LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. X DENGAN TUMOR MEDIASTINUM POST OP THORACOTOMY DI RUANGAN RR BEDAH RSUP DR. M. JAMIL PADANG
OLEH
OLEH
NANA ARFI SURYA 1841312078
PROFESI KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2019
LAPORAN PEDAHULUAN TUMOR MEDIASTINUM POST OP THORACOTOMY
A. Landasan Teoritis Penyakit 1. Definisi Tumor adalah benjolan abnormal yang ada pada tubuh. Sedangkan mediastinum merupakan sebuah rongga yang berada diantara pulmo dextra dan sinistra yang berisikan jantung beserta pembuluh darah aorta dan arteri besar, pembuluh darah vena besar, trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah bening dan salurannya. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2017). Jadi, Tumor mediastinum adalah tumor yang berada di daerah mediastinum. Tidak ada hal yang spesifik yang dapat mencegah tumor mediastinum ini. Tetapi jika kita terbiasa berperilaku hidup sehat insyaalloh kita akan tehindar dari penyakit tumor dan kanker. Mediastinum terbagi menjadi tiga ruang, yaitu anterior (depan), tengah, dan posterior (belakang). Pada ketiga ruang mediastinum ini, tumor jinak atau tumor ganas dapat tumbuh. Sehingga pada mediastinum yang merupakan rongga sempit dan tidak dapat diperluas (fleksibel) jika terdapat pembesaran tumor, maka dapat menekan organ didekatnya yang kemudian menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa. Meskipun jarang terjadi, orang dewasa usia 30-50 tahun memiliki risiko lebih tinggi menderita tumor mediastinum yang biasanya dijumpai pada bagian mediastinum anterior. Sedangkan pada anak, tumor mediastinum sering kali ditemui pada bagian posterior. (dr. Agus Rahmadi, 2010)
2. Etiologi a. Pada bagian depan atau anterior, tumor mediastinum dapat disebabkan karena : 1) Benjolan pada tiroid mediastinal yang merupakan sebuah massa yang umumnya jinak, tapi terkadang dapat berubah menjadi ganas atau disebut kanker. 2) Limfoma, termasuk yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma nonHodgkin. 3) Timoma, yaitu merupakan kista pada bagian timus. b. Pada bagian tengah, tumor mediastinum dapat disebabkan karena : 1) Kista bronkogenik, yang merupakan sebuah tumor yang tumbuh pada saluran bronkus atau saluran pernapasan. 2) Kista perikardial, tumor jinak pada lapisan jantung. 3) Pembesaran kelenjar getah bening (Limfadenopati mediastinum) 4) Tumor trakea. 5) Komplikasi vaskular, seperti pembengkakan aorta.
6) Tiroid mediastinum massa, seperti gondok. Meski terbilang jinak, tapi dapat berisiko berkembang menjadi kanker. c. Pada bagian belakang atau posterior, tumor mediastinum dapat disebabkan karena : 1) Pembesaran kelenjar getah bening (Limfadenopati mediastinum) 2) Extramedular hematopoisis, yaitu munculnya benjolan langka pada bagian sumsum tulang dan berhubungan dengan kondisi anemia parah. 3) Kista neuroenterik mediastinum, yaitu munculnya benjolan langka pada sistem saraf dan pencernaan. 3. Manifestasi Klinis Tumor mediastinum tumbuh secara lambat sehingga pasien yang sering datang adalah pasien dengan ukuran tumor cukup besar yang disertai dengan gejala dan keluhan karena akibat dari penekanan tumor terhadap organ sekitarnya. Tanda dan gejala pada pasien tumor mediastinum tergantung pada organ yang terlibat dengan tumor, yaitu bila terjadi penekanan (inasi) pada : a. Trakea atau pada saluran utama bronkus Batuk, sesak, atau pernafasan stridor. b. Esofagus Disfagia atau kesulitan menelan makanan atau cairan. c. Vena kava superior (SVKS) Terjadi sindroma vena kava superior (SVKS) yang sering terjadi pada tumor mediastinum yang sudah ganas. d. Nervus laryngeal Suara serak dan batuk kering.
e. nervus frenikus Terjadinya paralisis diafragma atau tidak berkontraksinya salah satu atau kedua sisi diafragma. f. Sistem syaraf (neurogenik) Nyeri pada dinding dada. Gejala lainnya seperti : a. Nyeri dada merupakan gejala yang paling sering timbul terutama pada tumor mediastinum anterosuperior. Nyeri dada ini disebabkan karena terjadinya kompresi pada invasi dinding dada posterior dan nervus interkostalis. b. Dispnae atau sesak nafas, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang agak jarang seperti bunyi nafas stridor dapat menunjukkan terjadinya kompresi pada batang trakhebronkus. c. Disfagia atau gejala obstruksi terjadi jika tumor melibatkan esophagus didalamnya. d. Paralisis plika vokalis, sindrom horner dan sindrom pancoast terjadi jika tumor melibatkan nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus brakialis. e. Tumor mediastinun yang menyebabkan gejala ini paling sering berlokalisasi pada mediastinum superior. f. Paralisis diafragma jika tumor melibatkan nervus frenikus. (Muttaqin, 2007). 4. Pemeriksaan Penunjang a. Radiologi -
Foto thoraks
Untuk menentukan lokasi tumor berada, apakah pada anterior, medial atau posterior. Tetapi lokasi tumor sulit ditentukan jika ukuran tumor cukup besar. -
Tomografi Untuk menentukan lokasi tumor, mendeteksi jenis atau klasifikasi pada lesi yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor tiroid, dan kadang-kadang timoma. Teknik ini sangat jarang digunakan.
