Tugas Makalah PBL “ Plasenta Previa” Dosen Pembimbing: Kentri A, SST, M.Kes
Disusun oleh : Yuninda Loviana Ersianti
(175070600111001)
Sheila Ilhami Puteri Harahap (175070600111004) Latifa Irma Damayanti
(175070600111005)
Nelisa Fajar Nur Febriana
(175070600111013)
Miranda Chrisan Anggreni
(175070600111020)
Synthia Paramitha P
(175070600111026)
Devi Rizka Rahmawati
(175070601111003)
Kelas A PROGRAM STUDI KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019 Case Pada hari ini tanggal 13 februari 2019 pukul 09.00 seorang perempuan hamil anak kedua datang ke PMB diantar suami dengan keluhan perdarahan. Perdarahan terjadi mulai 30 menit yang lalu dari hasil anamnesa di dapatkan hasil HPHT 02 juli 2018, riwayat SC pada kelahiran anak pertama perdarahan terjadi berulang yang pertama satu minggu lalu setelah berhubungan seksual tapi darah hanya flek-flek. Dari hasil pemeriksaan fisik TD 110/60 mmHg nadi 80x/menit RR : 18x/menit suhu : 36,7 derajat celcius. Inspeksi perdarahan merah segar: 1 softex penuh, tidak ada nyeri perut, TFU pertengahan pusat dan px, punggung kanan,kepala belum masuk,DJJ 146x/menit. Clarifying Concepts 1. Hamil anak kedua dengan keluhan Perdarahan berulang sejak satu minggu lalu setelah berhubungan seksual. 2. Perdarahan terjadi sejak 30 menit yang lalu 3. Tanggal periksa 13 februari 2019 4. HPHT 02 Juli 2018 dengan Usia kehamilan 32 minggu 5. Memiliki riwayat SC pada anak pertama 6. Kriteria perdarahan merah segar, satu softex penuh dan tidak nyeri perut 7. TD: 110/60 mmHg N : 88x/menit RR:18x/menit suhu: 36,7 8. TFU pertengahan pusat dan PX dengan DJJ 146x/menit kepala janin belum masuk PAP. Problem Identification 1. apakah berhubungan seksual dan riwayat SC dapat mempengaruhi perdarahan berulang ? 2. apakah dampak perdarahan tersebut berpengaruh terhadap kondisi ibu dan janin ?
3.bagaimana Diagnosa,penatalaksanaan dan komplikasi terhadap kasus tersebut ? 4. apakah flek darah pada ibu merupakan keadaan fisiologis ? 5. apakah informasi pemeriksaan janin sesuai dengan kehamilan ? 6. bagaimana mekanisme perdarahan pertama flek dan kedua lancar atau darah segar ?
Brain Storming 1. riwayat SC memiliki risiko meningkatkan perdarahan terdapat luka pada perdarahan. Berhubungan Kemungkinan saat berhubungan seksual,suami mengeluarkan hormon prostaglandin yang menyebabkan relaksasi otot polos sehingga serviks meregang dan timbul perdarahan. Berhubungan yang tidak tepat posisi menyebabkan perlukaan sehinga terjadi perdarahan. 2. Ibu terjadi syok hipovolemik dan bayi terjadi asfiksia Ibu mengalami anemia berat jika darah tidak kunjung berhenti atau bertambah banyak. 3. Diagnosa : mengalami plasenta previa dari ciri : Perdarahan merah segar dan tidak ada rasa nyeri Penatalaksanaan : -
Tirah baring/ bed rest
-
Dilakukan USG
-
Sebelum di rujuk perlu dilakukan perbaikan keadaan umum
Komplikasi -
Bisa terjadi infeksi akibat perdarahan
-
Bayi : dapat terjadi fetal distress
4. Dari kasus tersebut merupakan keadaan patologis karena implantasi plasenta berada pada OUI sehingga asupan nutrisi pada janin kurang maksimal sehingga timbul IUGR dan BBLR. 5. Semua sesuai usia kehamilan normal 6. Di duga plasenta berada di bawah atau berdekatan dengan OUI sehingga setelah berhubungan seksual dimana ada penekanan pada serviks sehingga terjadi perdarahan. Perlukaan berulang . Systematic Classification Kehamilan Patologis
Perdarahan
Mekanisme
Definisi Kehamilan Patologis
Diagnosa & Penanganan
Learning Objektif 1. memahami konsep kehamilan patologis plasenta previa 2. memahami mekanisme plasenta previa 3. memahami dan menganalisis diagnosa dan penanganan plasenta previa 4. mengkaji komplikasi plasenta previa terhadap ibu dan janin
Komplikasi
Self Study 1. konsep kehamilan patologis plasenta previa Konsep kehamilan patologis plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi dekat dengan OUI (ostium Uteri internum), terdapat 4 klasifikasinya
Plasenta Previa totalis: Seluruh ostium uteri internum tertutup oleh plasenta
Plasenta Previa Paritialis: Ostium uteri internum sebagian tertutup oleh plasenta
Plasenta previa marginalis: Tepi plasenta berada pada pinggir ostium uteri internum sekitar 2 cm dri os. Internal.
Palsenta letak rendah: plasenta implantasi pada segmen bawah uterus, sehingga tepi plasenta tidak mencapai tetapi sangat dekat dengan ostium uteri internum.
Etiologi dari plasenta previa yang dihubungkan pada kasus bahwasanya perdarahan yang awalnya hanya flek-flek hingga menghabiskan 1 softex diakibatkan dari plasenta yang dekat dengan OUI pada saat berhubungan seksual dengan suami terjadi pelukaan yang mengakibatkan merembesnya darah, perlukaan terjadi berulang mengakibatkan terjadinya plasenta previa hingga menghabiskan 1 softex. Faktor risiko dari plasenta previa itu sendiri:
Cacat bekas bedah sesar
Perempuan perokok
Kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis
Umur diatas 35 tahun
Defek vaskularisasi desidua akibat perubahan atrofik dan inflamatorik
jika dikaitkan dengan kasus bahwasanya sang ibu memiliki riwayat SC pada anak 1. Hal ini beresiko terjadi plasenta previa. Bahwasanya SC berperan 2-3X menaikkan insiden resiko karena terjadi perlukaan yang mengakibatkan kecacatan pada dinding rahim sehingga mengurani vaskularisasi pada uterus dan meningkatkan insiden terjadinya plasenta previa, selain itu pada kasus tidak
dikatakan umur ibu. Padahal umur ibu juga memiliki risiko yang cukup besar. Dikatakan bahwa umur ibu diatas 35 tahun pada primigravida berisiko 10X lebih besar diubanding 25 tahun, dan pada multigravida diatas 35 tahun berisiko 4X mengalami plasenta previa dibanding 25 tahun.
sumber: william obstetri. 1991. Plasenta Previa. Edisi 17. Cetakan 1. Hal 470-471 Erna, S. 2017. Kegawatdaruratan maternitas. Hal 35 Maya. 2019. Perdarahan Kehamilan >22 minggu. PPT. Slide 4. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan 2. Hal 496 Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Hal 367
2. Mekanisme Plasenta Previa Tapak plasenta terbentuk dari jaringan Maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian dari Uri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak dan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai dampak plasenta. Demikian pula pada waktu servis mendatar dan membuka ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi Maternal yaitu dari ruangan intervillous dari plasenta oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak tertutup sempurna. (Sarwono,2016) manuaba 2008 menyatakan terjadinya implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan karena :
endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
lapisan endometrium tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin
Vili korialis pada korion leave yang persisten
Sumber : Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2016. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Manuaba. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. 2008. EGC : Jakarta 3. Diagnosis Diagnosa - History taking Menanyakan kepada klien keluhan perdarahan seperti apa, bagaimana frekuensinya, banyaknya darah, sifat darah dan gejala yang mengiringi. Jika klien mengatakan perdarahan tanpa adanya rasa sakit, perdarahan lewat vagina merah segar yang sering berhenti secara spontan dan kemudian kambuh lagi dengan perdarahan yang lebih banyak. - Konfirmasi ulang usia kehamilan Jika usia kehamilan >22 Minggu dimungkinkan plasenta Previa dapat terjadi, namun jika usia kehamilan <22 Minggu dicurigai gangguan/kelainan yang lain.
