LAPORAN KEGIATAN PROFESI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI WILAYAH KELURAHAN TALANG BETUTU KECAMATAN SUKARAMI PALEMBANG SUMATERA SELATAN
DISUSUN OLEH : AYU GUSTIANA
(1835006)
BERNADETA KARTIKA MAHARANI
(1835003)
EVISONIA SIMBOLON
(1835015)
MADE GUSTINA DEWI
(1835019)
MILKA MY CRISYA MUNTHE
(1835016)
TATI OKTAVIA
(1835034)
VINCENTIA AVE VIOLITA
(1835039)
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM PROFESI NERS PALEMBANG TAHUN AJARAN 2018-2019
LAPORAN KEGIATAN PROFESI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DI WILAYAH KELURAHAN TALANG BETUTU KECAMATAN SUKARAMI PALEMBANG SUMATERA SELATAN
Telah Disetujui ........................................
Mengetahui,
Kepala Puskesmas ....................
Kepala Kelurahan ..........................
___________________________
_____________________________
Pembimbing Lapangan
_____________________
Koordinator Mata Ajar Komunitas
____________________
Ka. Prodi Ilmu Keperawatan dan Ners
_____________________
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kegiatan Profesi yang berjudul Asuhan Keperawatan Komunitas di Wilayah Kelurahan Talang Betutu Kecamatan Sukarami Palembang Sumatera Selatan. Dalam penulisan Laporan Kegiatan Profesi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat, Bapak/Ibu/Suster: 1. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang. 2. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang. 3. Lurah Talang Betutu yang telah memberikan izin untuk melakukan praktik kerja lapangan. 4. Ketua RW yang telah memberikan izin untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan. 5. Ketua RT 15 yang telah memberikan izin untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan. 6. Pembimbing Lapangan Komunitas dan Keluarga yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar untuk membimbing selama penyusunan Laporan Kegiatan Profesi ini. 7. Masyarakat RT 15 yang telah bersedia menjadi masyarakat binaan selama melakukan Praktik Kerja Lapangan.
8. Teman-teman Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Katolik
Musi
Charitas
Palembang
atas
kerjasama
dan
semangatnya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kegiatan Profesi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna perbaikan dan peningkatan kualitas di masa yang akan datang. Atas segala bantuan yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkah-Nya yang melimpah kepada kita semua. Akhir kata semoga Laporan Kegiatan Profesi ini dapat berguna bagi kita semua.
Palembang, 23 Maret 2019
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN ................................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................................ii KATA PENGANTAR .............................................................................................iii DAFTAR ISI ............................................................................................................iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ..................................................................................................... B. Tujuan ................................................................................................................ 1. Tujuan umum ................................................................................................ 2. Tujuan khusus ............................................................................................... C. Ruang Lingkup ................................................................................................... D. Sistematika Penulisan ........................................................................................ BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Desa Siaga ............................................................................................ B. Konsep RW Siaga .............................................................................................. C. Konsep Perilaku Hidup bersih dan Sehat ........................................................... D. Pengertian Perawat Kesehatan Komunitas ........................................................ E. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas ............................................................ BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS A. Pengkajian .......................................................................................................... B. Analisa Data ....................................................................................................... C. Masalah Keperawatan ........................................................................................ D. Rencana Keperawatan ........................................................................................ E. Implementasi dan Evaluasi ................................................................................ BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian .......................................................................................................... B. Diagnosa ............................................................................................................ C. Perencanaan ....................................................................................................... D. Pelaksanaan ........................................................................................................ E. Evaluasi .............................................................................................................. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................................ B. Saran .................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik kerja lapangan (PKL) adalah keikutsertaan mahasiswa secara nyata dan langsung dalam kegiatan kerja profesi pada suatu lembaga atau insitusi hukum yang menyelenggarakan dalam batas waktu tertentu. Perkembangan
pembangunan
di
bidang
kesehatan
dewasa
ini
berkembang dengan pesat permasalahan kesehatan pun semakin kompleks. Hal ini tidak dapat dihindari sebagai akibat dari tuntutan masyarakat, baik di dalam maupun di luar negeri saat ini masyarakat menuntut pelayanan yang lebih baik bermutu dan dengan biaya terjangkau. Sementara masalah lain di bidang kesehatan yang harus dihadapi perawat komunitas semakin banyak dan kompleks (Mubarak, 2009). Kesehatan lingkungan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam pelaksanaan perawatan komunitas. Dari beberapa penelitian yang terkumpul, menunjukan bahwa berubahan lingkungan di beberapa dekade terakhir telah mempengaruhi
keadaan
kesehatan
komunitas
yang
menyebabkan
menurunnya keamanan, keindahan dan kapasitas pendukung hidup pada lingkungan fisik. Istilah penting dalam kesehatan lingkungan yang harus dipahami dan diinterprestasikan sama oleh seluruh tenaga kesehatan yaitu lingkungan dan kesehatan. Lingkungan diartikan sebagai akumulasi dari kondisi fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik yang mempengaruhi kehidupan dari komunitas tersebut. Sedangkan kesehatan komunitas
bergantung pada integritas lingkungan fisik, nilai kemanusiaan dalam hubungan sosial, ketersediaan sumber daya yang diperlukan dalam mempertahankan hidup dan penanggulangan penyakit, mengatasi gangguan kesehatan secara wajar, pekerjaan dan pendidikan yang dapat tercapai, pelestarian kebudayaan dan toleransi terhadap perbedaan jenis, akses dari garis keturunan seta rasa ingin berkuasa dan memiliki harapan (Sumijatun, 2005).
