UNIVERSITAS JEMBER LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUMOR PARU DI RUANG ANTHURIUM RUMAH SAKIT DAERAH dr. SOEBANDI JEMBER
OLEH: Handita Diani Ratri, S. Kep NIM 182311101032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER JEMBER, 2018
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Tumor Paru di Ruang Anthurium Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember telah disetujui dan disahkan pada : Hari, Tanggal : Tempat : Ruang Anthurium RSD dr. Soebandi Jember
Jember, …. November 2018
Mahasiswa
Handita Diani Ratri, S.Kep. NIM 182311101032
Pembimbing Akademik Fakultas Keperawatan Universitas Jember
Pembimbing Klinik Ruang Anthurium RSD dr. Soebandi Jember
Ns. Fitrio Deviantony, M.Kep NRP. 76001 8 001
Sulis Setyowati, S.Kep., Ners NIP 19740708 200604 2 019
LAPORAN PENDAHULUAN A.
Konsep Teori Penyakit
1.
Anatomi dan Fisiologi Paru Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring,
trakea dan paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian yaitu saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Paru-paru adalah organ yang berbentuk kerucut dengan apex (puncak) di atas dan muncul sedikit lebih tinggi dari klavikukula di dalam dasar leher. Fungsi utama paru sebagai organ adalah untuk pertukaran gas O₂ dan CO₂ yang ada di dalam darah dengan udara pernapasan. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen di ambil melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli dan mengikat oksigen dengan darah didalam kapiler pulmonaris. Darah yang bercampur oksigen menembus membran alveoli dan diikat oleh hemoglobin sel darah merah kemudian dibawa ke jantung. Darah yang mengandung oksigen dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru pada tekanan oksigen 100 mmHg dan tingkat hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru terdapat karbon dioksida yang merupakan salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli dari kapiler darah ke alveoli dan setelah itu melalui pipa bronchial, trakea, lalu dikeluarkan melalui hidung dan mulut (Corwin, 2009). Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu selaput yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura terdapat rongga yang disebut cavum pleura (Guyton, 2007).
Gambar 1. Anatomi Paru-Paru
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer (Guyton, 2007). Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang, tapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut (West, 2004). Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis. Ruang udara tersebut dipelihara dalam
keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis (McArdle, 2006). Untuk melaksanakan fungsi tersebut, pernafasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasar, yaitu: 1) Ventilasi paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara alveoli dan atmosfer; 2) Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah; 3) Transport dari oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan tubuh ke dan dari sel; 4) Pengaturan ventilasi (Guyton, 2007) Pada waktu menarik nafas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran pernafasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan nafas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernafas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernafas dalam dan volume udara bertambah (Syaifuddin, 2001). Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan volume intratoraks. Selama bernafas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai 6 mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernafasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru (Syaifuddin, 2001). Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir
menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (Price, 2005). Proses setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan oksigen dari alveoli ke dalam pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah yang bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada difusi gas dalam paru yaitu, faktor membran, faktor darah dan faktor sirkulasi. Selanjutnya adalah proses transportasi, yaitu perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan aliran darah (Guyton, 2007).
2.
Definisi Tumor Paru Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang abnormal. Tumor merupakan benjolan abnormal dalam tubuh yang dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit antara lain keganasan dan infeksi. Lokasi tumor dapat terjadi pada organ-organ vital seperti otak, mediastinum, hepar, pankreas, ginjal, dan paru (Machsoos, 2009). Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Tumor paru adalah tumor pada jaringan paru yang dapat bersifat jinak atau ganas. Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Menurut Brooker (2001) pertumbuhan tumor dapat digolongkan sebagai ganas (malignant) atau jinak (benign). Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC (Small Cell Lung Cancer) dan NSLC (Non Small Cell Lung Cancer/Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar) (Sylvia & Price, 2006).
3.
Epidemiologi Tumor paru menjadi salah satu tumor yang paling banyak ditemui di dunia.
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5%) antara lain adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik. Berdasarkan data WHO pada tahun 2012, terdapat sekitar 1,59 miliar orang di dunia meninggal dunia akibat keganasan pada paru-paru. Hal ini menunjukkan bahwa tumor ganas paru adalah jenis penyakit keganasan yang masih menjadi masalah terbesar (WHO, 2015). Tumor ganas paru berasal dari tumor ganas epitel primer saluran nafas yang dapat menginvasi struktur jaringan disekitarnya dan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan sistem limfatik.
4.
Etiologi Paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik
merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain (Amin, 2006). Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru : a.
Merokok Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting dalam menyebabkan terjadinya tumor paru yaitu 85% dari seluruh kasus (Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan tumor ganas. Kejadian tumor paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). Tingginya kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor risiko terjadinya tumor ganas pada paru. Penelitian terbaru juga membuktikan bahwa faktor resiko lain yang juga berpengaruh adalah usia >40 tahun, sedangkan jenis kelamin yang tersering mendapat tumor ganas pada paru ialah laki-laki dibandingkan perempuan (Hulma, 2014).
b.