-
CT-scan toraks Untuk
menjelaskan
secara
detail
lokasi,
kelainan
tumor,
kemungkinan jenis tumor secara lebih baik, serta untuk menentukan luas radiasi beberapa jenis tumor mediastiinum. -
Flouroskopi Untuk melihat apakah ada kemungkinan terjadinya aneurisma aorta.
-
Ekokardiografi untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang diakibatkan karena terjadinya aneurisma aorta.
-
Angiografi Untuk mendeteksi terjadinya aneurisma aorta dibandingkan flouroskopi dan ekokardiografi.
-
Esofagografi Untuk dilakukan apabila ada dugaan terjadi invasi atau penekanan pada esofagus.
-
USG, MRI, dan Kedokteran Nuklir
Jarang dilakukan, tetapi pemeriksaan ini terkadang harus dilakukan untuk beberapa kasus tumor mediastinum. b. Endoskopi -
Mediastinoskopi Dilakukan apabila lokasi tumor berada pada mediastinum anterior.
-
Bronkoskopi Dilakukan apabila ada indikasi tindakan operasi. Bronkoskopi sering digunakan untuk pembeda antara tumor mediastinum dengan kanker paru primer. Tindakan ini dapat memberikan informasi tentang adanya penekanan tumor teerhadap saluran nafas beserta lokasinya,.
-
Esofagoskopi
-
Torakoskopi Diagnostik
-
Elektromagnestic Navigation Diagnostic Bronchoscopy Tindakan ini merupakan metode yang aman yang dilakukan untuk menjangkau sampel lesi-lesi yang tidak terjangkau bronkoskopi, misalnya pada arah perifer. Tindakan ini dapat digunakan untuk mengambil
sampel
lesi
tumor
mediastinum
dengan
cara
Tranbroncial Needle Bronchoscopy Aspiration (TNBA), dimana memberikan hasil diagnostik yang tinggi dan hasil tersebut tidak dipengaruhi oleh besar kecil dan lokasi tumor. c. Laboratorium -
Hasil
pemeriksaan
rutin
laboratorium
terkadang
sering
menunjukkan adanya peningkatan LED pada limfoma dan TBC
mediastinum. Namun pemeriksaan ini sering tidak memberikan informasi yang berkaitan dengan tumor. -
Uji tuberkulin bila adanya suspect limfadenitis TBC.
-
Pemeriksaan T3 dan T4 dibutuhkan untuk mendeteksi tumor tiroid.
-
Pemeriksaan beta-HCG dan alfa-fetoprotein dilakukan untuk tumor mediastinum sebagai pembeda antara tumor sel germinal seminoma dengan tumor sel nonseminoma (Syahruddin, 2011).
5. Komplikasi -
Obstruksi trachea
-
Sindrom Vena Cava Superior
-
Invasi vascular dan catastrophic hemorrhage
-
Ruptur esophagus
6. Penatalaksanaan Penatalaksaan tumor mediastinum tergantung klasifikasi dan jenis tumor, sifat tumor apakah tumor tersebut jinak atau ganas. Penatalaksanaan tumor mediastinum tergantung dari klasifikasi dan jenis tumor, sifat tumor apakah tumor tersebut jinak atau ganas. a. Tumor mediastinum bersifat jinak pembedahan atau operasi b. Tumor mediastinum bersifat ganas multimodaliti, yaitu bedah, kemoterapi, dan radiasi. (Syahruddin, 2011). a. Pembedahan Indikasi pembedahan adalah pada : -
Tumor stadium I
-
Stadium II jenis karsinoma dan karsinoma sel besar yang tidak dapat di bedakan (undifferentiated). Pada stadium II, dilakukan secara khusus apabila mencakup pada 3 kriteria berikut : 1) Karakteristik biologis tumor : baik, cukup baik atau buruk. 2) Letak tumor dan pembagian stadium klinis untuk menentukan teknik reseksi terbaik yang akan dilakukan 3) Keadaan fungsional penderita apakah pasien mempunyai penyakit
degeneratif
lain
atau
penyakit
gangguan
kardiovaskuler. Syarat untuk tindakan bedah adalah nilai spirometri dan bila terjadi ketidakadekuatan maka harus dilakukan konfirmasi dengan analisis gas darah. Tekanan O2 arteri dan saturasi O2 darah arteri harus > 90 %. Tujuan pembendahan pada pembedahan kanker paru untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak terkena kanker. b. Radiasi Indikasi dan syarat pasien dilakukan tindakan radiasi adalah : -
Pasien dengan tumor yang dapat dilakukan tindakan pembedahan namun beresiko tinggi.
-
Pasien kanker jenis adenokarsinoma atau sel skuamosa yang tidak dapat dioperasi dan juga terdapat pembesaran kelenjar getah bening. Komplikasi :
-
Esofagitis, hilang 7 – 10 hari sesudah pengobatan
-
Pneumonitis, pada rontgen terlihat bayangan eksudat.
c. Kemoterapi Kemoterapi digunakan untuk merusak pola pertumbuhan tumor pada pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. Syarat untuk pelaksanaan radioterapi dan kemoterapi : -
Hb > 10 gr/dl
-
Leukosit > 4000/mm3
-
Trombosit > 100.000/mm3 Selama pemberian kemoterapi atau radiasi perlu diawasi terjadinya respon penolakan dari tubuh dan efek samping obat..
