SATUAN ACARA PENYULUHAN HALUSINASI
Oleh:
OLEH Barakatul Qamilah, S.Kep Nurhalija Ulfiana, S.Kep Masturi, S.Kep Hardianto, S.Kep Nurul Indah Syabani, S.Kep Hardianti, S.Kep Ainunrrafiq, S.Kep Ratnasari, S.Kep Rosmini, S.Kep
PRESEPTOR LAHAN
(...........................................)
PRESEPTOR INSTITUSI
(...........................................)
PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Pokok Bahasan
: Gangguan Sensori-persepsi : Halusinasi : Pasien : RSKD Dadi Makassar, Ruang Kenari : Rabu, 20 Februari 2019
Sub Pokok Bahasan Sasaran Tempat Waktu I.
Latar Belakang
Kesehatan
Jiwa
masyarakat
(community
mental
health)
telah
menjadi bagian masalah kesehatan masyarakat (public health) yang dihadapi semua negara.Salah satu pemicu terjadinya berbagai masalah dalam kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi dimana tidak semua orang siap untuk menghadapi cepatnya perubahandan kemajuan teknologi baru. Gangguan jiwa tidak menyebabkan kematian secaralangsung namun akan menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif danmenimbulkan beban bagi keluarga penderita dan lingkungan masyarakat sekitarnya,Dalam UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, pasal (4) disebutkan setiap orangmempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Definisi sehat menurut kesehatan dunia (WHO) adalah suatu keadaansejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakitatau kecacatan. Maka secara analogi kesehatan jiwa pun bukan hanya sekedar bebasdari gangguan tetapi lebih kepada perasan sehat, sejahtera dan bahagia ( well being ),ada keserasian antara pikiran, perasaan, perilaku, dapat merasakan kebahagiaandalam sebagian besar kehidupannya serta mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari.Penyakit mental, disebut juga gangguan mental, penyakit jiwa, ataugangguan jiwa, adalah gangguan yang mengenai satu atau
lebih fungsi mental.Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosiproses berpikir, perilaku, dan persepsi (penangkapan panca indera). Penyakit mentalini menimbulkan stress dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya). Halusinasi adalah gangguan pencerapan (persepsi) pasca indera tanpa adanyarangsangan dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan di mana terjadi pada saat kesadaran individu itu penuh / baik. Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamatkan pada pasien itu. Akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadangkadang menyenangkan misalnya bersifat tiduran, ancaman dan lain-lain. Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti: Skizoprenia, Depresi, Delirium dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan substansi lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi. Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan pemberian Asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
II.
Tujuan A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu mengenal halusinasi. B. Tujuan Khusus
1. Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu menjelaskan pengertian halusinasi. 2. Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu menyebutkan tanda dan gejala halusinasi. 3. Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu menjelaskan tahap-tahap halusinasi 4. Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit pasien mampu menjelaskan cara menghentikan halusinasi. III.
Jadwal Kegiatan a. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Pendidikan Kesehatan ini akan dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi di ruang Kenari b. Lama Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Kegiatan Pendidikan Kesehatan akan dilaksanakan selama 30 menit c. Waktu Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Kegiatan Pendidikan Kesehatan akan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2019 pada pukul 09.00 WITA
IV.
Media
1. Banner 2. Leaflet V.
Metode
1. Ceramah
2. Demonstrasi 3. Tanya jawab VI. PENGORGANISASIAN 1. Penyaji : Ratnasari S.kep & Barakatul Qamila, S.Kep 2. Moderator : Anunrrafiq, S.Kep 3. Fasilitator : Rosmini S.kep, Hardianti S.Kep, Masturi, S.Kep & Nurul Indah Syahbani, S.Kep 4. Dokumeasi: Hardianto S.kep & Nurhalijah Ulfiana S.Kep
VII.
SETTING TEMPAT
keterangan : : Penyaji & moderator : Fasilitator : Dokumentasi : Pasien
VIII.
LANGKAH KEGIATAN PENDIDIKAN KESEHATAN
NO 1
TAHAP Persiapan
2
Orientasi
KEGIATAN 1. Menyiapkan Audience
WAKTU 10 menit
2. Menyiapkan Alat dan Media 1. Perkenalan 2. Menjelaskan tujuan 3. Kontrak waktu 4. Apersepsi dengan cara
5 menit menggali
pengetahuan tentang batuk efektif 3.
Kerja
Menjelaskan materi sesuai topik
4.
