Lp Askep Tumor Tulang.docx

  • Uploaded by: Caeyu Sche Cuahya
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Askep Tumor Tulang.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,932
  • Pages: 26
MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II TUMOR TULANG Dosen pembimbing Tri Sunaryo Skp, Ns, MKep.

Disusun Oleh : 1. Ayu Cahyaningtyas Oktaviani 2. Bangkit Dwi Nugroho 3. Nida’ Isti’anah

(P27220017129) (P27220017130) (P27220017150)

PRODI D-IV KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA 2019 i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi Muhammad SAW. Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas KMB 2 , kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul “MAKALAH TUMOR TULANG” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa 2. Dosen pembimbing matakuliah KMB II 3. Teman-teman kelompok sebagai anggota penyusun makalah ini 4. Teman teman sekelas. Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini. Surakarta , 15 Februari 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul .............................................................................................. Kata Pengantar.................................................................................................. Daftar Isi ...........................................................................................................

i iii iii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................

4

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................

5

1.3 TujuanManfaat............................................................................................

5

1.4 Manfaat .......................................................................................................

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian ...................................................................................................

6

2.2 Etiologi ........ ..............................................................................................

6

2.3 Klasifikasi ...................................................................................................

7

2.4 Manifestasi Klinis .......................................................................................

8

2.5 Patofisiologi .............................................................................................. .......8 2.6 Pemeriksaan penunjang ........................................................................................

11

2.7 Penatalaksanaan medis ...............................................................................

12

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian ..................................................................................................

14

3.2 Diagnosa Keperawatan ..............................................................................

14

3.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................................

20

3.4 Implementasi ..............................................................................................

23

3.5 Evaluasi ......................................................................................................

23

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan .................................................................................................

24

4.2 Saran ...........................................................................................................

24

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

25

iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Neoplasma dari sistem moskuloskeletal terdapat berapa jenis . Neoplasma tersebut mencakup tumor-tumor osteogenik, kondrogenik, fibrogenik, otot dan sumsum tulang juga saraf, vaskular, dan tumor sel lemak. Neoplasma tersebut dapat juga merupakan tumor primer atau tumor metatastik merupakan kondiisi yang umum dari pada tumur tulang primer (Diane, 2000) Sjamsuhidayat

R

(1997),

membagi

bahasan

neoplasma

pada

system

muskuloskeletal menjadi dua, yaitu neoplasma jaringan lunak dan neoplasma kerangka. Tumor tulang di luar tulang, kulit, dan sistem organ besar biasanya disebut tumor ganas jaringan lunak dan bukan sarkoma, karena berbagai tumor mesenkim dengan derajat keganasan rendah dan tumor dengan penumbuhan infiltratif setempat juga termasuk dalam golongan ini. Terdapat dua tipe tumor tulang (neoplasma) yaitu primer dan metastasis. Tumor yang berasal dari tulang (primer) mencakup tumor yang tidak berbahaya seperti osteoma, kondroma, tumor sel raksasa, kista dan osteid osteoma. Tumor primer tumbuh dengan lambat, pada area terbatas, dan jarang sekali meluas. Tumor primer yang ganas sangat jarang menyerang orang dewasa dan jika menyerang, tumor ini mencangkup osteosarkoma dan multiple myeloma (Reeves, 2001). Doenges (2000), memakai istilah kanker untuk menggambarkan gangguan pertumbuhan seluler, kanker merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal. Sarkoma merupakan kanker yang berasal dari tulang, otot, atau jaringan penyambung. Tumor ganas sering bermetastis sampai paru-paru selama tahap awalnya. Osteosarkoma merupakan keganasan tulang yang utama, sering ditemukan pada anakanak dan remaja. Tumor tulang metastatik awalnya terdapat di paru-paru, payudara, prostat, ginjal, ovary, atau tiroid. Insiden osteosarkoma lebih banyak terjadi daripada

4

tumor tulang primer dan memiliki prognosis yang buruk. Karsinoma akan lebih sering bermetastatis ke tulang daripada sarkoma.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah pengertian tumor tulang? 1.2.2 Bagaimana etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, klasifikasi, pemeriksaan diagnostik dan komplikasi dari tumor tulang? 1.3 Tujuan 1.1.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui tentang kanker tulang. 1.1.2 Tujuan Khusus 1.

Untuk mengetahui tentang kanker tulang maligna dan benigna.

2.

