MAKALAH DIETETIK
“ANOREXIA NERVOSA”
Disusun Oleh : Aisyah Milkhatin;106
Shintia Fisabilillah;133
Delta Sanky;144
Evi Febriyanti ;108
Ghufron Aziz;132
Tika Maharani;145
Umi Kurniawati ; 114
Andriani Retno U;135
Yustisia A;146
Arisandra N. F; 115
Oktavia S;140
Arvia Wiandari;149
Selistia Toha; 116
Amartiya P ; 139
Amna Arfiyanti;151
Arif Prasetyo L. ;124
Indah Arum ;137
Berlian Isti;134
Alya Alvionita ; 141
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHSURAKARTA 2018 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anorexia Nervosa adalah suatu gangguan makan yang sering terjadi pada remaja terutama remaja wanita. Gangguan makan ini ditandai dengan adanya rasa takut intens terhadap kenaikan berat badan sekecil apapun. Ada fase dimana penderita anorexia nervosa mengomsumsi makanan dengan jumlah yang sangat banyak dan tidak terkontrol, akan tetapi setelahnya mereka akan merasa bersalah dan kemudian melakukan banyak cara untuk mengeluarkan makanan tersebut. Cara yang dilakukan untuk mengeluarkan makanan tersebut adalah dengan mengomsumsi obat pencahar, atau memaksa muntah. Ada dua macam faktor penyebab dari anorexia nervosa yaitu faktor biologis dan faktor psikologis. Dampak yang diakibatkan dari gangguan makan ini juga beragam, ada dampak fisik dan dampak psikologis. Dampak psikologis sering dialami penderita anorexia yang merujuk pada depresi karena rasa takut yang berlebihan akan kenaikan berat badan yang berlanjut pada keinginan bunuh diri. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas kuliah dietetik untuk kelas yang dibimbing oleh Ibu Elida Soviana yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kita terhadap pentingnya menjaga kesahatan tubuh terlebih yang berhubungan dengan dampak yang berat. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apakah yang dimaksud dengan anorexia nervosa? 2. Bagaimana ciri ciri yang ditunjukan oleh penderita anorexia nervosa? 3. Apa saja faktor penyebab anorexia nervosa? 4. Apa saja dampak yang dialami oleh penderita anorexia nervosa? 5. Bagaimana cara menanggulangi gangguan makan anorexia nervosa? 1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui gangguan makan anorexia nervosa 2. Untuk mengenali ciri ciri Anorexia Nervosa 3. Untuk meningkat pengetahuan kita tentang faktor faktor penyebab gangguan makan anorexia nervosa 4. Untuk memberikan informasi terkait dampak dampak yang dialami oleh penderita anorexia nervosa
5. Untuk memberikan informasi penanganan yang harus dilakukan untuk penderita anorexia nervosa BAB II PEMBAHASAN A.
DEFINISI Istilah anoreksia berarti hilangnya selera makan sedangkan nervosa mengindikasikan
bahwa hilangnya selera makan tersebut disebabkan oleh emosional. Biasanya orang yang mengalami Anoreksia Nervosa akan menolak untuk mempertahankan berat badan normal mereka. Sehingga, hal ini berarti orang-orang tersebut memiliki berat badan kurang dari 85 persen dari berat badan orang-orang normal. Penurunan berat badan biasanya terjadi akibat melakukan diet, meskipun pengurasan (muntah dengan sengaja, penggunaan obat pencahar secara sengaja dan berlebihan) dan olahraga yang ekstrim serta berlebihan merupakan beberapa cara yang ditempuh oleh orang dengan anoreksia nervosa. Orang-orang dengan anoreksia nervosa sangat takut jika berat badan mereka bertambah, dan buruknya adalah rasa takut mereka tidak akan pernah berkurang apabila berat badan mereka turun. Pada dasarnya mereka tidak pernah merasa cukup kurus dengan berat badan mereka. Para pasien yang menderita anoreksia nervosaa memiliki pandangan yang menyimpang mengenai bentuk tubuh yang ideal. Bahkan, ketika tubuh mereka sudah menjadi sangat kuruspun mereka masih belum cukup merasa puas dengan bentuk tersebut serta mereka akan memiliki pemikiran bahwa terdapat beberapa bagian tubuh mereka yang masih terlihat gemuk khususnya pada bagian pantat, lengan, dan paha yang akan terlihat terlalu gemuk oleh mereka. Untuk memastikan ukuran tubuh mereka, mereka akan selalu memperhatikan bentuk tubuh mereka secara kritis melalui cermin dan hal tersebut dapat berlangsung selama berjam-jam. Harga diri mereka pada dasarnya terkait dengan menjaga bentuk tubuh mereka agar senantiasa terlihat kurus. Pada perempuan, bentuk tubuh yang sangat kurus akan menyebabkan amenorea, yaitu berhentinya periode menstruasi. Anoreksia Nervosa pada umumnya akan muncul pada awal hingga pertengahan masa remaja, dimana pada periode tersebut remaja akan lebih kritis memperhatikan bentuk tubuh mereka dan sering kali anoreksia nervosa muncul setelah masa diet dan terjadi stres dengan permasalah hidup sehari-hari. Kondisi ini akan lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki dengan prevalensi sepanjang hidup sedikit dibawah 1 persen. Para pasien yang mengalami anoreksi nervosa sering didiagnosis dengan gangguan depresi, alkhoholisme,
