BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas 1.
Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diwilayah kerjanya (Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 tahun 2014).
2.
Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan kedalam suatu sistem. Upaya Kesehatan Masyarakat yang disebut UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Yang meliputi beberapa Pelayanan : a.
UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat yang meliputi: 1) Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS 2) Pelayanan kesehatan lingkungan 3) Pelayanan KIA-KB
4) Pelayanan gizi 5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit 6) Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat b.
UKM Pengembangan meliputi 1) Pelayanan kesehatan jiwa 2) Pelayanan kesehatan gigi masyarakat 3) Pelayanan kesehatan olahraga 4) Pelayanan kesehatan indera 5) Pelayanan kesehatan tradisional komplementer 6) Pelayanan kesehatan lansia 7) Pelayanan kesehatan kerja
c.
Upaya Kesehatan Perseorangan Upaya kesehatan perseorangan yang disebut UKP adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan. Yang meliputi beberapa pelayanan: 1) Pelayanan pemeriksaan umum 2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut 3) Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP 4) Pelayanan gawat darurat 5) Pelayanan gizi yang bersifat UKP 6) Pelayanan persalinan
7) Pelayanan kefarmaisan 8) Pelayanan laboratorium 3.
Tujuan Puskesmas Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang : a. Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu c. Hidup dalam lingkungan sehat d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
4.
Tugas Puskesmas Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
5.
Fungsi dari Puskesmas a.
Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif; c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat; d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;
e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsisp koordinatif dan kerjasama inter dan antar profesi f.
Melaksanakan rekam medis
g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan; h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan i. Mengkoordinasikan
dan
melaksanakan
pembinaan
fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama diwilayah kerjanya; dan j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem rujukan.
B. Upaya Kesehatan Gigi Upaya kesehatan gigi dilaksanakan baik oleh pemerintah ataupun swasta. Upaya pelayanan kesehatan gigi yang dilaksanakan oleh pemerintah selama ini mengacu pada pendekatan level of care (kebijakan WHO) yang meliputi tindakan promotif, preventif, deteksi dini, kuratif dan rehabilitatif yaitu merumuskan pelayanan kesehatan berjenjang untuk memberikan pelayanan yang menyeluruh dikaitkan dengan sumber daya yang ada. Pendekatan WHO saat ini untuk upaya pelayanan kesehatan gigi dilakukan dengan pendekatan basic package of oral care (BPOC) atau Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas, yang terdiri dari : perawatan kegawat daruratan gigi dan mulut (oral urgent treatment/OUT), tersedianya pasta gigi yang mengandung fluoride dengan harga yang terjangkau (affordable fluoride toothpaste/AFT) dan penambalan gigi dengan infasi minimal (tanpa bur) atraumatic restorative treatment (ART).
Berdasarkan visi Indonesia Sehat 2010 dimana salah satu strateginya adalah paradigma sehat, dibidang kesehatan gigi strategi paradigma sehat dengan pendekatan primary oral healt care sangat tepat untuk meningkatkan status kesehatan gigi masyarakat, dengan prinsip: 1. Pemerataan jangkauan. Sesuai dengan prinsip pemerantaan jangkauan upaya promotif, preventif maupun jalur sekolah (Posyandu, Bina Keluarga Balita, Taman Kanakkanak, Usaha Kesehatan Sekolah). 2. Melibatkan Peran Serta Masyarakat Derajat kesehatan gigi masyarakat yang optimal bisa dicapai bila keluarga sebagai kelompok masyarakat terkecil telah mempunyai pengetahuan, kesadaran, kemampuan dan kemauan pemeliharaan kesehatan gigi yang baik. Diperlukan partisipasi aktif dari para motifator (Key Person) di masyarakat seperti : Tim Penggerak PKK, Guru, Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat lainnya . 3. Terfokus Pada Upaya Pencegahan Kegiatan diutamakan pada upaya pencegahan dan upaya peningkatan kesehatan gigi, antara lain : Penyuluhan, Kampanye menyikat gigi, Pemberian tablet fluor
(dibeberapa propinsi dengan kadar fluor air
minum rendah) . 4. Pendekatan Multi Sektor Agar upaya Promotif Preventif kesehatan gigi menjadi bagian integral dari upaya kesehatan lainnya, perlu dilaksanakan advokasi / pendekatan pada lintas program dan lintas sektor dari pusat sampai ke daerah.