Macam-macam kemoterapi berdasarkan klasifikasi tumor : a) Small Cell Lung Cancer (SCLC) b) Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
7. Tindakan Pembedahan (Thoracotomy) Thoracotomy adalah pembedahan dengan pembelahan dinding dada, Thoracotomy merupakan incisi ke dalam dada, dapat juga dilakukan dengan pembelahan antara tulang-tulang rusuk (intercostal atau lateral thoracotomy) atau dengan pemisahan dari sternum (median sternotomy). Lobectomy pulmonary adalah pemotongan satu lobus paru-paru (complete) atau sebagian dari lobus paruparu (partial). Pneumonectomy adalah pembuangan dari semua jaringan paru-paru pada satu bagian dari ruang thorac (Fossum, 2002). Thoracotomy merupakan suatu operasi paling sulit, karena dampaknya sakit dan dapat mengakibatkan pasien sulit untuk bernapas secara lancar, operasi ini mengarah ke atelectasis atau radang paru-paru. Thoracotomy memungkinkan
untuk pengamatan terhadap kondisi paru-paru, kerusakan dari paru-paru atau bagian dari paru-paru; kerusakan dari tulang rusuk, dan pemeriksaan, pengobatan, atau penghapusan suatu organ dalam rongga dada.. Thoracotomy juga dapat dilakukan pada organ jantung, kerongkongan, diafragma, dan bagian aorta yang melewati melalui rongga dada (Anonimus, 2008). Kanker paru-paru, tumor paru-paru, tumor mediastinum adalah yang paling umum memerlukan penanganan dengan thoracotomy. Tumor dan perkembangan radang dapat dihilangkan melalui pengirisan (prosedur yang disebut resection). Jaringan atau sampel, juga dapat diambil melalui pengirisan, dan diperiksa di bawah mikroskop untuk bukti abnormal sel. darurat thoracotomy. Dapat dilakukan untuk menyelamatkan pasien yang sudah dekat kematian sebagai akibat dari dada cedera. Darurat thoracotomy menyediakan ruangan ke rongga dada untuk mengontrol cedera yang berhubungan dengan pendarahan dari hati, jantung compressions untuk mengembalikan irama jantung yang normal, atau untuk meringankan tekanan pada jantung yang disebabkan oleh penyakit jantung tamponade (akumulasi cairan di ruang antara hati otot dan lapisan luar(Anonimus, 2007). Ada berbagai cara untuk melakukan thoracotomy. Cara yang paling umum dilakukan pada thoracotomy antara lain dengan melalui : -
Median sternotomy. Median lebar sternotomy menyediakan akses ke mediastinum dan merupakan pilihan pengirisan untuk kebanyakan operasi jantung terbuka dan akses ke mediastinum anterior.
-
Posterolateral thoracotomy. sangat umum pendekatan untuk operasi pada paru-paru atau posterior mediastinum, termasuk kerongkongan. Ketika
dilakukan
melalui
antara
tulang-tulang
iga
5.
Ruang,
memungkinkan akses ke optimal pulmonary hilum (pulmonary artery dan pulmonary vein) dan karena itu dianggap sebagai pendekatan pilihan untuk pulmonary resection (pneumonectomy dan lobectomy). -
Anterolateral thoracotomy. dilakukan pada dinding dada anterior; kiri anterolateral thoracotomy adalah torehan pilihan untuk buka dada pijat, manuver yang penting dalam pengelolaan melukai perhentian jantung. Anterolateral
thoracotomy,
seperti
kebanyakan
potongan
bedah,
memerlukan penggunaan jaringan retractors-dalam hal ini, suatu "tulang rusuk penyebar" seperti Tuffier retractor. -
Bilateral anterolateral thoracotomy. dikombinasikan dengan garis sternotomy hasil dalam pengirisan, pengirisan terbesar umum digunakan dalam operasi yang berkenaan dengan dada.
Setelah selesai dengan prosedur bedah, di dada tertutup. Satu atau lebih dada tabung dengan satu-akhir dibuka di dalam rongga pleural dan lainnya tenggelam di dalam larutan garam yang tertutup rapat kontainer, airtight membentuk sebuah sistem drainase yang diperlukan untuk mengeluarkan udara dan cairan dari rongga pleural, mencegah pengembangan pneumothorax atau hemothorax.
Persiapan Alat-alat Operasi Alat yang digunakan meliputi : -
Scalpel dan blade
-
Gunting lurus
-
Gunting bengkok
-
Arteri klem
-
Retractor finochietta
-
Needle holder
-
Needle
-
Pinset anatomi
-
Pinset chirurgis
-
Alli’s forceps
-
Dook steril
-
Dook klem
-
Tampon
-
Benang catgut dan cotton secukupnya
-
Kapas secukupnya
Persiapan Obat-obatan dan Kemikalia Obat dan kemikalia yang diperlukan dalam operasi ini antara lain: -
Atropin sulfat 0,025% dosis 0,02-0,04 mg/kg BB
-
Ketamin 10% dosis 10-40 mg/kg BB
-
Xilazin 10% dosis 2-3 mg/kg BB
-
Larutan penicili-streptomicin
-
Ampisilin 10%
-
Alkohol 70%
-
Yodium tincture
-
Salep Betadine
Pelaksanaan Operasi
Anestesi Umum posisi lateral recumbency, pemberian ketamin dengan dosis 10-40 mg/kg BB, xilazin dengan dosis 2-3 mg/kg BB secara intramuskular. Sebelumnya diberikan premedikasi dengan antropin sulfat 0,025 % secara sub cutan.