Untuk mengetahui perbedaan kanker tulang maligna dan benigna.

1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan, makalah ini sebagai bahan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa berhubungan dengan materi tumor tulang maligna dan benigna sehingga peserta didik dapat menelaah suatu fenomena kesehatan yang spesifik mengenai tumor tulang maligna dan benigna. 1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan Bagi profesi kesehatan makalah ini dapat dijadikan suatu referensi mengenai tumor tulang maligna dsn benigna. 1.4.3 Bagi Mahasiswa/i Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah untuk menambah wawasan terhadap seluk beluk tentang tumor tulang maligna dan benigna.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat neoplastik. Dalam arti sempit berarti benjolan, sedangkan setiap pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut noeplasma (Chairuddin). Pertumbuhan neoplasma dalam tulang kemungkinannya benigna (jinak) atau maligna(ganas). Tumor tulang ini dapat dibedakan menjadi tumor tulang primer dan tumor tulang sekunder.

2.2 Etiologi 1. Tumor Tulang Jinak ( benigna) Penyebab dari tumor tulang tidak diketahui. Tumor tulang biasanya muncul pada area yang sedang mengalami pertumbuhan yang cepat. Tetapi pada penelitian biomolekuler lebih lanjut ditemukan beberapa mekanisme terjadinya neoplasma tulang, yaitu melalui identifikasi mutasi genetik yang spesifik dan penyimpangan kromosom pada tumor. Keabnormalan dari gen supresor tumor dan gen pencetus oncogen. Menurut penelitian juga disebutkan bahwa terjadinya mutasi cromosom P53 dan Rb juga dapat menjadi penyebab terjadinya tumor (Robins 1999, 551,“Basic of Pathology Disease”). Selain itu penyebabnya bisa karena adanya trauma dan infeksi yang berulang

misalnya Bone

infarct,

osteomyelitis

chronic paget

disease. Faktor

lingkungan berupa paparan radiasi dan zat karsinogenik (timbal, karbon dan bahan metal lain), serta gaya hidup (perokok, alkoholik, dan sering terpapar stress) juga merupakan factor predisposisi terjadinya tumor tulang ini. 2. Tumor Tulang Ganas (Maligna) Faktor penyebab tumor maligna yaitu: a. Faktor genetik atau keturunan dimana bisa diturunkan dari embrionik mesoderm. b. Virus, Virus dapat dianggap bisa menyatukan diri dalam sel sehingga mengganggu generasi mendatang dari populasi sel. c. Pemajanan terhadap radiasi pengionisasi dapat terjadi saat prosedur radiografi berulang atau ketika terapi radiasi digunakan untuk mengobati penyakit. 6

d. Agens hormonal, Pertumbuhan tumor mungkin dipercepat dengan adanya gangguan dalam keseimbangan hormon baik dalam pembentukan hormon tubuh sendiri (endogenus) atau pemberian hormon eksogenus. e. Kegagalan sistem imun, Kegagalan sisem imun untuk berespon dengan tepat terhadap sel-sel maligna memungkinkan tumor tumbuh sampai pada ukuran yang terlalu besar untuk diatasi oleh mekanisme imun normal. f. Agens kimia, Kebanyakan zat kimia yang berbahaya menghasilkan efek-efek toksik dengan menggunakan struktur DNA pada bagian-bagian tubuh (zat warna amino aromatik, anilin, nikel, seng, polifinil chlorida). (Brunner and Suddart,2001)

2.3 Klasifikasi Tumor Tulang Klasifikasi dibagi menjadi 2 : 1. Tumor tulang jinak a. Osteoid osteoma adalah tumor kecil yang nyeri dan terdiri atas tulang yang baru terbentuk. b. Osteoblastoma adalah tumor yang sama dengan osteoid oestoma tetapi lebih besar. c. Oesteokondroma adalah tumor jinak yang paling sering terjadi , terkadang disebut eksostosis, yang biasanya mulai tumbuh pada usia remaja. d. Kondroma merupakan tumor jinak yang muncul dari elemen kartilago tulang yang sedang tumbuh. e. Tumor sel raksasa (osteoklastoma), tempat khususnya adalah ujung distal femur dan proksimal tibia. Tumor ini terdiri atas sejumlah besar sel raksasa, yang memberikan tampilan seperti busa sabun pada radiograf. f. Kista tulang aneurisma ,kista yang terbentuk berisi rongga yang berisi darah, yang bila dilihat dengan sinar x dapat menyerupai tumor sel raksasa. 2. Tumor tulang ganas a. Osteosarkoma adalah salah satu jenis kanker tulang paling sering dijumpai yang menyerang remaja berusia 20 ke bawah dan anak-anak.

