Bab 1.docx

  • Uploaded by: Deni Ilham Putra
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,259
  • Pages: 6
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena ketidak normalan sekresi insulin dan kerja insulin (ADA, 2014). World Health Organization (WHO) sebelumnya pernah merumuskan DM menjadi suatu hal yang penting dan secara umum dapat dikatakan seperti suatu kumpulan masalah anatomik dan kimiawi akibat dari sejumlah faktor yang didapat defisiensi insulin absolut dan gangguan fungsi insulin. DM terbagi menjadi 2 jenis, yaitu DM tipe 1 (insulin-dependen diabetes mellitus), suatu kondisi defisiensi produksi insulin oleh pankreas dan kondisi seperti ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin. DM tipe 2 (noninsulin-dependent diabetes mellitus), terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk merespon insulin yang diproduksi oleh pankreas (resistensi insulin), sehingga tidak tercapai kadar gula dalam darah yang normal (Maulana,2009). Pada tahun 2015, 415 juta orang dewasa dengan diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di 1980an.pada tahun 2040 diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta (IDF Atlas 2015). Hampir 80% orang diabetes ada di Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Pada tahun 2015 presentase orang dewasa dengan diabetes adalah (1 diantara 11 orang dewasa menyandang diabetes). Pada tahun 2013, salah satu beban pengeluaran kesehatan terbesar di dunia adalah diabetes yaitu sekitar 612 miliar dolar, diestimasikan sekitar 11% dari total pembelanjaan untuk langsung kesehatan dunia. Pada tahun 2012, diabetes merupakan penyebab kematian kedelapan pada dua jenis kelamin dan penyebab kematian kelima pada perempuan. Pada tahun 2012 gula darah tinggi bertanggung jawab atas 3,7 juta

kematian di dunia, dari angka ini, 1,5 juta disebabkan oleh diabetes. Dari tahun 2010 sampai 2030 kerugian dari Gross Domestic Produk(GDP) di seluruh dunia karena diabetes diestimasikan sekitar 1,7 triliun dolar. 1 diatara 2 orang penyandang diabetes masih belum terdiagnosis dan belum dan belum menyadari bahwa dirinya diabetes. Pada tahun 2015 Indonesia menempati peringkat ke-7 dunia di dunia untuk prevalensi penderita diabetes tertinggi di dunia bersama dengan Cina India Amerika Serikat Brazil Rusia dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes sebesar 10 juta (IDF Atlas 2015). Diabetes dengan komplikasi merupakan penyebab kematian tertinggi ketiga di Indonesia (SRS 2014). kematian akibat diabetes di Indonesia merupakan yang tertinggi kedua setelah Sri Lanka prevalensi orang dengan diabetes di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat yaitu dari 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013). 2/3 orang dengan diabetes di Indonesia tidak mengetahui dirinya memiliki diabetes, berpotensi untuk mengakses kesehatan dalam kondisi terlambat( sudah dengan komplikasi) Prevalensi berat badan berlebih atau overweight (13,5% Riskesdas 2013) dan obesitas (15,4% riskesdas 2013) yang merupakan salah satu faktor resiko terbesar diabetes meningkat terus dibandingkan riskesdas 2007 dan 2010. Penderita diabetes di Indonesia yang mengalami komplikasi seperti, neuropati (63,5%), retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (16%), mikrovaskuler (6%), dan luka kaki diabetik (15%). Sedangkan angka kematian akibat ulkus kaki diabetik dan ganggren mencapai 17-23%, serta angka amputasi mencapai 15-30%, selain itu angka kematian 1 tahun pasca amputasi sebesar 14,8% (Purwanti,2013). Ulkus kaki diabetik di Indonesia merupakan penyebab paling besar untuk dilakukan perawatan di rumah sakit sebesar 80%. Kewaspadaan terhadap persoalan kesehatan kaki diabetes di Indonesia juga masih sangat kurang. Sarana pelayanan kaki diabetik yang masih