Perawatan Pasca Operasi -
Luka operasi diolesi salap Betadine dan dikontrol kebersihannya
-
Luka diperiksa secara kontinyu selama 4-6 hari
-
Selama seminggu diberikan antibiotik dan makanan yang lunak dan mempunyai nilai gizi yang cukup.
-
Jahitan luka dapat dibuka setelah bekas operasi kering dan benar-benar telah tertutup.
-
Mobilisasi pasien
8. WOC Virus Adanya zat yang bersifat initiation
Faktor hormonal Faktor lingkungan
Struktur dasar DNA berubah
Faktor genetik Initiation agent (unsur kimia. fisik, dan biologis)
Adanya perubahan struktur sel abnormal Memerlukan waktu yang lama dan berkesinambungan
Dalam jangka waktu panjang ; minggu bahkan sampai tahunan
Terbentuk formasi tumor
Vena leher mengembang pada sindroma vena cava superior
Memicu terbentuknya sel tumor
Terbentuk neoplasma
Nerves laryngeus inferior tertekan
Nervus vagus tertekan
Serangan batuk dan spasme bronkus
Suara serak
MK: gangguan konsep diri
Kompresi esofagus
Trakea tertekan
Gangguan menelan
Batuk atau stridor
MK: ketidak seimbangan nutrisi
MK : - ketidakefektifan pola nafas - Ketidakefektifan bersihan jalan nafas - Nyeri akut
B. Landasan Teoritis Askep 1. Pengkajian a. Identitas Inisial pasien, usia, jenis kelamin, tanggal lahir, alamat, agama, pekerjaan. b. Riwayat Kesehatan 1. Alasan Masuk Alasan masuk biasanya meupakan fator pencetus klien dibawa ke rumah sakit. Gejala dan tanda penyakit yang membuat pasien datang ke rumah sakit 2. Riwayat Kesehatan Sekarang Keluhan pasien yang biasa muncul pada pasien tumor mediastinum pada umumnya adalah batuk terus menerus, batuk berdahak, batuk berdarah, sesak nafas dan nafas pendek – pendek, nyeri kepala. Setelah post op thoracotomy pasien biasanyanya mengeluh nyeri pada luka operasi, nafas sesak sulit bernafas. 3. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat kesehatan dahulu pada pasien dengan tumor mediastinum biasanya adalah perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah yang tercemar polusi udara, riwayat penyakit bronchitis kronik, pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos, riwayat penyakit turunan seperti DM dan hipertensi 4. Riwayat Penyakit Keluarga Biasanya keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit kanker paru – paru/tumor mediastinum. Riwayat penyakit turunan seperti DM dan Hipertensi
c. Fungsional Gordon 1. Pola persepsi dan penanganan kesehatan Kaji bagaimana pesepsi klien terhadap penyakitnya, apa arti sehat dan sakit buat pasien, bagaimana pengetahuan pasien tentang penyakitnya. 2. Pola nutrisi Biasanya pasien mengalami penurunan berat badan, nafsu makan buruk,
penurunan
masukan
makanan,
kesulitan
menelan,
haus/peningkatan masukan cairan. Kaji bagaimana masukan atau intake makanan pasien. Kaji
bagaimana
nafsu
makan
pasien
dan
hal
yang
mempengaruhi nafsu makan klien. Kaji makanan favorit pasien, makanan yang dibenci dan makanan yang dapat membuat pasien alergi. Kaji apakah pasien menggunakan suplemen penambah nafsu makan atau penggunaan obat diet. Kaji perubahan berat badan sebelum dan sesudah sakit. Kaji terjadinya mual muntah, nyeri tekan abdomen, diet purin dan ketidakadekuatan intake cairan, distensi abdomen dan penurunan bunyi bising usus (<5x/i) 3. Eliminasi dan cairan klien Biasanya pasien mengalami diare yang hilang timbul, peningkatan frekuensi urin Kaji pola output urine pasien beupa frekuensi , warna dan bau urine
Kaji apakah ada gangguan saat berkemih, seperti rasa terbakar, oliguria, hematuria atau pola berkemih berubah. Kaji pola defekasi pasien, seberapa sering, warna dan karakteristiknya apakah keras, padat, cair atau lunak. Kaji penggunaan alat bantu berkemih dan defekasi Kaji riwayat infeksi saluran kemih kronis 4. Aktivitas/latihan Kaji aktivitas klien sebelum sakit, apa pekerjaan pasien, aktivitas seperti apa yang biasa dilakukan sebelum sakit Kaji keterbatasan klien dalam melakukan aktivitas 5. Tidur dan Istirahat Kaji pola tidur pasien, berapa lama tidur dan nyenyak atau tidak. Kaji kebiasaan klien sebelum tidur, kebiasaan jam bangun dan jam tidur dan apakah ada gangguan tidur karena penyakit. 6. Kognitif dan Persepsi Kaji kemampuan pasien dalam menulis, membaca dan mendengar. Kaji apakah ada penggunaan alat bantu mendengar dan lihat. 7. Persepsi Diri- Konsep Diri Kaji bagaimana gambaran siri klien. Kaji bagaimana pasien memandang dirinya saat sebelum dan sesudah sakit. Kaji apakah ada hal yang membebani pasien