7

Kanker tulang jenis ini umumnya menyerang tulang-tulang berukuran besar pada bagian yang memiliki tingkat pertumbuhan tercepat.

b. Sarkoma ewing , Kanker sarkoma Ewing kebanyakan terjadi pada orang berusia 10-20 tahun. Orang dewasa juga dapat terkena kanker sarkoma Ewing, namun jarang terjadi. Umumnya kanker sarkoma Ewing terjadi pada orang ras kulit putih (kaukasoid) dan jarang terjadi di ras lain. Kanker sarkoma Ewing saat ini memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi.

c. Kondrosarkoma , tumor tersebut berasal dari sel kartilago, dengan sebagian besar area kartilago mengalami osifikasi.

d. Meloma multipel , meloma adalah tumor ganas pada sel plasma sumsum tulang.

2.4 Manifestasi Klinis Secara umum manifestasi klinis tumor tulang adalah 1. Nyeri tulang Nyeri tulang adalah gejala yang paling sering didapati pada proses metastasis ke tulang dan biasanya merupakan gejala awal yang disadari oleh pasien. Nyeri timbul akibat peregangan periosteum dan stimulasi saraf pada endosteum oleh tumor. Nyeri dapat hilang-timbul dan lebih terasa pada malam hari atau waktu beristirahat. 2. Fraktur Adanya metastasis ke tulang dapat menyebabkan struktur tulang menjadi lebih rapuh dan beresiko untuk mengalami fraktur. Kadang-kadang fraktur timbul sebelum gejalagejala lainnya. Daerah yang sering mengalami fraktur yaitu tulang-tulang panjang di ekstremitas atas dan bawah serta vertebra. 3. Penekanan medula spinalis Ketika terjadi proses metastasis ke vertebra, maka medulla spinalis menjadi terdesak. Pendesakan medulla spinalis tidak hanya menimbulkan nyeri tetapi juga parese atau mati rasa pada ekstremitas, gangguan miksi, atau mati rasa disekitar abdomen. 4. Peninggian kadar kalsium dalam darah Hal ini disebabkan karena tingginya pelepasan cadangan kalsium dari tulang. Peninggian kalsium dapat menyebabkan kurang nafsu makan, mual, haus, konstipasi, kelelahan, dan bahkan gangguan kesadaran. 5. Gejala lainnya 8

Apabila metastasis sampai ke sum-sum tulang, gejala yang timbul sesuai dengan tipe sel darah yang terkena. Anemia dapat terjadi apabila mengenai sel darah merah. Apabila sel darah putih yang terkena, maka pasien dapt dengan mudah terjangkit infeksi.Sedangkan gangguan pada platelet, dapat menyebabkan perdarahan. (Brunner and Suddart,2001)

a) Manifestasi Klinis Tumor Tulang Benigna Pasien umumnya memiliki riwayat nyeri berulang, memburuk pada malam hari dan biasanya tidak sanggup beraktivitas. Massa dan pembengkakan mungkin dapat diketahui dengan palpasi, tetapi gejala pokok (kehilangan berat badan, demam, berkeringat pada malam hari, lemas) biasanya tidak ditemukan, kecuali pada kasus tumor metastase. Lesi yang berdekatan bergabung dan dapat menyebabkan tumor tidak terkendali, bernodul dan nyeri. Tumor jaringan lunak seringkali dirasakan kurang nyeri bahkan tidak nyeri. Nyeri ini disebabkan tertekannya saraf-saraf nyeri oleh massa. (Brunner and Suddart,2001) b) Manifestasi Klinis Tumor Tulang Maligna Beberapa gejala tumor tulang maligna adalah sebagai berikut a. Nyeri Nyeri merupakan gejala yang paling banyak ditemukan, sekitar 75% pasien dengan tumor tulang maligna merasakan nyeri. Gejala nyeri yang ditimbulkan tergantung pada predileksi serta ukuran tumor. Gejala dini biasanya berupa nyeri yang bersifat tumpul akibat pembesaran tumor yang perlahan-lahan. Nyeri berlangsung lama dan memburuk pada malam hari. Saat istirahat nyeri tidak menghilang, nyeri diperberat oleh adanya fraktur patologis. b. Pembengkakan, Pembengkakan lokal biasa ditemukan. c. Massa yang teraba yang diakibatkan penonjolan tulang. d. Frekuensi miksi meningkat Manifestasi klinis ini ditemukan pada tumor tulang maligna di pelvis, namun manifestasi klinis ini tidak selalu ada di setiap tumor tulang maligna. Gejala yang ditimbulkan tergantung dari gradenya. Pada grade tinggi, selain pertumbuhan tumor cepat juga disertai nyeri yang hebat. Sedangkan pada grade