B. Tujuan 1. Tujuan umum Melakukan asuhan keperawatan komunitas di wilayah Kelurahan Talang Betutu Kecamatan Sukarami Palembang. 2. Tujuan khusus a. Melakukan pengkajian dari awal sampai membuat evaluasi pada masalah kesehatan yang ada kepada masyarakat di wilayah Kelurahan Talang Betutu Kecamatan Sukarami Palembang b. Melaporkan dan mendokumentasikan
C. Ruang Lingkup Laporan Kegiatan ini termasuk ruang lingkup keperawatan komunitas Profesi yang berjudul Asuhan Keperawatan Komunitas di Wilayah Kelurahan Talang Betutu Kecamatan Sukarami Palembang Sumatera Selatan yang
berlokasi di RT 15. Laporan kegiatan ini akan dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2019 sampai 4 April 2019.
D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan pendahuluan kegiatan profesi terdiri dari sebagai berikut: 1.
Lembar pengesahan Memuat tanda tangan pengesahan oleh pembimbing PKL yaitu Ketua Prodi Ilmu Keperawatan dan Ners, Ketua Kelurahan, Ketua Puskesmas, Pembimbing Lapangan serta Koordinator Mata Ajar Komunitas.
2.
Kata Pengantar Memuat kata pengantar mengenai pelaksanaaan PKL ini.
3.
Daftar isi Daftar isi memuat isi dan halaman laporan penulisan.
4.
Bab I pendahuluan Menguraikan latar belakang PKL, Tujuan PKL, Ruang Lingkup dan Sistematika Penulisan.
5.
Bab II Tinjauan Teoritis Menjelaskan teori tentang Konsep desa siaga, konsep RW siaga, Konsep perilaku hiudp bersih dan sehat, pengertian perawat kesehatan komunitas, dan konsep dasar keperawatan komunitas.
6.
Bab III Asuhan Keperawatan Komunitas Menjelasakan tentang pengkajian, analisa data, masalah keperawatan, rencana
keperawatan,
implementasi
keperawatan,
dan
evaluasi
keperawatan. 7.
Bab IV Pembahasan Menganalisa
hasil
tentang
pengkajian,
diagnosa,
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang telah dilakukan. 8.
Bab V Penutup Berisi kesimpulan dan saran dari hasil PKL yang telah dilakukan.
9.
Daftar Pustaka Berisi sumber-sumber buku yang telah digunakan dalam membuat laporan pendahuluan.
10. Lampiran Memuat lampiran-lampiran yang mendukung tentang hasil PKL dan lainnya yang dianggap perlu.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Desa Siaga Menurut
Hamdani
(2015),
Desa
Siaga
merupakan
desa
yang
penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk menjegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan bencana, serta kegawatarduratan kesehatan serta mandiri. 1. Tujuan Desa Siaga a. Tujuan Umum Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, peduli, serta tanggap terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya. b. Tujuan Khusus 1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan masyarakat. 2) Meningkatnya kewaspadaan dan kesiap siagaan masyarakat desa tentang pentingnya kesehatan. 3) Meningkatnya keluarga yang sadar gizi dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. 4) Menigkatnya kesehatan lingkungan desa. 5) Meningkatnya demampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong diri sendiri dibidang kesehatan.
2. Sasaran Pengembangan Desa Siaga Sasaran pengembangan desa siaga dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berukut : a.