terbatas dan kurangnya tenaga kesehatan terlatih tentang pelayanan kaki diabetik menyebabkan pelayanan kaki pada klien diabetes di Indonesia masih kurang diperhatikan (PERKENI,2011). Pencegahan supaya tidak terjadi amputasi sebenarnya sangat sederhana, tetapi sering terabaikan. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah kepatuhan klien dalam perawatan atau mengatur dirinya untuk mengontrol kadar glukosa darah melalui kedisiplinan diet, melakukan pencegahan luka, serta perawatan kaki seperti yang telah disarankan oleh tenaga kesehatan. Perawatan kaki yang efektif dapat mencegah terjadinya resiko ulkus menjadi amputasi, selain itu klien DM perlu dilakukan screening kaki diabetisi dengan membuat format pengkajian kaki diabetisi dan mengkatagorikan resiko ulkus kaki diabetik sampai tindak lanjut penanganan kaki diabetik sesuai klasifikasi (Maulana,2009). Selain itu kurangnya pengetahuan atau kesadaran klien sehingga klien datang ke pelayanan kesehatan biasanya dalam keadaan gangren yang berat sehingga sering harus dilakukan amputasi, selain itu kesadaran yang rendah pada masyarakat tersebut menjadi salah satu faktor yang berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian ulkus kaki diabetik di Indonesia (Maulana,2009). Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan kepada klien DM yang beresiko terkena ulkus kaki diabetik bahwa diperlukan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki secara individual terkait dengan pengetahuan dan pemahaman yang tepat (Murtaza,et al,2007). Kemudian dapat dibuktikan bahwa tingkat pengetahuan klien DM tentang ulkus kaki diabetik dengan kategori baik hanya 34%, hal tersebut dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai ulkus kaki diabetik (Sundari, Aulawi & Harjanto,2009).

Meningkatnya prevalensi diabetes melitus akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan. Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif. Maka dalam kurun waktu 1 atau 2 dekade yang akan datang kekerapan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia akan meningkat dengan drastic (Soegondo, 2013). Diabetes mellitus yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena ketidak mampuan tubuh membuat atau menyuplai hormone insulin sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan kadar gula darah melebihi normal. Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi diabetes mellitus di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas), diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat diabetes mellitus pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7% dan daerah pedesaan. Diabetes mellitus menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2012). Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dilaporkan bahwa prevalensi DM sebanyak 2,1% lebih tinggi dibanding pada tahun 2007 sebanyak 1,1%. Hal ini kemungkinan akibat pola hidup yang tidak sehat. Pada tahun 2013 proporsi penduduk Indonesia berusia ≥ 15 tahun dengan DM atau diabetes melitus adalah 6,9%. Prevalensi diabetes yang terdiagnosa dokter tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%), DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi utara (2,4%) dan Kalimantan timur (2,3%). Prevalensi diabetes yang terdiagnosa dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi

tengah (3,4%) dan nusa tengara timur

(3,3%).(Kemenkes, 2013). Menurut prevalensi Sulawesi selatan termasuk salah satu provinsi dengan prevalensi DM tipe-2 sulawesi selatan khususnya daerah urban seperti kota Makassar dan faktor resiko yang semakin tahun semakin meningkat serta mengingat bahwa diabetes mellitus akan memberikan

dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. peningkatan sebesar 2,6% dari 0,8% ditahun 2007 menjadi 3,4% ditahun 2013 dan merupakan salah satu propinsi dengan prevalensi DM tertinggi ke-3 di Indonesia.(Dinkes, 2013) Menurut data di BLUD RSUD H.Padjonga Daeng Ngalle Kabupaten Takalar Penderita Diabetes melitus berdasarkan data dari instilasi rekam medik tahun 2014 jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 257 orang. Tahun 2015 jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 248 orang dan tahun 2016 sebanyak 313 orang penyakit diabetes mellitus. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan pengetahuan perawatan kaki diabetik terhadap perilaku pencegahan pada klien DM tipe 2 di BLUD RSUD H.Padjonga Daeng Ngalle ?” 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui tingkat pengetahuan perawatan kaki diabetik terhadap perilaku pencegahan

pada klien DM di BLUD RSUD H.Padjonga

Daeng Ngalle. 1.3.2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan perawatan kaki diabetik pada klien DM tipe 2. b. Mengidentifikasi perilaku pencegahan pada klien DM tipe 2.

c. Menganalisis hubungan pengetahuan perawatan kaki diabetik terhadap perilaku pencegahan

pada klien DM tipe 2 di BLUD RSUD

H.Padjonga Daeng Ngalle. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Pelayanan Kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penunjang tentang perawatan kaki DM bagi pelayanan kesehatan. 1.4.2 Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan pengetahuan tentang perawatan kaki DM dan perilaku pencegahan ulkus diabetik pada klien DM. 1.4.3 Bagi Peneliti Dapat memberikan pengetahuan dan wawasan serta pengalaman bagi penulis sekaligus peneliti untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh di institusi pendidikan sehingga dapat bermanfaat untuk melakukan asuhan keperawatan pada klien DM baik di rumah sakit maupun masyarakat, serta dapat memberikan gambaran bagi peneliti-peneliti selanjutnya.

Related Documents

Bab
April 2020 88
Bab
June 2020 76
Bab
July 2020 76
Bab
May 2020 82
Bab I - Bab Iii.docx
December 2019 87

More Documents from "Indrastika Wulandari"