Kehamilan.docx

  • Uploaded by: Retno Monicha Sari
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Kehamilan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,068
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kehamilan secara normal akan berada di kavum uteri. Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Kehamilan ektopik terjadi setiap saat ketika penananaman blastosit berlangsung dimanapun, kecuali di endometrium yang melapisi rongga uterus. Tempat yang mungkin untuk kehamilan ektopik adalah serviks, tuba fallopi, ovarium dan abdomen (Varney,dkk, 2006). Lebih dari 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba. Kejadian kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan. Angka kejadian kehamilan ektopik cenderung meningkat. Kejadian tersebut dipengaruhi oleh berbagai macam faktor antara lain, meningkatnya prevalensi penyakit tuba karena Penyakit Menular Seksual (PMS) sehingga terjadi oklusi parsial tuba, adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti apendisitis atau endometriosis, pernah menderita kehamilan ektopik sebelumnya, meningkatnya penggunaan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan, abortus provokatus, tumor yang mengubah bentuk tuba dan fertilitas yang terjadi oleh obat-obatan pemacu ovalasi. Bagi setiap wanita hamil yang diduga bidan mengalami kehamilan ektopik atau ketika tidak dapat dipastikan apakah kehamilan berlangsung di dalam rahim dan wanita tersebut menunjukkan tanda dan gejala kehamilan ektopik, maka penatalaksanaan medis lebih lanjut diperlukan. Bidan dapat melakukakan pemeriksaan fisik dan pengkajian riwayat kehamilan serta evaluasi laboratorium, termasuk pemeriksaan ultrasonografi. Jika kemungkinan kehamilan ektopik tidak dapat disingkirkan, maka bidan harus berkonsultasi dengan dokter (Varney, dkk, 2006). Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Penyebab pasti terjadinya kehamilan Mola hidatidosa belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif trofoblast, usia, keadaan sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi protein, infeksi virus dan faktor kromosom yang jelas, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya. Jenis pada molahidatidosa yaitu Molahidatidosa Komplet (MHK) dan Molahidatidosa Parsial (MHP). Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan Molahidatidosa berkisar antara 2,2% – 5,7%. Pada kehamilan Molahidatidosa jika tidak dilakukan penanganan secara komprehensif maka masalah kompleks dapat timbul sebagai akibat adanya kehamilan dengan Molahidatidosa yaitu TTG (Tumor Trofoblast Gestasional) dimana TTG ini terbagi menjadi 2 macam yaitu: Choriocarcinoma non Villosum dan Choriocarcinoma Villosum yang bersifat hematogen dan dapat bermetastase ke vagina, paru-paru, ginjal, hati bahkan sampai ke otak. Dengan presentasi kejadian tersebut adalah 18-20% keganasan. Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan, dengan mengukur kadar βHCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar β-HCG serum untuk mendeteksi Tumor Trofoblast Persisten. 2. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi dari kehamilan ektopik ? 2. Apa etiologi dari kehamilan ektopik ? 3. Apa manivestasi dari kehamilan ektopik ? 4. Apa patofisiologi dari kehamilan ektopik ? 5. Apa komplikasi dari kehamilan ektopik ?

6. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari kehamilan ektopik ? 7. Bagaimana penatalaksanaan dari kehamilan ektopik ? 8. Apa asuhan kebidanan pada kehamilan ektopik ? 9. Apa definisi mola hidatidosa ? 10. Apa etiologi mola hidatidosa ? 11. Apa patofisiologi mola hidatidosa ? 12. Apa macam-macam mola hidatidosa ? 13. Apa diferensial diagnosis mola hidatidosa ? 14. Bagaimana penanganan mola hidatidosa ?

3. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui definisi dari kehamilan ektopik 2. Untuk mengetahui etiologi dari kehamilan ektopik 3. Untuk mengethui manivestasi dari kehamilan ektopik 4. Untuk mengetahui patofisiologi dari kehamilan ektopik 5. Untuk mengetahui komplikasi dari kehamilan ektopik 6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari kehamilan ektopik 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari kehamilan ektopik 8. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada kehamilan ektopik 9. Untuk mengetahui definisi mola hidatidosa 10. Untuk mengetahui etiologi mola hidatidosa 11. Untuk mengetahui patofisiologi mola hidatidosa 12. Untuk mengetahui macam-macam mola hidatidosa 13. Untuk mengetahui diferensial diagnosis mola hidatidosa 14. Untuk mengetahui penanganan mola hidatidosa

BAB II PEMBAHASAN

KEHAMILAN EKTOPIK

1. Pengertian

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005). Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal). Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD). 2. Etiologi

a. Faktor dalam lumen tuba 

Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.



Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.



Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit.

b. Faktor pada dinding tuba 

Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.



Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.

c. Faktor diluar dinding tuba 

Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur.



Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

d. Faktor lain 

Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur.



Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita).

1. Bekas radang pada tuba 2. Kelainan bawaan tuba

3. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal 4. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba 5. Abortus buatan 6. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu 7. Infeksi pasca abortus 8. Apendisitis 9. Infeksi pelvis 10. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)

3. Manifestasi klinis

Nyeri perut Gejala ini yang paling sering dijumpai dan terdapat pada hampir semua penderita. Nyeri perut ini datang setelah mengangkat berat,buang air besar tapi kadang kadang juga waktu pasien sedang beristirahat. Gejala ini berhubungan dengan apakah kehamilan ektopik sudah ruptur. 1. Shock karena hypovolaemia 2. Amenorhoe 3. Perdarahan pervaginam Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus yang biasa 1. Nyeri bahu dan leher karena perangsangan digfragma 2. Nyeri pada palpasi Perut pendeita biasanya tegang dan agak gembung, ada tanda – tanda perdarahan intra abdominal(shifting dullness). 1. Tanda – tanda akut abdomen : nyeri tekan yang hebat (defance musculair), muntah, gelisah, pucat, anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau tidak terukur (syok). 2. Tanda Cullen : sekitar pusat atau linea alba kelihatan biru hitam dan lebam. 3. Pada pemeriksaan dalam :



Adanya nyeri ayun: dengan menggerakkan porsio dan serviks ibu akan merasa sakit yang sangat



Douglas crise : rasa nyeri hebat pada penekanan kavum douglasi



Kavum douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula teraba masa retrouterin (masa pelvis).

4. Patoisiologi

Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi Arias-Stella. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada

kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah : 1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total. 2. Abortus ke dalam lumen tuba Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang. 3. Ruptur dinding tuba Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.

5. Komplikasi

Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi. 6. Pemeriksaan Penunjang

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. 1. Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.

2. Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeri-raba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik. 3. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam. 4. Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan produksi human chorionic gonadotropin menurun dan menyebabkan tes negative. 5. Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya : 

Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi



Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic



Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak



Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan penghisapan



Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan:

1. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk. 2. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.

6. Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus bikornis. 7. Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.

8. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan di klinik

Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi dengan berkolaborasi dengan dokter. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit. Sebelum mengirim pasien ke rumah sakit, maka keadaan pasien harus dalam keadaan stabil, dengan infus dan oksigen telah terpasang. Setelah itu, siapkan persiapan rujukan sesuai dengan sistem rujukan. Beritahu keluarga dan libatkan keluarga dalam proses merujuk. 2. Penatalaksanaan di rumah sakit

Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi

reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Kehamilan ektopik pada umumnya dilakukan laparotomi. Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Harus dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat. Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi. Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah. Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi . Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Diagnosis pada pasien ini adalah kehamilan ektopik terganggu. Perawatan yang dilakukan sejak pasien datang adalah segeras mencari tahu kepastian diagnosis kehamilan ektopik terganggu dengan mengambil data lengkap dari anmnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan ginekologis, pemeriksaan penujang seperti pemeriksaan darah, tes kehamilan dan USG. Setelah didapatkan diagnosis kerja kehamilan ektopik terganggu, segera dilakukan intervensi pembedahan laparotomi (salpingektomi sinistra). Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) Hasil pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung menyerupai buah anggur. Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak bahkan bisa berkembang secara cepat.Hal ini yang membuat perut seorang ibu hamil dengan Molahidatidosa tampak cepat besar. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam bahasa medis di sebut ”Snow storm”. Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang pernah melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur bisa terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui hubungan seksual. Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih belum diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan kondisi sosial ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan gangguan peredaran darah dalam rahim.

Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari gelembunggelembung hamil anggur. Kuretase dilakukan dapat berulang beberapa kali tergantung kondisi kehamilan Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar hormon Hcg dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh-sungguh bersih. Pada keadaan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula dilakukan tindakan pengangkatan rahim, namun keputusan ini juga mempertimbangkan faktor umur ibu dan jumlah anak yang sudah dimiliki. Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

http://makalah-asuhan-kebidanan.blogspot.com/2010/11/askep-mola-hidatidosa.html http://meyceria.wordpress.com/2012/04/14/hamil-anggurmola-hidatidosa/ http://lilykasim-health-institute.blogspot.com/2011/03/penyebab-gejala-dan-tanda-mola.html http://medicastore.com/penyakit/893/Mola_Hidatidosa_Hamil_Anggur.html http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/ http://kehamilan-kewanitaan.blogspot.com/2012/12/kehamilan-anggur-mola-hidatidosa.html

More Documents from "Retno Monicha Sari"

Asma.docx
October 2019 19
Anemia.docx
October 2019 20
Kehamilan.docx
May 2020 20
Makalah Pk.docx
May 2020 9
Makalah.docx
May 2020 16
Rollplay.docx
November 2019 21