Semua individu dan keluarga di desa, yang diharapkan mampu melaksanakan hidup sehat, serta peduli melaksanakan hidup sehat di wilayahnya atau desanya.
b.
Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan keluarga atau menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku tersebut.
c.
Pihak-Pihak yang diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan perundang-undang tenaga, saran dan lain-lain.
3. Kriteria Desa Siaga Sebuah Desa telah menjadi desa siaga apabila desa tersebut telah memenuhi kriteria minimal berikut: a.
Memiliki pelayanan kesehatan dasar. Bagi desa yang tidak memiliki akses kepuskesmas/puskesmas pembantu dan dikembangkan pos kesehatan desa (Poskesdes).
b.
Mempunyai forum masyarakat desa. Forum masyarakat desa adalah suatu perkumpulan yang terdiri atas perwakilan
masyarakat
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
kesejahteraan warga/perbaikan desanya. Forum ini bisa berupa kelompok rembung desa, perkumpulan yasinan, majelis taklim, serta kelompok doa, yang pada intinya sudah berfungsi sebagai wadah
kegiatan dan menampung, kebutuhan masyarakat. perkumpulan ini secara berkala membahas berbagai permasalahan kesehatan dan cara mengatasinya dengan upaya mandiri masyarakat di desa. c.
Mempunyai sedikitnya dua jenis upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) sesuai kebutuhan masyarakat setempat (misalnya posyandu dan polindes) yang didasarkan atas kehendak dan kebutuhan masyarakat, sehingga keberadaannya sesuai dengan desa siaga. Jenis UKBM dan staratanya ( ptarama, madya, purnama, dan mandiri) di setiap desa tidak harus sama, karena UKBM dipilih oleh masyarakat.
d.
Ada pembinaan dari puskesmas yang mampu memberikan pelayanan kegawatdaruratan bagi ibu hamil, bersalin, nifas, serta bayi baru lahir. Pembinaan desa siaga dilakukan oleh puskesmas dan pelayanan Obstetri, Nasional Emergensi Dasar (PONED). Hal tersebut penting dalam jaringan ruujukan. Dalam pembinaan desa siaga ini diharapkan masyarakat paham dan mengetahui cara mendeteksi ibu hamil dengan resiko tinggi, persalinan, nifas, bayi baru lahir sampai usia 1 tahun, serta mengetahui kemana dan bagaimana merujuknya kepuskesmas atau RS, bila diperlukan.
e.
Ada pengamatan kesehatan terus menerus yang berbasis masyarakat. Masyarakat mengamati hal-hal penting yang dapat mengancam kesehatan masyarakat seperti PTM dan PM serta melaporkannya kepada petugas kesehatan.
f.
Ada sistem siaga bencana oleh masyarakat. Masyarakat yang siaga bencana adalah masyarakat yang paham dan bersedia bertindak terhadap adanya ancaman atau kejadian yang dapat membahayakan jiwa masyarakat.
g.
Ada pembiayaan kesehatan berbasis masyarakat. Tujuannya untuk kepentingan masyarakat dan pembiayaan yang terkait dengan kegiatan desa siaga ditanggung oleh masyarakat.
h.
Mempunyai lingkungan yang sehat Masyarakat memahami dan mau mempraktikan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari
i.
Masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat Masyarakat bersedia mengupayakan lingkungan yang sehat serta menjaga nya agar tetap bertambah sehat ditandai dengan sifat bersih nyaman, tidak membahayakan, dan membuat manusia menjadi sehat.
4. Tahap Desa Siaga a. Tahap bina Pada tahap ini telah ada forum masyarakat desa akan tetapi kemungkinan belum aktif. Kelompok tersebut seperti kelompok yasinan, pengajian dan lain-lain. b. Tahap tumbuh Pada tahap ini forum masyarakat mulai aktif mengembangkan UKBM sesui dengan kebutuhan masyarakat dan mampu mengamati penyakit menular dan tidak menula serta faktor resiko dilingkungan
secata terus menerus dan melaporkan kepada petugas kesehatan setempat. c. Tahap kembang Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan lebih aktif dan mampu mengembangkan UKBM. Pembinaan dan pendampingan harus diberikan agar dapat menuju kepada tahap paripurna. d. Tahap paripurna Tahap ini merupakan tahap terakhir dari desa siaga, indikator dalam kriteria desa siaga sudah terpenuhi masyarakat mampu hidup dan berperilaku sehat. Masyarakat tidak perlu lagi pendampingan karena masyarakat sudah mandiri. 5. Pelaksanaan Kegiatan Desa Siaga a.