Perokok pasif Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat tumot paru meningkat dua kali (Wilson, 2005). Diduga ada 3.000 kematian akibat tumor ganas paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif (Stoppler,2010).
c.
Polusi udara Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
d.
Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006).
e.
Diet Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena tumor paru (Amin, 2006).
f.
Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien tumor paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gengen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (Wilson, 2005). g.
Penyakit paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko tumor paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
5.
Klasifikasi
a.
Tumor Jinak Paru Tumor jinak paru jarang dijumpai, hanya sekitar 2% dari seluruh tumor
paru, biasanya ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan rutin, karena tumor jinak jarang memberikan keluhan dan tumbuh lambat sekali. Tumor jinak paru yang sering dijumpai adalah hamartoma. Jenis tumor jinak lain yang lebih jarang dijumpai adalah fibroma, kondroma, lipoma, hemangioma, tumor neurogenik, papiloma, leiomiofibroma, dan lain-lain (Suyono, 2001). a)
Hamartoma Hamartoma merupakan tumor jinak paru yang pertambahan besarnya berlangsung dengan sangat lambat. Tumor ini jarang didapati pada anak-anak, biasanya di atas umur 40 tahun. Sebagian besar (90%) ditemukan di perifer paru dan sebagian lagi di sentral (endobronkial) dan sering terdapat di beberapa bagian paru (multiple). Bentuk tumor bulat atau bergelombang (globulated) dengan batas yang tegas. Biasanya ukuran kurang dari 4 cm dan sering mengandung kalsifikasi berbentuk bercak-bercak garis atau gambaran pop corn. Kalsifikasi ini akan bertambah dengan bertambah besarnya tumor. Pembentukan kavitas tidak pernah terjadi.
Gambar 2. Hamartoma b) Bronchial adenoma Meliputi hingga separuh dari tumor jinak Paru. Terbenttuk dari mukosa kelenjar dan duktus dari bronchus. Kelenjar mukosa adenoma (mucous gland adenoma) adalah suatu contoh adenoma bronchial. c)
Chondromas, fibromas, or lipomas, Jenis tumor paru ini yang jarang ditemukan, yang terbentuk dari sel jaringan dan sel lipid
d) Kista Paru Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke dalam parenkim paru melalui suatu celah berupa klep akibat suatu peradangan kronis. Kista paru dapat pula disebabkan kelainan kongenital yang secara radiologik tidak dapat dibedakan dengan kista paru didapat (akibat peradangan). Gambaran radiologik memberi bayangan bulat berdinding tipis dengan ukuran bervariasi. Bila kista paru lebih dari satu dan tersebar di kedua paru dikenal sebagai paru polikistik.
Gambar 3. Kista Paru b.
Tumor Ganas Paru Semua keganasan mengenai paru, baik berasal dari paru sendiri maupun
dari tempat lain yang bermetastasis ke paru. Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (nonsmall lung cancer, NSCLC). Kejadian kanker paru jenis SCLC ini hanya sekitar 20 % dari total kejadian kanker paru. Namun jenis ini berkembang sangat cepat dan agresif. Apabila tidak segera mendapat perlakuan maka hanya dapat bertahan 2 sampai 4 bulan. 80 % dari total kejadian kanker paru adalah jenis NSCLC. Secara garis besar dibagi menjadi 3 yaitu Adenocarsinoma, jenis ini adalah yang paling banyak ditemukan (40%), karsinoma Sel Sekuamosa, banyaknya kasus sekitar 20 – 30 %, dan karsinoma Sel Besar, banyaknya kasus sekitar 10 – 15 %. Sebagian besar pasien yang didiagnosa dengan NSCLC (70 – 80 %) sudah dalam stadium lanjut III – IV. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya (Sylvia, 2005). a)
Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya
terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan (Sylvia, 2005). b) Adenokarsinoma Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejalagejala. c)
Karsinoma bronkoalveolus Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
d) Karsinoma sel kecil Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.
e)
Karsinoma sel besar Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Sylvia, 2005).
c.
Stadium Klinis Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut
International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut : Stadium
TNM
Karsinoma tersembunyi
Tx, N0, M0
Stadium 0
Tis, N0, Mo
Stadium IA
T1, N0, M0
Stadium IB
T2, N0, M0
Stadium IIA
T1, N1, M0
Stadium IIB
T2, N1, M0 T3, N0, M0
Stadium IIIA
T3, N1, M0 T1-3, N2, M0
Stadium IIIB
T berapa pun, N3, M0 T4, N berapapun, M0
Stadium IV
T berapapun, N berapapun, M1
Keterangan : Status Tumor Primer (T) T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer. Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi. Tis : Karsinoma in situ.