A.2 Physical Examination Melakukan pemeriksaan spekulum dan diikuti dengan ultrasonografi (diagnosis confidence). Melihat apakah darah masih keluar dari vagina dan adakah genangan darah disekitar servix. Jika dokumentasi sebelumnya tidak ada indikasi plasenta previa, maka dapat dilakukan pemeriksaan spekulum. Untuk pemeriksaan vaginal toucher dikontraindikasikan.
Temuan klinis wanita dengan plasenta previa mungkin bisa : -Perdarahan yang banyak -Hipotensi (TD rendah) -Takikardi (denyut jantung lebih cepat) -Rahim lunak dan lembut -DJJ normal
Referensi : Lockwood,
Charles
J.
Et
al.
2019.
Placenta
Previa:
Management.
(Https://www.uptodate.com/contents/placenta-previamanagement?search=placenta%20previa%basic&source=search_result_selectedTi tle=2~150&usage_type) Diakses 13 Januari 2019. Manajemen : Pada kasus plasenta previa secara umum manajemen terdiri dari 2 langkah; resusitasi/ stabilisasi keadaan pasien dan manajemen rujukan. Pada kehamilan dibawah usia 36 minggu didapatkan bahwasanya penanganan terhadap plasenta previa adalah secara umum mengutamakan istirahat / bed rest dan menghindari berhubungan seksual. Penggunaan kortikosteroid juga disarankan untuk komplikasi pada resiko prematur sebagai penanganan terhadap proses pematanganan paru-paru janin. Didapatkan pula, proses resusitasi adalah dipecah menjadi 2 bagian ditinjau dari derajat tingkat severity perdarahan output pada plasenta previa, yang pertama adalah stabilisasi hemodinamik ibu dengan mengkaji tanda vital dan melakukan monitoring terhadap standar kegawat daruratan yakni tekanan darah, pacu jantung, nadi, pernafasan, hemoglobin level dan output urin. Apabila hb darah didapatkan kurang dari 10 mg/dL maka perlu dilakukan stabilisasi pada keadaan tsb untuk mencapai hb 10 mg/dL namun pada kondisi gawa darurat atau indikasi sc, level hemoglobin yang dituju adalah minimal 8 mg/dL. Dengan melakukan stabilisasi
cairan ibu dengan intravrna kristalloid (bisa menggunakan NS atau ringer lactate) dengan tujuan stabilisasi cairan hingga output urin pasien mencapai 30 ml/ jam. Yanh kedua adalah dengan melakukan transfusi darah, transfusi darah untuk menggantikan volume darah yang hilang dan menjaga tekanan darah, kemudian transfusi plasma darah untuk menjaga kadar fibrinogen yang diperlukan (acuan fibrinogen > 250 mg/dL, platelet >100.000/microL. Kebutuhan transfusi darah dikaji dari tekanan darah pasien, TTV, output urin, level HB, keberadaan takikardia dan hipotensi, merupakan indikasi diagnosa derajat perdarahan gawat darurat. Sumber : -Bjelanovic V, Babic D, Oreskovic S, Tomic V, Martinac M, Juras J. Pathological pregnancy & psychological symptoms in women. Coll Antropol. 2012;36(3) : 847-52 -M, Matalliotakis et al. Association of Placenta Previa with history of previous caesarean deliveries and indications for a possible role of a genetic components. Balkan journal of medical genetic. 2017; BMJG, 20(2), 5-10. doi:10.1515/bmjg2017-0022
4. Komplikasi:
Beberapa kasus menimbulkan perdarahan yang cukup banyak dan fatal.
Anemia sampai syok: pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan perdarahan semakan banyak.
Plasenta ikreta dan plasenta perkreta: plasenta yang berimplantasi pada segemen bawah rahim dan sifat segmen yang tipis memudahkan jaringan trofoblas dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam myometrium bahkan sampai ke perimetrium.
Morbiditas: serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat potensial untuk robek disertai perdarahan yang bayak.
Kelaianan letak anak pada plasenta previa sering terjadi.
Kelahiran premature dan gawat janin: tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm.
Dibagi menjadi 2 ranah, dari pihak maternal dan fetal. Komplikasi maternal antara lain ntepartum/ postpartum hemorrhage, puerperial sepsis, plasenta accreta, Adapun untuk fetal adalah IUGR (15%), hipoksia, kelahiran prematur, kematian.
Sumber : Sarwono Prawirohardjo. Ilmu Kebidanan. 2016. PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.