Makalah Puskesmas Santun Lansia.docx

  • Uploaded by: Lis Yulitasari
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Puskesmas Santun Lansia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,544
  • Pages: 24
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. Pada kesempatan ini, penulis menyajikan makalah mengenai Puskesmas Santun Lansia. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan.

Bandar Lampung,

Penulis

Februari 2019

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1 1.2. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2 1.3. Manfaat Penulisan ......................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 3 2.1. Pengertian Lanjut Usia .................................................................. 3 2.2. Epidemiologi Lanjut Usia ............................................................. 3 2.3. Perubahan-perubahan yang terjadi Pada Lanjut usia .................... 4 A. Perubahan-perubahan Fisik ...................................................... 4 B. Perubahan-perubahan Mental ................................................... 8 C. Perubahan-perubahan Psikososial ............................................ 9 2.4. Tujuan dan Sasaran Kebujakan Kesehatan Lanjut Usia.................9 2.5. Kebijakan Kesehatan pada Lansia ................................................11 2.5.1.Kebijakan Kesejahteraan Sosial pada Lansia ....................... 11 2.5.1.1. UU RI Nomor 13 Tahun 1998 .................................... 11 2.5.1.2 UU RI Nomor 11 Tahun 2009 ..................................... 12 2.5.2.Kebijakan Pelayanan dan Fasilitas Kesehatan Lansia ......... 13 2.5.2.1 UU RI Nomor 36 Tahun 2009 ..................................... 13 1. Puskesmas Santun Lansia .................................................... 15 2. Rujukan ke Rumah Sakit (Poli Geriatri) .............................. 15 3. Posyandu Lansia .................................................................. 16 4. Posbindu PTM...................................................................... 18 BAB 3 KESIMPULAN .................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 21

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Salah satu keberhasilan pembangunan nasional dibidang kesehatan adalah menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya umur harapan hidup (UUH). Namun peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan struktur demografi yaitu peningkatan populasi lanjut usia (lansia). Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 20002005 UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000 adalah 7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah 64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,58%). Dengan bertambahnya umur, terjadi proses penuaan akan berdampak pada aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Dari aspek kesehatan fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular yang banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Sedangkan penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia dan hepatitis. Perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kesakitan pada lansia. Angka kesakitan pada lansia adalah proporsi lansia yang mengalami masalah kesehatan hingga mengganggu aktifitas sehari-hari selama satu bulan terakhir. Angka kesakitan lansia di Indonesia pada tahun 2012 yaitu sebesar

2

52,03%. Tidak ada perbedaan yang berarti antara lansia perempuan (49,67%) dan laki-laki (49,30%). Dalam rangka peningkatan kualitas hidup lansia dan menjadikan lansia sehat dan mandiri pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia seperti Posyandu lansia dan Puskesmas santun.

1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan memahami tentang Kebijakan Kesehatan Lansia.

1.3 Manfaat Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam Kebujakan Kesehatan Lansia.

3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lanjut Usia (Lansia) Definisi Lansia menurut Undang-Undang yaitu: 1. UU no 4 tahun 1965 yang memberikan pengertian bahwa lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain 2. UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, yang menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun. Menurut WHO lansia atau usia lanjut adalah usia dimana meskipun terkadang memunculkan masalah sosial, tetapi sebetulnya bukanlah merupakan suatu penyakit. Selain itu masih ada batasan-batasan atau definisi lansia yang disampaiakan oleh beberapa ahli, dan dari pendapat - pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa lanjut usia atau Lansia diartikan sebagai fase/masa terakhir kehidupan manusia dengan mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun mental. Menurut Depkes umur lansia digolongkan menjadi : Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas); dan kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Sedangkan menurut WHO (1999) lansia digolongkan berdasarkan usia kronologis/biologis yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.2. Epidemiologi Lanjut Usia Menurut data Pusat Statistik, jumlah lansia di Indonesia pada tahun 1980 adalahsebanyak 7,7 juta jiwa atau hanya 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjutusia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia

4

diperkirakan akan mencapai 9,77 % atau sejumlah 23,9 jutajiwa pada tahun 2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4 % atau sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. Hal ini berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan yang ditunjukkan dengan semakin tingginya angka harapan hidup masyarakatIndonesia. Pada tahun1980, angka harapan hidup masyarakat Indonesia hanya sebesar 52,2 tahun, Sepuluh tahun kemudian meningkat menjadi 59,8 tahun pada tahun 1990 dan satu dasa warsa berikutnya naik lagi menjadi 64,5tahun. Menurut Menko Kesra jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Diperkirakan pada tahun 2010 jumlah lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan harapan hidup 67,4 tahun,sedangkan pada tahun 2020 di prediksi jumlah lansia sebesar 28,8 Juta (11,34%) dengan usia harapan hidup 71,1 tahun.Dengan data – data tersebut, maka diperkirakan 10 tahun kedepan struktur penduduk Indonesia akan berada padastruktur usia tua. Biro pusat statistik juga mencatat bahwa 52% Lanjut Usia adalah wanita, dan 48% adalah laki-laki. 78% tinggal di pedesaan, dan 22% sisanya tinggal di perkotaan.

2.3. Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia 2.3.1 Perubahan-perubahan Fisik7 1. Sel. a. Lebih sedikit jumlahnya. b. Lebih besar ukurannya. c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler. d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati. e. Jumlah sel otak menurun. f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel. g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%. 2. Sistem Persarafan. a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya dalam setiap harinya).

5

b. Cepatnya tingkat penurunan hubungan persarafan. c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres. d. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin. e. Kurang sensitif terhadap sentuhan. 3. Sistem Pendengaran. a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau

nada-

nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,

50%

terjadi pada usia diatas umur 65 tahun. b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani . c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin. d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stres. 4. Sistem Penglihatan. a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola). c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak. d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap. e. Hilangnya daya akomodasi. f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya. g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau. 5. Sistem Kardiovaskuler. a. Elastisitas dinding aorta menurun. b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku. c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan menurunnya kontraksi dan volumenya.

6

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan pusing mendadak. e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. 6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh. a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat metabolisme yang menurun. b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas akibatnya aktivitas otot menurun. 7. Sistem Respirasi a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku. b. Menurunnya aktivitas dari silia. c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun. d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang. e. Kemampuan untuk batuk berkurang. f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia. 8. Sistem Gastrointestinal. a.

Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

b.

Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.

c.

Esofagus melebar.

d.

Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

e.

Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.

f.

Daya absorbsi melemah.

9. Sistem Reproduksi. a. Menciutnya ovari dan uterus.

7

b. Atrofi payudara. c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur. d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi kesehatan baik. e. Selaput lendir vagina menurun. 10. Sistem Perkemihan. a. Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron). b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%. c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria. 11. Sistem Endokrin. a. Produksi semua hormon menurun. b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate), dan menurunnya daya pertukaran zat. c.

Menurunnya produksi aldosteron.

d.

Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan testosteron.

12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen ) a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak. b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi, serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis. c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu. d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal. e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi. f.

Pertumbuhan kuku lebih lambat.

g.

Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.

h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

8

13. Sistem Muskuloskletal a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh. b. Kifosis c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas. d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku. e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis. f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi tremor. g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

2.3.2 Perubahan-perubahan Mental. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu: perubahan fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (Hereditas), dan lingkungan. 1. Ingatan (Memory). a. Ingatan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu mencakup beberapa perubahan. b. Ingatan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, ingatan buruk. 2. IQ (Inteligentia Quantion). a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal. b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor waktu.

2.3.3 Perubahan-perubahan Psikososial Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.

9

Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya mempunyai dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun neg atif. Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiunyang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif.

2.4 Tujuan dan Sasaran Kebijakan Kesehatan Lansia 2.4.1

Tujuan

1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik (pangan, sandang dan papan) Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, bagi lansia disesuaikan dengan keadaan lansia yaitu : kesehatan, kemudahan, keamanan, dan kenyamanan. Pelayanan kesehatan dilakukan secara terintegrasi dengan upaya pelayaanan kesejahteraan lainnya dengan mengutamakan upaya promotif, preventif, dan kuratif, dan rehabilitatif. Pelayanan promotif : bertujuan agar lansia berperilaku hidup sehat, meningkatkan gairah hidup, memelihara kemandirian serta tetap aktif dan produktif, baik secara individu maupun kelompok. Pelayanan preventif : bertujuan mencegah terjadinya masalah kesehatan yang berkelanjutan. Pelayanan kuratif : bertujuan agar gangguan kesehatan segera teratasi dan tidakmenjadi cacat.