gangguan obsesif kompulsif, gangguan panic dan gangguan kepribadian. Laki-laki yang didiagnosis anoreksia nervosa juga akan cenderung mengalami skizofrenia, gangguan mood, dan ketergantungan zat. Penelitian Internasional tentang gangguan makan menunjukan 1% dari remaja wanita di Amerika Serikat menderita anoreksia. Di Norway, sebanyak 2,6% mahasiswa perempuan dan 1,3% mahasiswa Italy menderita anoreksia. Di Indonesia, 12-22% wanita berusia 15-29 tahun menderita defisiensi energy kronis (IMT<18,5). Di Indonesia sendiri masih belum banyak dilakukan penelitian dan publikasi yang melaporkan tentang penyimpangan perilaku makan. Sebuah penelitian di kalangan remaja yang telah dilakukan oleh Tantiani (2007) membuktikan 34,8% remaja di Jakarta mengalami penyimpangan perilaku makan dengan spesifikasi 11,6% menderita anoreksia. B. FAKTOR PENYEBAB 1) Factor Sosio Kultural Tekanan yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standar kurus yang tidak realistis 2) Factor Psikologi a. Diet yang kaku atau sangat membatasi dapat menyebabkan berkurangnya control yang diikuti dengan pelanggaran diet b. Ketidakpuasan terhadap tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan c. Merasa kurang memiliki control atas berbagai aspek kehidupan selain diet d. Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual e. Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan 3) Factor Keluarga Keluarga dari pasien gangguan makan sering kali memiliki karakteristik yang sama yaitu adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam membangun kemandirian 4) Factor Biologis a. Ketidakseimbangan pada system neurotransmitter di otak yang mengatur mood dan nafsu makan b. Kemungkinanpengatur genetis
C. TANDA DAN GEJALA 1) Gejala awal anorexia meliputi berat badan yang tidak stabil dan tidak seimbang dengan umur, postur serta tinggi tubuh (biasanya mencapai 15% dibawah berat badan normal) 2) Tidak mengalami menstruasi selama 3 bulan berturut-turut (untuk wanita) 3) Tidak mau dan menolak makan didepan umum 4) Sering merasa gelisah, lemah, kulit kering dan kusam, nafas pendek, fatigue, dyspepsia, pusing dan sakit kepala, khawatir berlebihan terhadap asupan kalori 5) Tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menekankan pentingnya prestasi dan penampilan sebagai nilai kebanggaan keluarga 6) Memiliki perhatian yang berlebihan terhadap kesempurnaan penampilan 7) Memiliki orang tua yang sibuk dengan dunia mereka sendiri sehingga kurang mendapat perhatian 8) Perubahan fisik seperti rambut rontok, detak jantung melambat, tekanan darah rendah dan brakikardia, tidak mampu menahan rasa dingin 9) Rentang terkena osteoforosis karena asupan kalsium yang rendah 10) Dapat menyebabkan kerusakan nadi dan organ vital lainnya jika beratbadan terus turun jika berat badan dibawah batas normal
D. DIAGNOSIS Untuk diagnosis dibutuhkan hal-hal sebagai berikut : 1. 2.
Berat Badan tetap 15% dibawah normal atau Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah 17,5 atau kurang. Pada pasien prapubertas bias mengalami gangguan periode pertumbuhan. Pengurangan berat bedan dilakukan sendiri dengan menghindarkan makanan yang mengandung lemak, yang membuat gemuk dana tau melakukan salah satu atau lebih dari hal yang berikut ini : -
Merangsang muntah oleh diri sendiri
-
Merangsang pengeluaran makanan oleh diri sendiri
-
Olahraga berlebihan
-
Makan obat penekan nafsu makan dana tau diuretic
3.
Terdapat distorsi citra tubuh (body image) dengan ketakutan menjadi gemuk terus menerus, menilai badan lebih berat dan pasien memberlakukan suatu ambang berat badan yang rendah bagi dirinya.
4.
Adanya gangguan fungsi endokrin pada aksis hipotalamus-hipofisis-gonad, dengan manifestasi pada perempuan sebagai amenore dan pada pria sebagai kehilangan minat seksual dan potensi. Juga dapat terjadi kenaikan hormone pertumbuhan, naiknya kadar kortisol, perubahan metabolism perifer pada hormon tiroid dan sekresi insulin abnormal.