Kaji apakah pasien sering merasa cemas, takut dan depresi akan penyakitnya. 8. Peran – Hubungan Kaji apa pekerjaan klien Kaji hubungan klien dengan teman kerja, keluarga dan lingkunag sekitar rumah. Kaji peran klien dalam keluarga Kaji keadaan ekonomi dan kegiatan sosial klien sebelum dan sesudah sakit 9. Seksualitas dan Reproduksi Kaji hubungan klien dengan pasangan (jika sudah menikah) Kaji apakah saat melakukan hubungan seks dengan pasangan menggunakan alat pelindung atau tidak. Kaji Adanya kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seksualitas pasien sebelum dan sesudah sakit 10. Koping – Toleransi Stress Kaji bagaimana visi klien setelah sembuh Kaji apa yang ingin pasien capai setelah sembuh Kaji koping stress pasien. 11. Nilai- Kepercayaan Kaji agama atau keyakinan klien. Kaji ketaataan pasien terhadap keyakinannya. Kaji sejauh mana keyakinan pasien merubah pandangan pasien terhadap penyakitnya
2. Pemeriksaan Fisik a) Sistem pernafasan (B1) Sesak nafas, dada tertekan, nyeri dada berulang, hiperventilasi, batuk, sputum banyak, penggunaan otot diafragma pernafasan diafragma dan perut meningkat, laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchi pada lapang paru, terdengar suara nafas abnormal, egophoni. b) Sistem kardiovaskuler (B2) Sakit kepala, denyut nadi meningkat, distritmia, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun c) Sistem persarafan (B3) Gelisah, penurunan kesadaran, latergi d) Sistem perkemihan (B4) Produksi urin menurun e) Sistem pencernaan (B5) Mual, kadang muntah, anoreksia, disfagia, nyeri telan, konsistensi feses normal/diare, bera badan menurun, penurunan intake makanan f) Sistem muskuloskeletal dan integumen (B6) Lemah, cepat lelah, kulit pucat, sianosis, turgor menurun akibat dehidrasi sekunder, keringat banyak, suhu kulit meningkat/normal, tonus otot menurun, nyeri otot, retraksi paru, penggunaan otot bantu pernafasan, flail chest g) Keadaan Umum Kaji bagaimana tingkat kesadaran klien. Tingkat kesadaran berdasarkan GCS dengan kriteria -
composmentis
-
Somnolen
-
Stupor
-
Apatis
h) Pemeriksaan tanda-tanda vital Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu i) Pemeriksaan head to toe 1. Kepala : bagaimana bentuk kepala pasien, adanya oedema atau tidak, ada lesi atau tidak, warna rambut, bentuk rambut, bersih atau tidak. 2. Wajah : Ada kemerahan atau tidak, adanya jerawat atau minyak pada muka. 3. Mata -
Inpeksi : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada kotoran atau tidak, Konjungtiva : Anemis, Sklera ikterik atau tidak, Pupil Tidak dilatasi (isokor).
4. Hidung -
inpeksi : apakah simetris atau tidak, ada sekret atau tidak ada, ada pernafasan cuping hidung atau tidak
-
Palpasi : ada polip atau tidak,.
-
Inpeksi :lihat bagaimana kelembaban mukosa bibir, dan
5. Mulut
apakah pucat atau tidak. 6. Telinga -
Inpeksi : simetris kiri dan kanan, apakah ada serumen atau tidak.
7. Leher
-
Palpasi : raba apakah ada pembesaran kelenjar tyroid (getah bening) atau tidak, pembesaran vena jugularis (distensi vena jugularis) atau tidak.
8. Thorax a) Paru – paru -
Inspeksi
: pergerakan dada simetris atau tidak
-
Palpasi
: apakah ada nyeri saat ditekan atau tidak
-
Perkusi
: apakah bunyi yang dihasilkan sonor
atau Tidak -
Auskultasi
: Tidak ada suara tambahan
b) Jantung -
Inspeksi
: normalnya :Ictus cordis tidak tampak
-
Palpasi
: normalnya : Ictus cordis teraba pada
ICS 4 – 5 midclavicula -
Perkusi
: Normalnya : Pekak
-
Auskultasi
: Irama teratur dan tidak ada bunyi suara
Tambahan c) Abdomen -
Inspeksi
: Tidak simetris, dan edema, striae
-
Palpasi
: Nyeri tekan
-
Perkusi
: Suara redup
-
Auskultasi : adanya Bising usus
d) Ekstremitas
: apakah ada hambatan dalam beraktivitas atau
tidak, ada nyeri atau tidak, ada oedema atau tidak, ada kekakuan atau tidak.
