Lp Tumor Otak Aster.docx

  • Uploaded by: Tri Ayu Laksana
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Tumor Otak Aster.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,474
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR OTAK STASE KRITIS,KGD DAN BENCANA

SITI KHOIRUNNISA 1035181020

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN, UNIVERSITAS MH THAMRIN JAKARTA 2019

1. Anatomi Fisiologi Otak dan Susunan Saraf Pusat A. Otak dan Susunan Saraf Pusat Berat otak maunusia sekitar 1.400 gram, tersusun oleh sekitar 100 triliun neuron. Masing-masing neuron mempunyai 1.000 sampai 10.000 koneksi sinaps dengan sel saraf lainnya. Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal dan terletak di dalam ruangan yang tertutup oleh tulang yaitu kranium (tengkorak). Kranium ini secara absolut tidak dapat bertambah volumenya terutamam pada orang dewasa. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu: serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), diensefalon, dan batang otak ( Ganong, 2013) Selaput otak terdiri dari tiga lapis : Duramater adalah meningens terluar yang merupakan gabungan dari dua lapisan selaput yaitu: lapisan bagian dalam (yang berlanjut ke duramater spinal) dan lapisan bagian luar (yang sebetulnya merupakan lapisan perios teum tengkorak). Lapisan bagian dalam akan melebar serta melekuk membentuk sekat-sekat otak (falks, tentorium). Lapisan bagian luar merupakan jaringan fibrosa yang lebih padat dan mengandung vena serta arteri untuk memberi makan tulang. Gabungan kedua lapisan ini melekat erat dengan permukaan dalam tulang sehingga tidak ada celah diantaranya.Arakhnoid merupakan lapisan tengah

antara duramater dan piamater. Dibawah lapisan ini adalah rongga subarakhnoid yang mengandung trabekula dan dialiri liquor cerebro spinal. Lapisan arakhnoid tidak memiliki pembuluh darah, tetapi pada rongga subarakhnoid terdapat pembuluh darah.Piamater merupakan lapisan selaput otak yang paling dalam langsung berhubungan dengan permukaan jaringan otak serta mengikuti

konvolusinya

(

Guyton, 2010) Serebrum merupakan bagian otak terbesar (85%), yang terdiri dari sepasang hemisfer. Serebrum merupakan pusat koordinasi untuk gerakan otot dan terletak di belakang batang otak dan kontrol berbagai ekspresi emosi, moral, dan tingkah laku etika. Lobus parietal dikaitkan untuk evaluasi sensorik umum dan rasa kecap, dimana selanjutnya akan diintegrasi dan diproses untuk menimbulkan kesiagaan tubuh terhadap lingkungan eksternal. Lobus parietal mempuyai dua sulkus utama yaitu sulkus pascasentral dan sulkus intra-parietal. Lobus temporalis merupakan lobus yang letaknya paling dekat dengan telinga dan mempunyai peran fungsional yang berkaitan dengan pendengaran, keseimbangan, dan juga sebagian dari emosi-memori. Lobus temporalis mempunyai dua sulkus yaitu sulkus temporalis superior dan inferior yang membaginya atas tiga girus: girus temporalis superior, medius, dan inferior. Cairan serebrospinal mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medulla spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel dalam otak. Cairan serebrospinalis menyerupai plasma darah dan cairan interstisial, tetapi tidak mengandung protein. Cairan cerebrospinal dihasilkan oleh pleksus koroid dan sekresi oleh sel-sel ependimal yang mengintari pembuluh darah serebral dan melapisi kanal sentral medula spinalis ( Guyton, 2010) Diensefalon terletak diantara serebrumdan otak tengah serta tersembunyi dibalik hemisfer serebral, kecuali pada sisi basal. Talams terdiri dari dua massa oval, substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa menonjol ke luar untuk membentuk sisi dinding ventrikel

ketiga.

