MAKALAH AIK 4 AKHLAK PERGAULAN DALAM ISLAM
OLEH: 1. Salsabilla Rihadatul Aisy D.
(201610330311173)
2. Nabilah Fauziyah
(201610330311175)
3. Asri Nugrahandini Putri
(201610330311176)
Dosen : Drs. Nurdin Hasan, M.Ag
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2018
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Akhlak dalam Pergaulan Islam ini dengan baik. Makalah ini kami susun dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan baik segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca untuk di kemudian hari. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya dan dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Sekian, terima kasih Malang, 23 Mei 2018
Penyusun
A. Pengertian Akhlak Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angankan lagi. Akhlak terbagi menjadi dua yaitu: a. Akhlaaqul mahmudah (akhlak yang terpuji ) Contohnya ikhlas, sabar, syukur, khauf (takut kemurkaan Allah), Roja (mengharapkan keridhaan Allah), jujur, adil, amanah, tawadhu (merendahkan diri sesama muslim), bersyukur. b. Akhlaaqul madzmuumah (akhlak tercela ) Contohnya riya’ (melakukan sesuatu dengan tujuan ingin menunjukkan kepada orang lain), dengki (hasad), takabbur (membesarkan diri), ujub (kagum dengan diri sendiri), buruk sangka, tamak dan pemarah. B. Ciri-ciri seseorang yg memiliki akhlak islami
Tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu.
Akhlaknya mencakup semua aspek kehidupan.
Berhubungan dengan nilai-nilai keimanannya
Berhubungan dengan hari kiamat atau tafakur alam.
Memandang segala sesuatu dengan fitrah yang benar. Tercantum dalam Q.S Al-Maidah ayat 8:
لِلَِ ق َ َّو ا ِم ي َنَ كُو ن ُوا آ َم ن ُوا ا ل َّ ِذ ي َنَ أ َي ُّ َه ا ي َ ا ْ َِۖ ب ِ ا لْ ق َّ ِ َس ِطَ شُ َه دَا َء ْ بَ ه ُ َوَ ا َع ِد ل ُوا َۚ ت َعْ ِد ل ُوا أ َ َّلَ عَ ل َ ىَ ق َ ْو مَ شَ ن َ آ نَُ ي َ ْج ِر َم ن َّ كُ ْمَ َو َل ُ أ َقْ َر ََّۚللاََ َو ا ت َّق ُوا َۖ لِ ل ت َّقْ َو ى َّ َّللاََ إ ِ َّن َّ َت َعْ َم ل ُ و َنَ ب ِ َم ا َخ ب ِ ير Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Maidah:8)
C. Pengertian Pergaulan Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya.
D. Etika Pergaulan Menurut Islam Seorang mukmin dalam menjalankan kehidupannya tidak hanya menjalin hubungan dengan Allah semata (habluuminallah), akan tetapi menjalin hubungan juga dengan manusia (habluuminannas). Saling kasih sayang dan saling menghargai haruslah diutamakan, supaya terjalin hubungan yang harmonis. Rasulullah ‘saw bersabda: “Tidak” dikatakan beriman salah seorang di antaramu, sehingga kamu menyayangi saudaramu, sebagaimana kamu - menyayangi dirimu sendini”. (HR. Bukhari Miisllm) Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.
Ta’aruf Ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang. Tafahum Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Ta’awun Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa.
E. AKHLAK DALAM BERGAUL a. Ahklak pergaulan dalam muda-mudi Pergaulan yang baik dengan lawan jenis. hendaklah tidak didasarkan pada nafsu (syahwat) yang dapat menjerumuskan pada pergaulan bebas yang dilarang agama. Inilah yang tidak dikehendaki dalam Islam. Islam sangat memperhatikan batasan-batasan yang sangat jelas dala pergaulan antara laki-laki dengan perempuan. Seorang laki-laki yang bukan muhrim, dilarang untuk berduaan di tempattempat yang memungkinkan melakukan perbuatan yang dilarang. Kalau pun bersamasama sebaiknya disertai oleh muhrimnya atau minimal ditemani tiga orang, yaitu: dua laki-laki dan satu perempuan. atau Juga pergaulan untuk belajar atau bergaul jika ada dua orang perempuan dan seorang laki-laki. Hal ini memungkinkan untuk lebih menjaga diri.