e) Integument
: Normalnya : Turgor kulit baik, kulit tidak
kemerahan, terdapat bulu halus. f) Genitalia
: apakah genitalia bersih atau tidak, terpasang
kateter atau tidak
3. Diagnosa Keperawatan Pre Op -
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
-
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-
Ansietas
Post Op -
Ketidakefektifan pola nafas
-
Nyeri akut
-
Resiko infeksi
-
Resiko pendarahan
-
Nutrisi kurang dari kubutuhan tubuh
No NANDA Pre Op 1 Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas. Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kiebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik : Tidak ada batuk Suara napas tambahan
NOC o Status respirasi : ventilasi o Status respirasi : kepatenan jalan nafas
NIC
Airway Suction o Pastikan kebutuhan oral / trakeal suctioning o Auskultassi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning Kriteria Hasil: o Informasikan pada klien dan - Mendemonstrasikan kluarga tentang suctioning batuk efektif dan suara o Minta pasien nafas dalam nafas yang bersih, tidak sebelum suction dilakukan ada sianosis dan o Berikan O2 dengan dyspneu(mampu menggunakan nasal untuk mengelurkan memfasilitassi suction sputum,mampu nasotrakeal bernafas dengan mudah,tidak ada suara o Gunakan alat yang steril setiap
Perubahan frekuensi napas Perubahan irama napas Sianosis Kesulitan berbicara atau mengeluarakan suara Penurunan bunyi napas Dipsneu Sputum dalam jumlah yang berlebihan Batuk yang tidak efektif Orthopneu Gelisah Mata terbuka lebar Faktor Yang berhubungan: · Lingkungan: Perokok pasif Pengisap asap Merokok o Obstruksi jalan nafas: Spasme jalan nafas Mokus dalam jumlah berlebihan Eksudat dalam jalan alveoli Mareti asing dalam jalan nafas Adanya jalan nafas buatan Sekresi bertahan/sisa sekresi Sekresi dalam bronki o Fisiologis: Jalan nafas alergik Asma Penyakit paru obstruktif kronik Hiperplasihiperplasi dinding bronkial Infeksi Disfungsi neuromuskular 2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
nafas abnormal) - Menunjukkan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara nafas abnormala) - Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat bjalan nafas
o
o o o
melakukan tindakan Anjurkan passien untuk istirahat dan nafass dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal Monitor status oksigen pasien Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,peningkatan saturassi O2 ,dll.
Manajemen jalan nafas o Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu o Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi o Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan o Pasang mayo bila perlu o Lakukan fisioterapi dada jika perlu o Keluarkan sekret dengan batuk atau suction o Auskultassi suara nafass , catat adanya suara tambahan o Lakukan suction pada mayo o Berikan bronkodilator bila perlu o Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab o Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan o Monitor rspirasi dan status O2 -
Nutritional Status : Nutritional Status : food and Fluid
Nutrition Management o Kaji adanya alergi makanan o Kolaborasi dengan ahli gizi
Intake Nutritional Status: nutrient Intake Weight control
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup dibutuhkan pasien. untuk memenuhi kebutuhan o Anjurkan pasien untuk metabolik meningkatkan intake Fe o Anjurkan pasien untuk Kriteria Hasil : Batasan karakteristik : o Adanya peningkatan meningkatkan protein dan o Nyeri abdomen berat badan sesuai vitamin C o Berat badan 20% atau dengan tujuan o Yakinkan diet yang dimakan lebih dibawah rentang - Berat badan ideal mengandung tinggi serat berat badan ideal sesuai dengan tinggi untuk mencegah konstipasi o Diare badan o Berikan makanan yang o Enggan makan - Mampu terpilih (sudah o Asupan makan kurang mengidentifikasi dikonsultasikan dengan ahli o Bising usus hiperaktif kebutuhan nutrisi gizi) o Kurang minta pada makan - Tidak ada tandao Ajarkan pasien bagaimana o Tonus otot menurun tanda malnutrisi membuat catatan makanan o Membran mukosa pucat - Menunjukkan harian. o Ketidak mampuan peningkatan fungsi o Monitor jumlah nutrisi dan memakan makanan pengecapan dan kandungan kalori o Kelemahan otot menelan o Berikan informasi tentang mengunyah - Tidak terjadi kebutuhan nutrisi o Kelemahan otot untuk penurunan berat o Kaji kemampuan pasien menelan badan yang berarti untuk mendapatkan nutrisi o Penurunan berat badan yang dibutuhkan dengan asupan makanan Nutrition Monitoring adekuat o BB pasien dalam batas normal o Monitor adanya penurunan berat badan o Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan o Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan o Monitor lingkungan selama makan o Monitor turgor kulit o Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah o Monitor mual dan muntah o Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht o Monitor pertumbuhan dan perkembangan o Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva o Monitor kalori dan intake nutrisi o Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. o Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet 3
Ansietas