5. Penerapan Teknologi tepat guna Penelitian-penelitian di beberapa Fakultas Kedokteran Gigi menunjukkan banyak tanaman-tanaman asli Indonesia yang berkhasiat untuk kesehatan gigi dan mulut . Misalnya, Teh mengandung kadar fluor yang tinggi, sirih, saga, kulit kemuning mengandung zat yang berkhasiat untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit gigi. Pemanfaatan tanaman obat tersebut sanagat diperlukan dalam menunnjang pemeliharaan kesehatan gigi masyarakat. C. Kunjungan Masyarakat Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan Gigi Kunjungan pasien adalah pemanfaatan penggunaan fasilitas kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan maupun dalam bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan. Tingkat kunjungan ulang dalam jasa pelayanan kesehatan ditujukan dengan perilaku kunjungan pasien ke unit pelayanan kesehatan sabagai tingkat kepuasan pasien terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Kunjungan juga berarti adanya kepercayaan pasien terhadap organisasi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhannya. Besarnya tingkat kunjungan pasien kefasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu yaitu harian, mingguan, bulanan dan tahunan (Idawani, 2001). Menurut pedoman pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas (Depkes RI, 2004) salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dipuskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dibidang
perawatan adalah pelayanan yang di poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi dan mulut pada jam tertentu Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat/ tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotof, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau masyarakat. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 47 tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan) Fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut meliputi : 1.
Praktek perseorangan dokter gigi
2.
Klinik
3.
Puskesmas
4.
Balai kesehatan masyarakat
5.
Rumah sakit
(PMK RI no. 20 tahun 2016 tentang izin dan penyelenggara praktek terapis gigi dan mulut)
D. Cara Mengukur Kunjungan Pasien Pemanfaatan fasilitas kesehatan puskesmas dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu rata-rata kunjungan perhari, buka puskesmas dan frekuensi kunjungan puskesmas. Mengukur kunjungan pasien adalah mendata seseorang yang datang ke fasilitas kesehatan untuk dapat mendeteksi Kunjungan yang telah dilakukan. Kunjungan pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi minimal 6 bulan sekali untuk memeriksa kesehatan giginya. Tidak semua orang dijadwalkan untuk rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali, ada yang harus berkunjung
lebih sering atau bahkan hanya sekali dalam setahun. Tujuan utama berkunjung ke fasilitas pelayanan kesehatan gigi setiap 6 bulan sekali adalah sebagai tindakan pencegahan, mencegah kerusaskan gigi, dan kelainan lain yang beresiko bagi kesehatan gigi dan mulut (Ramadhan, 2010). Menurut Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Puskesmas Perkotaan (2002), puskesmas dengan jumlah kunjungan yang mencapai antara 10-20 pasien/hari dibutuhkan tenaga dokter gigi 2 orang, perawat gigi 2 orang dan tenaga non medis 1 orang. Sedangkan Menurut Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia (1999),
indikator efektifitas pemanfaatan puskesmas dilihat dari jumlah
kunjungan rerata pasien yaitu 9 orang per hari.
E. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Pasien Pemanfaatana fasilitas kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor waktu, jarak, biaya, pengetahuan, fasilitas, kelancaran hubungan antara tenaga kesehatan dengan klien, kualitas pelayanan dan konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoadmojo, 2003). Adapun faktor yang mempengaruhi kunjungan pasien ke Balai Pengobatan Gigi: 1.
Faktor Predisposisi Menurut Sarwono
(2012), faktor predisposisi adalah setiap
individu memiliki kecendrungan yang berbeda dalam memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
Karakteristik
ini
pengetahuan, pekerjaan, sikap, dan persepsi
meliputi
pendidikan,
a. Pendidikan Menurut Andersen (1973) bahwa pendidikan termasuk variabel dalam model struktur sosial. Tingkat pendidikan yang berbeda memiliki kecenderungan yang berbeda pula dalam pengertian dan reaksi terhadap masalah kesehatan mereka, sehingga diduga pendidikan berpengaruh juga dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan
gratis
mengemukakan
di bahwa
tingkat
Puskesmas.
pendidikan
Feldstein
termasuk
(1979)
faktor
yang
berpengaruh terhadap permintaan pelayanan kesehatan. Menurut Widyastuti, dkk (2010) pendidikan merupakan proses pemberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek dalam membangun
kehidupan
yang
lebih
baik.