T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal. T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina. T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra. T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh
darah
besar,
trakea,
esofagus,
korpus
vertebra,
rongga
pleura/perikardium yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer. Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N) N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional. N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral. N2 :Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina. N3 :Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral. Metastasis Jauh (M) M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh. M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak (Huq, 2010).
6.
Patofisiologi/patologi Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat
intiation yang merangsang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor. Intiation agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau
biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan. Etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala-gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, dan demam. Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke strukturstruktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa). Karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.
7.
Manifestasi klinis Tumor pada pasien bronkopulmonari dapat mengenai lapisan saluran
pernapasan, parenkim paru, pleura, atau dinding dada. Penyakit terjadi secara lambat (biasanya selama beberapa dekade) dan seringkali asimptomatik sampai lanjut dalam perkembangannya. Tanda dan gejala tergantung pada letak dan ukuran tumor, tingkat obstruksi, dan keluasaan metastase ke tempat regional atau ketempat yang jauh (Smeltzer & Bare, 2002). Karsinoma epidermoid sering tumbuh sentral, memberikan gejala klinik yang sesuai dengan pertumbuhan endobronkial. Meliputi batuk, sesak nafas akibat obstruksi, atelektasis, wheezing atau post obstuktif pneumonia. Berbeda dengan adeno karsinoma dan large cell carcinoma, yang sering terletak pada bagian perifer memberikan gejala yang berhubungan dengan pertumbuhan tumor di perifer seperti nyeri pleuritis, pleural effusi, atau nyeri dari dinding dada. Beberapa tanda gejala yang terjadi adalah (Smeltzer & Bare, 2002): a)
Gejala yang paling sering adalah batuk kering, tidak produktif, pada tahap akhir batuk menghasilkan dahak kental dan purulen.
b) Mengi (wheezing, stridor) terjadi jika mengalami obstruksi secara parsial; pengeluaran sputum yang berwarna merah darah adalah hal yang umum terjadi pada pagi hari. Sputum menjadi berwarna darah karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi Mengi terjadi karena sebagaian bronkus tersumbat oleh tumor. c)
Demam yang terjadi berulang mungkin terjadi pada beberapa pasien sebagai gejala dini dalam merespon infeksi yang menetap di area pneumonitis ke arah distal tumor.
d) Nyeri adalah gejala akhir; seringkali berhubungan dengan metastasis tulang e)
Nyeri dada, kekakuan, suara serak, disfagia, edema pada leher dan kepala
f)
Kelemahan, anoreksia, penurunan berat badan, dan anemia akan terjadi pada tahap akhir penyakit. Tempat metastasis yang umum adalah nodus limfe, tulang, otak, paru kolateral, dan kelenjar adrenal
8.
Pemeriksaan penunjang Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk
diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru (Muttaqin, 2008). Pemeriksaan fisik
dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa
perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura a.
Pemeriksaan laboratorium Dilakukan untuk mengetahui adanya resiko imunologi terhadap sel tumor. Pemeriksaan laboratorium pada kanker paru ditujukan pada 5 hal, antara lain : Untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker terhadap paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru (adanya kegagalan pernapasan), kelainan elektrolit Na, K, Cl, Ca, P, untuk menilai kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh yang disebabkan oleh tumor primer atau metastasisnya dan untuk menilai reaksi imunologi yang terjadi.
b.
Gambaran radiologi Pemeriksaan radiologi digunakan dalam menegakkan diagnosis pada kanker paru terutama pada kelompok berisiko tinggi (high risk group). Pemeriksaan foto dada merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral, kelainan dapat dilihat bila masa tumor berukuran lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang ireguler, disertai indentasi pleura, tumor satelit. Pada foto toraks juga dapat ditemukan invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikard dan
metastasis intrapulmoner. Pemeriksaan dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dilakukan untuk menilai kelainan tumor yang menginvasi ke dalam medula spinal dan mediastinum c.
CT-Scan toraks CT scan toraks dengan kontras merupakan pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosa dan menentukan stadium penyakit, dan menentukan segmen paru yang terlibat secara tepat. CT scan toraks dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai kemungkinan metastasis hingga regio tersebut. CT-Scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm, medeteksi tanda-tanda proses keganasan bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intrabronkial, atelektasis, efusi pleura yang tidak massif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski tanpa gejala serta dapat mendeteksi kemungkinan metastasis intrapulmoner. Brain-CT dapat digunakan untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala atau jaringan otak. USG abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain dalam rongga perut.
d.
Bronkoskopi Bronkoskopi digunakan untuk mendiagnosis definitif kanker paru. Bronkoskopi dapat mengetahui perubahan bronkus, mengetahui perubahan permukaan mukosa, mengetahui perubahan karina dan untuk mengetahui penderajatan kanker. Ketepatan dari diagnostik bronskopi tergantung dari letak lokasi tumor, secara keseluruhan akurasinya 6080%. Pemeriksaan ada atau tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas, seperti terlihat kelainan mukosa misalnya berbenjol-benjol, hiperemis atau stenosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya diikuti dengan tindakan biopsi tumor atau dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus.
e.
Biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH) Biopsi asirasi jarum halus (BAJAH) transtorakal banyak dipergunakan untuk diagnosis kanker paru terutama yang terletak di perifer atau
pemeriksaan yang dilakukan bila semua pemeriksaan yang biasanya dilakukan telah gagal dalam menegakkan diagnosis terutama pada lesi yang terletak pada tepi paru. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik masuk jarum di kulit dinding toraks yang berdekatan pada tumor. f.
Transbronchial needle aspiration (TBNA) TBNA di karina atau trakea 1/3 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila tumor ada di kanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.
g.
Transbronchial lung biopsy (TBLB) Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopi maka biopsi paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan. Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan histopatologi.
h.
Transthoracic needle aspiration (TTNA) Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTNA dilakukan dengan bantuan fluoroskopi atau USG. Namun, jika lebih kecil dari 2 cm dan terletak sentral dapat dilakukan TTNA dengan tuntunan CTScan. Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan sitologi.
i.
Transthoracic Biopsy (TTB) Jika lesi kecil dan TTNA tidak memberikan hasil yang representatif sebaiknya dilakukan TTB dengan tuntunan CT-Scan. Pengambilan sampel dengan teknik ini akan memberikan hasil yang lebih informatif. Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan histopatologi.
j.
Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) Biposi jarum halus (fine needle aspiration biopsy, FNAB) adalah metode utama mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi. Fine needle aspiration (FNA) dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba masa yang dapat terlihat superfisial. Dari teknik yang sangat sederhana tingkat resiko paling rendah. Spesimen yang diperoleh adalah bahan pemeriksaan sitologi.
k.
Sitologi sputum Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Pada kanker yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum yang baik dapat memberikan hasil positif 67-85% pada karsinoma sel skuamos. Pemeriksaan sitologi sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan screening untuk diagnosis dini kanker paru. Ketepatan diagnosis sitologi sputum pada karsinoma epidermoid adalah 84,5%, karsinoma sel kecil sebesar 70% dan adenokarsinoma sebesar 57%. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif, hal ini bergantung pada letak tumor terhadap bronkus, jenis tumor, teknik mengeluarkan sputum, jumlah sputum yang diperiksa dan waktu pemeriksaan sebaiknya keadaan sputum harus segar.
l.
Torakoskopi Torakoskopi ini memungkinkan untuk dilakukan pengambilan cairan pleura, biopsi pleura yang lebih terarah, biopsi pada tumor yang terletak di hilus dan biopsi pada kelenjar di hilus.
m. Mediastinoskopi Mediastinokopi dilakukan untuk melihat tumor yang bermetastasis ke kelenjar getah bening, hilus dan mediastinum.
9.
Penatalaksanaan (farmakologi dan non farmakologi) Penatalaksanaan medis yang dapat diakukan adalah sebagai berikut
(Smeltzer & Bare, 2002): a.
Pembedahan Pembedahan adalah tindakan pengangkatan jaringan tumor dan kelenjar getah bening di sekitarnya. Tindakan pembedahan biasanya dilakukan untuk tumor yang belum menyebar hingga ke jaringan lain di luar paruparu. Pembedahan bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan tergantung pada
luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif. Pembedahan tidak perlu dilakukan jika kanker telah menyebar keluar paru-paru, kanker terlalu dekat dengan trakea, dan penderita memiliki keadaan yang serius (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru yang berat). Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara: 1)
Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.
2)
Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.
3)
Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini akan menurunkan fungsi paru. Tindakan ini hanya dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru. Teknik operasi untuk melakukan jenisjenis pembedahan di atas dapat dilakukan dengan cara Toraktomi dan Torakoskopi (VATS : Video Assisted Thoracic Surgery)
b.
Radioterapi Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 – 6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/x, 5 hari perminggu. Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah Hb > 10 g%, 100.000/mm3, dan Leukosit > 3000/dl.
Trombosit >
c.
Kemoterapi Tujuan pemberian kemoterapi paliatif adalah mengurangi atau menghilangkan gejala yang diakibatkan oleh perkembangan sel kanker tersebut sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas hidup penderita. Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus ditentukan jenis histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky atau 2 menurut skala WHO, yaitu:
Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis obat anti kanker dapat dilakukan. Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadwal tertentu, Hb > 10 g%, granulosit > 1500/mm3, tombosit > 100.000/mm3, fungsi hati baik, fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit). d.
Imunoterapi Beberapa penelitian menunjukkan adanya hasil yang baik pada pemberian
imunoterapi
untuk
kasus
karsinoma
bronkogenik.
Keuntungan imunoterapi adalah peningkatan angka kelangsungan hidup dan menghindari toksik hematologi akibat sitostatika.