1. Anxiety Control 1. Menurunkan cemas /Anxiety 2. Aggression Control Reduction: 3. Coping a. Tenangkan pasien 4. Impulse Control b. Jelaskan seluruh prosedur Kriteria Hasil : tindakan kepada pasien dan a. Klien mampu perasaan yang mungkin mengidentifikasi muncul pada saat dan melakukan tindakan mengungkapkan c. Berusaha memahami gejala cemas keadaan pasien b. Mengidentifikasi, d. Berikan informasi tentang mengungkapkan, diagnosa, prognosis dan dan menunjukkan tindakan teknik untuk e. Mendampingi pasien untuk mengontrol cemas mengurangi kecemasan c. Vital sign (TD, meningkatkan kenyamanan nadi, respirasi) f. Dorong pasien untuk dalam batas normal menyampaikan tentang isi d. Postur tubuh, perasaannya ekspresi wajah, g. Kaji tingkat kecemasan bahasa tubuh, dan h. Dengarkan pasien dengan tingkat aktivitas penuh perhatian menunjukkan i. Ciptakan hubungan saling berkurangnya percaya kecemasan. j. Bantu pasien menjelaskan e. Menunjukkan keadaan yang bisa peningkatan menimbulkan kecemasan konsenrtasi dan k. Bantu pasien untuk akurasi dalam mengungkapkan hal hal berpikir yang membuat cemas f. Menunjukkan l. Ajarkan pasien teknik peningkatan fokus relaksasi eksterna m. Berikan obat obat yang mengurangi cemas 2. Relaxation therapy a. Jelaskan alasan mengenal relaxasi dan manfaat, batas dan jenis relaxasi yang
tersedia b. Menciptakan lingkungan yang tenag, dengan cahaya yang redup, dan suhu senyaman mungkin. Post Op 1 Ketidakefektifan Pola Nafas Definisi : Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi Batasan Karakteristik: Perubahan kedalaman bernafas v Perubaham ekskursi dada Mengambil posisi tiga titik Bradipneu Penurunan tekanan ekspirasi Penurunan ventilasi se menit Penurunan kapsitas vital v Dipneu Peningkatan diameter anterior posterior Pernapasan cuping hidung Ortopneu Fese ekspirassi memanjang Pernapasan bibir Takipneu Penggunaan otot eksesorius untuk bernapas Faktor faktor yang berhubungan : Ansietas Posisi tubuh Defomitas tulang Defomitas dinding dada Keletihan Hiperventilasi
Manajemen Jalan nafas o Membuka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust (bila perlu) o Atur posisi pasien dalam memaksimalkan ventilasi. o Identifikasi pasien jika perlu Kriteria Hasil : dilakukan pemasangan alat - Mendemonstrasikan jalan nafas buatan. batuk efektif dengan o Lakukan fisioterapi dada bila suara nafas yang besih, perlu tidak ada sianosis dan o Keluarkan secret dengan dyspneu ( mamou batuk efektif atau suction. mengeluarkan o Auskultasi adanya suara septum,mampu nafas tambahan bernafas dengan mudah, o Pemberian bronkodilator tidak ada pursed lips) (bila perlu) - Menunjukkan jalan o Atur intake cairan untuk nafas yang paten ( klien mengoptimalkan tidak merasa tercekik, keseimbangan irama nafas, frekuensi o Monitoring nafas atau pernafasan dalam respirasi pasien dan status O2 rentang normal, tidak pasien. ada suara abnormal) - Tanda- tanda vital Terapi Oksigen dalam rentang o Bersihkan hidung, mulut dan normal(tekanan darah, secret bila ada nadi, pernafasan) o Pertahankan kepatenan Pertahankan jalan nafas hankayang paten o Atur peralatan oksigen o Monitor aliran oksigen o Pertahankan posisi pasien o Observasi adanya tanda – tanda hiperventilasi o Monitor adanya kecemasan pasien terhadan oksigenasi Status Respirasi: ventilasi Status respirasi: Kepatenan Jalan Nafas Tanda-tanda Vital
Sindrom hipoventilasi Gangguan muskuloskeletal Kerusakan neurologis Imaturitas neurologis Disfungsi neuromuskular Obesitas Nyeri Keletihan otot pernafasan cedera medula spinalis
2
Monitoring TTV o Monitor Tekanan Darah ,nadi ,suhu, dan pernafasan o Catat adanya fluktuasi tekanan darah. o Monitor TD, nadi, pernafasan, sebelum, selama, dan setelah aktivitass o Monitor kualitas dari nadi o Monitor frekuensi dan irama pernafasan o Monitor suara paru o Monitor pola pernafasan abnormal o Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit o Monitor sianosis perifer o Monitor adanya cushing triad(tekanan nadi yang melebar, bradikardi,peningkatan sistolik) o Identifikasi penyebab dari perubahan tanda tanda vital.
Nyeri akut b.d agen cidera biologi
- Kontrol nyeri Indikator : Menilai faktor Definisi : pengalaman sensori penyebab dan emosional tidak Monitor TTV menyenangkan berkaitan untuk memantau dengan kerusakan jaringan perawatan aktual atau potensial, atau Menilai gejala digambarkan sebagai nyeri kerusakan : awitan yag tibatiba atau lambat dengan - Tingkat kenyamanan intensitas ringan hingga berat, Indikator : dengan berakhirnya dapat Melaporkan diantisipasi atau diprediksi, perkembangan dan dengan durasi kurang fisik dari 3 bulan. Melaporkan perkembangan
Manajemen nyeri o Lakukan penilaian nyeri secara komprehensif dimulai dari lokasi, karakteristik, dan penyebab o Kaji ketidaknyamanan non verbal o Tentukan dampak nyeri pada kehidupan sehari-hari o Kurangi atau hapuskan faktorfaktor yang mempercepat atau meningkatkan nyeri (seperti ketakutan, fatique, sifat membosankan, ketiadaan pengetahuan) o Ajari untuk menggunakan teknik non farmakologis (seperti biofeedback, TENS,
Batasan karakteristik : kepuasan o Perubahan selera makan Melaporkan o Ekspresi wajah nyeri kepuasan dengan o Perilaku distraksi tingkatan nyeri o Sikap tubuh melindungi - Tingkatan nyeri o Fokus menyempit Melaporkan nyeri o Laporan tentang perilaku Persen respon nyeri/perubahan aktifitas tubuh o Dilatasi pupil Frekuensi nyeri o Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri o diaforesis
3
hypnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi, terapi bermain, acupresure, aplikasi hangat/dingin dan pijatan) sebelum, sesudah dan jika memungkinkan selama puncak nyeri, sebelum nyeri terjadi atau meningkat dan sepanjang nyeri itu terjadi atau meningkat dan sepanjang nyeri itu masih terukur o Anjurkan untuk istirahat atau tidur yang adekuat untuk mengurangi nyeri