Hipotalamus

terletak di dinding inferior talamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga. Hipotalamus berperan penting dalam pngendalian aktivitas

susunan saraf otonom yang melakukan fungsi vegetatif penting dalam kehidupan, seperti pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual. Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur

pelepasan

atau

inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin. Sistem limbik terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas prilaku sadar. Girus singulum, girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan bagian sistem limbik dalam korteks serebral. Otak tengah merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan serebelum dan serebrum

dan

berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks. Pons hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons menghubungkan medula yang panjang dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi terletak dalam pns dan mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan. Nuklei saraf kranial V, VI dan VII terletak dalm pons, yang juga menerima informasi dari saraf kranial VIII

(

Sheerwood, 2011 ) Serebelum terletak disisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak. Terdiri dari bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer serebral. Serebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang dicetuskan di suatu tempat di susunan saraf pusat

berlangsung

dengan

halus

bukannya mendadak dan tidak terkoordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur. Medula oblongata panjangnya sekita 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medula spinalis dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen magnum tengkorak. Pusat medula adalah nuklei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti frekwensi jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk, menelan dan muntah. Nuklei yang merupakan asal saraf kranial IX, X, XI dan XII teretak di dalam medula. Formasi retikular atau sistem aktivasi retikular adalah

jaring-jaring serabut saraf dan badan sel yag tersebar di keseluruhan bagian medula oblongata, pons dan otak tengah. Sistem ini penting untuk memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran ( Sherwood, 2011) 2. Tumor Otak A. Definisi Neoplasma merupakan setiap pertumbuhan sel-sel baru dan abnormal; secara khusus dapat diartikan sebagai suatu pertumbuhan yang tidak terkontrol dan progresif. Neplasma ganas dibedakan dengan neoplasma jinak; neoplasma ganas menunjukan derajat anaplasia yang lebih besar dan mempunyai sifat invasi serta metastasis. Diseut juga tumor. Tumor otak merupakan neoplasma, baik yang jinak maupun ganas, dan lesi-lesi desak ruang yang lain, yang berasal dari inflamasi kronik yang tumbuh dalam otak, meningen dan tengkorak. Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal primer, metastatik, atau perkembangan yang berasal dari dalam otak atau yang menyokong struktur otak. Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space occupying lesion atau space taking lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik dalam kompartemen supratentorial maupun infratentorial ( Black, J.M & Hawks, J.H, 2009) B. Etiologi dan Faktor Risiko Penyebab dari tumor otak belum diketahui secara pasti tetapi masih ada faktor-faktor agent yang bertanggung jawab penyebab tumor tertentu. Faktor tersebut diantaranya herediter yaitu sindrome herediter seperti von Recklinghausen’s Disease, tuberous sclerosis, retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa meningkatkan resiko tumor otak. Keturunan memainkan peran yang kecil dalam penyebab tumor otak. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga yang menderita tumor otak. Gen yang terlibat bisa dibagi pada dua kelas yaitu Tumor-suppressor genes dan oncogens. Selain itu, sindroma seperti Turcot dapat menimbulkan genetik untuk glioma tetapi hanya 2%. Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor

otak jenis neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors. Selain itu, paparan terhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko tumor otak ( Anna, 2011). Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa substansi yang karsinogenik seperti nitrosamides dan nitrosoureas yang bisa menyebabkan tumor siste saraf pusat. Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak. Contohnya, virus Epseien-barr. Penelitian menunjukan bahwa makanan seperti makanan yang diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkolerasi dengan peningkatan risisko tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak menurun ketika makan individu lebih banyak buah dan sayuran. ( Ruddon, 2011 ) C. Patofisiologi Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerah central nervous system (CSN). Sel ini akan

terus

berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya, mengakibatkan terjadi gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial). Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh meneyebabkan nekrosis jaringan otak. Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskular primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi, invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal. Tumo ganas menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh kerusakan sawar diotak, menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan meningkatkan TIK. Peningkatan TIK membahayakan jiwa

jika

terjadi dengan cepat. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intrakranial timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini meliputi volume darah

intrakranial, volume CSS, andungan cairan intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim otak, kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan mengakibatkan herniasi unkus sereblum ( Newton, 2009 ). D. Klasifikasi Tumor Otak Klasifikasi tumor otak diawali oleh konsep Virchow berdasarkan