Salah satu hadis mengemukakan bahwa jika seseorang pergi dengan orang lain yang bukan muhrimnya serta berlinan jenis kelamin, maka yang ketiganya pasti syetan yang selalu berusaha untuk menjerumuskan dan menghinakan. ltulah yang disinyalir dalam ayat A!-Quran, agar jangan mendekati zina. Mendekatinya sudah dilarang dan haram, apalagi melakukannya. Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Isra ayat 32:
ََۖالز ن َ ا ت َقْ َر ب ُوا َو َل ِ َ سَ ب ِ يلَ َو سَ ا َءَ ف ِ َُاح شَةَ كَا َنَ إ ِ ن َّه Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32) Islam mengajarkan agar dalam pergaulan dengan lawan jenis untuk senantiasa saling menjaga diri, menghormati dan menghargai atas dasar kasih sayang yang tulus karena Allah, bukan karena derajat, pangkat, harta, keturunan, tetapi semata-mata hanya karena Allah b. Ahklak pergaulan kepada sejenis Islam adalah agama yang dilandasi persatuan dan kasih sayang. Kecenderungan untuk saling mengenal dan berkomunikasi satu dengan yang lainnya merupakan suatu hal yang diatur dengan lengkap dalam ajaran Islam. Islam tidak mengajarkan umatnya untuk hidup menyendiri, termasuk melakukan ibadah ritual sendirian di tempat tersembunyi sepi, terpencil, dnn jauh dari peradaban manusia. Merupakan suatu hal yang wajar dan diajarkan oleh Islam, jika manusia bergaul dengan sesamanya sebaik mungkin, dilandasi ketulusan, keikhlasan, kesabaran, dan hanya mencari keridaan Allah Swt. Rasulullah saw hersabda:
خي ْي ِ ًّذلا ُنِمْؤُملا َ ْ خ َيل ى ِ َّذلا َنِمْؤُم ْلا َنِم رْيَخ ْمُه َا َذا ىَلَع ُ ِرب ُ َ صيَو َس َّانلا ُطِلا ُ َ ُطِلا )يذيمرتلا هاور( ْمُه َا َذا ىَلَع ُرِبْصَيَو َس َّانلا
Artinya “Seorang mukmin yang bergaul dengan sesama manusia serta bersabar (tahan uji) atas segala gangguan, mereka lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan yang lainnya serta tidak tahan uji atas gangguan mereka”. (HR. Tirmidi) Bergaul dengan sesama atau teman sebaya, baik dalam umur, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya, kadang-kadang tidak selalu berjalan mulus. Mungkin saja terjadi hal-hal yang tidak diharapkan seperti terjadi salah pengertian (mis understanding) atau bahkan ada teman yang zaim terhadap kita serta suka membuat gara-gara dan masalah. Hendaklah kita segera memaafkan kesalahanya sekalipun orang yang berbuat salah tidak meminta maaf. Kewajiban kita adalah segera meminta maaf dan memaafkan. c. Ahklak pergaulan kepada orang tua Dalam pergaulan sosial, kita dituntut untuk menjunjung tinggi hak dan kewajiban masing-masing, termasuk dalam pergaulan dengan orang yang lebih tinggi atau lebih tua dari kita. orang yang lebih tinggi dari kita, dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) bagian. yaitu: 1) Orang yang umurnya lebih tua atau sudah tua, 2) Orang yang ilmu, wawasan, dan pemikirannya lebih tinggi, sekali pun bisa jadi umurnya lebih muda, dan 3) Orang yang harta dan kedudukannva lebih tinggi dan lebih banyak. Dalam pergaulan sosial dengan mereka, hendaklah kita bersikap wajar dan menghormatinya, mendengarkan pembicaraannya, serta wajib mengingatkan jika mereka keliru dan berbuat kejahatan, dengan cara-cara yang lebih baik. Kita juga dilarang memperlakukan mereka secara berlebihan, misalnya terlalu hormat dan tunduk melebihi apa pun, sekalipun mereka salah. Hal ini sungguh tidak dibenarkan, sebab yang paling mulia di antara kita bukan umur, ilmu, pangkat, harta, dan kedudukannya, akan tetapi karena kualitas takwanya kepada Allah Swt. Hal ini sesuai dengan salah satu hadis Rasulullah saw dalam riwayat Thabrani:
نإ ِ َّ ْنِكَلَو ْمُكِلاَو ْ َما ىَلِا َلَو ْمُ ِكباَس ْ َحا ىَ ِلإ َلَو ْمُكِرَوُص ىَ ِلإ ُرُظْ َن َيل ىَل َا َعت َهللا َ ْ )ىناربطلا هاور( ْمُكِلاَم عاَو ْمُ ِكب ْ ُو ُلق ىَلِا ُرُظْنَي Artinya: “Sesungguhnya Allah Swt. tidak melihat ruhmu, kedudukan, dan harta kekayaanmu, tetapi Allah melihat apa yang ada dalam hatimu dan amal perbuatanmu”. (HR. Thabrani) d. Ahklak pergaulan kepada dosen/guru Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan keluhuran budi pekerti dan akhlak mulia. Segala sesuatu yang semestinya diiakukan dan segala sesuatu yang semestinya ditinggalkan diatur dengan sangat rinci dalam ajaran Islam, sehingga semakin banyak orang mengakui (termasuk non-muslim) bahwa Islam merupakan ajaran agama yang sangat lengkap dan sempurna serta tidak ada yang terlewatkan sedikit pun. Rasulullah saw pernah bersabda:
ق َمك َِار ََم لُت َ ِم ََمَِبُ ِعثْتَُ اِنَّ َما َِ َي َر َواهَُ( اْلَ ْخل َْ س ِلم اْلبُ َخ ِار ْ )و ُم َ Artinya: “Aku diutus (ke dunia) hanya untuk menyempurnakan akhlak terpuji”. (HR.Bukhari Muslim) Hal pertama yang semestinya dilakukan setiap muslim dalam pergaulan sehari-hari adalah memahami dan menerapkan etika atau tata cara bergaul dengan orang tuanya. Adapun yang dimaksud dengan orang tua, dapat dipahami dalam tiga bagian. Orang tua yang telah mengajarkan suatu ilmu, sehingga kita mengerti, dan memahami pengetahuan, mengenal Allah, dan memahami arti hidup, dialah “guru” kita. Kewajiban berbuat baik kepada kedua orangtua juga diungkapkan di dalam bentuk kata ihsan, ma’ruf, dan rahmah.
Islam memperingatkan setiap anak, bahwa menyakiti perasaan orangtua merupakan suatu dosa besar dan waib atasnya untuk selalu menjaga perasaan kedua orangtuanya. Hak orang tua dan anaknya tidak akan pernah sama dengan hak siapa pun di dunia. Jadi, segala bentuk ucapan, perbuatan, dan isyarat yang dapat menyakiti kedua orangtuanya atau salah satunya merupakan perbuatan dosa, sekalipun hanya berupa perkataan “ah”, “cis”, atau “uff”, apalagi jika sampai membentaknya. Sesungguhnya Allah tidak akan penah meridai seseorang kecuali kita merendahkan diri kepada keduanya disentai kelembutan dan kasih sayang. Allah Swt. berfirman dalam surat Al-Isra ayat 24:
َْحَ ل َ هُ َم ا َو ا ْخ فِ ض َ ار َح ْم هُ َم ا َر بَِ َو ق ُ ْلَ ال َّر ْح َم ِةَ ِم َنَ ال ذ ُّلَِ َج ن َ ا ْ ص ِغ ير ا َر ب َّ ي َ ا ن ِ ي كَ َم ا َ Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Daftar Pustaka
Bachdar, R. (2018). Akhlak Pergaulan dalam Islam. Jakarta. JavanLabs. (2018). Quran dan Hadist. Jakarta. kristianto, H. (2016). kata pengantar. batavia.