A. DEFENISI REUMATOID HEART DESEASE (RHD) suatu kondisi di mana jantung rusak oleh demam rematik. Biasanya, kerusakan jangka panjangini terjadi pada katup mitral, katup aorta atau keduanya. Kerusakan ini dapat menyebabkan katup “bocor” atau menyempit seiring waktu. B. ETIOLOGI Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun. Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD :
a. Faktor-faktor pada individu Faktor Genetik Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap namun pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD, walaupun cara penurunanya belum dapat dipastikan. jenis Kelamin Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak laki-laki. Golongan Etnik dan Ras Data di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun serangan ulangan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih Umur RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa sekolah ) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun
b. Faktor-faktor lingkungan Keadaan sosial ekonomi yang buruk Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan oenghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi
tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang Iklim dan geografis RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah beriklim sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropispun mempunyai insiden yang tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah Cuaca Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat. C. Manifestasi Klinis Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor. a. Kriteria Mayor 1) Carditis Yaitu terjadi peradangan pada jantung (miokarditis dan atau endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katub mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung (seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral (bising sistolik), Friction rub. 2) Polyarthritis Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku (polyarthritis migrans), gangguan fungsi sendi. 3) Khorea Syndenham Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat. 4) Eritema Marginatum Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercakbercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan. 5) Nodul Subcutan Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor
sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas. b. Kriteria Minor 1) Memang mempunyai riwayat RHD 2) Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya 3) Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu 4) Leukositosis 5) Peningkatan laju endap darah ( LED ) 6) C- reaktif Protein ( CRP ) positif 7) P-R interval memanjang 8) Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse ) 9) Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO ) Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti , akral dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia. D. Patofisologi Hubungan yang pasti antara infeksi streptokokus dan demam rematik akut tidak diketahui. Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang ditunjukkan oleh hasil kultur streptokokus yang negative pada bagian jantung yang terkena. Fakta berikut ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitifitas imunologi yang belum terbukti terhadap antigen-antigen streptokokus. Demam rematik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptokokus, sering setelah pasien sembuh dari faringitis. Kadar antibody anti streptokokus tinggi (antistreptolisin o, anti –DNase, anti hialoronidase) terdapat pada pasien demam rematik akut. Pengobatan dini faringitis streptokokus dengan penisilin menurunkan resiko demam rematik akut. Immunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membrane sel-sel miokardium yang terkena. Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi mekanisme demam rematik akut masih belum diketahui. Adanya antibody-antibodi yang memiliki aktifitas terhadap antigen streptokokus dan sel-sel miokardium menunjukkan kemungkinan adanya hipersensitifitas tipe II yang diperantarai oleh antibody reaksi silang. Adanya antibody-antibodi tersebut di dalam serum beberapa pasien yang kompleks imunnya terbentuk untuk melawan antigen-antigen streptokokus menunjukkan hipersensitifitas tipe III.
PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian Riwayat penyakit Monitor komplikasi jantung (CHF dan arrhythmia) Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole Tanda-tanda vital
Kaji adanya nyeri
Kaji adanya peradangan sendi Kaji adanya lesi pada kulit 2. Data fokus: Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 390C namun tidak terpola: Adanya riwayat infeksi saluran nafas. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar. Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin Arthralgia, gangguan fungsi sendi Kelemahan otot Akral dingin Mungkin adanya sesak. 3. Manifestasi khusus: a. Carditis: Takikardia Terutama Saat Tidur ( Sleeping Pulse ) Kardiomegali Suara Bising Katup ( Suara Sistolik ) Perubahan Suara Jantung Perubahan Ecg (Pr Memanjang) Precordial Pain Precardial Friction Rub Lab : Leukositosis, Led Meningkat, Peningkatan Asto. b. Polyarthritis Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, lengan (gangguan fungsi sendi ).
c. Nodul subcutaneous: Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas,muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap.Terdapat pada permukaan ekstensor persendian. d. Khorea: Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat,emosi labil dan kelemahan otot. e. Eritema marginatum: Bercak Kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.Bercak merah dapat berpindah lokasidan tidak permanen, eritema bersifat non pruritus. 2.
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul a. Penurunan curah jantung berhubngan dengan perubahan kontraksi otot jantung ditandai dengan takhikardi,orthopneu,disritmia,perubahan pola pada EKG. b. Nyeri akut berhubngan dengan agen injury biologi. c. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan.
3.
Rencana Tindakan Keperawatan N
Hari/
D Tujuan/Kriteria
o
tgl
x
1.