tampilan

sitologinya, dan dalam perkembangan selanjutnya dikemukakan berbagai variasi modifikasi peneliti-peneliti lain dari berbagai negara. Klasifikasi tumor susunan saraf pusat menurut WHO berdasarkan tipe histologiknya : 1) Neuroepithelial tumors yaitu Glial tumors terdiri dari Astrocytic tumors, Oligodendroglioma tumors, Mixedglioma, Ependymal tumors dan Neuroepithelial tumors of uncertain origin. Neuronal and mixed

neuronal-glial

tumors

diantaranya

Desmoplastic infantile astrocytoma,

Gangliocytoma,

Dysembryoplastic

Ganglioglioma,

neuroepithelial

tumor,

Central neurocytoma, Cerebellar Liponeurocytoma dan Paraganglioma. Nonglial tumors diantaranya

Embryonal tumors, Chroid plexus tumors

parenchymaltumors.2)Meningeal

tumorsterdiri

dari

dan Pineal Meningioma,

Hemangiopericytoma dan Melanocytic lession. 3) Germ cell tumors terdiri dari Germinoma, Embryonal carcinoma, Yolk-sac tumor, Choriocarcinoma, Teratoma, Mixed germ cell tumors. 4) Tumors of the sellar region terdiri

dari

Pituitary

adenoma, Pituitary carcinoma dan Craniopharyngioma. 5) Tumors of uncertain histogenesis diantaranya Capillary hemangioblastoma. 6) Primary CNS lymphoma 7) Tumors of peripheral neves that affect the CNS yaitu Schwannoma. 8) Metastatic tumors. ( Ruddon, 2017) E. Pemeriksaan dan Diagnosis Terdapat beberapa metode untuk mengukur aktivitas listrik otak dan neuron serta mengobservasi malformasi, cedera atau tumor diantaranya MRI (magnetic resonance imaging) adalah pencitraan resonansi magnetik yang menangkap apa yang terjadi di otak secara fisiologis sebelum, selama dan setelah individu melakukan tugas. MRI mengandalkan prinsip bahwa setiap atom ditubuh bekrja seperti jarum kompas yang

kecil dan berbaris dalam arah yang dapat diperkirakan apabila terpajan dengan medan magnetik. Sinyal yang khas pada setiap atom dipancarkan dan citra dapat dibentuk dari informasi ini dengan menggunakan program komputer spesifik. Organ direproduksi dalam detail yang lebih anatomis yang lebih baik dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pemeriksaan radiograf saja.MRI memberikan dampak dramatis pada penelitian mengenai fungsi otak dan patofisiologi. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk secara noninvasif menyelidiki konsentrasi oksigen di otak saat individu melakukan tugas. Karena otak secara cepat berpindah ke glikolisis anaerob pada lonjakan aktivitas, kadar oksigen meningkat dalam darah vena yang keluar dari area yang melakukan tugas. Dengan memeriksa area yang memiliki kadar oksigen tinggi, peneliti dapat mengidentifikasi pola aliran darahdan area otak yang aktif. Dengan MRI, struktur dan integritas jaringan dapat digambarkan dengan jelas. Diagnosis terbaik pada tumor otak adalah dengan pemeriksaan MRI. MRI harus menjadi pemeriksaan pertama pada pasien dengan tanda dan gejala kelainan pada intrakranial. MRI dapat melihat gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk melihat tumor infratentorial, namun mempunyai keterbatasan dalam hal menilai klasifikasi ( Newton, 2009). Computed Tomography (CT) mencakup analisis komputer terhadap citra radiologis multipel. Pada CT scan, berkas sinar-x berotasi mengelilingi pasien, dan melewati jaringan secara berurutan dari banyak arah. Gambar ini kemudian dibentuk ulang oleh komputer untuk memberikan gambaran struktur otak tiga dimensi yang realistis. Media kontras dapat diinjeksikan sebelum pemeriksaan sinar-x untuk memperbaiki detail halus struktur. Pemindaian CT tersedia di sebagian besar ruang kedaruratan, dan digunakan untuk evaluasi cepat kedaruratan neurologis. CT scan ini sanagat baik untuk visualisasi tulang dan dapat mendeteksi hemoragi akut. CT scan berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal penegakan diagnosis dan sangat baik untuk melihat kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tualang tengkorak ( Newton, 2009 )

