang (032017075) Henry Edward Siregar (032017084) Indah Gaung Sibagariang (032017108) Uli Delima (032017109) Simeon Laoli (032017112)

PRODI S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK STIKES SANTA ELISABETH MEDAN T. A 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah kami ini dengan judul “Asuhan Keperawtan Pada Klien Dengan Rematoid Arthritis (RA). Dalam pembelajaran kali ini, mahasiswa dituntut untuk mampu memahami penyakit mengenai Rematoid Arthritis (RA) Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit RA dan jenis-jenis dari penyakit tersebut dan bagaimana cara penanganannya. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata kesempurna. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, 13 Maret 2019

Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………....i DAFTAR ISI………………………………………………………………...ii BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………...1 1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...1 1.2 Tujuan….…………………………………………………………………2 1.2.1 Tujuan Umum………………………………………………………...2 1.2.2 Tujuan Khusus………………………………………………………..2 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS…………………………………………….3 2.1 Defenisi…………………………………………………………………...3 2.2 Etiologi……………………………………………………………………3 2.3 Patofisiologi……………………………………………………………….4 2.4 Tanda dan Gejala………………………………………………………….5 2.5 Pemeriksaan Diagnostik…………………………………………………..6 2.6 Komplikasi………………………………………………………………...7 2.7 Penanganan dan Prognosis………………………………………………...7 2.8 Proses Keperawatan………………………………………………….......10 BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………..12 3.1 Kesimpulan……………………………………………………………….12 3.2 Saran……………………………………………………………………...12 DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arthritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Artritis rheumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana, secara simetris persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan sehingga menyebabkan terjadinya pembengkakan, nyeri, dan sering kali menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013). Prevalensi penyakit sendi atau Rematik di Indonesia berdasar diagnosis sebesar 11,9% dan berdasar diagnosis atau gejala sebesar 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan tertinggi berada di Bali yaitu berjumlah 19,3% dan terendah di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu sebesar 5,6%. Sedangkan prevalensi penyakit sendi di provinsi Sumatera Selatan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 8,4% dan berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 15,6% (Riskesdas, 2013). Dampak dari penyakit rematik adalah terganggunya aktivitas karena nyeri, tulang menjadi keropos, terjadi perubahan bentuk tulang. Dari 100 jenis rematik, diketahui Artritis Reumatoid yang dapat menyebabkan kecacatan yang paling parah pada penderitanya. Asupan makanan yang kurang sehat, kurangnya berolahraga, stress dan lain sebagainya diketahui sebagai faktor pencetus terjadinya rematik. Salah satu solusi untuk penyakit ini adalah dengan menjaga perilaku hidup sehat baik dari aktivitas, seperti rajin berolahraga, dan memenuhi kebutuhan nutrisi dengan sempurna dengan cara memenuhi asupan makanan yang bergizi, hal itu dianjurkan untuk mengurangi kekakuan pada sendi, dan untuk meminimalisirkan bagi yang sudah menderita penyakit rematik tidak berulang atau mengalami kekambuhan (Purwoastuti, 2009). Oleh karena itu, dalam menanggulangi dampak tersebut, peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar

keluarga dapat mengenal tanda bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya sangat diperlukan sehingga apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak datang ke pelayanan kesehatan dalam keadaan kronis. Perawat keluarga juga memiliki peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan dalam sebuah keluarga sehingga keluarga mampu menjalankan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga, mengambil keputusan tindakan yang tepat bagi keluarga, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan untuk menjamin kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan baik sehingga upaya pencegahan maupun pengobatan dapat berjalan dengan baik (Harmoko, 2012). 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa/I mengetahui tentang penyakit Arthritis Reumatoid (AR) atau biasa disebut dengan rematik. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengertian dari Arthritis Reumatoid (AR). 2. Untuk mengetahui etiologi dari Arthritis Reumatoid (AR). 3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Arthritis Reumatoid (AR). 4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Arthritis Reumatoid (AR). 5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dari Arthritis Reumatoid (AR). 6. Untuk mengetahui komplikasi dari Arthritis Reumatoid (AR). 7. Untuk mengetahui penanganan dan prognosis dari Arthritis Reumatoid (AR). 8. Untuk mengetahui proses keperawatan dari Arthritis Reumatoid (AR). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013). Artritis rheumatoid adalah penyakit inflamasi kronik dan sistemik yang menyebabkan destruksi sendi dan deformitas serta menyebabkan disability. Penyakit ini sering terjadi dalam 3-4 dekade ini pada lansia. Penyebab artritis rheumatoid tidak diketahui, tetapi mungkin akibat penyakit autoimun dimulai dari interfalank proksimal, metakarpofalankeal, pergelangan tangan dan pada tahap lanjut dapat mengenai lutut dan paha (Fatimah, 2010). Penyakit RA ini merupakan kelainan autoimun yang menyebabkan inflamasi sendi yang berlangsung kronik dan mengenai lebih dari lima sendi (poliartritis) (Pradana, 2012). 2.2 Etiologi Penyebab utama dari kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab arthtritis reumatoid, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5.

Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus Endokrin Autoimun Metabolic Faktor genetik serta faktor pemicu Pada saat ini, arthtritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun

dan infeksi. Faktor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organisme mikroplasma atau group difteriod yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan sendi penderita. Kelainan yang dapat terjadi pada suatu arthtritis reumatoid yaitu : 1. Kelainan pada daerah artikuler a. Stadium I (stadium sinovitis) b. Stadium II (stadium destruksi)

c. Stadium III (stadium deformitas) 2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler Pada jaringan ekstra-artikuler akan terjadi perubahan patologis, yaitu: a. Pada otot terjadi miopati b. Nodul subkutan c. Pembuluh darah perifer terjadi proliferasi tunika intima pada pembuluh darah perifer dan lesi pada pembuluh darah arteriol dan venosa d. Terjadi nekrosis fokal pada saraf e. Terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran limfe sendi (Nurarif dan Kusuma, 2013). Sedangkan menurut Price (1995) dan Noer S, (1996), faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit Artritis Reumatoid adalah jenis kelamin, keturunan, lingkungan dan infeksi (Lukman, 2009). 2.3 Patofisiologi Pemahaman mengenai anatonomi normal dan fisiologi persendian diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit reumatik. Fungsi persendian sinovial memilki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan. Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet untuk gerakkan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan mensekresi cairan ke dalam ruangan antar tulang. Fungsi dari cairan sinovial ini yaitu sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat. Sendi merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi. Meskipun memilki keankearagaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multisistem yang sistemik, semua penyakit rematik meliputi inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang bisa terjadi sekaligus. Inflamasi ini akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit rematik inflamatori, inflamasi adalah proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus

(proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi tersebut merupakan akibat dari respon imun tersebut. Sebaliknya, pada penyakit rematik degeneratif dapat terjadi proses inflamasi yang sekunder sinovitis ini biasanya lebih ringan serta menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya untuk terlihat pada penyakit lanjut. Pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari kartilago artikuler yang mengalami degenerasi dapat berhubungan dengan sinovitis kendati faktor-faktor imunologi dapat pula terlibat (Smeltzer dan Bare, 2002). Pada artritis reumatoid, reaksi autoimun terutama terjadi pada jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Lukman, 2009). 2.4 Tanda dan Gejala Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti, 2009). Menurut Lukman (2009), ada beberapa manifestasi klinis yang lazim ditemukan pada klien artritis reumatoid. Manifestasi ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan. Oleh karena itu, penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi. 1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun, dan demam. Terkadang dapat terjadi kelelahan yang hebat. 2. Poliarhtritis simetris, terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.

3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari satu jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoarthritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam. 4. Arhtritis erosif, merupakan ciri khas artritis reumatoid pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan dapat dilihat pada radiogram. 2.5 Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan penunjang ini tidak banyak berperan dalam diagnosis artirits reumatoid, pemeriksaan laboratorium mungkin dapat sedikit membantu untuk melihat prognosis pasien, seperti : 1. Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) akan meningkat 2. Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, TB paru, sirosis hepatis, penyakit kolagen dan sarkoidosis 3. Leukosit normal atau meningkat sedikit 4. Trombosit meningkat 5. Kadar albumin serum turun dan globulin 6. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun 7. Protein C-reaktif dan antibodi antinukleus (ANA) biasanya positif 8. Laju sedimentasi eritrosit meningkat menunjukkan inflamasi 9. Tes aglutinasi lateks menunjukkan kadar igG atau igM (faktor mayor dari rheumatoid) tinggi. Makin tinggi iter, makin berat penyakitnya 10. Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakkan diagnosa dan memantau perjalanan penyakit. Foto rontgen menunjukkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi kemudian dalam perjalanan penyakit tersebut (Mansjoer, 1999 dan Rosyidi 2013). 2.6 Komplikasi

Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis rheumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran yang jelas, sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis (Mansjoer, 1999). 2.7 Penanganan dan Prognosis Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan Arthtritis Reumatoid yaitu: 1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan artritis reumatoid adalah memberikan pendidikan kesehatan yang cukup tentang penyakit kepada klien, keluarganya, dan siapa saja yang berhubungan dengan klien. Pendidikan kesehatan yang diberikan meliputi pengertian tentang patofisiologi penyakit, penyebab, dan prognosis penyakit, semua komponen program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi penyakit, dan metodemetode yang efektif tentang penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan.

