I.
KONSEP DASAR PENYAKIT ARTRITIS REUMATOID A. Definisi Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya dikarakteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membran sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut. ( Susan Martin Tucker.1998 ). Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 ) Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 ) Artritis reumatoid ini merupakan bentuk artritis yang serius, disebabkan oleh peradangan kronis yang bersifat progresif, yang menyangkut persendian. Ditandai dengan sakit dan bengkak pada sendi-sendi terutama pada jari-jari tangan, pergelangan tangan, siku, dan lutut. B. Etiologi Penyebab artritis reumatoid masih belum diketahui walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. AR adalah suatu penyakit autoimun yang timbul pada individu – individu yang rentang setelah respon imun terhadap agen pencetus yang tidak diketahui. Faktor pencetus mungkin adalah suatu bakteri, mikoplasma, virus yang menginfeksi sendi atau mirip dengan sendi secara antigenis. Biasanya respon antibodi awal terhadap mikro-organisme diperantarai oleh IgG. Walaupun respon ini berhasil mengancurkan mikro-organisme, namun individu yang mengidap AR mulai membentuk antibodi lain biasanya IgM atau IgG, terhadap antibodi IgG semula. Antibodi ynng ditunjukan ke komponen tubuh sendiri ini disebut faktor rematoid ( FR ). FR menetap di kapsul sendi, dan menimbulkan peradangan kronik dan destruksi jaringan AR diperkirakan terjadi karena predisposisi genetik terhadap penyakit autoimun.
1
C. Patofisiologi Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial akibat faktor genetik, yang melakukan proses fagositosis menyerang sinovium menghasilkan enzim – enzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran sinovial yang mengakibatkan adanya pelepasan kolagenesa dan produksi lisozim oleh fagosit yang mengakibatkan terjadinya erosi sendi dan
periartikularis
tekanan sendi distensi serta putusnya kapsula & ligamentum. Kemudian terjadi pembengkakan, kekakuan pergelangan tangan & sendi jari tangan dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. D. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis yang timbul sesuai dengan tahapan dan keparahan dari penyakit AR itu sendiri. Nyeri sendi, bengkak, hangat, eritema, dan kurang berfungsi adalah gambaran klinis yang klasik. Seringkali dapat diaspirasi cairan dari sendi yang mengalami pembengkakan. Artritis sering diawali dengan timbulnya rasa sakit serta lemah pada sendi tangan dan pinggang. Juga disertai bengkak dan kadang terjadi peradangan, tetapi sering tiba-tiba hilang. Pola karakteristik dari persendian yang terkena : 1. Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan kaki. 2. Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular. 3. Biasnya akut, bilateral, dan simetris. 4. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. 5. Deformitasi tangan dan kaki adalah hal yang umum. Beberapa gejala klinis yang kerap kali terjadi pada para penderita atritis reumatoid ini yakni : 1. Gejala-Gejala Konstitusional. Beberapa gejala tersebut meliputi lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Bahkan terkadang kelelahan yang sangat hebat. 2. Poliatritis Simetris.
2
Terutama terjadi pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diatrodial dapat terserang. 3. Kekakuan di pagi hari. Kejadian ini terjadi selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat generalisata tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoatritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari satu jam. 4. Atritis Erosif. Atritis erosif merupakaan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram. 5. Deformitas. Kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. 6. Nodula-Nodula Reumatoid. Nodula-nodula reumatoid adalah masa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga penderita dewasa. Lokasi tersering yakni di daerah sepanjang sendi sikut atau sepanjang permukaan ekstensor lengan. Nodul ini merupakan tanda bahwa penyakit tersebut aktif. 7. Manifestasi Ekstraartikuler. 1) Kulit
Nodula subkutan Vaskulitis, bercak-bercak coklat lesi-lesi
ekimotik 2) Jantung Perikarditis Temponade pericardium. Lesi peradangan miokardium dan katup jantung 3) Paru-paru Pleuritis dengan atau tanpa efusi peradangan paru-paru 4) Mata terjadi skleritis
3
5) Syaraf Neuropati perifer sindrom kompresi perifer (sindrom terowongan kapal, neuropati syaraf ulnaris, paralisis peronealis, abnormalitas vertebra servikal) 6) Sitemik Anemia Osteoporosis generalisata Syndrome felty Sindrom Sjogren (keratokonjungtivitis sika) Amiloidosis. E. Komplikasi Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid. Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis. F. Pemeriksaan Diagnostik 1. Tes serologi a. Sedimentasi eritrosit meningkat b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis c. Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita 2. Pemerikasaan radiologi a. Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis 3. Aspirasi sendi Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik. G. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita (Lemone & Burke, 2001). Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
4
1. Pemberian terapi Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi
inflamasi,
pemberian
corticosteroid
sistemik
untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun. 2. Pengaturan aktivitas dan istirahat Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga kekuatan otot dan pergerakan sendi. 3 . Kompres panas dan dingin Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektif daripada kompres dingin. 4 . Diet Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan. 5 . Pembedahan Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
5
H. Penyimpangan KDM Bakteri, mikroplasma, virus Faktor genetik menginfeksi sendi
Terjadi proses autoimun dalam jaringan sinovial
Proses fagositosis menyerang sinovium
Edema proliferasi membran sinovial Pelepasan kolagenesa oleh fagosit
1.Nyeri Akut
Produksi lisozim oleh fagosit
Terjadi erosi sendi dan periartikularis Tekanan sendi Distensi Serta putusnya kapsula & ligamentum
pembengkakan
kekakuan di pagi hari
Gejala-Gejala Konstitusional
Membentuk pannus 2.Kerusakan mobilitas fisik
3.Gangguan citra tubuh
Menghancurkan tulang rawan
Menghilangkan permukaan sendi yang mengganggu gerak sendi Situasi berubah
Deformitas
Cemas
4. Defisit perawatan diri
5. defisiensi pengetahuan 6
II.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentukbentuk arthritis lainnya. 1. Aktivitas/istirahat Gejala
: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
Tanda
pekerjaan,keletihan.