Rokok Bahan karsinogen (nitrosamine dan polycylic aromatic hydrocarbons)
Polusi udara
Genetik Zat karsinogenik
Mengendap di paru Makrofag mencerna polusi-polusi di udara
Iritasi bronkial Inflamasi mukosa bronkial
Enzim yg diproduksi makrofag menyebabkan fibrosis massif pada paru
Menghilangnya cilia
Migrasi ke pleura
Pengendapan karsinogen
Inflamasi pleura dan penebalan plak
Perubahan status kesehatan
Ansietas Tumor Paru
Ulserasi Bronkus
Tekanan kapiler subpleura / limfatik meningkat
Metaplasia sel skuama
Penekanan pada saraf oleh tumor
Penumpukan secret
Absorpsi limfatik berkurang
Penurunan nafsu makan makan
Gangguan reabsorpsi cairan pleura
Intake nutrisi in adekuat
Cairan pleura meningkat
Permeabilitas kapiler meningkat
Penurunan tekanan osmotik koloid
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Penurunan ekspansi paru
Merangsang pusat nyeri di SSP Mediator nyeri Nyeri akut
Mengalami perpindahan cairan intrasel ke interstitial
Efusi pleura Intake protein menurun
Neoplasma , infeksi
Menekan parenkim paru yang sehat
Atelektasis
Kerusakan parenkim paru
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Kompensasi tubuh meningkatkan jalan nafas Hiperventilasi
Suplai O2 ke dalam tubuh tidak adekuat
Fungsi paru terganggu Alveolus terganggu
Ketidakefektifan Pola Nafas
Suplai O2 di perifer menuru Kelemahan Intoleransi Aktivitas
Gangguan pertukaras gas
C.
Konsep Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian a.
Identitas Identitas klien dapat menjadi salah satu data untuk mengetahui latar
belakang klien. Seperti pekerjaan, apakah bekerja ditempat yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya tumor paru. Kemudian pendidikan, apakah pendidikan klien membuat klien kurang mengetahui terhadap pencegahan, penatalaksanaan, serta konsep dasar penyakit yang dialami (tumor paru). Beberapa data yang dapat dicatat pada identitas klien adalah Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Agama, Pekerjaan, Alamat, No. RM, status Perkawinan, Tanggal MRS, Sumber informasi. b.
Riwayat kesehatan 1) Diagnosa Medik: Tumor Paru 2) Keluhan utama : Keluhan utama klien tumor paru biasanya bervariasi, seperti batuk , batuk produktif, batuk darah, dan sesak nafas. Riwayat penyakit saat ini biasanya sama dengan penyakit pernafasan lain. Sering kali menyerupai pneumonitis. 3) Riwayat penyakit sekarang : Riwayat penyakit sekarang merupakan pengalaman klien saat ini yang membentuk suatu kronologi dari terjadinya etiologi hingga klien mengalami keluhan yang dirasakan. 4) Riwayat penyakit dahulu : Adanya riwayat penyakit kanker atau penyakit-penyakit lain yang ada kaitannya dengan paru. Kebiasaan dahulu seperti merokok dan gaya hidup. 5) Penyakit yang pernah dialami a) Alergi b) Imunisasi c) Kebiasaan/Pola hidup d) Obat yang pernah digunakan 6) Riwayat penyakit keluarga : Riwayat keluarga merupakan penyekit yang pernah dialami atau sedang dialami keluarga, baik penyakit yang sama dengan keluhan klien atau pun penyakit lain.
a) Genogram Menggambarkan silsilah keluarga secara sederhana c.
Pengkajian Keperawatan 1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan Menjelaskan tentang bagaimana pendapat klien maupun keluarga mengenai apakah kesehatan itu dan bagaimana klien dan keluarga mempertahankan kesehatannya. 2) Pola nutrisi/metabolic Terdiri dari antropometri yang dapat dilihat melalui lingkar lengan atau nilai IMT, biomedical sign merupakan data yang diperoleh dari hasil laboratorium yang menunjang, clinical sign merupakan tanda-tanda yang diperoleh dari keadaan fisik klien yang menunjang, diet pattern merupakan pola diet atau intake makanan dan minuman yang dikonsumsi. 3) Pola eliminasi: BAB dan BAK (frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, bau, karakter) 4) Pola aktivitas & latihan: Activity Daily Living, status oksigenasi, fungsi kardiovaskuler, terapi oksigen. 5) Pola tidur & istirahat : durasi, gangguan tidur, keadaan bangun tidur 6) Pola kognitif & perceptual : fungsi kognitif dan memori, fungsi dan keadaan indera 7) Pola persepsi diri : gambaran diri, identitas diri, harga diri, ideal diri, dan peran diri 8) Pola seksualitas & reproduksi : pola seksual dan fungsi reproduksi 9) Pola peran & hubungan 10) Pola manajemen & koping stres 11) Sistem nilai dan keyakinan : oleh pasien maupun masyarakat
d.