Pemilihan Pengurus dan Kader Desa Siaga, dilakukan melalui pertemuan khusus para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat.
b.
Orientasi/pelatihan Kader Desa Siaga sebelum melakukan tugasnya, kepada pengelola dan kader desa yang telah di tetapkan perlu di berika orientasi ataupun pelatihan. Materi yang diberikan yaitu pengelolaan siaga secara umum, pengelolaan UKBM, penerapan PHBS, dan lain-lain.
c.
Pengembangan pelayanan kesehatan dasar dan UKBM, dalam hal ini pembangunan poskesdes bisa dikembangkan dari UKBM yang ada kususnya polindes.
6. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga a.
Pemberdayaan Pada prinsipnya konsep desa siaga adalah pemberdayaan, dimana peran sera dari masyarakat adalah yang utama.
b.
Bina Suasana (Empowerment) Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan sosial yang mendorong, individu keluarga dan masyarakat agar berperan dalam pengembangan desa siaga, dengan memberikan informasi tentang desa siaga melalui leaflet.
c.
Advokasi Advokasi di lakukan oleh Tim Teknis Pengembangan Desa Siaga dan tim promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan pskesmas.
d.
Kemitraan Bentuk kemitraan untuk pengembangan desa siaga masih dalam penjajakan, tim teknis desa siaga telah melakukan pendekatan terhadap pihak ketiga (Pihak Swasta) agar dapat mengambil peran dalam pengembangan desa siaga.
7. Kegiatan Pokok Desa Siaga a.
Surveilans sumber daya masyarakat: melalui forum desa siaga, masyarakat
dihimbau
memberikan
sebagai
tambahan
biaya
operasional poskesdes. b.
Kegiatan khusus: desa siaga dapat mengembangkan kegiatan khusus yang efektif mengatasi masalah kesehatan yang diprioritaskan.
c.
Monitoring kinerja: menggunakan peta rumah tangga sebagai bagian dari survailens rutin.
d.
Manajemen kinerja: desa siaga akan mendapat dana hibah (block grant) setiap tahun dari DHS-2 guna mendukung kegiatannya.
B. Konsep RW Siaga 1. Deskripsi RW Siaga adalah suatu tatanan masyarakat yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawat-daruratan kesehatan secara mandiri. RW Siaga dibentuk dalam upaya memiliki rasa kesadaran solidaritas social serta memiliki kepedulian terhadap kesehatan pribadi dan lingkungan. RW Siaga merupakan kegiatan bakti masyarakat yang dimaksudkan menata kesiapan warga dalam memberikan bantuan bencana alam dan kegawat-daruratan serta mengaktualisasikan warga yang kompak dalam gotong royong dan tolong menolong, mudah-mudahan keberadaan RW Siaga ini menjadi sarana terdepan dalam menangani dan mengatasi kerawanan social dan kesehatan masyarakat di lingkungan RW. 2. Dasar Pelaksana Dasar pelaksanaan dari RW siaga adalah a) UU Nomor 23 Tahun1992 tentang Pembangunan Kesehatan Masyarakat
b) Keputusan Menkes no. 564/Menkes/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. c) Surat Keputusan Gubernur tentang RW Siaga d) Revitalisasi Posyandu. 3. Maksud dan Tujuan a) Maksud Penyelenggaraan
RW
Siaga
merupakan
suatu
upaya
untuk
menyediakan wadah bantuan solidaritas social kemanusiaan warga dalam membantu mengatasi setiap keadaan gawat darurat yang menimpa warga. Menata kesiapan warga masyarakat RW dalam karya bakti nyata melalui kegiatan Peduli Lingkungan, pencegahan dan pengendalian bencana, pertolongan kesehatan bagi masyarakat serta pengawasan gizi keluarga warga RW. b) Tujuan 1) Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan Lingkungan. 2) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam mengantisipasi dan melakukan tindakan penyelamatan terhadap ibu hamil, nifas, bayi, anak dan Masyarakat umumnya. 3) Meningkatnya kegiatan masyarakat dalam pengamatan penyakit, dan factor resiko, kesiapsiagaan bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB)
4) Meningkatnya kadar gizi keluarga dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); 5) Meningkatnya sanitasi dasar 6) Meningkatnya Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) 4. Rencana Kegiatan a) Bantuan kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan masyarakat. b) Bantuan dana persalinan. c) Penataan sanitasi dan lingkungan. d) Penanggulangan wabah dan bencana. e) Pelatihan dan penyuluhan masyarakat. f)
Pelatihan kader kesehatan.