9

rendah, pertumbuhan tumor lambat dan biasanya disertai keluhan orang tua seperti nyeri pinggul dan pembengkakan. e. Penurunan nafsu makan serta berat badan yang dapat terjadi jika terlambat dalam merujuk dan mengidentifikasi adanya tumor.

2.5 Patofisiologis Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif. Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang, hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat malignant (ganas). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya,

sehingga

dapat

digambarkan

seperti

kepiting

dengan

kaki-kakinya

mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu. Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan 10

kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya (Tjakra, Ahmad. 1991). Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi / proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).

2.6 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan yang biasa dilakukan: 1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang. 11

2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru. 3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi- lesi yang dicurigai. 4. Skening tulang untuk melihat penyebaran tumor. 5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase. 6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya. 7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya “skip lesion”.

2.7 Penatalaksanaan Medis Sasaran penatalaksanaan adalah menghancurkan atau pengangkatan tumor. Ini dapat dilakukan dengan eksisi bedah ( berkisar dari eksisi lokal sampai amputasi dan disartikulasi

),

radiasi

bila

tumor

bersifat

radiosensitif

dan

kemoterapi

(

preoperatif,pascaoperati dan ajufan untuk mencegah mikrometastasis ). Sasaran utama dapat dilkukan dengan eksisi luas dengan teknikgrafting restoratif. Ketahanan dan kualitas hidup

merupakan

pertimbangan

penting

pada

prosedur

yang

mengupayakan

mempertahankan ekstremitas yang sakit. Pengangkatan tumor secara bedah sering memerlukan amputasi ekstremitas yang sakit, dengan tinggi amputasi diatas tumor agar dapat mengontrol lokal lesi primer. Prosedur memperhankan ekstremitas hanya mengangkat tumor dan jaringan sekitarnya. Bagian yang direseksi diganti dengan prostesa yang telah diukur,artroplasti,sendi total atau jaringan tulang dari pasien sendiri (autograft) atau dari donor kadaver (alograft). Jaringan lunak dan pembuluh darah mungkin memerlukan grafting akibat luasnya eksisi. Komplikasi yang mungkin timbul termasuk infeksi, pelonggaran atau dislokasi prostesis, non-union alograft,fraktur,devitalisasi kulit dan jaringan lunak,fibrosis sendi, dan kambuhan tumor. Fungsi dan rehabilitasi setelah pertahanan ekstremitas bergantung kemampuan memperkecil komplikasi dan dorongan positif. Karena adanya bahaya metastasis pada tumor tulang maligna, maka kombinasi kemoterapi dimulai sebelum dan dilanjutkan setelah pembedahan sebagai usaha mengeradikasi

lesi

mikrometastasis.

Harapannya

adalah

kombinasi

kemoterapi

mempunyai efek yang lebih tinggi dengan tingkat toksisitas yang rendah sambil menurunkan kemungkinan resistensi terhadap obat. 12

Sarkoma jaringan lunak diatasi dengan radiasi,eksisi dengan mempertahankan ekstremitas, dan kemoterapi ajuvan. Penanganan kanker tulang metastasis adalah paliatif, dan sasaran terapeutiknya adalah mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan pasien sebanyak mungkin.terapi tambahan disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk menangani kanker asal. Fiksasi interna fraktur patologik dapat mengurangi kecacatan dan nyeri yang timbul. Bila perlu,tulang besar dengan lesi metastasis dapat diperkuat dengan fiksasi interna profilaksis. Pembedahan dapat diindikasikan pada frakur tulang panjang. Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan salin normal intravena,diuretika,mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat,mitramisin,kalsitonin dan kortikosteroid.

13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian (Assesment) a. Pengkajian Umum Muskuloskeletal Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat bantu yang digunakan (misalnya, kursi roda, tongkat, walker) dan nyeri (jika ada nyeri tetapkan lokasi, derajat nyeri, lama, faktor yang memperberat dan faktor pencetus) kram atau kelemahan. Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti dan terarah. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik. 1. Anamnesis a) Data demografi : meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, orang yang dekat dengan klien b) Riwayat perkembangan : data ini untuk mengetahui tingkat perkembangan pada pasien, c) Riwayat Sosial : meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar terus menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status kesehatannya dapat dipengaruhi. d) Riwayat Penyakit Keturunan : riwayat penyakit keluarga perlu diketahui untuk menentukan hubungan genetik yang perlu diidentifikasi misalnya, (penyakit diabetes melitus yang merupakan predisposisi penyakit sendi degeneratif, TBC, artrirtis, riketsia, osteomilitis,dll) e) Riwayat Diet : identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat mengakibatkan stress pada sendi penyangga tubuh dan predisposisi terjadinya instabilitas ligamen, khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan konsumsi vitamin A, D, kalsium, serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi muskuloskeletal. 14

f) Aktivitas kegiatan sehari-hari : identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari. Kebiasaan membawa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma lainnya. Kurangnya melakukan aktivitas mengakibatkan tonus otot menurun. Fraktur atau trauma dapat timbul pada olahraga sepak bola dan hoki, sedangkan nyeri sendi tangan dapat timbul akibat olahraga tenis. Pemakaian hak sepatu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kontraksi pada tendon achiles dan dapat terjadi dislokasi. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari , saat ambulasi apakah ada nyeri pada sendi, apakah menggunakan alat bantu g) Riwayat Kesehatan Masa Lalu : data ini meliputi kondisi kesehatan

individu . data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat artritis dan osteomeilitis.

h) Riwayat Kesehatan Sekarang : sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma. Hal-hal yang menimbulkan gejala. Timbulnya gejala mendadak atau perlahan, timbulnya untuk pertama kalinya atau berulang . perlu ditanyakan pula ada-tidaknya gangguan pada sistem lainnya. Kaji klien untuk mengungkapakan alasan klien memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas kesehatan, keluhan utama pasien dan gangguan muskuloskeletal meliputi : -

Nyeri : identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi, fasia atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau berdenyut. Nyeri berdenyut berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot, sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas atau gerakkan. Nyeri saat bergerak merupakan suatu tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumbu pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan. Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin meningkat, apakah pagi atau malam hari . inflamasi pada bursa atau tendon makin meningkat pada malam hari.

15

Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah nyeri dapat diatasi dengan obat tertentu. -

Kekuatan Sendi : tanyakan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekakuan tersebut, dan apakah selalu terjadi kekakuan. Beberapa kondisi seperti spondilitis ankilosis terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur (inaktivitas). Bagaimana dengan perubahan suhu dan aktivitas, suhu dingin dan kurang aktivitas biasanya meningkatkan kekakuan sendi. Suhu panas biasanya menurunkan spasme otot.

-

Bengkak : tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai dengan nyeri, karena bengkak dan nyeri sering menyertai cidera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi nyeri. Dengan istirahat dan meninggikan bagian tubuh , ada yang dipasang gips. Identifikasi apakah ada panas atau kemerahan karena tanda tersebut menunjukkan adanya inflamasi, infeksi, atau cedera.

-

Deformitas dan Imobilisasi : tanyakan kapan terjadinya, apakah tibatiba atau bertahap, apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas, apakah dengan posisi tertentu makin memburuk, apakah klien menggunakan alat bantu.

-

Perubahan sensori : tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu. Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada syaraf dan pembuluh darah akibat bengkak, tumor atau fraktur dapat menyebabkan menurunnya sensasi.

2. Pemeriksaan Fisik a. Pengkajian skeletal tubuh Yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengkajian skeletal tubuh yaitu : -

Adanya deformitas dan ketidaksejajaran yang dapat disebabkan oleh penyakit sendi.

16

-

Pertumbuhan tulang abnormal. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya tumor tulang,

-

Pemendekkan ekstrimitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak sejajar secara anatomis.

-

Angulasi abnormal pada tulang panjang, gerakkan pada titik bukan sendi, teraba krepitus pada titik gerakan abnormal, menunjukkan adanya patah tulang. b. Pengkajian Tulang Belakang Deformitas tulang belakang yang sering terjadi perlu diperhatikan yaitu : -

Skoliosis (deviasi kurvantura lateral tulang belakang) a) Bahu tidak sama tinggi b) Garis pinggang yang tidak simetris c) Skapula yang menonjol Skoliosis tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), kelainan kongenital, atau akibat kerusakan otot para-spinal, seperti poliomielitis.

-

Kifosis ( kenaikan kurvantura tulang belakang bagian dada). Sering terjadi pada lansia dengan osteoporosis atau penyakit neuromuskular.

-

Lordosis (membebek,kurvantura tulang bagian pinggang yang berlebihan). Lordosis bisa ditemukan pada wanita hamil.

Pada saat inspeksi tulang belakang sebaiknya baju pasien dilepas untuk melihat seluruh punggung, bokong dan tungkai. Pemeriksaan kurvantura tulang belakang dan kesimetrisan batang tubuh dilakukan dari pandangan anterior, posterior dan lateral. Dengan berdiri di belakang pasien, perhatikan setiap perbedaan tinggi bahu dan krista iliaka. Lipatan bokong normalnya simetris. Kesimetrisan bahu, pinggul dan kelurusan tulang belakang diperiksa dalam posisi pasien berdiri tegak dan membungkuk kedepan. c. Pengkajian Sistem Persendian Pengkajian sistem persendian dengan pemeriksaan luas gerak endi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas dan adanya benjolan. Pemeriksaan sendi menggunakan alat goniometer, yaitu busur derajat yang dirangsang khusus untuk evakuasi gerak sendi. Jika sendi diekstensikan 17

maksimal namun masik ada sisa fleksi, luas gerakan ini dianggap terbatas. Keterbatasan ini dapat disebabkan oleh deformitas skeletal, patologik sendi, kontraktur otot dan tendon sekitar. Jika gerakan sendi mengalami gangguan atau nyeri, harus diperiksa adanya kelebihan cairan dalam kapsulnya (efusi), pembengkakan dan inflamasi. Tempat yang paling sering terjadi efusi adalah pada lutut. Palpasi sendi bersamaan dengan sendi digerakkan secara pasif akan memberi informasi mengenai integritas sendi. Suara “gemeletuk” dapat menunjukkan adanya ligamen yang tergelincir diantara tonjolan tulang. Adanya krepitus karena permukaan sendi yang tidak rata ditemukan pada pasien artritis. Jaringan sekitar sendi terdapat benjolan yang khas ditemukan pada pasien : Arthritis reumatoid, benjolan lunak di dalam dan sepanjang tendon, klien dengan gout benjolan keras di dalam dan di sebelah sendi, klien dengan osteoatritis benjolan keras dan tidak nyeri merupakan pertumbuhan tulang baru akibat destruksi permukaan kartilago pada tulang dalam kapsul sendi yang biasanya ditemukan pada lansia. d. Pengkajian Sistem Otot Pengkajian sistem otot meliputi kemampuan mengubah posisi, kekuatan dan koordinasi otot, serta ukuran masing-masing otot. Kelemahan sekelompok otot menunjukkan berbagai kondisi seperti polineuropati, gangguan elektrolit, miastenia grafis, poliomielitis dan distrofi otot. Palpasi otot dilakukan secara ekstrimitas rileks dan digerakkan secara pasti, perawat akan merasakan tonus otot. Kekuatan otot dapat diukur dengan meminta pasien menggerakkan dengan atau tanpa tahanan misalnya, otot bisep yang diuji dengan neninta klien meluruskan lengan sepenuhnya kemudian fleksikan lengan melawan tahanan yang diberikan oleh perawat. Tonus otot (kontraksi ritmik otot) dapat dibangkitkan pada pergelangan kaki dengan dorso-fleksi kaki mendadak dan kuat, atau tangan dengan ekstensi pergelangan tangan. Lingkar ektrimitas harus diukur untuk memantau pertambahan ukuran akibat edema atau perdarahan, penurunan ukuran akibat atrofi dan dibandingkan ekstrimitas yang sehat. Pengukuran otot dilakukan di lingkaran terbesar ekstrimitas, pada lokasi yang sama, pada posisi yang sama dan otot dalam keadaan istirahat. 18

0 (zero) 1 (trace) 2 (poor)

3 (fair)

4 (good)

5 (normal)

Grandasi Ukuran Kekuatan Otot Tidak ada kontraksi saat palpasi, paralisis Terasa adanya kontraksi otot, tetapi tidak ada gerakan Dengan bantuan atau menyangga sendi dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dengan melawan gravitasi, tetapi tidak dapat melawan tahanan Dapat melakukan ROM secara penuh dan dapat melawan tahanan tingkat sedang Dapat melakukan gerakan sendi (ROM) secara penuh dan dapat melawan gravitasi dan tahanan

e. Pengkajian Cara Berjalan Pada pengkajian ini, pasien diminta berjalan. Perhatikan hal berikut : 1. Kehalusan dan irama berjalan, gerakan teratur atau tidak 2. Pincang dapat disebabkan oleh nyeri atau salah satu ekstrimitas pendek 3. Keterbatasan gerak sendi dapat memengaruhi cara berjalan Abnormalitas neurologis yang berhubungan dengan cara berjalan. Misalnya, pasien hemiparesis-stroke menunjukkan cara berjalanan spesifik, pasien dengan penyakit parkinson menunjukkan cara berjalanan bergetar.

3.2

Diagnosa (Masalah Keperawatan) a.) Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit b.) Gangguan body image b.d perubahan bentuk tulang c.) Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d pemecahan lemak meningkat d.) Resiko cidera fraktur b.d tulang keropos e.) Ansietas b.d ketidaktahuan tentang prognosa f.) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan.

19

3.3 Intervensi (perencanaan tindakan keperawatan) Dx 1

Tujuan dan Kriteria hasil

Intervensi

Rasional

Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji keluhan pasien

1. Mengetahui penyebab

keperawatan selama 3x24

2. Instruksikan pasien

kecemasan pasien

jam diharapakn gangguan

menggunakan teknik

rasa nyaman dapat teratasi

relaksasi

dengan kriteria hasil : 1. Mampu mengontrol kecemasan 2. Status lingkungan yang nyaman

3. Beri edukasi kepada pasien tentang semua

2. Membantu mengurangi rasa nyeri pasien 3. Memberikan

prosedur yang

pemahaman kepada

dilakukan

pasien

4. Ciptakan lingkungan

4. Memberikan rasa

3. Mengontrol nyeri

yang aman dan

aman dan nyaman

4. Kualitas tidur

nyaman

kepada pasien

adekuat 5. Dapat mengontrol

5. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan

5. Mengurangi tingkat kecemasan pasien

ketakutan 2

Setelah dilakukan tindakan

1. Kaji secara verbal

keperawatan selama 3x24

dan nonverbal

jam diharapakn body image

respon klien

pasien membaik dengan

terhadap tubuhnya

kriteria hasil : 1. Body image posistif 2. Mampu

2. Monitor frekuensi mengeritik dirinya

1. Mengetahui respon langsung dari klien 2. Mengetahui seberapa sering pasien menilai diri sendiri

3. Jelaskan tentang

3. Memberikan

mengidentifikasi

pengobatan,

informasi

kekuatan personal

perawatan, kemajuan

mengenai tindakan

dan prognosis

yang diberikan

3. Mendiskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh 4. Mempertahan kan

penyakit 4. Dorong klien mengungkapkan

4. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya

perasaannya

interaksi sosial 20

3

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapakn nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : 1. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan 2. Berat badan ideal sesuai tinggi badan 3. Tindak ada tandatanda malnutrisi 4. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

1. Kaji adanya alergi makanan 2. Monitor berat badan pasien 3. Monitor jumlah aktivitas yang biasa dilakukan 4. Monitor turgor kulit 5. Monitor mual muntah 6. Berikan informasi

1. Mengetahui alergi pasien 2. Mengetahui berat badan pasien 3. Mengetahui aktivitas pasien 4. Mengetahui keadaan kulit 5. Mengetahui keadaan pasien 6. Memberi

tentang kebutuhan

pengetahuan

nutrisi

kepada klien dan

7. Berikan makanan yang terpilih (sudah

keluarga 7. Memenuhi

dikonsultasikan

kebutuhan nutrisi

dengan ahli gizi)

pasien sesuai dengan program

4

Setelah dilakukan tindakan

1. Sediakan lingkungan

keperawatan selama 3x24

yang aman untuk

jam diharapakn klien

pasien

terbebas dari cidera dengan kriteria hasil : 1. Klien terbebas dari cidera

2. Identifikasi kebutuhan keamanan pasien sesuai dengan

1. Lingkungan aman 2. Pasien merasa aman 3. Pasien tidak merasa terancam 4. Untuk

kondisi fisik dan

menunjukkan

fungsi kognitif

bahwa pasien

fasilitas kesehatan

pasien dan riwayat

terdapat resiko

yang ada

penyakit terdahulu

jatuh

2. Mengunakan

3. Mampu mengenali

3. Menghindarkan

perubahan status

lingkungan yang

kesehatan

berbahaya 4. Memasang side rile 21

tempat tidur 5

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapakn klien

1. Gunakan pendekatan yang menenangkan

1. Pasien tidak merasa terganggu

2. Pahami prospektif

2. Pasien terbuka

terbebas dari rasa cemas

pasien terhadap

3. Pasien merasa

dengan kriteria hasil :

situasi stress

1. Klien mampu

3. Temani pasien untuk

mengidentifikasi

memberikan

dan

keamanan dan

mengungkapkan

mengurangi takut

gejala cemas 2. Mampu mengontrol rasa cemas 3. Vital sign dalam batas normal

aman 4. Pasien terbuka 5. Pasien terbuka

4. Identifikasi tingkat kecemasan 5. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,persepsi

6

Setelah dilakukan tindakan

1. Monitor respon fisik,

keperawatan selama 3x24

emosi, sosian dan

jam diharapakn klien dapat

spiritual

beraktivitas dengan kriteria hasil :

2. Bantu klien untuk mengidentifikasi

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai

aktivitas yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk

1. Mengetahui keadaan pasien 2. Mengetahui batasan aktivitas klien 3. Mengetahui kebutuhan klien 4. Mengetahui

peningkatan

mendapatkan alat

aktivitas kesukaan

tekanan darah, nadi

bantuan aktivitas

klien.

dan RR

seperti kursi roda

2. Mampu melakukan ADLs secara mandiri 3. Vital sign dalam batas normal

dan krek 4. Bantu

5. Mengetahui perkembangan klien.

mengidentifikasi aktivitas yang disukai 22

4. Mampu berpindah

5. Bantu klien untuk

dengan atau tanpa

membuat jadwal

bantuan alat

latihan diwaktu luang

3.4 Implementasi Pelaksanaan keperawatan merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang antipasi berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan pewujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan pada kien dapat berupa tindakan mandiri atau tindakan kolaborasi.

3.5 Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan proses yang dilakukan dalam menilai keberhasilan suatu tindakn keperawatan dan menentukan seberapa jauh tujuan sudah dicapai. Evaluasi merupakn aspek penting dalam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau dilanjutkan kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi prinsip obyektifias, rehabilitas, dan validasi dapat dipertahankan agar kepustakan yang diambil tepat. Evaluasi proses keperawatan ada 2 yaitu : evaluasi proses dan evaluasi hasil (Asmadi, 2008: hal. 177).

23

BAB IV PENUTUP

1.1 Kesimpulan Tumor adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan pertumbuhannya tidak terkendali. Penyebab pasti terjadinya tumor masih belum dipastikan. Namun ada beberapa faktor yang memungkinkan terjadinya tumor tulang, yaitu genetik, radiasi, bahan kimia, trauma, limfedema kronis, infeksi. Tumor tulang dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tumor tulang benigna (tumor tulang jinak), dan tumor tulang maligna (tumor tulang ganas). Adanya tumor tulang dapat diketahui selain adanya massa dapat dilihat melalui pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, radiologi, biopsi. Perkembangan atau perkumbuhan tumor tulang dapat dihambat melalui terapi, farmakologi, dan pembedahan. Tumor tulang dapat menyebabkan infeksi, hemoragi, rekurens lokal, dan fraktur patologis.

1.2 Saran Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada Tumor Tulang ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.

24

DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. Dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku utuk Brunner dan Suddart. Jakarta: EGC. Brunner and Suddart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3. Edisi 8. Jakarta: EGC. Price, Sylvia A, Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC. Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika. Suratun, et al. 2008. Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC. Herdman, T Heather dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda International Inc. Nursing Diagnoses. Definitions & Classifications 2015-2017, 10th Edition. Jakarta : EGC Nuratif ,Amin Huda dan Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Nanda, Nic,Noc dalam Berbagai Kasus.Jogjakarta:Mediaction Publishing

25

26

Related Documents

Lp Askep Tumor Tulang.docx
December 2019 23
Lp Tumor Paru.docx
October 2019 21
Lp Tumor Abdomen.docx
May 2020 17
Lp Tumor Paru Fix.docx
December 2019 20

More Documents from "LYA DWI"

Lp Askep Tumor Tulang.docx
December 2019 23
Laporan Pendahuluan Tb.docx
December 2019 27