Pemberian analgesik o Tentukan lokasi, karakteristik,mutu dan intensitas nyeri sebelum mengobati klien o Periksa order medis untuk obat , dosis dan frekuensi yang ditentukan o Cek riwayat alergi obat o Utamakan pemberian secara IV Ketidakseimbangan nutrisi - Nutritional Status : Nutrition Management - Nutritional Status : o Kaji adanya alergi makanan kurang dari kebutuhan food and Fluid o Kolaborasi dengan ahli gizi tubuh Intake untuk menentukan jumlah - Nutritional Status: kalori dan nutrisi yang Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup nutrient Intake dibutuhkan pasien. untuk memenuhi kebutuhan - Weight control o Anjurkan pasien untuk metabolik meningkatkan intake Fe o Anjurkan pasien untuk Kriteria Hasil : Batasan karakteristik : o Adanya peningkatan meningkatkan protein dan o Nyeri abdomen berat badan sesuai vitamin C o Berat badan 20% atau dengan tujuan o Yakinkan diet yang dimakan lebih dibawah rentang - Berat badan ideal mengandung tinggi serat berat badan ideal sesuai dengan tinggi untuk mencegah konstipasi o Diare badan o Berikan makanan yang o Enggan makan - Mampu terpilih (sudah o Asupan makan kurang mengidentifikasi dikonsultasikan dengan ahli o Bising usus hiperaktif kebutuhan nutrisi gizi) o Kurang minta pada makan - Tidak ada tandao Ajarkan pasien bagaimana o Tonus otot menurun tanda malnutrisi membuat catatan makanan
o Membran mukosa pucat o Ketidak mampuan memakan makanan o Kelemahan otot mengunyah o Kelemahan otot untuk menelan o Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat
4
Resiko infeksi
-
Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dan menelan Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
harian. o Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori o Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi o Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring o BB pasien dalam batas normal o Monitor adanya penurunan berat badan o Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan o Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan o Monitor lingkungan selama makan o Monitor turgor kulit o Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah o Monitor mual dan muntah o Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht o Monitor pertumbuhan dan perkembangan o Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva o Monitor kalori dan intake nutrisi o Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. o Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet
Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan selama … jam, kondisi klien dapat menunjukan : Infeksi Severity - ruam pada kulit tidak ada - tingkat sakit pada bagian yang luka
Manajemen Pengobatan Aktivitas: Pelihara lingkungan yang memaksimalkan keamanan dan efisien administrasi pengobatan Periksa dosis dari pesanan obat sebelum pemberian obat. Menulis resep obat dari
-
menurun - tidak ada pus di luka
obat yang direkomendasikan, harus tepat, mengikuti penulisan resep dari dokter Monitor kemungkinan dari alergi obat, interaksi dan kontraindikasi obat termasuk obat di apotik dan obat herbal Catat alergi pasien sebelum pemberian masing-masing obat dan obat pegangan, jika diperlukan Persiapkan pengobatan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk modaliti administrasi pengobatan Verifikasi perubahan pengobatan dari periode sebelumnya (seperti menghancurkan obat tablet, obat ural melalui syring intravena, kemasan yang tidak biasa) Monitor tanda-tanda vital dan nilai laboratorium sebelum administrasi pengobatan, jika diperlukan Bantu klien untuk mengambil obat Berikan pengobatan dengan menggunakan teknik dan rute yang tepat Identifikasi Resiko Aktivitas: Lihat kembali riwayat kesehatan yang lalu dan
dokumentasi sebagai petunjuk dari diagnose medis dan keperawatan yang masih ada atau yang dahulu Tinjau data yang berasal dari tindakan penilaian risiko rutin Menentukan ketersediaan dan kualitas sumber daya (misalnya, psikologis, keuangan, pendidikan, keluarga dan masyarakat sosial, dan lainnya) Mengidentifikasi sumber daya instansi untuk membantu dalam mengurangi faktor risiko Mengidentifikasi risiko biologis, lingkungan, dan perilaku dan keterkaitan mereka Menentukan kesesuaian dengan perawatan medis dan keperawatan Menginstruksikan faktorfaktor risiko dan rencana pengurangan risiko Mendiskusikan dan merencanakan kegiatankegiatan pengurangan risiko bekerja sama dengan individu atau kelompok Melaksanakan kegiatan pengurangan risiko Memulai rujukan ke perawatan kesehatan pribadi dan / atau instansi Rencana pemantauan jangka panjang risiko kesehatan
Rencana jangka panjang tindak lanjut dari strategi dan kegiatan pengurangan risiko Perawatan Luka Aktivitas : Mencukur rambut di sekitar daerah yang terkena, sesuai kebutuhan Memantau karakteristik luka, termasuk drainase, warna, ukuran dan bau Mengukur dasar luka, yang sesuai Bersihkan dengan saline normal atau pembersih tidak beracun, yang sesuai Tempatkan daerah yang terkena dalam pusaran air mandi, yang sesuai Berikan perawatan sayatan, sesuai kebutuhan Berikan perawatan ulkus kulit, sesuai kebutuhan Gunakan salep yang sesuai dengan kulit / lesi, yang sesuai Gunakan balutan, yang cocok untuk jenis luka Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan drainase
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaff, H & Abdul, M. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Air Langga University Gersten, T. NIH US National Library of Medicine. MedlinePlus (2016). Mediastinal tumor. Cleveland Clinic. Mediastinal Tumor Keliat, Budi (2017). Nanda Dignosis Keperawatan : Definisi Dan Klasifikasi 2018-2020 Ed.11 . Jakarta : Kedokteran EGC Muttaqin A, 2007 , Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan, Jakarta, Salemba Medika. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2017. Tumor mediastinum (tumor mediastinum non limfoma) pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. Diakses Rahmadi, A, 2010. Mediastinum itu apa?. http://www.eramuslim.com/konsultasi/sehat/tumormediastinum-itu-apa.htm