g) Survey dan pengamatan penyakit. h) Peningkatan jumlah pendonor darah. i)
Pendirian warung obat
5. Sumber dana keberlangsungan a) Dana sehat b) Bantuan dari mitra kerjasama c) Bantuan pemerintah/BUMN d) Dana bantuan lainnya yang tidak mengikat 6. Indikator RW Siaga Indikator bahwa RW Siaga masuk kualifikasi baik (pratama, madya, dan purnama) ada 8 hal, yaitu:
a) Adanya forum masyarakat sebagai wadah mendiskusikan masalah kesehatan. b) Adanya pelayanan kesehatan dasar (sarana pos RW sebagai PIK keluarga). c) Upaya
Kesehatan
Berbasis
Masyarakat
(UKBM)
yang
dikembangkan (Posyandu, dana sehat, donor darah, transportasi dll). d) Sistem pengamatan penyakit (surveilans) dan factor resiko berbasis masyarakat. Bersifat pengamatan terhadap gejala wabah penyakit. e) Kesiapsiagaan dan penanggulangan gawatdarurat dan bencana. f)
Ada upaya mewujudkan Lingkungan Sehat.
g) Ada upaya mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS); lingkungan hidup punya pengaruh 45% terhadap kesehatan, 30% dari perilaku, dan 20% dari pelayanan kesehatan h) Ada upaya mewujudkan Masyarakat/Keluarga Sadar Gizi dan berperilaku hidup bersih dan sehat. 7. Kualifikasi RW Siaga Dalam pengembangannya Kelurahan Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 3 Strata, yaitu: a) Strata Pratama Pada strata ini sebuah kelurahan siaga baru melakukan kegiatan 4 indikator kelurahan siaga.
b) Strata Madya Pada strata ini sebuah kelurahan siaga sudah melakukan 6 indikator kelurahan siaga. c) Strata Utama Pada strata ini sebuah kelurahan siaga sudah melakukan kedelapan indikator kelurahan siaga 8. Tahapan perkembangan RW Siaga Agar sebuah RW menjadi RW Siaga maka RW tersebut harus memiliki forum
RW/lembaga
kemasyarakatan
yang
aktif
dan
adanya
sarana/akses pelayanan kesehatan dasar. Dalam pengembangannya RW Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 4 Kriteria RW Siaga: a) Tahap Bina Pada tahap ini forum RW Siaga mungkin belum aktif, namun telah ada forum/lembaga masyarakat RW yang telah berfungsi dalam bentuk apa saja, misalnya kelompok rembug RW. Demikian juga Posyandu mungkin masih pada tahap pratama. Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan petugas sector lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam bentuk pendampingan untuk meningkatkan kinerja. b) Tahap Tumbuh Pada tahap ini forum RW Siaga telah aktif mengembangkan UKBM sesuai kebutuhan masyarakat selain posyandu, Demikian juga Posyandu sedikitnya sudah pada tahap madya. Pendampingan dari tim Kecamatan
LSM
masih
sangat
diperlukan
untuk
pengembangan
kualitas Posyandu atau pengembangan UKBM
lainnya. Hal penting lain yang diperhatikan adalah pembinaan dari Puskesmas, sehingga semua ibu hamil bersalin nifas serta bayi baru lahir yang risiko tinggi dan mengalami komplikasi dapat ditangani dengan baik. Disamping itu system surveilans berbasis masyarakat juga sudah dapat berjalan, artinya masyarakat mampu mengamati penyakit (menular dan tidak menular) serta factor risiko di lingkungannya
secara
terus
menerus
dan
melaporkan
serta
memberikan informasi pada petugas kesehatan yang terkait. c) Tahap Kembang Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan mampu mengembangkan UKBM-UKBM sesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi bencana dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga dengan sistem pembiyaan kesehatan berbasis masyarakat. Jika selama ini pembiayaan kesehatan oleh masyarakat sempat terhenti karena kurangnya pemahaman terhadap
system
jaminan,
masyarakat
didorong
lagi
untuk
mengembangkan sistem serupa dimulai dari sistem yang sederhana dan jelas dibutuhkan oleh masyarakat, misalnya diadakan Tabungan Perlindungan
Kesehatan
(TABULINKES).
diperlukan meskipun tidak terlalu intensif.
