Lp Kmb Mnggu 2.docx

  • Uploaded by: Milka My Crisya Munthe
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Kmb Mnggu 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,610
  • Pages: 17
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY “J” DENGAN CKD DI RUANGAN HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT R.K CHARITAS PALEMBANG 2018

Nama: Milka My Crisya Munthe 1835016

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS PALEMBANG 2018

KATAPENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan dengan judul “Asuhan Keperawatan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny“ C” Dengan Gastritis di Paviliun Yoseph I Rumah Sakit R.K Charitas palembang 2018”. Dalam penulisan laporan ini, mendapat banyak bimbingan, arahan, bantuan dan penjelasan materi dari pembimbing pendidikan dan beberapa pihak lainnya, oleh karena itu pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada: 1.

Fx. Slamet Santoso Sarwono, MBA, DBA Rektor Universitas Katolik Musi Charitas

2.

Ns. Morlina Sitanggang, M.Kep. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas.

3.

Ns. Bangun Dwi Handika, S.Kep., M.Kes. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas.

4.

Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan bantuan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis serta dapat pula menambah wawasan dan pengetahuan khususnya mahasiswa/i S1 Keperawatan dan profesi ners.

Palembang, 23 November 2018

Milka My Crisya Munthe

I

II

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

1

B. Ruang Lingkup

1

C. Tujuan

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Medis 1.

Definisi

4

2.

Anatomi Fisiologi

4

3.

Pathway/ patoflow diagram

B. Konsep Asuhan Keperawatan

11 13

BAB III TINJAUAN KASUS A. Analisa Kasus

31

B. Diagnosa Keperawatan s/d Evaluasi

32

C. Patoflow Kasus

35

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

36

B. Saran

36

DAFTAR PUSTAKA

III

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kidney Disease merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan menurunnya fungsi ginjal secara irreversibel. Penyakit gagal ginjal yang berat pada umumnya dibagi menjadi dua kategori yaitu Chronic Kidney Disease dan Acute Kidney Disease. Acute Kidney Disease (AKD) terjadi secara cepat, dalam beberapa hari atau beberapa minggu, sedangkan Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat. Ginjal kehilangan kemampuanya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan normal. Chronic Kidney Disease (CKD) terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak nefron ginjal. Beberapa penyakit utama ginjal utamanya menyerang glomerulus (glomerulonefritis), sedangkan jenis yang lain terutama menyerang tubulus ginjal (Suwitra, 2009). Chronic kidney disease (CKD) merupakan proses kerusakan pada ginjal dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan. CKD dapat menimbulkan gejala berupa laju filtrasi glomerular di bawah 60 mL/menit/1,73 m2 . Chronic Kidney Disease sendiri memiliki kriteria seperti berikut: 1) Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG), dengan manifestasi: Kelainan patologis, dan terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam komposisi darah atau urin dan kelainan radiologi; 2) Laju filtrasi glomerulus (LFG) kurang dari 60ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan, dengan atau tanpa kerusakan ginjal (KDIGO, 2012). Global Burden of Disease studi mengatakan bahwa CKD memasuki daftar 27 penyebab kematian terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990, namun pada tahun 2010 meningkat menjadi 18. Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian utama di dunia, saat ini di Amerika Serikat sebanyak 26 juta orang dewasa telah menderita Chronic Kidney Disease (CKD), sedangkan jutaan lainnya memiliki faktor resiko menderita CKD. Di Malaysia, dengan 2 populasi 18 juta penduduk, diperkirakan terdapat 1800 kasus baru gagal ginjal 12

pertahunnya. Di Negara-negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus perjuta penduduk per tahun. Angka kejadian di Indonesia belum dapat diketahui pasti. Selama dua dekade, penyebab penyakit ginjal kronik sebagian besar disebabkan oleh glomerulonefritis kronis tetapi pada saat ini diabetes melitus dan hipertensi merupakan penyebab utama dan diikuti oleh glomerolonefritis serta penyakit kistik ginjal (Suwitra 2010). Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada penyakit yang mendasarinya, termasuk diabetes, hipertensi, infeksi, mengurangi suplai darah ke ginjal, obstruksi saluran kemih dan perubahan genetik. Tapi dalam perkembangan selanjutnya proses yang terjadi kurang lebih sama (Novoa, et al, 2010). Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokin dan growth factors, hal ini mengakibatkan terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus (Schieppati et al. 2009). Penatalaksanaan penyakit Chronic Kidney Disease secara umum meliputi: terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya; pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid; memperlambat progresifitas dari fungsi ginjal; pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskular; pencegahan dan terapi terhadap komplikasi; terapi pengganti ginjal berupa dialysis atau transplantasi ginjal (Stevens, et al, 2009). Beberapa guidelines internasional menunjukkan bahwa penggunaan angiotensin- converting enzyme inhibitors dan angiotensin-II receptor antagonists yang secara kolektif disebut juga renin, angiotensin, aldosteron sistem bloker (RAAS Blocker) merupakan pilihan pengobatan untuk hipertensi pada kebanyakan pasien dengan CKD (Jain et.al. 2012). 3 Dari penelitian yang dilakukan oleh M. Baltatzi, Savopoulos Ch. Dan Hatzilotios A, didapatkan hasil bahwa Renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS) memiliki peran penting dalam banyak patofisiologi perubahan yang mengarah untuk perkembangan penyakit ginjal. RAAS dianggap sebagai sistem endokrin dan peran utamanya

13

adalah untuk menjaga tekanan darah. Manfaat kontrol tekanan darah dalam memperlambat perkembangan penyakit ginjal telah ditunjukkan dalam beberapa uji klinis dan pertanyaan golongan tertentu seperti Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) dan Angiotensin Reseptortor Blocker (ARB) memberikan manfaat renoprotektif selain untuk menurunkan tekanan darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ACEI dan ARB mendukung fungsi ginjal dibandingkan golongan antihipertensi lainnya (M. Baltatzi, et al., 2011). Dari jurnal Renin-Angiotensin System Inhibitors and Kidney and Cardiovascular Outcomes in Patients With CKD: A Bayesian Network Metaanalysis of Randomized Clinical Trials, didapatkan hasil perbandingan tidak menunjukkan efek yang signifikan terhadap risiko kematian kardiovaskular. ACEInhibitor secara signifikan mengurangi kemungkinan semua penyebab kematian dibandingkan kontrol aktif. Dibandingkan dengan ARB, ACE-Inhibitor secara konsisten dapat dikaitkan dengan probabilitas yang lebih tinggi untuk mengurangi gagal ginjal, kematian kardiovaskular, atau semua penyebab kematian. Penggunaan ACE inhibitor atau ARB pada pasien CKD dapat mengurangi risiko gagal ginjal dan kejadian kardiovaskular. ACE inhibitor juga mengurangi resiko untuk semua penyebab kematian dibandingkan golongan ARB untuk gagal ginjal, kematian kardiovaskular, dan semua penyebab kematian pada pasien dengan CKD, menunjukkan bahwa ACE-Inhibitor dan ARB tersebut bisa menjadi pilihan pertama untuk pengobatan pada populasi ini (Xie, et al, 2015). Atas dasar fakta yang diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat golongan ACE Inhibitor pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) dengan harapan bahwa kualitas hidup pasien dapat menjadi lebih baik. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini adalah Rumah Sakit rujukan bagi rumah sakit lain di sekitarnya.

14

B. Ruang Lingkup Laporan ini termaksut dalam ruang lingkup sistem endokrin yang difokuskan untuk mengetahui tentang penyakit diabetes melitus di Rumah Sakit R.K Charitas palembang.

C. Tujuan 1.

Tujuan Umum dMampu menerapkan asuhan keperawatan pada masing-masing pasien gastritis di Ruang Rawat Inap Yoseph 1 Rumah sakit R.K Charitas Palembang

2.

Tujuan khusus a.

Mengetahui definisi diabetes melitus

b.