: Malaise, keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktoR: kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler Gejala
: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal)
3.
Integritas ego Gejala
: Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor
hubungan,
keputusan
dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ), ancaman pada konsep
diri,
citra
tubuh,
identitas
pribadi
(
misalnya
ketergantungan pada orang lain). 4.
Makanan/ cairan Gejala
: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat, mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah ( keterlibatan TMJ)
Tanda
: Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene Gejala
: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi, Ketergantungan
7
6. Neurosensori Gejala
: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan Gejala
: Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan Gejala
: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki, kekeringan pada meta dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial Gejala
:Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran; isolasi.
10. Penyuluhan/ pembelajaran Gajala
: Riwayat AR pada keluarga ( pada awitan remaja ), penggunaan
makanan kesehatan, vitamin, “ penyembuhan “ arthritis tanpa pengujian, riwayat perikarditis, lesi katup, fibrosis pulmonal, pleuritis. B. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan tubuh, sendi, bengkok, deformitas 2. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan patologis oleh artritis rheumatoid 3. hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang, kekakuan sendi 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskoloskeletal (penurunan kekuatan sendi) 5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
8
C. Intervensi keperawatan Diagnosa
Tujuan
Intervensi
keperawatan 1. Gangguan citra tubuh
NOC : Citra tubuh Gambaran diri pada
NIC : Peningkatan citra tubuh
internal 1. Tentukan perubahan fisik saat ini
dipertahankan 2
(jarang
apakah berkontribusi pada citra diri pasien
positif) ditingkatkan 2. Bantu
pasien
mendiskusikan
ke 1 (tidak pernah
perubahan-perubahan
positif)
disebabkan oleh penuaan dengan cara yang cepat 3. Monitor
apakah
pasien
bisa
melihat bagian tubuh mana yang berubah 4. Tentukan persepsi pasien dan keluarga
terkait
dengan
perubahan citra diri dan realitas 5. Bantu
pasien
untuk
mengidentifikasi tindakan
tindakan-
yang
akan
meningkatkan penampilan NOC : Tingkat nyeri
2. Nyeri akut
NIC : Manajemen nyeri
Nyeri yang dilaporkan 1. Lakukan pengkajian nyeri dipertahankan pada 3 komprehensif yang meliputi (sedang) ditingkatkan 4
lokasi,
(ringan)
karakteristik,durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas atau beratnya
nyeri
dan
faktor
pencetus. 2. Gali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri 3. Kurangi atau eliminasi faktor-
9
faktor yang dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri 4. Pilih
dan
implementasikan
tindakan yang beragam untuk memfasilitasi
penurunan
nyeri,sesuai dengan kebutuhan. 5. Ajarkan penggunaan teknik non famakologi. 3. Hambatan mobilitas fisik
NIC
NOC : Pergerakan
:
Terapi
latihan
mobilitas
sendi pergerakkan sendi dipertahankan pada 3 1. Tentukan batasan pergerakan sendi dan efeknya tewrhadap fungsi sendi (cukup terganggu)
Gerakan
ditingkatkan
ke
(sedikit terganggu)
4 2. Jelaskan pada pasien atau keluarga manfaat dan tujuan melakukan latihan sendi 3. Anjurkan menggunakan baju yang tidak
menghambat
pergerakan
pasien 4. Bantu pasien mendapatkan posisi tubuh
yang
pergerakan
sendi
optimal
untuk
pasif
maupun
saktif 5. Dukung latihan ROM aktif, sesuai jadwal yang teratur dan terencana
4. Defisit perawatan diri
NOC
:
perawatan
kebersihan
diri NIC : defisit perawatan (mandi/kebersihan)
diri
kuku 1. Monitor kebersihan kuku, sesuai dengan kemampuan merawat diri jari tangan dan kaki pasien dipertahankan pada 4
Memperhatikan
terganggu) 2. Monitor integritas kulit pasien ditingkatkan ke 5 (tidak 3. Jaga ritual kebersihan 4. Berikan bantuan sampai pasien terganggu) (sedikit
benar-benar mampu merawat diri sendiri
10
5. Defisiensi pengetahuan
NOC : pengetahuan proses penyakit Tanda
NIC : Pengajaran proses penyakit 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
dan
komplikasi
gejala penyakit
terkait dengan proses penyakit yang spesifik
dipertahankan pada 3 2. Jelaskan tanda dan gejala yang (pengetahuan
sedang)
umum
ditingkatkan
ke
kebutuhan
(pengetahuan banyak)
4
dari
3. Berikan
penyakit,
informasi
pemeriksaan
sesuai
mengenai
diagnostik
yang
tersedia, sesuai kebutuhan 4. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin ada sesuai kebutuhan 5. Instruksikan
pasien
tindakan mencegah/meminimalkan
mengenai untuk efek
samping penanganan dari penyakit, sesuai kebutuhan
11
DAFTAR PUSTAKA A. Price, Sylvia.2005.Patofisiologi.Jakarta: EGC Muttaqin,Arif.2005.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta:EGC NANDA, 2005 – 2006 , Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
12