Pembinaan
masih
d) Tahap Paripurna Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria RW Siaga sudah terpenuhi. Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah kesehatan yang mengancam, namun juga terhadap kemungkinan musibah/bencana non kesehatan. Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak diperlukan lagi. 9. Tahapan pembentukan RW Siaga Pembentukan RW Siaga dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut : Pemilihan Pengurus, Kader dan fasilitator RW Siaga Pemilihan Pengurus dan kader Kelurahan siaga dilakukan melalui pertemuan khusus para pimpinan formal kelurahan dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat. Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan kriteria yang berlaku, dengan difasilitasi oleh Puskesmas. Pelatihan Kader dan fasilitator RW Siaga sebelum melaksanakan tugasnya, kepada pengelola dan kader RW yang telah ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan yang berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan di RW dalam rangka pengembangan RW Siaga, yaitu meliputi Konsep RW Siaga, Penjelasan mengenai latar belakang, tujuan dan sasaran, penjelasan mengenai masingmasing 8 indikator RW siaga.
a) Penyelenggaraan Kegiatan RW Siaga Secara berkala kegiatan RW Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas,
yang
hasilnya
dipakai
sebagai
masukan
untuk
perencanaan dan pengembangan RW Siaga selanjutnya secara lintas sektoral. b) Pembinaan dan Peningkatan Mengingat permasalahan kesehatan sangat dipengaruhi oleh kinerja sektor lain, serta adanya keterbatasan sumber daya, maka untuk memajukan RW Siaga perlu adanya pengembangan jejaring kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satu kunci keberhasilan dan kelestarian RW Siaga adalah keaktifan para kader. Oleh karena itu, dalam rangka pembinaan perlu dikembangkan upaya-upaya untuk memenuhi kebutuhan pada kader agar tidak drop-out, kader-kader harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan kreativitasnya, dibantu untuk memperoleh pendapatan tambahan misalnya dengan pemberian gaji/insentif atau fasilitas agar dapat berwirausaha. Untuk dapat melihat perkembangan RW Siaga, perlu dilakukan pemantauan dan evaluasi. Berkaitan dengan itu, kegiatan-kegiatan di RW Siaga perlu dicatat oleh kader, misalnya dalam buku Administrasi Siaga. 10. Indikator keberhasilan RW siaga Keberhasilan upaya Pengembangan RW Siaga dapat dilihat dari 4 kelompok indikatornya, yaitu :
a) Indikator masukan. Indikator masukan adalah indikator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan dalam rangka pengembangan RW siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal berikut: 1) Ada/tidaknya Forum Masyarakat RW 2) Ada/tidak
saran
pelayanan
kesehatan
serta
perlengkapan/peralatannya. 3) Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat. 4) Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan). 5) Ada/tidaknya kader aktif 6) Ada/tidaknya
alat komunikasi
yang telah
lazim
dipakai
masyarakat yang dimanfaatkan untuk mendukung penggerakan surveilans berbasis masyarakat b) Indikator Proses Indikator proses adalah indikator untk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu kelurahan dalam rangka pengembangan RW Siaga Indikator proses terdiri atas hal-hal sebagai berikut: 1) Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat RW. 2) Ada/ tidaknya pembinaan dari Puskesmas 3) Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada 4) Berfungsi/tidaknya Sistem Penanggulangan Kegawatdauratan dan bencana 5) Berfungsi/tidaknya Sistem Surveilans berbasis masyarakat.
6) Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah kadarzi dan PHBS 7) Ada/tidaknya Upaya mewujudkan lingkungan sehat 11. Indikator Keluaran Indikator Keluaran adalah indikator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang dicapai di suatu kelurahan dalam rangka pengembangan RW Siaga. Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut: a) Cakupan pelayanan kesehatan dasar (utamanya KIA) b) Cakupan pelayanan UKBM- UKBM lain c) Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang ada dan dilaporkan d) Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS e) Tertanganinya masalah kesehatan dengan respon cepat 12. Indikator Dampak Indikator dampak adalah indikator untuk mengukur seberapa besar dampak dari hasil kegiatan RW dalam rangka pengembangan RW Siaga. Indikator dampak terdiri dari atas hal-hal sebagai berikut: a) Jumlah penduduk yang menderita sakit b) Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia c) Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia d) Jumlah balita dengan gizi buruk. e) Tidak terjadinya KLB penyakit f)
Respon cepat masalah kesehatan