F. Penatalaksanaan tumor otak Penatalaksanaan pada tumor otak dapat berupa initial supportive dan definitive therapy.Suportive therapy berfokus pada meringankan gejala dan meningkatkan fungsi neurologik pasien. Supportive treatmen yang utama digunakan adalah anti konvulsan dan kortikosteroid. Anti konvulsan diberikan pada pasien

yang

menunjukan tanda-tanda seizure. Phenitoin (300-400 mg/h)adalah yang paling umum digunakan, tapi carbamazepine (600-1000 mg/h), phenobarbital (90-15 mg/h), dan valproic acid (750-1500 mg/h) juga dapat digunakan. Kortikosteroid mengurangi edema dan mengurangi tekanan intrakranial. Efeknya mengurangi

sakit

kepala

dengan cepat. Dexamethason adalah kortikosteroid yang dipilih karena aktivitas mineralocorticoid yang minimal. Dosisnya dapat diberikan mulai dari 16 mg/h, tetapi dosis ini dapat ditambahkan mmaupun dikurangi untuk mencapai dosis yang dibutuhkan untuk mengontrol gejala neurologik. Definitive treatment intrakranial tumor

meliputi

pembedahan,

radiotherapi,

kemotherapi

dan

yang

sedang

dikembangkan yaitu immunotherapi ( Sudoyo, 2016 ). Berbagai pilihan pembedahan telah tersedia, dan pendekatan pembedahan dipilih harus berhati-hati untuk meminimalisir resiko defisit neurologic

yang setelah

operasi. Tujuan pembedahan : 1) menghasilkan diagnosis histologik yang akurat 2) mengurangi tumor pokok 3) memberikan jalan untuk CSF ngalir 4) mencapai potensial penyembuhan. Terapi radiasi memainkan peran penting dalam pengobatan tumor otak pada orang dewasa. Terapi radiasi adalah terapi non pembedahan yang paling efektif untuk pasein dengan malignat glioma dan juga sangat penting bagi pengobatan pasien dengan low-grade glioma. Kemterapi hanya sedikit bermanfaat dalam treatment pasien dengan malignat glioma. Kemoterapi tidak memperpanjang rata-rata pertahanan semua pasien, tetapi sebuah subgroup tertentu nampaknya bertahan lebih lama dengan penambahan kemoterapi dan radioterapi. Kemoterapi juga tidak berperan banyak dalam pengobatan pasien dengan low-grade astrocytoma. Sebaliknya,

kemoterapi

disarankan

untuk

pengobatan

pasien

dengan

oligodendroglioma. Imunoterapi merupakan pengobatan baru yang masih perlu

diteliti lebih lanjut. Dasar pemikiran bahwa sistem imun dapat menolak tumor, khususnya allograf, telah didemonstrasikan lebih dari 50 tahun yang lalu. Hal itu hanya sebuah contoh bagaimana sistem imun dapat mengendalikan pertumbuhan tumor. Tumor umumnya menghasilkan level protein yang berbeda (dibandingkan protein normal) disekitar jaringan, dan beberapa protein mengandung asam amino substitusi atau deletions, atau mengubah phosphorylation atau

glycosylation.