Terminasi
1. Melakukan
evaluasi
secara
10 menit
subjektif 5 menit
( perasaan keluarga setelah mengikuti pendidikan kesehatan) 2. Penyaji melakukan evaluasi
secara
objektif(
perasaan
keluarga
setelah
mengikuti pendidikan kesehatan) 3. Penyaji bersama keluarga membuat rencana
tindak
pendidian mengaplikasikan
lanjut
terkait
topic
kesehatan
untuk
dalam
kehidupan
sehari-hari
IX.
EVALUASI PROSES
1. Standart Persiapan a. Menyiapkan materi penyuluhan b. Menyiapkan satuan acara penyuluhan c. Menyiapkan tempat d. Menyiapkan lebar balik e. Menyiapkan leaflet 2. Standart Proses Keluarga pasien dapat bekerja sama saat dilakukan penyuluhan 3. Evaluasi Hasil a. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang pengertian halusinasi b. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang tanda dan gejala halusinasi c. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang tahapan halusinasi d. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang cara menhentikan halusinasi e. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang pengertian halusinasi f. Keluarga pasien dapat menyebutkan tentang penanggulangan halusinasi
HALUSINASI 1.
PENGERTIAN HALUSINASI Halusinasi adalah merupakan reaksi terhadap stress dan usaha dari alam tidak sadar untuk melindungi egonya/ pernyataan simbolik dari gangguan psikotik individu. Halusinasi adalah gejala sekunder dari schizophrenia dan klien dengan skizofrenia 70% mengalami halusinasi pendengaran dan 30% mengalami
2.
halusinasi
campuran
yaitu
penglihatan. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB Faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
halusinasi
pendengaran
dan
a. Faktor predisposisi 1. Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak/SSP. Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar 2.
3.
berbicara, daya ingat dan perilaku kekerasan. Psikologis Sikap dan keadaan keluarga juga lingkungan. Penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien. Pola asuh pada usia kanak-kanak yang tidak adekuat misalnya: tidak ada kasih sayang diwarnai kekerasan dalam keluarga. Sosial budaya Kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerawanan,dan
ketidakamanan). Kehidupan yang terisolir disertai stress yang menumpuk. b. Faktor presipitasi Kurangnya sumber daya/ dukungan social yang dimiliki. Respon koping yang maladaptive. Komunikasi dalam keluarga kurang. 3. TANDA DAN GEJALA Perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut: 1. Bicara sendiri. 2. Senyum sendiri. 3. Ketawa sendiri. 4. Menggerakkan bibir tanpa suara. 5. Pergerakan mata yang cepat. 6. Respon verbal yang lambat. 7. Menarik diri dari orang lain. 8. Berusaha untuk menghindari orang lain. 9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata. 10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah. 11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik. 12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori. 13. Sulit berhubungan dengan orang lain. 14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah. 16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat. 17. Tampak tremor dan berkeringat. 18. Perilaku panik. 19. Curiga dan bermusuhan. 20. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
4.
5.
JENIS-JENIS HALUSINASI Pada klien dengan gangguan jiwa ada beberapa jenis halusinasi dengan karakteristik tertentu, diantaranya : 1. Halusinasi pendengaran : karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. 2. Halusinasi penglihatan : karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. 3. Halusinasi penghidu : karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia. 4. Halusinasi peraba : karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. 5. Halusinasi pengecap : karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan. 6. Halusinasi sinestetik : karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine. FASE-FASE HALUSINASI a. Fase pertama/ comforming (ansietas sedang) Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan kesepian yang memuncak dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan tentang hal-hal yang b.
menyenangkan cara ini hanya menolong sementara. Fase kedua/ condemning (ansietas berat)
c.
d.
Kecemasan meningkat, melamun, berfikir sendiri jadi dominan. Mulai diresahkan oleh bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu dan dia tetap dapat mengontrol. Fase ketiga/ controlling (ansietas sangat berat) Bisikan suara,isi halusinasi makin mengontrol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Fase keempat/ conquering (panik) Halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi patut,tidak berdaya, hilang control dan tidak dapat berhubungan scara nyata dengan orang lain dilingkungan.
6.
TERAPI HALUSINASI 1. Mengenal halusinasinya ketika halusinasinya datang. 2. Pasien mampu mengetahui cara menghardik dan juga mempraktekkan cara yang diberikan perawat/mahasiswa ketika halusinasi datang. 3. Mampu mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain ketika halusinasi datang. 4. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktivitas terjadwal. 5. Melatih pasien minum obat secara teratur
7.PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara : 1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di lakukan.Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
2. Melaksanakan program terapi dokter Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan. 3. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien. 4. Memberi aktivitas pada pasien Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
5. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada
kesatuan
pendapat
dan
kesinambungan
dalam
proses
keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.