Makalah Pk.docx

  • Uploaded by: Retno Monicha Sari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pk.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,156
  • Pages: 20
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA II ANALISIS JURNAL TENTANG TERAPI PERILAKU KEKERASAN PADA KELUARGA / MASYARAKAT

Dosen Pengampu : Ita Apriliyani, Ners., M.Kep

Disusun Oleh Kel 9 :

1. Aquar Febryana

(16142014248014)

2. Devit Arianti

(16142014258024)

3. Intan Mustadiroh

(16142014280046)

4. Nanjar Widiastuti

(16142014298064)

5. Setia Purwo widodo

(141420132620095)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN 5B UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puja dan puji kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ANALISIS JURNAL TENTANG TERAPI PERILAKU KEKERASAN PADA KELUARGA / MASYARAKAT” untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah keperawatan jiwa 2. Dalam menyusun makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca serta apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Purwokerto, 23 Oktober 2018

Penyusun

2

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1 KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2 DAFTAR ISI ...........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang ......................................................................................

4

B.

Rumusan Masalah .................................................................................

5

C.

Tujuan ....................................................................................................

5

BAB II PEMBAHASAN A.

Kriteria Inklusi & Eksklusi Responden ..................................................

6

B.

Metode Terapi .........................................................................................

6

C.

Teknik Pengambilan Sample .................................................................

6

D.

Rumus Pengambilan Sample .................................................................

7

E.

SOP Terapi ..............................................................................................

8

F.

Instrumen Tingkat Kegawatan ..............................................................

14

G.

Hasil Penelitian .....................................................................................

14

H.

Keaslian Penelitian ................................................................................

16

I.

Analisis Kelompok Tentang Keterbatasan Terapi ...............................

17

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan ..........................................................................................

14

B.

Saran ....................................................................................................

14

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

19

LAMPIRAN JURNAL ....................................................................................

20

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan kehidupan sekarang ini banyak mengalami perubahan dari pola hidup, pola aktifitas , perilaku hingga dari masalah keluarga dan masalah ekonomi yang mengganggu kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaan sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Sehat bukan hanya secara fisik yang terlihat diluarnya melainkan sehat secara rohani, mental, fisik, jiwa , dan psikologis. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada masyarakat umum terdapat 0,2-0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa berat dengan usia di atas 15 tahun di Indonesia mencapai 0,46%. Di Jawa Tengah sendiri terdapat 3 orang perseribu penduduk yang mengalami gangguan jiwa dan 50% adalah akibat dari kehilangan pekerjaan. Dengan demikian dari 32.952.040 penduduk Jawa Tengah terdapat sekitar 98.856 orang yang mengalami gangguan jiwa (Wahyuni,2007). Salah satu gejala gangguan jiwa adalah munculnya perilaku yang tidak wajar dari biasanya seperti perilaku kekerasan atau tindakan kekerasan yang tidak wajar. “kekerasan" juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak (wikipedia). Tindak kekerasan dipandang sebagai tindak kriminal yang dilakukan tanpa dikehendaki oleh korban yang menimbulkan dampak fisik, psikologis, sosial, serta spiritual bagi korban dan juga mempengaruhi sistem keluarga serta masyarkat menyeluruh ( Hamid, 2008 ). Peristiwa-peristiwa yang mencerminkan tindakan kekerasan seperti pembunuhan, kerusuhan, pembakaran, pemukulan dan penyiksaan. Tindakan kekerasan menyebabkan penderita menyakiti orang lain. Tindakan kekerasan itu akan menimbulkan penderita cenderung mempunyai sikap perusak , marah

4

dan mengakibatkan penderita muncul perilaku kekerasan jika tidak bisa dikontrol.

B. Rumusan Masalah 1. Untuk mengetahui latar belakang fenomena perilaku kekerasan 2. Untuk mengetahui jenis terapi / intervensi apa yang diberikan pada pasien PK 3. Untuk mengetahui siapa saja sasaran dari terapi ini 4. Untuk mengetahui metode terapi apa yang digunakan dalam pada pasien PK 5. Untuk mengetahui bagaimana hasil dari pemberian terapi / intervensi ini 6. Untuk menganalisis tentang keterbatasan / kekurangan terapi

C. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang apa itu perilaku kekerasan dan bagaimana atau terapi apa saja yang mampu diberikan oleh para perawat dalam menangani para pasien perilaku kekerasan.

5

BAB II PEMBAHASAN

A. Kriteria Inklusi & Eksklusi Responden Kriteria Inklusi Responde Kriteria inklusi untuk responden pada penelitian ini adalah para pasien dengan kriteria mudah marah dan pasien yang sudah kooperatif. Dilakukan pada pasien RSJD Dr. Amino GondoHutomo Semarang sejumlah 78 responden dengan teknik purposive sampling sehingga akhirnya hanya terdapat total sampling 39 responden.

Kriteria Eksklusi Responden Kriteria eksklusi adalah menghilangkan / mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-sebab tertentu (Nursalam, 2003: 97). Sebab-sebab yang dipertimbangkan dalam menentukan kriteria ekslusi antara lain: a. Subjek

membatalkan

kesediannya

untuk

menjadi

responden

penelitian, dan b. Subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data dilakukan.

B. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian two group pre-post design. Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok

subjek. Kelompok subjek diobservasi

sebelum dilakukan intervensi kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam,2008). Penelitian ini juga didukung dengan uji analisa bivariat dan uji statistik wilcoxon.

C. Teknik Pengambilan Sample Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sample purposive sampling atau judgmental sampling, dimana penarikan sample

6

secara purposive merupakan cara penarikan sample yang dilakukan dalam memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti sehingga sesuai dengan tujuan penelitian dan diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.

D. Rumus Pengambilan Sample Berbicara perihal rumus menentukan jumlah sampel berdasarkan purposive, akan menjadi dilematis. Sebab meskipun kita telah mengetahui daftar populasi yang akan kita teliti, namun ada kalanya jumlahnya tidak mencukupi jika akan menerapkan rumus simple random sampling oleh karena adanya batasan atau kriteria. Maka semua itu dikembalikan lagi pada peneliti, lebih menekankan jumlah yang mencukupi atau ketatnya batasan-batasan pada sampel. Langkah-langkah dalam menerapkan teknik Purposive Sampling ini adalah sebagai berikut: 1. Tentukan apakah tujuan penelitian mewajibkan adanya kriteria tertentu pada sampel agar tidak terjadi bias. 2. Tentukan kriteria-kriteria. 3. Tentukan populasi berdasarkan studi pendahuluan yang teliti. 4. Tentukan jumlah minimal sampel yang akan dijadikan subjek penelitian serta memenuhi kriteria.

Syarat Purposive Sampling : 1. Kriteria atau batasan ditetapkan dengan teliti. 2. Sampel yang diambil sebagai subjek penelitian adalah sampel yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Kelebihan dan Kekurangan Purposive Sampling  Kelebihan: 1. Sampel terpilih adalah sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Teknik ini merupakan cara yang mudah untuk dilaksanakan.

7

3. Sampel terpilih biasanya adalah individu atau personal yang mudah ditemui atau didekati oleh peneliti.  Kekurangan: 1. Tidak ada jaminan bahwa jumlah sampel yang digunakan representatif dalam segi jumlah. 2. Dimana tidak sebaik sample random sampling. 3. Bukan termasuk metode random sampling. 4. Tidak dapat digunakan sebagai generalisasi untuk mengambil kesimpulan statistik.

E. SOP Terapi Dari latar belakang diatas dirumuskan sebagai berikut Perilaku kekerasan mendapatkan berbagai macam terapi salah satu bentuk terapinya adalah dengan: 1. Terapi Relaksasi Nafas Dalam Teknik relaksasi nafas dalam tidak saja menyebabkan

efek yang

menenangkan fisik tetapi juga menenangkan pikiran. Oleh karena itu beberapa teknik relaksasi seperti nafas dalam dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan berkonsentrasi, kemampuan mengontrol diri, menurunkan emosi, dan depresi (Handoyo,2005).

8

9

10

2. Terapi Tertawa Tertawa adalah salah satu cara memberdayakan diri yang orang banyak tidak tahu manfaatnya. Tidak jarang orang yang tertawa juga mengeluarkan air mata. Reaksi fisik ini, menjadi daya tarik meneliti efek tertawa bagi kesehatan.

11

12

Minimal perlakuan / terapi diberikan selama tiga kali selama tiga hari dan setiap perlakuan diberikan selama 15 menit

13

F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden sebelum dan sesudah dilakukan terapi didukung dengan uji perbedaan efektifitas terapi menggunakan analisa bivariat dengan uji statistik Wilcoxon.

G. Hasil Penelitian Terapi relaksasi nafas dalam Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Mengontrol Perilaku Kekerasan Sebelum Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di RSJD. Amino GondoHutomo Semarang Tahun 2014 ( n = 39 ) Mengontrol perilaku

Frekuensi

Persentase

Tidak Mampu

33

100,00

Total

33

100,00

kekerasan

Pada tahap sebelum pemberian terapi relaksasi nafas dalam responden perilaku kekerasan yang tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan berjumlah 33 responden (100%).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Mengontrol Perilaku Kekerasan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di RSJD. Amino GondoHutomo Semarang Tahun 2014 ( n = 39 ) Mengontrol perilaku

Frekuensi

Persentase

Mampu

31

93,9

Tidak Mampu

2

6,1

Total

33

100,00

kekerasan

Setelah pemberian terapi relaksasi nafas dalam pada tahap ini responden perilaku kekerasan mampu mengontrol perilaku kekerasan sejumlah 31 responden (93,9%).

14

Terapi tertawa Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Mengontrol Perilaku Kekerasan Sebelum Diberikan Terapi Tertawa di RSJD. Amino GondoHutomo Semarang Tahun 2014 ( n = 39 ) Mengontrol perilaku

Frekuensi

Persentase

Tidak Mampu

36

100,00

Total

36

100,00

kekerasan

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pasien perilaku kekerasan sebelum diberikan terapi tertawa yang tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan sejumlah 36 responden (100%).

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Mengontrol Perilaku Kekerasan Sesudah Diberikan Terapi Tertawa di RSJD. Amino GondoHutomo Semarang Tahun 2014 ( n = 39 ) Mengontrol perilaku

Frekuensi

Persentase

Mampu

35

97,2

Tidak Mampu

1

2,8

Total

36

100,00

kekerasan

Hasil efektifitas terapi berdasarkan hasil uji analisa bivariat & uji statistik wilcoxon Tabel 5.9 Hasil Efektifitas Terapi Relaksasi Nafas Dalam dan Tertawa Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Pasien Perilaku Kekerasan di RSJD. Amino GondoHutomo Semarang Tahun 2014 Terapi

Relaksasi

Pre

Post

Sd pre

Sd post

mean

mean

2,00

1,06

0,000

0,242

2,00

1,03

0,000

0,167

nafas dalam Tertawa

15

Berdasarkan tabel 5.9 diatas dinyatakan bahwa relaksasi nafas dalam sebelum dilakukan meannya 2,00 sesudah dilakukan menjadi 1,06. Sedangkan tertawa sebelum dilakukan mean didapatkan 2,00 sesudah dilakukan 1,03. Dengan standar deviasi yang berbeda, relaksasi sebelum 0,000, sedangkan tertawa sebelum dilakukan 0,000. Setelah diberikan relaksasi menjadi 0,242, sedangkan setelah diberikan tertawa menjadi 0,167.

Tabel 5.10 Perbedaan Efektifitas Terapi Relaksasi Nafas Dalam dan Tertawa Dalam Mengontrol Perilaku Kekerasan Pada Pasien Perilaku Kekerasan di RSJD. Amino GondoHutomo Semarang Tahun 2014 Kelompok

Selisih Mean

SD

Z

p value

0,94

0,242

582

0,000

0,97

0,167

Intervensi Relaksasi nafas dalam Tertawa

Berdasarkan hasil perbedaan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang diberikan terapi relaksasi nafas dalam lebih rendah dengan selisih mean 0,94

dibandingkan dengan terapi tertawa yang diberikan pada

responden dengan selisih mean 0,97. Berdasarkan tabel 5.9 Uji statistik Wilcoxon menguji efektifitas relaksasi nafas dalam dan tertawa dalam mengontrol perilaku kekerasan pada pasien perilaku kekerasan didapatkan nilai p value sebesar 0,000 dan nilai Z sebesar 7,682. Nilai p value lebih kecil dari 0,05 dan nilai Z hitung 7,682 > Z tabel 5,000 maka demikian tertawa mengalami perbedaan peningkatan daripada relaksasi nafas dalam.

H. Keaslian Penelitian Sebelumnya kami dari penyusun makalah belum pernah mengecek tentang keaslian jurnal penelitian sehingga untuk kriterianya seperti apa kami juga

16

belum paham. Tetapi disini kami menggunakan aplikasi plagiarsm checker (https://smallseotools.com/plagiarism-checker/) yaitu aplikasi online yang tersedia di playstore atau google untuk menilai kualitas tulisan seorang bloger atau makalah yang banyak tersebar di internet, dan setelah kami mengecek jurnal yang kami ulas dengan judul EFEKTIVITAS TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM DAN TERTAWA DALAM MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN PERILAKU KEKERASAN di RSJD Dr. Amino GondoHutomo Semarang tidak di temui jurnal yang sama atau related dengan isi dari tulisan tersebut , hanya saja memang sebelumnya pernah dilakukan penelitian tentang relaksasi nafas dalam di rumah sakit yang sama pada tahun 2011 dengan judul RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENGENDALIAN MARAH KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN

I. Analisis Kelompok Tentang Keterbatasan Terapi Menurut kelompok kami tentang keterbatasan terapi ini adalah dari tenaga kesehatannya sendiri apakah sudah memiliki kemampuan interpersonal, intelektual dan tekhnikal yang diperlukan untuk melaksanakan tindakan atau belum. Kemudian dari jumlah tenaga medisnya apakah sudah layak / memenuhi kriteria jumlah pasiennya atau belum.

17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Karakteristik klien yang paling banyak di kategori usia yaitu usia 17-27 tahun (53,8%), klien untuk jenis kelamin paling banyak laki-laki 62 klien (79,5%). Klien untuk kategori pekerjaan paling banyak pengangguran 23 klien (29,5%), klien pendidikan paling banyak SD dengan klien 40 (51,3%). Responden yang sebelum diberikan terapi relaksasi nafas dalam mengontrol perilaku kekerasan mendapatkan hasil yang tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan berjumlah 33 responden (100%).

B. Saran Perawat jiwa di rumah sakit diharapkan selalu memotivasi klien dan mengevaluasi kemampuan-kemampuan yang telah dipelajari dan dimiliki oleh klien sehingga latihan yang diberikan membudaya. Apabila terjadi kemunduran pada klien hendaknya perawat ruangan mengkonsultasikan perkembangan kliennya yang telah mendapat terapi spesialis kepada perawat spesialis yang dimiliki rumah sakit. Bagi peneliti selanjutnya semoga lebih dikembangkan tentang terapi ini serta penerapannya , bukan hanya saja di ranah rumah sakit tetapi mungkin bisa ke masyarakat dan keluarga.

18

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Revisi IV. Jakarta :Rineka Cipta Agus, R. (2001). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Chasannah, E. Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Tingkat Kemarahan klien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.http://publikasi.umy.ac.id/index.php/psik/article/view/5093. Chandrawinata, J (2007), Tingkat Pendidikan Pengaruhi Daya Tahan Stress. www.hupelita.com. Emmawati, C. (2010). Terapi Tawa. Diunduh dari http://www.holisticonline. com/Humor_Therapy/humor_therapy_introduction.htm. Farida, K. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika Handoyo, A. (2005). Panduan Praktis Aplikasi oleh Nafas 2. Jakarta : Elex Media Komputindo Hidayat, A.A (2007). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

19

LAMPIRAN

20

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Asma.docx
October 2019 19
Anemia.docx
October 2019 20
Kehamilan.docx
May 2020 20
Makalah Pk.docx
May 2020 9
Makalah.docx
May 2020 16
Rollplay.docx
November 2019 21