5.
Jika mulai terjadi pada masa prapubertas, perkembangan pubertas tertunda atau bahkan tertahan. Pada anak perempuan buah dadanya tidak berkembang dan terdapat amenore primer, pada anak laki-laki genitalianya tetap kecil.
E. DAMPAK Ada banyak dampak negatif bagi seorang penderita anoreksia nervosa. Paling umum penderita anoreksia nervosa dapat mengalami perubahan pada kulit dan rambut tubuh dengan ciri khas timbulnya lanugo (Treasure dan Murphy dalam Gibney, et al., 2005). Lanugo adalah rambut tipis/halus yang tumbuh pada kulit yang menahan udara dalam rangka mengurangi hilangnya panas tubuh dan juga menggantikan fungsi isolator lapisan lemak yang hilang (Wardlaw dan Hampl, 2007) Fairburn dan Hill (2005) menyebutkan penderita anoreksia umumnya akan mengalami amenorrhoea pada saat remaja dan bila berlanjut akan mengakibatkan osteopenia yang akan berkembang menjadi osteoporosis dan pada akhirnya berisiko mengalami patah tulang. Hal ini kemudian dibuktikan oleh sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa 38%-50% penderita anoreksia mengalami osteoporosis (NN_B, 2008) Komplikasi pada penderita anoreksia nervosa juga dapat menyerang sistim organ utama dalam tubuh. Sekitar 3%-10% penderita anoreksia nervosa biasanya meninggal karena penyakit bunuh diri, penyakit jantung dan penyakit infeksi-. Anoreksia juga dapat memperburuk efek dari diabetes pada penderitanya, terutama bila menyuntikan insulin hanya sedikit
dengan
tujuan
meningkatkan
jumlah
glukosa
yang
keluar
dari
urin.
(Wardlaw&Hampl, 2007). Sebagai tambahan menurut jurnal yang dikeluarkan oleh National Institute of Mental Health (NIMH) pada tahun 2007, para penderita anoreksia nervosa memiliki angka kematian sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengalamai kelainan ini. Komplikasi umum yang mengarah ke kematian pada penderita anoreksia adalah terjadinya perdarahan pada paru-paru serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Ditambahkan oleh Grosvenor dan Smolin (2002) ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit, dehidrasi, abnormalitas jantung, dan edema disabkan karena adanya penurunan cadangan lemak di dalam tubuh. National Institute of Mental Health (2006) menyebutkan angka mortalitas diantara orang yang mengalami anoreksia diperkirakan sebesar 0,56% per tahun atau kira-kira 5,6% per dekade. Angka ini 12 kali lebih tinggi daripada angka mortalitas tahunan untuk semua penyebab kematian pada wanita usia 15-24 tahun di populasi umum. F.
PENATALAKSANAAN Memandang dampak medis dan psikologik anoreksia nervosa yang rumit, disarankan
melakukan rencana terapi yang komprehensif termasuk rawat inap di rumah sakit, jika diperlukan dan terapi individual maupun keluarga. Pendekatan kognitif, interpersonal, dan perilaku, serta beberapa kasus, obat-obatan, harus dipertimbangkan. Pertimbangan pertama di dalam terapi anoreksia adalah mengembalikan keadaan gizi pasien. Dehidrasi, kelaparan, dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius serta pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. 1. Mengembalikan berat badan kembali normal Seorang consultant gizi atau diet adalah bagian penting dari team yang diperlukan agar sukses merawat anorexia. Perawatan awal dititik beratkan untuk menstabilkan kondisi medis dari pasien dengan cara meningkatkan jumlah kalori dan menyeimbangkan electrolytes Setelah itu, therapy nutrisi diperlukan untuk mensupport proses penyembuhan dan penambahan berat badan yang stabil. Ini adalah proses yang intensif dengan melibatkan pendidikan mengenai nutrisi, perencanaan makan, monitoring nutrisi, dan membantu penderita anorexia untuk mengembangkan hubungan yang sehat dengan makanan. Dilakukan program diet ulang yang sehat untuk mengembalikan berat badan kembali normal, pada pasien tertentu kadang diperlukan perawatan di rumah sakit. Check kesehatan akan dilakukan untuk melihat berbagai kemungkinan komplikasi yang muncul. 2.