Beberapa perubahan protein oleh tumor sudah mencukupi bagi sistem imun untuk mengenal protein yang dihasilkan tumor sebagai antigenik, dan memunculkan imun respon untuk melawan protei-protein tersebut ( Black & Hawks, 2009 ) G. Perawatan pasca operasi kraniotomi Jalur arteri dan jalur tekanan vena sentral (CVP) dapt dipasang untuk memantau tekanan darah dan mengukur CVP. Pasien mungkin atau tidak diintubasi dan mendapatkan terapi oksigen tambahan. Pada pasca operasi kraniotomi ada beberapa intervensi yang dilakukan yaitu mengurangi edema cerebri, meredakan nyeri dan mencegah kejang serta memantau tekanan intrakranial ( Brunner & Suddart, 2001 ) 1) Mengurangi edema cerebri yaitu terapi medikasi untuk mengurangi edema serebral meliputi pemberian manitol, yang meningkatkan osmolaritas serum dan menarik air bebas dari area otak ( dengan sawar darah-otak utuh ). Cairan ini kemudian diekskresikan melalui diuresis osmotik. Deksametason dapat diberikan melalui intravena setiap 6 jam selama 24 jam sampai 72 jam; selanjutnya dosisnya dikurangi secara bertahap. 2) Meredakan nyeri dan mencegah kejang yaitu Asetaminofen biasanya diberikan selama suhu diatas 37,50 C dan untuk nyeri. Sering kali pasien akan mengalami sakit kepala setelah kraniotomi, biasanya sebagai akibat saraf kulit kepala diregangkan dan diiritasi selama pembedahan. Kodein, diberikan lewat parentral, biasanya cukup untuk menghilangkan sakit kepala. Medikasi antikonvulsan ( fenitoin, diazepam ) diresepkan untuk pasien yang telah menjalani kraniotomi supratentorial, karena resiko tinggi epilepsi setelah

prosedur

bedah

neuro

supratentorial.

Kadar

serum

dipantau

untuk

mempertahankan medikasi dalam rentang terapeutik. 3) Memantau tekanan intrakranial yaitu kateter ventrikel atau beberapa tipe drainase, sering dipasang pada pasien yang menjalani pembedahan utuk tumor fossa posterior. Kateter disambungkan ke sistem drainase

eksternal.

Kepatenan kateter diperhatikan melalui pulsasi cairan dalam selang. Tekanan intrakranial dalam dipantau dengan memutar stopkok. Perawatan diperlukan untuk menjamin bahwa sistem tersebut kencang pada semua sambungan dan bahwa stopkok ada pada posisi yang tepat untuk menghindari drainase cairan cerebrospinal, yang dapat mengakibatkan kolaps ventrikel bila cairan terlalu banyak dikeluarkan. Ahli bedah neuro diberi tahu kapanpun kateter tampak tersumbat 3. Asuhan Keperawatan A. Pengkajian 1) Keluhan utama Hal yang sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan adanya gangguan fokal, seperti nyeri kepala muntah-muntah, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran 2) Riwayat penyakit sekarang Kaji adanya keluhan nyeri kepala, mual, muntah, kejang, dan penurunan tingk kat kesadaran dengan pendekatan PQRST. Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan prilaku juga umum terjadi.

Sesuai

penyakit, dapat terjadi letargi, tidak responsif, dan koma.

perkembangan

3)

Riwayat penyakit dahulu

Kaji adanya riwayat nyeri keala pada masa sebelumnya. Pengkajian riwayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat sekarang dan merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan tindakan selanjutnya. 4) Riwayat penyakit keluarga Kaji adanya hubungan keluhan tumor intrakranial pada generasi terdahulu. 5) Pengkajian psikososiospiritual Apakah ada dampak yang timbul pada klien yaitu timbul seperti ketakutan dan kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah. Apakah klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif, klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil, dan kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. 6) Pemeriksaan fisik Pernapasan : inspeksi adanya kegagalan pernapasan disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak didapatkan bunyi napas tambahan. Darah : kompresi pada medula oblongata didapatkan adanya kegagalan sirkulasi. Tekanan darah normal dan tidak ada peningkatan heart rate. Otak : nyeri kepala, muntah dan papiledema Pengkajian saraf kranial : a. Saraf I : pada klien tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf ini tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman. b. Saraf II : gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan visual. c. Saraf III, IV dan VI : adanya kelumpuhan unilateral atau bilateral dari saraf VI memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis. d. Saraf V : pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada kelainan pada fungsi saraf yang lain. Pada

neurolema yang menekan saraf ini akan didapatkan adanya paralisis wajah unilateral. e. Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi yang sehat. f. Saraf VIII : pada neurolema didapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran

yang

mungkin diakibatkan iritasi korteks pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan. g. Saraf IX dan X : kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan membuka mulut. 7) Sistem motorik : gangguan pergerakan, hipotonia terhadap regangan atau perpindahan anggota tubuh dari sikap aslinya dan hiperekstensibilitas, gangguan berpakaian. 8) Refleks : gerakan involunter : kejang umum 9) Sistem sensorok : nyeri kepala bersifat dalam, terus-menerus, tumpul, dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat waktu pagi hari dan menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya meningkatkan tekanan intrakranial, seperti membungkuk, batuk, atau mengejan pada waktu buang air besar. 10) Pekemihan : inkontinensia urine 11) Pencernaan : kesulitan menelan, nafsu makan menuru, mual, muntah pada fase akut. 12) Aktivitas : kesulitan beraktivitas, kehilangan sensori dan mudah lelah. B. Diagnosa keperawatan 1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial Tujuanan dapat : nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien

Kriteria hasil : -

Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang tau dapat diadaptasi ditunjukan penurunan skala nyeri

-

Klien tidak merasa kesakitan

-

Klien tidak gelisah

Intervensi a. Kaji keluhan nyeri : intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang memperburuk Rasional : pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan b. Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah, menangis/meringis, perubahan tanda vital. Rasionalisasi : merupakan indikator/ derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami. c. Intruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri timbul Rasionalisasi : pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi beratnya serangan. d. Berikan kompres dingin pada kepala Rasionalisasi

:

meningkatkan

rasa

nyaman

dengan

menurunkan

vasodilatasi 2) Perubahan perfusi jaringan cerebral b/d kerusakan sirkulasi akibat penekanan oleh tumor. Tujuan : perfusi jaringan cerebral kembali normal Kriteria hasil : -

Tingkat kesadaran klien stabil atau ada perbaikan

-

Klien tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK

Intervensi : a. Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai al lokal dan standar. Rasionalisasi : mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan lokasi, perluasan dan perkembangan susunan saraf pusat. b. Pantau tanda vital tiap 4 jam. Rasionalisasi : normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil. Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal dan menyeluruh. c. Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200 – 300. Rasionalisasi : kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK. d. Pantau ketat pemasukan dan penegluaran cairan, turgor kulit dan keadaan memberan mukosa. Rasionalisasi : bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan perfusi jaringan. e. Bantupasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses yang dipaksakan/mengejan. Rasionaliasi : aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang dapat meningkatkan TIK. f. Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah aku yang tidak sesuai lainnya. Rasionalisasi : petunjuk non verbal ini

mengindikasikan

adanya

penekanan TIK atau menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya secara pribadi.

3) Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b/d ketidakmampuan mengenal informasi. Tujuan : mampu mengetahui kondisi dan pengobatan secara tepat Kriteria hasil : -

Klien/keluarga

mengungkapkan

pemahaman

tentang

kondisi

dan

pengobatan. -

Dapat memulai perubahan prilaku yang tepat

Intervennsi : a. Diskusikan etiologi individual dari sakit kepala bila diketahui Rasionalisasi : mempengaruhi pemilihan terhadap penanganan dan berkembang kearah proses penyembuhan. b. Bantu pasien dalam megidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi. Menghindari/membatasi faktor-faktor yang sering kali dapat mencegah berulangnya serangan. c. Diskusikan mengenai pentingnya posisi/letak tubuh yang normal. Rasionalisasi : menurunkan regangan pada otot daerah leher dan lengan dan dapat menghilangkan ketegangan dari tubuh dengan sangat berarti. d. Diskusikan tentang obat dan efek sampingnya. Rasionalisasi : pasien mungkin menjadi sangat ketergantungan terhadap obat dan tidak mengenali bentuk terapi yang lain.

Related Documents

Lp Tumor Otak Aster.docx
December 2019 20
Cdk 077 Tumor Otak
November 2019 19
Askep Tumor Otak 2.docx
December 2019 15
Lp Tumor Paru.docx
October 2019 21

More Documents from "Handita Diani Ratri"