2. Sejak dini, klien diberikan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang dapat diberikan yaitu : a) Aspirin, dengan ketentuan pasien umur <65 tahun dosisinya 3-4 x 1g/hr, kemudian dinaikkan 0.3-0,6 g per minggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl

b) Ibuprofen, naproksen, diklofenak, dan sebagainya 3. DMARD (disease modifying antirheumatoid drugs) digunakan untuk melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthtritis reumatoid ini. Jenis-jenis yang digunakan yaitu : klorokuin (yang paling banyak digunakan, karena harganya yang terjangkau), sulfasalazin, garam emas

(gold

standard

bagi

DMARD),

obat

imunosupresif

atau

imunoregulator, dan kortikosteroid. 4. Rehabilitasi, tujuannya yaitu unttuk meningkatkan kualitas hidup klien. Beberapa cara yang bisa dilakukan yaitu : a. Pemakaian alat bidai untuk mengistirahatkan sendi yang sakit, kursi roda, sepatu dan alat b. Terapi mekanik c. Pemanasan : baik hidroterapi maupun elektroterapi d. Terapi mekanik 5. Pembedahan, pembedahan ini dilakukan jika berbagai cara telah dilakukan dan tidak berhasil serta ada alasan yang cukup kuat, sehingga dapat dilakukan pembedahan (Mansjoer, 1999 dan Lukman, 2009). Perawatan dan pengobatan tradisional atau obat luar juga bisa kita berikan pada klien dengan Arthritis Reumatoid,yaitu sebagai berikut : 1. Hindari faktor resiko seperti aktivitas yang berlebihan pada sendi, faktor cuaca dan pola makan yang tidak sehat 2. Olahraga yang teratur dan istirahat yang cukup, seperti melakukan senam rematik. 3. Kompres panas dapat mengatasi kekakuan dan kompres dingin dapat membantu meredakan nyeri. 4. Pertahankan berat badan agar tetap normal 5. Bila nyeri, lakukan relaksasi untuk mengurangi sakit 6. Mengurangi dan menghindari makanan yang mengandung purin, seperti bir dan minuman beralkohol, daging, jeroan, kembang kol, jamur, bayam,

asparagus, kacang-kacangan, sayuran seperti daun singkong (tidak semua jenis sayuran mempunyai efek kambuh yang sama pada setiap orang) 7. Memakan buah beri untuk menurunkan kadar asam urat, memakan makanan seperti tahu untuk pengganti daging 8. Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat dalam darah sehingga tidak tertimbun sendi 9. Lakukan latihan gerak sendi/ senam rematik (Maryam, dkk., 2010) Perjalanan penyakit dari RA ini bervariasi dan juga ditentukan dari ketaatan pasien untuk berobat dalam jangka waktu yang lama. Lima puluh hingga tujuh puluh lima persen penderita ditemukan mengalami remisi dalam dua tahun. Selebihnya dengan prognosis yang lebih buruk. Kejadian mortalitas juga meningkat 10-15 tahun lebih awal dibandingkan mereka yang tidak mengalami RA. Khususnya pada penderita RA dengan manifestasi yang berat, kematian dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit jantung, gagal nafas, gagal ginjal, dan gangguan saluran cerna. Sekitar 40% pasien RA mengalami hendaya dalam 10 tahun ke depanya. Penggunaan DMARD kurang dari 12 minggu setelah gejala awal menunjukkan hasil remisi yang lebih baik (Kapita Selekta, 2014). Indikator prognostik buruk berupa banyak sendi yang terserang, LED dan CRP tinggi, RF (+) tinggi dan anti CCP (+), erosi sendi pada awal penyakit dan sosial ekonomi rendah.

2.8 Proses Keperawatan 2.8.1 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada keluarga dengan artritis reumatoid yaitu (NANDA 2018-2020): 1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (00132). 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi (00085)

3. Resiko cedera berhubungan dengan hambatan fisik (00035), Domain 11, Kelas 2. 2.8.2 Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan rencana tindakan yang dibuat oleh perawat yang nantinya diimplementasikan dalam tindakan yang nyata dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk perbaikan kesehatan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya. Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan (umum dan khusus), rencana intervensi, serta rencana evaluasi yang memuat criteria dan standar. Perumusan tujuan dilakukan secara spesifik, dapat diukur (measurable), dapat dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Rencana intervensi ini ditetapkan untuk mencapai tujuan (Padila, 2012). Berikut ini klasifikasi intervensi keperawatan untuk pasien Rheumatoid Arthritis (RA) berdasarkan NIC dan NOC: 1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik (00132). NOC Kontrol Nyeri (1605) Dalam waktu 3X24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan, pasien diharapkan mampu mengatasi masalah dengan kriteria hasil: a) Mengenali kapan nyeri terjadi (160502) b) Menggambarkan faktor penyebab (160501) c) Menggunakan analgesic yang direkomendasikan (160505) d) Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada professional kesehatan (160513) e) Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri (160509)