10

Pelayanan

rehabilitatif

:

yaitu

upaya

yang

bertujuan

untuk

mengembalikan fungsi dan percaya diri lansia seoptimal mungkin. 2. Pemenuhan Kebutuhan Mental Kebutuhan mental spiritual adalah kebutuhan yang diberikan kepada lansia yang dapat memberikan semangat dan dorongan dalam kehidupan sehari hari. Kebutuhan mental psikologis adalah kebutuhan yang meliputi kebutuhan akan penghargaan, perhatian dari keluarga, teman, dan masyarakat 3. Pemenuhan Kebutuhan Sosial Pemenuhan kebututan sosial, yaitu pemenuhan akan suatu tata kehidupan dan penghidupan baik material maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan,ketenangan lahir dan batin.

2.4.2

Sasaran

Sasaran langsung : 1. Pra lansia (45 – 59 tahun) 2. Lansia (60 – 69 tahun) 3. Lansia Risiko Tinggi (> 70 tahun atau 60 tahun dengan masalah kesehatan) Sasaran Tidak Langsung : 1. Keluarga 2. Masyarakat tempat lansia berada 3. Organisasi sosial 4. Petugas Kesehatan Masyarakat Luas

11

2.5 Kebijakan Kesehatan pada Lansia 2.5.1

Kebijakan Kesejahteraan Sosial pada Lansia

Adapun kebujakan atau peraturan yang menjadi pedoman kesejahteraan sosial pada Lansia adalah sebagai berikut :

2.5.1.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Pasal 1 Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik baiknya bagi diri, keluarga. serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila. Pasal 4 Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif. Terwujudnya kemandirian dan kesejahleraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pasal 5 1. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 2. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi : a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. Pelayanan kesehatan; c. Pelayanan kesempatan kerja; d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan; e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum; f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; g. Perlindungan sosial;

12

h. Bantuan sosial. 3. Bagi lanjut usia tidak potensial mendapatkan kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kecuali huruf “c”, huruf “d”, dan huruf “h”. 4. Bagi lanjut usia potensial mendapatkan kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kecuali huruf “g”. 2.5.1.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial11 Pasal 4 Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial. Pasal 5 (1) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada: perseorangan, keluarga, kelompok; dan/atau , masyarakat. (2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial: kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, korban bencana; dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi. Pasal 6 Penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi: rehabilitasi sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, Departemen Sosial melalui Direktorat Bina Pelyanan Sosial Lanjut Usia, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mengembangkkan berbagai kebijakan yaitu: 1. Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan soaial bagi lanjut usia 2. Meningkatkan koordinasi intra dan intersektoral antar berbagai instansi 3. Membangun dan mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia 4. Meningkatkan dan memperluas aksesibilitas bagi kesejahteraan lanjut usia

13

Dalam melaksanankan kebijakan tersebut ditempuh melalui 1. Pemberdayaan 2. Kemitraan 3. Partisipasi 4. Desentralisasi 5. Meningkatkan jaringan kerja dan kemitraan 6. Membangun dan mengembangkan partisipasi dan advokasi atas dasar kesetiakawanan sosial. Program yang dilakukan yaitu: 1. Pelayanan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan departemen sosial melalui 2 sistem yaitu : a. Pelayanan melalui luar panti/non panti b. Pelayanan melalui panti/di dalam panti 2. Pemberdayaan sosial Program ini dilaksanakan dengan pemberian pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha dalam bentuk bentuk kelompok kelompuk usaha bersama (KUBE) bagi lansia yang potensial 3. Bantuan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial 

Pemberi bantuan berupa jaminan makan yang ditukan bagi lansia yang keadaan ekonomi nya lemah, tetapi tidak tertampung dalam panti sosiak Tresna Werdha.



Memberikan bantuan yangbersifat akumulatif berupa bantuan paket usaha ekonomis produktif bagi lansia yang masih produktif.

2.5.2. Kebijakan Pelayanan dan Fasilitas Kesehatan Pada Lansia 2.5.2.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 138 tentang penyediaan pelayanan dan fasilitas kesehatan pada lansia (1)Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan martabat kemanusiaan.

14

(2)Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Pasal 139 (1) Upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomis, dan bermartabat. (2) Pemerintah

wajib

menjamin

ketersediaan

fasilitas

pelayanan

kesehatan dan memfasilitasi penyandang cacat untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. Selain Undang undang tersebut diatas juga terdapat UU lain yang memperkuat tentang pelayanan kesehatan pada lansia yaitu Undang undang No 9 tahun 1960 tentang pokok pokok kesehatan yaitu: Pasal 8 1. Pemerintah mengusahakan pengobatan dan perawatan untuk masyarakat diseluruh wilayah Indonesia secara merata, agar tiap-tiap orang sakit dapat memperoleh pengobatan dan perawatan dengan biaya yang seringanringannya. 2.

Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan usia lanjut.

3. Untuk memungkinkan hal yang termaktub dalam ayat (1) dan ayat (2) Pemerintah mengadakan balai pengobatan, pusat kesehatan, sanatorium, rumah sakit dan lembaga-lembaga lain yang diperlukan. 4. Pemerintah melakukan usaha-usaha khusus untuk menjamin kesehatan pegawai, buruh dan golongan golongan karya lain beserta keluarganya sesuai dengan fungsi dan lingkungan hidupnya. 5. Pemerintah mengatur dan menggiatkan usaha-usaha dana sakit. Adanya Undang undang tersebut Tentang Kesehatan dan pokok pokok kesehatan menjadi pedoman untuk penyediaan pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan pada lansia yaitu : (1) Puskesmas Santun Lansia (2) Rujukan ke Rumah Sakit (Poli Geriatri)

15

(3) Pelayanan Kesehatan Jiwa Lansia (4)Pelayanan Home Care (Perkesmas) (5) Posyandu Lansia (6) POSBINDU PTM

1. Puskesmas Santun Lansia Puskesmas Santun Usia Lanjut adalah Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kepada lansia dengan mengutamakan aspek promotif dan preventif di samping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara proaktif, baik dan sopan serta memberikan kemudahan dan dukungan bagi lansia. Puskesmas Santun Usia Lanjut menyediakan loket, ruang tunggu dan ruang pemeriksaan khusus bagi lansia serta mempunyai tenaga yang sudah terlatih di bidang kesehatan lansia dengan target Rencana Strategis Kesehatan tahun 2012 adalah 352 dan tahun 2014 sebanyak 602.3 Puskesmas Santun Lansia mempunyai cirri-ciri seperti berikut: 1. Pelayanan yang baik berkualitas dan sopan 2. Memberukan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut. 3.

Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut dari keluarga miskin atau tidak mampu

4. Memberikan dukungan atau bimbingan pada lansia dalam memelihara dan meningkatkan kesehatanya agar tetap sehat dan mandiri 5. Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran usia lanjut yang ada di wilayah kerja puskesmas. 6. Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas program terkait di tingkat kecamatan dengan asa kemitraan, untuk bersama-sama melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup usia lanjut.

2. Rujukan ke Rumah Sakit (Poli Geriatri) Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui pengembangan Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit. Saat ini baru ada 8 Rumah Sakit Umum tipe A dan B

yang memiliki

Klinik Geriatri

Terpadu

yaitu RSUPN Cipto

16

Mangunkusumo, Jakarta; RSUP Karyadi, Semarang; RSUP Sardjito, Yogyakarta; RSUP Sanglah, Denpasar; RSUP Hasan Sadikin Bandung; RSUP Wahidin, Makassar; RSUD Soetomo, Surabaya dan RSUD Moewardi, Solo.

3. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia Suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) untuk melayani penduduk lansia, yang proses dan pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan posyandu lansia juga memberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya, dan pelayanan lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan. Tujuan pembentukan dari posyandu lansia secara garis besar adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat sesuaidengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan. Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari puskesmas setempat, baik seorang dokter, bidan atau perawat. Dalam kegiatan penyelenggaraan posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap pelayanan, yaitu: 1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living, meliputi kegiatan dasar dalamkehidupan, seperti makan / minum, berjalan, mandi,berpakaian, naik turun tempat tidur dan buang air. 2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan iniberhubungan dengan mental emosional, denganmenggunakan pedoman metode 2 menit. 3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan beratbadan dan pengukuran tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh. 4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakantensimeter dan stetoskop serta penghitungan denyutnadi selama satu menit.