Hasil
1 Setelah
1.
dilakukan
Intervensi
Rasional
1.Monitor vital sign 1. 1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin
asuhan keperawatan selama 1x/24jam.Klien
dan
terjadinya
takikardia-
disritmia sebagai kompensasi meningkatkan curah jantung
menunjukkan curah jantung adekuat,dengan . kriteria :
2. 2.Istirahat memadai diperlukan untuk
memperbaiki
kontraksi
jantung
efisiensi dan
Tekanan darah dalam rentang normal
menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.
2. 2.
Toleransi terhadap
Atasi
aktifitas 3. 3.Meningkatkan
secara adekuat.
sediaan
oksigen untuk fungsi miokard
aktivitas
dan
Nadi perifer
mencegah
hipoksia.
kuat
Meningkatkan sediaan oksigen
Ukuran
untuk
fungsi
miokard
dan
jantung mencegah hipoksia.
normal
Tidak
4. 4.Stres
ada
distensi vena
menghasilkan
vasokontriksi
jugularis
emosi
3. 3. Kolaborasi untuk ada pemberian oksigen disritmia
meningkatkan
yang TD
dan
Tidak
Tidak
meningkatkan kerja jantung.
ada
bunyi jantung abnormal
Tidak
ada
angina
Tidak
ada
edema perifer
dan
pulmo
Tidak
ada 4. diaporesis Tidak
ada
4. Anjurkan untuk mengurangi stress
mual
Tidak
ada
kelelahan
2.
2 Setelah dilakukan
1.
1.Kaji
secara1. 1.Memberikan
komprehensif
sebagai dasar dan pengawasan
tentang nyeri
intervensi.
asuhan keperawatan selama
informasi
1 x/24jam Klien
2. 2.Membantu
menurunkan
2.Ajarkan
spasme
sendi-sendi,
penggunaan
meningkatkan rasa kontrol dan
Mengenal
tekhnik
mampu mengalihkan nyeri.
faktor
nonfarmakologik(rel3. 3.Menghilangkan nyeri
dapat ;
2. Mengontrol nyeri
penyebab nyeri
Tindakan
pencegahan3. Tindakan pertolongan non analgetik
4. Menggunaka n analgetik
Menunjukkan tingkat nyeri,dengan kriteria: Pengaruh terhadap tubuh Frekuensi nyeri Lamanya nyeri
pemberian analgetik 4.Pertahankan posisi daerah sendi
posisi yang nyaman
pencetus nyeri
3.Kolaborasi untuk
dengan
tanda-tanda
4. 4.Menurunkan
yang nyeri dan beri
Mengenal
sasse).
dengan
tepat
aksasi,distraksi,ma
Ekspresi nyeri
spasme/
tegangan sendi dan jaringan sekitar
Posisi melindungi bagian tubuh yang nyeri
3.
Setelah
1.
dilakukan
1. Monitor suhu 1. 1.Mengetahui
data
dasar
tubuh klien dan ukur
terhadap perencanaan tindakan
tanda-tanda
yang tepat
asuhan keperawatan selama1x/24jam Klien dapat
vital
lain seperti nadi, TD dan respirasie
menunjukkan termoregulasi
2. 2.
yang
Berikan
kompres
baik,dengan
klien 2. 2.Membantu
meberikan
evek
hangat
vasodilatasi pembuluh darah
pada lipatan tubuh
sehungga pengeluaran panas
dan
terjadi secara evaporasi
kriteria :
TTV
dalam
terdapat
batas normal
banyak
Tidak
darah besar seperti
peradangan
aksilla, perut )
peningkatan suhu tidak terjadi
ada
pembuluh 3. 3.Mengurangi
proses sehingga
perubahan warna akulit
3. 3. Kolaborasi untuk
Hidrasi cukup
Otot
pemberian tidak
nyeri
antipiretik
b dan
Tidak
antiradang
mengantuk
salisilat/ prednison
Tidak
sakit
serta
serta streptococus hemolitikus
seperti
pemberian
kepala Benzatin penicillin
grup
dimatikan
A
akan
mampu
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddart. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC. Carpenito, L. J. 2010. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC. Herdman, T Heather (Ed). 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011.Jakarta : EGC. Arief Mansjoer,dkk. 2012. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Penerbit Media Reny Yuli A. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Smeltzer Bare, dkk. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.
Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4, Buku kedokteran EGC, Jakarta.