Pemeriksaan fokus pada klien tumor paru 1) Sistem pernapasan Batuk menetap akibat sekresi cairan, mengi, dyspnea, hemoptisis karena erosi kapiler di jalan napas, sputum meningkat dengan bau tak sedap akibat akumulasi sel yang nekrosis di daerah obstruksi akibat tumor, infeksi saluran pernapasan berulang, nyeri dada karena penekanan saraf pleural oleh tumor, efusi pleura bila tumor mengganggu dinding paru, disfagia, edema daerah muka, leher dan lengan. 2) Sistem kardiovaskuler Takikardia, disritmia, gesekan perikordial (menunjukkan efusi), peningkatan vena jugularis 3) Sistem gastrointestinal Anoreksia, disfagia, penurunan intake makanan, berat badan menurun 4) Ketidaknyamanan/nyeri nyeri dada, dimana tidak/dapadipengaruhi oleh perubahan posisi, nyeri bahu/tangan nyeri abdomen hilang/timbul
2.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1) Ketidakefektifan
bersihan
jalan
napas
berhubungan
dengan
peningkatan sekret 2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi 3) Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar kapiler 4) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan 5) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis:infeksi
No 1
Diagnosa Keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan napas (00031) Definisi: Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk mempertahankan bersihan jalan napas Batasan karakteristik: - Tidak ada batuk - Suara napas tambahan - Perubahan pola napas - Perubahan frekuensi napas - Penurunan bunyi napas - Sputum dalam jumlah banyak - Batuk yang tidak efektif Faktor yang berhubungan: - Mukus berlebihan - Terpajan asap - Benda asing dalam jalan napas - Sekresi yang tertahan
2
Kondisi terkait: - Spasme jalan napas - Jalan napas alergik - Asma - Penyakit paru obstruksi kronis - Eksudat dalam alveoli - Hiperplapsi pada dinding bronkus - Infeksi - Disfungsi neuromuskular - Adanya jalan napas buatan Ketidakefektifan pola nafas (00032) Definisi: inspirasi dari/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat. Batasan Karakteristik: - Pola napas abnormal - Perubahan ekskursi dada - Bradipnea - Penurunan tekanan ekspirasi - Penurunan tekanan ekspirasi - Penurunan tekanan inspirasi - Penurunan ventilasi semenit - Penurunan kapasitas vital - Dispnea - Peningkatan diameter enterior-posterior - Pernapasan cuping hidung - Ortopnea
-
Fase ekspirasi memanjang Pernapasan bibir Takipnea Penggunaan otot bantu pernapasan Penggunaan posisi tiga titik
Faktor yang berhubungan: - Ansietas - Posisi tubuh yang menghambat - Ekspansi paru - Keletihan - Hiperventilasi - Obesitas - Nyeri - Keletihan otot pernapasan
3
Kondisi terkait: - Deformitas tulang - Deformitas dinding dada - Sindrom hipoventilasi - Gangguan muskuloskeletal - Imaturitas neurologis - Gangguan neurologis - Disfungsi neuromuskular - Cedera medula spinalis Hambatan pertukaran gas (00030) Definisi: kelebihan atau defisit oksigenasi dan/atau eliminasi karbon dioksida pada membran alveolar-kapiter Batasan karakteristik - Gas darah arteri abnormal - Hiperkapnia - Hipoksemia - Hipoksia - Iritabilitas - Napas cuping hidung - Gelisalh - Somnolen - Takikardia - Gangguan penglihatan - pH arterí abnormal - Pola pernapasan abnormal - Warna kulit abnormal - Konfusi - Penurunan karbon dioksida(CO₂) - Diaforesis
-
4
Dispnea Sakit kepala saat bangun
Kondisi terkait - Perubahan membran alveolar-kapiler - Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik Batasan Karakteristik - kram abdomen - nyeri abdomen - gangguan sensasi rasa - BB 20% atau lebih dibawah rentang BB ideal - Kerapuhan kapiler - Diare - Kehilangan rambut berlebihan - Enggan makan - Asupan makan yang kurang - Bising usus hiperaktif - Kurang informasi - Kurang minat terhadap makanan - Tonus otot menurun - Kesalahan informasi - Kesalahan persepsi - Mebran mukosa pucat - Ketidak mampuan memakan makanan - Cepat kenyang setelah makan - Sarianwan di rongga mulut - Kelemahan otot menelan - Kelemahan otot pengunyah - Penurunan BB dengan asupan makan adekuat Faktor Yang Berhubungan - Asupan diet kurang Populasi Beresiko - Faktor biologis - Kesulitan ekonomi Kondisi terkait - Ketidak mampuan mengabsorpsi nutrien - Ketidakmampuan mencerna makanan - Ketidakmampuan makan - Gagguan psikososial -
5
Nyeri Akut (00132) Definisi:Pengalaman, sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau yang digambarkan sebagai kerusakan (Internasional Assosiation for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atatau lambat dengan intensitas ringan hingga berat, dengan berakhirnya dengan dapat diantisipasi atau diperediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan. Batasan karakteristik: Perubahan selera makan Perubahan pada parameter fisiologis Diaforesis Perilaku distraksi Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa nyeri untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkannya Perilaku ekspresif Ekspresi wajah nyeri Sikap tubuh melindungi Putus asa Fokus menyempit Sikap melindungi area nyeri Perilaku proktektif Laporan tentang perilaku nyeri atau perubahan aktivitas Dilatasi pupil Fokus pada diri sendiri Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan standar instrumen nyeri Faktor yang berhubungan: Agens cedera biologis Agens cedera kimiawi Agens cedera fisik Kondisi terkait: - Gangguanmuskuluskeletal - Gangguanneuromuskular - Agensfarmaseutika
NO. 1
DIAGNOSIS KEPERAWATAN Ketidakefektifan bersihan jalan napas
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien Manajemen jalan napas menunjukkan hasil: (3140) 1. Posisikan pasien semi fowler untuk Status pernapasan: Kepatenan jalan napas (0410) memaksimal ventilasi No. Indikator Awal Tujuan 2. Ajarkan pasien untuk 1 2 3 4 5 batuk efektif 1. Frekuensi Pernapasan 3 √ 3. Lakukan fisioterapi 2. Irama pernapasan 3 √ dada 3. Kedalaman inspirasi 3 √ 4. Kolaborasi pemberian 4. Kemampuan 1 √ bronkodilator mengelurakan sekret NIC: Monitor Pernafasan 5. Suara nafas tambahan 3 √ (3350) 6. Pernafasan cuping 2 √ 1. Monitor kecepatan, hidung irama, kedalaman dan 7. Dyspnea saat istirahat 3 √ kesulitan bernafas 8. Dyspnea dengan 3 √ 2. Catat pergerakan dada, aktivitas ringan kesimetrisan, 9. Penggunaan otot bantu 2 √ penggunaan otot bantu pernafasan pernafasan 10. Batuk 2 √ 3. Monitor suara nafas 11. Akumulasi sputum 2 √ tambahan Keterangan: 4. Monitor pola nafas 1. Keluhan ekstrime 5. Auskultasi suara 2. Keluhan berat napas, catat area yang 3. Keluhan sedang ventilasinya menurun 4. Keluhan ringan atau tidak ada dan
PARAF & NAMA H Handita
adanya tambahan suara tambahan 6. Monitor kemampuan batuk efektif; 7. Monitor sekresi pernafasan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Airway Management menunjukkan hasil: (3140) a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Status Pernafasan (0405) b. Identifikasi pasien Tujuan No. Indikator Awal perlunya pemasangan 1 2 3 4 5 alat jalan nafas buatan 1. Frekuensi pernafasan 2 √ c. Pasang mayo bila perlu 2. Irama pernafasan 2 √ d. Lakukan suction pada 3. Kedalaman inspirasi 2 √ mayo 4. Suara auskultasi nafas 2 √ e. Berikan bronkodilator 5. Kepatenan jalan nafas 2 √ bila perlu 6. Volume tidal 2 √ f. Atur intake untuk cairan Pencapaian tingkat 7. 2 √ mengoptimalkan insentif spirometri keseimbangan. 8. Kapasitas vital 2 √ g. Monitor respirasi dan 9. Saturasi oksigen 2 √ status O₂ 10. Tes faal paru 2 √ Keterangan: NIC: Oxygen Therapy 1. Deviasi berat kisaran normal (3320) 2. Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal a. Atur peralatan oksigenasi 3. Deviasi sedang dari kisaran normal b. Pertahankan jalan nafas 4. Deviasi ringan dari kisaran normal yang paten 5. Tidak terganggu deviasi dari kisaran normal c. Monitor aliran oksigen
5. Tidak ada keluhan
2
Ketidakefektifan pola napas
H Handita
3
Hambatan pertukaran gas (00030)
d. Pertahankan posisi pasien e. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi f. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Monitor pernapasan menunjukkan hasil: (3350) a. Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan Status Pernafasan: Pertukaran Gas (0420) kesulitan bernapas Tujuan No. Indikator Awal b. Catat pergerakan dada, 1 2 3 4 5 catat 1. Dpsnea saat istirahat 2 √ ketidaksimetrisan, Dipsnea dengan 2. 2 √ penggunaan otot-otot aktivitas ringan bantu pernapasan, dan Perasaan kurang 3. 2 √ retraksi pada otot istirahat suprsclaviulas dan 4. Sianosis 2 √ interkosta 5. Mengantuh 2 √ c. Monitor suara napas 6. Gangguan menelan 2 √ tambahan seperti Keterangan: ngorok atau mengi 1. Sangat berat d. Monitor pola napas 2. Berat NIC: Terapi oksigen (3320) 3. Cukup e. Bersihkan mulut, 4. Ringan hidung dan sekresi 5. Tidak ada trakea dengan tepat f. Pertahankan kepatenan jalan napas g. Siapkan peralatan
4
Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
oksigen dan berikan melalui sistem humidifier h. Berikan oksigen tambahan seperti yang diintruksikan i. Monitor aliran oksigen j. Monitor efektifitas terapi oksigen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Manajemen Nutrisi menunjukkan hasil: a. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi Status kenyamanan (2008) kebutuhan gizi Tujuan No. Indikator Awal b. Identifikasi adanya alergi 1 2 3 4 5 atau intoleransi makanan 1. Asupan gizi 2 √ yang dirniliki pasien 2. Asupan makanan 2 √ c. Tentukan apa yang 3. Asupan cairan 2 √ menjadi preferensi 4. Energi 3 √ makanan bagi pasien Rasio berat 5. 3 √ d. Instruksikan pasien badan/tinggi badan mengenai kebutuhan 6. Hidrasi 4 √ nutrisi (yaitu: membahas pedoman diet dan Keterangan: piramida makanan) 1. Sangat menyimpang dari rentang normal e. Bantu pasien dalam 2. Banyak menyimpang dari rentang normal menentukan pedoman 3. Cukup menyimpang dari rentang normal atau piramida makanan 4. Sedikit menyimpang dari rentang normal yang paling cocok dalam 5. Tidak menyimpang dari rentang normal memenuhi kebutuhan nutrisi dan preferensi
H Handita
f.
g.
h.
(misalnya., Piramida Makanan Vegetarian, Piramida Panduan Makanan, dan Piramida Makanan untuk Lanjut Usia Lebih dari 70) Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan makanan yang lebih sehat, jika diperlukan Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan makanan protein tinggi; menyarankan menggunakan bumbu dan rempah-rempah sebagai alternatif untuk garam, menyediakan pengganti gula; menambah atau mengurangi kalori, menambah atau mengurangi vitamin,
5
Nyeri akut (00256)
mineral, atau suplemen) i. Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan (misalnya, bersih, berventilasi, santai, dan bebas dari bau yang menyengat) j. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulut sebelum makan k. Beri obat-obatan sebelum makan (misalnya., penghilang rasa sakit, antiemetik), jika diperlukan l. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi, jika memungkinkan m. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan favorit pasien sementara pasien berada di rumah sakit atau fasilitas perawatan, yang sesuai Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien NIC: Manajemen nyeri menunjukkan hasil: (1400) a. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif Kontrol Nyeri (1605)
H handita
No. 1. 2. 3.
4.
5.
Indikator Mengenali kapan nyeri terjadi Menggambarkan faktor penyebab Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesik Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profesional kesehatan Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
Awal
1
Tujuan 2 3 4
5
2
√
2
√
2
√
2
√
2
√ e. √
Melaporkan nyeri yang 1 terkontrol Keterangan: 1. Tidak pernah menunjukkan 2. Jarang menunjukkan 3. Kadang-kadang menunjukkan 4. Sering menunjukkan 5. Secara konsisten menunjukkan
√
7.
c. d.
2
6.
b.
f.
g.
h.
meliputi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas dan faktor pencetus. Observasi adanya reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal). Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesik. Dorong pasien untuk
i.
j.
k. l. m.
n.
o.
menggunakan obatobatan penurun nyeri yang adekuat. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (seperti relaksasi, hypnosis, akrupessure dll) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim kesehatan lain untuk meilih dan mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri non farmakologis Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri.
4.
Discharge Planning Discharge planning pada pasien dengan Tumor Paru adalah: 1. Mengajarkan
kepada
keluarga
untuk
menghindari
paparan
zat
karsiongenik, polusi udara, merokok 2. Mengajarkan pada pasien dan keluarga untuk segera menghubungi tim kesehatan atau segera menuju ke pelayanan kesehatan apabila terjadi tanda – tanda dan gejala infeksi. 3. Mengajarkan pada pasien dan keluarga untuk mengamati respon terhadap pengobatan dan memberitahu dokter tentang adanya efek samping. 4. Memberitahukan pada pasien dan keluarga tentang penjadwalan pemeriksaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z. 2009. Kanker Paru: Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. 2013. Nursing Intervention Classification. Oxford: Elcevier. Corwin, E.J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2015. Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi 2015-201. Jakarta: EGC Kusumawisjaja, K. 2005. Tumor Jinak Paru: Radiologi Diagnostik. Jakarta: Gaya Baru Machsoos, B.D. 2009. Pendekatan Diagnostik Tumor Padat: Ilmu Penyakit Dalam. Jalarta: Interna Publishing Moorhead, S., Johnson, M., Meridean L. Maas., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcome Classification. Oxford: Elcevier. Smeltzer, S. C., dan Bare, B. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan MedikalBedah Brunner & Suddarth. Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC. World Health Organization. 2015. Cancer. {Serial Online]. [ 05 November 2018} Diakses melalui http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs297/en/