17

5. Pemeriksaan hemoglobin. 6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagaideteksi awal adanya penyakit gula. 7. Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalamair seni sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal. 8. Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan kelainan padapemeriksaan pada nomor 1 hingga 7. 9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluarkelompok dalam rangka kunjungan rumah dankonseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalahkesehatan yang dihadapi oleh individu dan ataukelompok usia lanjut. 10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalamrangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut dikelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut: 1. Tahap pertama: pendaftaran anggota Kelompok Usia Lanjut sebelum pelaksanaan pelayanan. 2. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. 3. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status mental 4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana) 5. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling

18

Berikut adalah skema sistem 5 meja di Posyandu lansia:

Gambar1. Skema sistem 5 meja di posyandu Lansia15

4. POSBINDU (Pos Pembinaan Pelayanan Terpadu) Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan. Tujuannya adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas.

19

BAB 3 KESIMPULAN

1. Peningkatan Usia Harapan Hidup dapat mengakibatkan terjadinya perubahan struktur demografi yaitu peningkatan populasi lanjut usia (lansia). Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia diperkirakan akan mencapai 9,77 % atau sejumlah 23,9 jutajiwa pada tahun 2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4 % atau sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020. 2. Dengan bertambahnya umur, terjadi proses penuaan yang akan mengakibatkan

terjadi

perubahan

pada

sel,

sistem

pernapasan,

pendengaran, penglihatan, kardiovaskular, reproduksi, muskuloskletal yang akan berdampak pada aspek kehidupan baik kesehatan sosial, maupun ekonomi. 3. Terjadinya perubahan fisiologis pada lansia akan mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kesakitan. Angka kesakitan lansia di Indonesia yaitu 50,03%. 4. Tujuan Kebijakan Kesehatan: pemenuhan kebutuhan fisik (pangan, sandang dan papan), pemenuhan kebutuhan kental dan pemenuhan Kebutuhan Sosial 5. Sasaran langsung : Pra lansia (45 – 59 tahun), lansia (60 – 69 tahun), lansia risiko tinggi (> 70 tahun atau 60 tahun dengan masalah kesehatan). Sasaran tidak langsung : keluarga, masyarakat tempat lansia berada, organisasi sosial, petugas kesehatan masyarakat luas. 6. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, Departemen Sosial berbagai kebijakan yaitu: meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan kegiatan pelayanan soaial bagi lanjut usia. Adapun program yang dilakukan pelayanan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan

20

departemen sosial melalui 2 sistem yaitu : Pelayanan melalui luar panti/non panti dan pelayanan melalui panti/di dalam panti, pemberdayaan sosial, dan bantuan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial 7. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan Undang undang No 9 tahun 1960 tentang pokok pokok kesehatan yang berkaitan dengan penyediaan pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan pada lansia maka telah dibentuk berbagai pelayanan oleh Kementrian Kesehatan seperti : Puskesmas Santun Lansia, Rujukan ke Rumah Sakit (Poli Geriatri),Pelayanan Kesehatan Jiwa Lansia, Pelayanan Home Care (Perkesmas), Posyandu Lansia, POSBINDU PTM

21

DAFTAR PUSTAKA

Siti,G., 2004. Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan, Puslitbang Kesos: 153 – 167 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Data dan Informasi Kesehatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Data dan Informasi Kesehatan. BKKBN, 2014. Menuju Lansia Paripurna. Available from: www.bkkbn.go.id [Accessed 10 November 2015] Departemen Sosial Repuplik Indonesia, 2003. Kebiijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan dan rehabilitasi Sosial Direktorat Bina Pelayaan Sosial Lanjut Usia Setiati, S., Harimurti, K., Govianda, 1995. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya. Dalam: Sudoyo, et al ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Hal, 757 - 766.

Ismayadi, 2004. Proses Menua (Aging Process). USU Digitalized Library. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2004. Available: repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../keperawatanismayadi.pdf Accessed at [10 November 2015] Depsos RI. 2009. Dukungan Kelembagaan Dalam Kerangka Peningkatan Kesejahteraan Lansia. Kantor Urusan Pemberdayaan Lansia Pratikwo, S, Pietojo, H, Widjanarko.B. Analisis Pengaruh Faktor Nilai Hidup, Kemandirian dan Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Sehat Lansia di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Vol. 1, No. 2. 2006 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

22

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Kesehatan. Depkes RI, 2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Direktorat Kesehatan Keluarga. Komisi Nasional Lanjut Usia. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: PPLU. 2010. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu Ptm). Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Related Documents


More Documents from "sylvetri"

Ang Ikhwan.docx
November 2019 13
Materi Tasawuf.docx
November 2019 17
Bab I.docx
November 2019 19
Bab 2.docx
November 2019 18
Daftar Isi.docx
November 2019 12
Bnt.docx
November 2019 13