NIC Manajemen Nyeri (1400)

a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/ durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan fakto pencetus. b. Pastikan

perawatan

analgesic

bagi

pasien

dilakukan

dengan

pemantauan yang ketat. c. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup pasien (mis tidur, nafsu makan, pengertian, perasaan, hubungan, performa kerja dan tanggung jawab peran). d. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menanganinya dengan tepat. e. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (seperti biofeedb-back, TENS, hypnosis, relaksasi, akupressur, aplikasi panas/ dingin dan pijatan; dan bersamaan dengan tindakan penurunan rasa nyeri lainnya). f. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lainnya untuk memilih dan mengimlemtasikan tindakan penurunan nyeri nonfarmakologin sesui kebutuhan. 2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi (00085) NOC Tingkat Ketidaknyamanan (2109) Dalam waktu 3X24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan, pasien diharapkan mampu mengatasi masalah dengan kriteria hasil: a. Nyeri (210901) b. Tidak dapat beristirahat (2019014) c. Sindrom restless legs (kondisi dimana tubuh tidak merasa nyaman baik dalam keadaan duduk mapun berdiri) (2019015) d. Otot pegal (210917) e. Meringis (210918) NIC

Terapi Latihan: Mobilitas (Pergerakan) Sendi (0224) a. Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik dala mengembangkan dan menerapkan sebuah program latihan. b. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan ketidaknyamanan selama pergerakan/ aktivitas. c. Inisiasi pengukuran control nyeri sebelum memulai latihan sendi. d. Bantu pasien untuk mendapatkan posisi tubuh yang optimal untuk pergerakan sendi pasif maupun aktif. e. Bantu untuk melakukan pergerakan sendi yang ritmis dan teratur sesuai kadar nyeri yang bisa ditoleransi, ketahanan dan pergerakan sendi. 3. Resiko cedera berhubungan dengan hambatan fisik (00035) NOC Keparahan Cedera Fisik (1913) Dalam waktu 3X24 jam setelah diberikan tindakan keperawatan, pasien diharapkan mampu mengatasi masalah dengan kriteria hasil: a. Gangguan imobilitas (191316) NIC Terapi Latihan: Ambulasi (0221) a. Sediakan temoat tidur berketinggian rendah, yang sesuai. b. Bantu pasien untuk duduk disisi tempat tidur untuk memfasilitasi penyesuaian sikap tubuh. c. Konsultasikan pada ahli terapi fisik mengenai rencana ambilasi, sesuai kebutuhan. d. Gunakan sabuk (untuk) berajalan untuk membantu perpindahan dan ambulasi, sesuai kebutuhan. e. Dorong ambulasi independen dalam batas aman.

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Artritis Reumatoid (AR) adalah suatu penyakit sistematik yang bersifat progresif, yang cenderung menjadi kronis dan menyerang sendi serta jaringan lunak. Karakteristik artritis rheumatoid adalah radang cairan sendi (sinovitis inflamatoir) yang persisten, biasanya menyerang sendi-sendi perifer dengan penyebaran yang simetris (Junaidi, 2013). Gejala utama rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di dalamnya sendi dan otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabkan aktivitas sehari-hari terhambat (Purwoastuti, 2009). Oleh karena itu, penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang sangat bervariasi. Pertama, gejala-gejala konstitusional, Poliarrhtritis simetris, kekauan di pagi hari selama lebih dari satu jam dan arthritis erosive. 3.2 Saran Semoga makalah ini bermanfaat untuk para pembaca, khususnya mahasiswa/I STIKes Santa Elisabeth Medan dalam memahami tentang penyakit Reumatoid Arthritis (RA) dan bagaimana cara penanganannya.

DAFTAR PUSTAKA Bresnihan B. (2002). Rheumatoid Arthritis: Principles of Early Treatment. The Journal of Rheumatology, vol.29, no.66, pp.9-12

Febriana (2015). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Rheumatoid Arthritis Ankle Billateral Di RSUD Saras Husada Purworejo. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta McInnes, I.B., Schett, G. (2011). The Pathogenesis of Rheumatoid Arthritis. N Engl J Med, vol. 365, pp. 2205-19 Nainggolan,Olwin. (2009). Prevalensi dan Determinan Penyakit Rematik di Indonesia. Maj Kedokt Indon, vol.59, no.12, pp.588-594 Rudan, I., et al. (2015). Prevalence Of Rheumatoid Arthritis In Low– And Middle–Income Countries: A Systematic Review And Analysis. Journal of Global Health, vol.5, no.1, pp.1-10

Related Documents


More Documents from "Kms. Muhammad Amin"