Pendidikan
juga
merupakan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah ditetapkan. Tujuan pendidikan diharapkan agar individu mempunyai kemampuan secara mandiri untuk meningkatkan taraf hidup lahir batin dan meningkatkan peranannya secara pribadi. b. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil ‘tahu’ yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.
Kriteria pengukuran tingkat pengetahuan seseorang adalah: a. Baik
: Hasil presentase 76%- 100%
b. Cukup
: Hasil presentase 56%- 75%
c. Kurang
: Hasil presentase ≤ 56% (Arikunto, 2008)
c. Sikap Sikap adalah respons seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Dalam Notoatmodjo (2007) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 3 komponen, yaitu: 1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek 2) Kehidupan emosional dan evaluasi orang terhadap objek 3) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave). 2.
Faktor Pemungkin/Pendorong Faktor pendukung yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan terdiri dari pendapatan keluarga, kepemilikan jaminan kesehatan, tersedianya pelayanan kesehatan. a. Jarak Puskesmas Jarak antara tempat tinggal dengan tempat pelayanan kesehatan berpengaruh negative terhadap jumlah pelyanan kesehatan. Hal ini dapat dipahami karena semakin jauh tempat tinggal semakin jauh tempat tinggal pelayanan kesehatan akan semakin mahal. Ini telah
sesuai dengan teori permintaan yaitu jka barang yang diminta semakin mahal, maka jumlah barang yang dibeli akan semakin sedikit (Andersen et al, 1973; dalam Laij, 2012) Kriteria pengukuran jarak menurut Riskesdas (2010) dibagi menjadi 2 yaitu: 1) Terjangkau: Bila jarak pelayanan kesehatan < 3km atau tersedia transportasi 2) Tidak terjangkau: Bila jarak pelayanan kesehatan ≥3km dari jangkauan masyarakat. b. Kepemilikan Jaminan Kesehatan Kepemilikan jaminan kesehatan merupakan sumber dana keluarga untuk membayar pelayanan kesehatan diukur dengan ada atau tidaknya jaminan kesehatan. 3.
Faktor Penguat Faktor penguat terwujud dalam sikap dan perilaku petugas. Sikap dan perilaku petugas kesehatan sangat menentukan dalam memberikan pelayanan di fasilitas kesehatan meliputi : sikap petugas yaitu perawat dan dokter kepada pasien.
F. Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Pasien 1. Faktor Predisposisi a. Pendidikan b. Pengetahuan c. Sikap 2. Faktor Pemungkin a. Jarak Puskesmas b. Kepemilikan Jaminan Kesehatan 3. Faktor Penguat a. Sikap petugas kesehatan b. Prilaku petugas kesehatan
KUNJUNGAN PASIEN GIGI
Keterangan: huruf bercetak tebal merupakan variabel yang diteliti Sumber: Sarwono (2012), Widyastuti, dkk (2010), dan Notoatmodjo, 2007 Gambar 1 Kerangka Teori G. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsepkonsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2005) . Pengetahuan Kunjungan Pasien Gigi Jarak Puskesmas
Gambar 2 Kerangka Konsep
H. Definisi Operasional Tabel 1 Definisi Operasional DEFINSI OPERASIONAL Pengetahuan Tingkat pengetahuan sesorang tentang penting nya kunjungan ke pelyanan kesehatan gigi Jarak tempuh Jarak yang ditempuh dari kediaman menuju Puskesmas
NO VARIABEL 1
2
CARA UKUR Dengan cara memberikan kuisioner kepada pasien Dengan cara memberikan kuisioner kepada pasien
SKALA UKUR 0. Baik 76-100% Ordinal benar 1. Cukup 5675% benar 2. Kurang ≤56% (Arikunto,2010) 0. Terjangkau: < Ordinal 3 km 1. Tidak terjangkau: ≥ 3 km (Riskesdas, 2010) HASIL UKUR