Mdengetahui anatomi fisiologi endokrin

c.

Mengetahui patoflow diagram diabetes melitus

d.

Mengetahui konsep asuhan keperawatan diabetes melitus

15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis 1.

Definisi Chronik kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (Nahas 2010) CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversible. Pada ginjal kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir (Terry 2013). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi klien dan keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang (Syamsiah, 2011).

1. Anatomi Fisiologi

Anatomi Ginjal Sumber: (Lukman, 2013) 16

Ginjal merupakan suatu organ yang terletak retroperitoneal pada dinding abdomen di kanan dan kiri columna vertebralis setinggi vertebra T12 hingga L3. Ginjal kanan terletak lebih rendah dari yang kiri karena besarnya lobus hepar.Ginjal dibungkus oleh tiga lapis jaringan. Jaringan yang terdalam adalah kapsula renalis, jaringan pada lapisan kedua adalah adiposa, dan jaringan terluar adalah fascia renal.Ketiga lapis jaringan ini 9 berfungsi sebagai pelindung dari trauma dan memfiksasi ginjal (Tortora, 2011). Ginjal memiliki korteks ginjal di bagian luar yang berwarna coklat terang dan medula ginjal di bagian dalam yang berwarna coklat gelap.Korteks ginjal mengandung jutaan alat penyaring disebut nefron.Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.Medula ginjal terdiri dari beberapa massa-massa triangular disebut piramida ginjal dengan basis menghadap korteks dan bagian apeks

yang

menonjol

ke

medial.Piramida

ginjal

berguna

untuk

mengumpulkan hasil ekskresi yang kemudian disalurkan ke tubulus kolektivus menuju pelvis ginjal (Tortora, 2011). 2. Fisiologi Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem pengumpulan urin (Price dan Wilson, 2012). Menurut Sherwood (2011), ginjal memiliki fungsi yaitu: a. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh. b. Memelihara volume plasma yang sesuai sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. c. Membantu memelihara keseimbangan asam basa pada tubuh d. Mengekskresikan produk-produk sisa metabolisme tubuh. e.

Mengekskresikan senyawa asing seperti obat-obatan.

17

Ginjal mendapatkan darah yang harus disaring dari arteri. Ginjal kemudian akan mengambil zat-zat yang berbahaya dari darah. Zat-zat yang diambil dari darah pun diubah menjadi urin. Urin lalu akan dikumpulkan dan dialirkan ke ureter. Setelah ureter, urin akan ditampung terlebih dahulu di kandung kemih. Bila orang tersebut merasakan keinginan berkemih dan keadaan memungkinkan, maka urin yang ditampung dikandung kemih akan di keluarkan lewat uretra (Sherwood, 2011). Tiga proses utama akan terjadi di nefron dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan sekresi. Pembentukan urin dimulai dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang hampir bebas protein dari kapiler glomerulus ke kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali protein, di filtrasi secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula bowman hampir sama dengan plasma. Awalnya zat akan difiltrasi secara bebas oleh kapiler glomerulus tetapi tidak difiltrasi, kemudian di reabsorpsi parsial, reabsorpsi lengkap dan kemudian akan dieksresi (Sherwood, 2011).

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1.

Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Setiadi,2012). Pengkajian dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien Gastritis adalah sebagai berikut : a.

Data dasar 1)

Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa. Medis

18

2)

Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien mengeluh nyeri uluh hati dan perasaan tidak mau makan, mual dan muntah serta mengalami kelemahan.

3)

Riwayat kesehatan masa lalu Kaji tentang peyakit apa yang pernah diderita oleh klien, apakah klien memang mempunyai rwayat penyakit maag sebelumnya.

4)

Riwayat kesehatan keluarga Lakukan pengkajian tentang riwayat penyakit keturuanan yang berhubungan dengan penyakit diabetes melitus, dan riwayat penyakit keturunan lain yang ada dalam keluarga. Untuk penyakit gastritis bukanlah termasuk penyakit keturunan

5)

Riwayat psikososial Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.

b.