Terapi psikologi/ psikoterapi
Campur tangan medis membantu menghilangkan masalah fisik yang berhubungan dengan anorexia, namun biasanya juga perlu diiringi dengan pengubahan tingkah laku. Psychotherapy berperan penting dalam membantu penderita anorexia untuk memahami dan memulihkan diri. Berbagai jenis psychotherapy akan digunakan, tergantung dari situasi masing-masing penderita. Secara umum, target dari psychotherapy adalah untuk membantu mengembangkan sikap yang sehat dari pasien terhadap tubuh mereka dan makanan. Ini
mungkin melibatkan pencarian akar masalah yang jadi penyebab tingkah laku anorexia, juga cara mengatasinya. Beberapa jenis psychotherapy yang telah sukses dalam merawat anorexia adalah sebagai berikut: 1.
Cognitive behavior therapy (CBT) di design untuk mengubah pemikiran dan perasaan mengenai tubuh dan tingkah lakunya terhadap makanan, namun tidak membahas kenapa pemikiran dan perasaan itu timbul.
2.
Psychodynamic therapy, juga disebut psychoanalytic therapy, dilakukan untuk menggali penyebab emosional yang memicu tingkah laku anorexia. Therapy ini cenderung lebih lama dibanding CBT.
3.
Interpersonal therapy adalah therapy jangka pendek untuk membantu penderita anorexia mengidentifikasi masalah dalam berhubungan. Pasien mungkin akan diminta untuk melihat kembali sejarah keluarganya dengan tujuan untuk mengenali bidang-bidang masalah dan cara mengatasinya.
4.
Therapy keluarga dan pasangan ditujukan untuk membantu mengatasi konflik atau gangguan yang menjadi menjadi faktor pemicu tingkah laku anorexia. Therapy keluarga terutama sangat membantu dalam membantu para orang tua yang anorectic agar tidak menurunkan sikap dan tingkah laku mereka pada anak-anaknya. Terapi keluarga dapat bermanfaat bagi keluarga dari klien yang berusia kurang dari 18 tahun. Keluarga yang menunjukkan enmeshment, terapi keluarga juga berguna untuk membantu anggota keluarga menjadi partisipan yang efektif dalam terapi klien.(Sheila L. Videbeck, 2008 ). 3. Penyembuhan total Beberapa upaya yang dilakukan agar pasien kembali stabil, menghilangkan kebiasaan
dan pikiran-pikiran yang dapat menimbulkan gangguan makan kembali 4. Mengurangi atau menghapuskan perilaku atau pemikiran yang awalnya mengarah ke makan tidak teratur. Untuk menyembuhkan anoreksia nervosa diperlukan kesabaran. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah konseling bersama dengan anggota keluarga, serta edukasi tentang nutrisi, psikoterapi, dan kesehatan. Si penderita sangat membutuhkan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat. Jika ada salah satu anggota keluarga anda yang menderita kelainan ini, jangan berhenti mendukungnya untuk sembuh.
5. Psikofarmakologi Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang menunjukkan keberhasilan secara klinis. Amitriptilin (Elavil) dan siproheptadin antihistamin dalam dosis tinggi (sampai 28mg/hari). Dapat meningkatkan penambahan berat badan pasien rawat inap dengan anoreksia nervosa.(Sheila L. Videbeck, 2008)
BAB III PENUTUP KESIMPULAN Anoreksia nervosa merupakan suatu kelainan yang akhirnya menyebabkan seseorang menolak untuk mempertahankan berat badan diatas berat badan normal minimal menurut usia dan tinggi badan, dan mengalami gangguan dalam cara memandang berat atau bentuk badannya sendiri. Sehingga dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi yang serius bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu penderita anoreksia nervosa membutuhkan pengobatan medis dan psikis yang menyeluruh, yaitu perawatan dirumah sakit jika diperlukan, terapi individual serta keluarga, psikofarmakologi. SARAN Dari khususnya
penjelasan anoreksia
penanganannya,
kami
makalah nervosa memberikan
mengenai segala aspek tentang gangguan makan yang dilengkapi dengan contoh kasus beberapa
saran
yang
dapat
beserta
dilakukan untuk
mencegah dan mengatasi gangguan makan yang terjadi khususnya pada remaja, antara lain:
1. Tingkatkan
rasa
percaya
diri. Seseorang yang memiliki percaya diri tinggi
akan menerima apa yang ada dalam diri mereka baik dari segi penampilan maupun postur tubuh. 2. Bersikap realistis. Jangan
mudah percaya pada apa yang digambarkan media
tentang bentuk dan berat badan ideal karena dapat menurunkan rasa percaya diri. 3. Tingkatkan dinamika lingkungan. Usahakan tetap terjalin komunikasi yang baik
diantara keluarga dan teman. Apabila terjadi masalah segera ceritakan
kepada orang terdekat. 4. Rajin berkonsultasi pada dokter dan ahli gizi. 5.
DAFTAR PUSTAKA Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:EGC. Davidson, G.C.,Neale, J.M., Kring, A.M. 2010. Psikologi abnormal edisi ke-9. Jakarta:Rajawali Pers. Sudoyono AW, dkk. 2015. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing.