Pengertian Asma Asma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo: 2010). Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth: 2001). Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di sini. Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-sengal, hingga nafas yang berbunyi ”ngik-ngik” (Hadibroto et al: 2006). Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni: a.
Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat. Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas bekerja lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh alergen. Alergen bisa tampil dalam bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman, pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hingga zat/bahan makanan. Ketika alergen memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paruparu dan saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin. Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.
b.
Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan. Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik. Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma yang akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.
B.
Penyebab Terjadinya Asma
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu: 1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti: perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan. 2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma (inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma (inducer) adalah alergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.
C.
Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu: 1.
Intermiten
Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu ≤ 2x sebulan. 2.
Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari. 3.
Persisten Sedang
Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari. 4.
Persisten Berat
Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.
E.
Pemeriksaan penunjang
1. Lung Function Test Peak expiratory flow rate (PEFR atau FEV) berfungsi untuk mendiagnosis asma dan tingakatannya. 2.
Skin test : Berfungsi untuk mengetahui penyebab dari asma.
3. Chest X-ray : Berfungsi untuk komplikasi (pneumotoraks) atau untuk memeriksa pulmonaty shadows denganallergic bronchipulmonary aspergilosis 4. Histamine bronchial provocation test : Untuk mengindikasikan adanya airway yang hiperresponsif, biasanya ditemukan pada seluruh penyakit asma, terutama pada pasien dengan gejala utama batuk. Test ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang mempunyai fungsi paru yang buruk (FEV <1,5L) 5. Blood and sputum test : Pasien dengan asma mungkin memiliki peningakatan eosinofil di darah perifer (>9,4x10)
F. Pencegahan Kambuhnya Asma :
Perhatikan waktu atau kegiatan sebelum mendapat serangan, misalnya udara, rokok, makanan/minuman, debu, kegiatan fisik, obat-obatan, infeksi dan lain sebagainya. Buat catatan, sehingga di dapat gambaran jelas tentang penyebabnya dan dapat dihindari Cuci sarung bantal, sprei, horden lebih sering Potong rumput di halaman lebih sering Pilih tanaman yang tidak berbunga Jauhi asap rokok Hindari makanan laut Jangan memelihara binatang berbulu dirumah ( anjing, kucing, burung ) Gunakan pakaian hangat jika cuaca dingin Hindari aktifitas yang dapat membuat tubuh kelelahan Selalu sediakan obat asma di rumah/ di tas Jika menggunakan obat steroid hirup, setelah menghirup obat ini dianjurkan berkumur dengan air hangat untuk menghindari efek sampingnya berupa jamur pada kerongkongan dan pita suara Jika asma terlanjur kambuh, hentikan aktifitas dan segera beristirahat Obati serangan secara dini, jangan menunggu sampai sesak nafas Jika setelah minum obat tidak terjadi perbaikan, harus segera berobat ke UGD rumah sakit terdekat.
G. Penanganan Penyakit Asma : Secara non farmakologik (penanganan tidak dengan obat) · Pendidikan pada penderita mengenai penyakitnya sehingga dapat menyikapi penyakitnya dengan baik ·
Menghindari penyebab/pencetus serangan (allergen) dan kontrol lingkungan hidupnya
· Latihan relaksasi, kontrol terhadap emosi dan lakukan senam atau olah raga yang bermanfaat memperkuat otot pernapasan, misalnya berenang ·
Fisioterapi, sehingga lendir mudah keluar
Secara farmakologik (penanganan menggunakan obat) ·
Pereda serangan/ pelonggar saluran nafas, misalnya Salbutamol, Aminofilin
·
Pencegah serangan berulang, misalnya Prednisone, Dexametason
·
Pengencer lendir, misalnya Bromhexin, Ambroxol