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan yang dilakukan mualai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi dan perkusi. Menurut Doengoes (2014), data dasar pengkajian pasien dengan diabetes melitus adalah : 1)

Aktivitas / Istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan Tanda :takikardia, takipnea / hiperventilas(respons terhadap aktivitas).

2)

Sirkulasi Gejala : −

Hipotensi (termasuk postural)



takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia), kelemahan / nadi perifer lemah 19

c.



pengisian kapiler lambar / perlahan (vasokonstriksi)



Warna kulit: pucat, sianosis, kelemahan kulit / membran mukosa

Integritas ego Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan

kerja), perasaan

tak berdaya. Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat,berkeringat,perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar. d.

Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, mual, muntah, Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, Tanda : muntah, Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk.

e.

Neurosensi Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan. Status mental :tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak cenderung tidur.

f.

Nyeri / Kenyamanan Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat.

g.

Keamanan Gejala : alergi terhadap obat / sensitif Tanda : peningkatan suhu

20

Dx 1 : Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang meningkat Tujuan: Penurunan curah jantung tidak terjadi Kriteria hasil : mempertahankan curah jantung dengan bukti tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal, nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler Intervensi: 1.

Auskultasi bunyi jantung dan paru R: Adanya takikardia frekuensi jantung tidak teratur

2.

Kaji adanya hipertensi R:

Hipertensi

dapat

terjadi

karena

gangguan

pada

sistem

aldosteron-renin-angiotensin 3.

Selidiki keluhan nyeri dada, perhatikanlokasi, rediasi, beratnya (skala 0-10) R: HT dan GGK dapat menyebabkan nyeri

4.

Kaji tingkat aktivitas, respon terhadap aktivitas R: Kelelahan dapat menyertai GGK juga anemia

Dx 2 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na dan H2O) Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan Kriteria hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output Intervensi: 1.

Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital. Batasi masukan cairan R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi 21

2.

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan

3.

Anjurkan pasien/ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

Dx 3 ; Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil: menunjukan BB stabil Intervensi: 1. Awasi konsumsi makanan/cairan R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi 2. Perhatikan adanya mual dan muntah R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi 3. Beikan makanan sedikit tapi sering R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan 4. Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek social 5. Berikan perawatan mulut sering R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan

22

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversible. Pada ginjal kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir (Terry 2013). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak pada masalah medik, ekonomik dan sosial yang sangat besar bagi klien dan keluarganya, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang (Syamsiah, 2011).

B. SARAN 1. Bagi mahasiswa semoga laporan ini dapat membantu kita semua dalam berbagai ilmu pada proses pembelajaran. 2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan CKD dan komplikasinya 3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif pada pasien dengan CKD dan komplikasinya

36

Daftar Pustaka

Terry, George R. dalam Afifudin. 2013. Dasar-dasar Manajemen, (Terje: G.A Ticoalu), CV. Alfabeta,Bandung. Syamsiah, N. 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Pasien CKD yang Menjalani Hemodialida di RSPAU Dr Esnawan Antariksa 49 Halim Perdana Kusuma Jakarta. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia. Lukman Hakim. 2014. Upaya Pengembangan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Negeri Sosrowijayan. Skripsi. Yogyakarta: FKIP PGSD UNY. Suwitra, K., 2009. Penyakit Ginjal Kronik. In: Sudoyo, A.W., Setiyobudi, B., Alwi, I., Simadibarata, M., Setiati, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II. 5th ed, Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, pp. 1035-1040.

Related Documents

Lp Kmb Mnggu 2.docx
June 2020 26
Lp Kmb Done
October 2019 11
Lp Kmb Ii.docx
November 2019 14
Kmb
November 2019 48
Kmb 2bulan.docx
April 2020 31

More Documents from "Happy Chandra Rosalia"

Resume Igd.pptx
June 2020 7
Askep Lengkap Kgd.docx
June 2020 12
Selesai.docx
October 2019 9
Lp Kmb Mnggu 2.docx
June 2020 26
May 2020 8