C. Konsep Perilaku Hidup bersih dan Sehat Menurut Kemenkes RI (2010), Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan. Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikan di tatanan rumah tangga. PHBS yang harus dipraktikan oleh masyarakat di desa dan kelurahan Siaga Aktif meliputi perilaku sebagai berikut: 1. Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika mengetahui dirinya, temannya, ataupun keluarganya menderita penyakit menular. 2. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke Poskesdes/Putu/ Puskesmas bila terserang penyakit. 3. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan. 4. Mengonsumsi tablet tambah darah semasa hamil dan nifas (bagi ibu). 5. Makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang 6. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari 7. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak 8. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada petugas kesehatan 9. Mengonsumsi kapsul vitamin A bagi ibu nifas 10. Memberi ASI Eksklusif bagi bayinya (0-6bulan)
11. Memberi makanan pendamping ASI 12. Memberi kapsul vitamin A untuk bayi setiap bulan februari dan agustus 13. Menimbang BB bayi dan balita secara teratur menggunakan KMS 14. Membawa bayi/anak, ibu, dan wanita subur untuk diimunisasi 15. Tersedianya oralit dan zinc untuk penanggulangan Diare 16. Menyediakan rumah atau kendaraannya untuk pertolongan dalam keadaan darurat (misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin, ambulan, dan lainlain) 17. Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan, termasuk bantuan bagi pengobatan dan persalinan 18. Menjadi peserta aktif keluarga berencana 19. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari 20. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 21. Menggunakan jamban sehat 22. Mengupayakan
tersedianya
sarana
sanitasi
dasar
lain
dan
menggunakannya 23. Memberantas jenitik-jentik nyamuk 24. Mencegah
terjadinya
pencemaran
lingkungan,
baik
dirumah,
desa/kelurahan maupun di lingkungan pemukiman 25. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 26. Tidak merokok, minum-minuman keras, madat, dan menyalahgunakan napza serta bahan berbahaya lainnya.
27. Memanfaatkan UKBM, Poskesdes, Pustu, Puskesmas, atau sarana kesehatan lain 28. Pemanfaatan pekarangan untuk taman obat keluarga (TOGA) dan warung hidup di halaman masing-masing rumah atau secara bersama-sama (kolektif) 29. Melaporkan kematian 30. Mempraktikan PHBS lain yang dianjurkan dan saling mengingatkan untuk mempraktikan PHBS. Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga digunakan 10 perilaku yang merupakan indikator yaitu: 1. Persalinan yang ditolong dari tenaga kesehatan 2. Memberi ASI eksklusif pada bayinya 3. Menimbang BB balita 4. Menggunakan air bersih 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 6. Menggunakan jamban sehat 7. Memberantas jentik nyamuk 8. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari 9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari 10. Tidak merokok di dalam rumah
D. Pengertian Perawat Kesehatan Komunitas 1.
Definisi Perawat Komunitas Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu. Peran perawat yang dimaksud adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam praktik, dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik professional (Mubarak, 2013).
2.
Peran perawat komunitas Peran yang dijalankan oleh perawat komunitas dalam mengorganisasikan upaya-upaya kesehatan yang dijalankan antara lain sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pendidik, koordinator pelayanan kesehatan, pembaharu (innovator), pengorganisasi pelayanan kesehatan (organizer), panutan (role model), sebagai fasilitator (tempat bertanya), dan sebagai pengelola (manager). a.
Peran pada individu atau keluarga Peran perawat komunitas pada individu atau keluarga adalah sebagai berikut: 1) Peran sebagai pelaksana kesehatan Peran ini meliputi seluruh kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan
melalui kerjasama dengan tim kesehatan lain, sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. 2) Peran seagai pendidik Perawat dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik dirumah, puskesmas, dan masyarakat dilakukan secara terorganisasi dalam rangka menanamkan perilaku sehat sehingga terjaid perubahan-perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 3) Peran sebagai administrator Tanggung jawab sebagai administrator adalah melakukan pengelolaan terhadap suatu permasalahan, mengambil keputusan dalam pemecahan masalah, pengelolaan tenaga, membuat kualitas mekanisme kontrol, kerja sama lintas sektoral dan lintas program, serta bersosialisasi dengan masyarakat dan pemasaran. 4) Peran sebagai konselor Perawat komunitas dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh individu,
keluarga,
kelompok,
dan
masyarakat
untuk
memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatn yang dihadapi. 5) Peran sebagai peneliti Peran sebagai peneliti yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat dan dapat berpengaruh
pada penurunan kesehatan, bahkan mengancam kesehatan (Mubarak, 2013). b.
Peran manajerial Menurut Mubarak, (2013), Manajemen berarti suatu proses yang merupakan rangkaian dari kegiatan-kegiatan yang sistematis. Tugastugas manajerial antara lain: 1) Pengambil keputusan 2) Pemikul tanggung jawab 3) Mengerahkan sumber daya untuk mencapai tujuan 4) Pemikir konseptual 5) Berkerjasama dengan dan melalui orang lain 6) Mediator, politikus, diplomat
c.
Peran konsultan Konsultasi merupakan suatu interaksi interpersonal untuk membuat perubahan perilaku yang konstruktif. Tujuannya adalah untuk merangsang klien agar lebih bertanggung jawab, merasa lebih aman, dan membimbing perilaku kontruktif (Mubarak, 2013).
d.
Peran advocator Kaitan dengan legal aspek, bukan pemberi layanan hukum. Misalnya kerusakan lingkungan, apa dampak terhadap kesehatan, penyelesaian apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat (Mubarak, 2013).
e.
Perawat kesehatan masyarakat sekolah Permasalahan kesehatan yang dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan pada anak yaitu usia prasekolah (4-6 tahun), usia sekolah (6-12tahun), dan adolescent (13-19 tahun). Kegiatan yang dilakukan adalah scrinning, penemuan kasus, surveillance status imunisasi, pengelolaan keluhan ringan, dan pemberian obat-obatan (Mubarak, 2013).
f.
Peran dalam bidang kesehatan kerja Peran perawat kesehatan masyarakat ditempat kerja dapat berupa pelayanan langsung dan pengelolaan pelayanan kesehatan (Mubarak, 2013).
g.
Perawatan kesehatan dirumah Perawatan kesehatan dirumah adalah bagian dari rangkaian perawatan kesehatan umum yang disediakan bagi individu dan keluarga untuk meningkatkan, memelihara, dan memulihkan kesehatan guna memaksimalkan kesehatan dan meminimalkan penyakit (Mubarak, 2013).
E. Konsep Dasar Keperawatan Komunitas 1. Definisi Keperawatan Komunitas a. American Nurses Asosiation (1973), keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari praktik keperawatan dan praktik
kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan produk. b. WHO (1974), komunitas mencakup perawatan kesehatan keluarga kesehatan keluarga (nurse health family) juga kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat
luas,
membantu
masyarakat
mengidentifikasi masalah kesehatannya sendiri, serta memecahkan masalah kesehatan masalah kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta bantuan kepada orang lain. c. Departemen
Kesehatan
RI
(1986),
keperawatan
kesehatan
masyarakat adalah suatu upaya pelayanan keperawatan yang merupakan
bagian
integral
dari
pelayanan
kesehatan
yang
dilaksanakan oleh perawat dengan mengikutsertakan tim kesehatan lainnya dan masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang lebih tinggi. d. Rapat
kerja
Keperawatan
Kesehatan
Masyarakat
(1990)
mendefinisikan keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat (public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat
sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (nursing proces) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan. e. Winslow (1920), seorang ahli kesehatan masyarakat, membuat batasan yang sampai saat ini masih relevan, yaitu kesehatan masyarakat (public health) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, serta meningkatkan efisiensi hidup melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat untuk hal-hal berikut ini. 1) Kelompok –kelompok masyarakat yang terkoordinir 2) Perbaikan kesehatan lingkungan 3) Mencegah dan membrantas penyakit menular 4) Memberikan
pendidikan
kesehatan
kepada
masyarakat/perseorangan. 5) Dilaksanakan dengan mengkoordinasikan tenaga kesehatan dalam satu wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang mampu menumbuhkan swadaya masyarakat untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. 2. Tujuan Keperawatan Komunitas Tujuan
keperawatan
komunitas
adalah
untuk
pencegahan
dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut. 1. Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga, dan kelompok dalam konteks komunitas
2. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health general community) dengan mempertimbangan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga, individu, dan kelompok. Selanjutnya,
secara
spesifik
diharapkan
individu,
keluarga,
kelompok, dan masyarakat mempengaruhi kemampuan untuk: 1. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami 2. Menetapkan masalah kesehatan dan memperioritaskan masalah tersebut 3. Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan 4. Menanggulangi maslah kesehatan yang mereka hadapi 5. Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka hadapi, yang akhirnya dapat meninggkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self mandiri). 3. Sasaran Keperawatan Komunitas Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat, termasuk individu, keluarga, dan kelompok, baik yang sehat maupun yang sakit, khususnya mereka yang beresiko tinggi menggalami masalah kesehatan dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut. a. Individu Individu adalah anggota keluarga sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual.
b. Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertaliab darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis, sebab : 1) Keluarga sebagai lembaga yang perlu diperhitungkan 2) Keluarga
mempunyai
peran
utama
dalam
pemeliharaan
kesehatan seluruh anggota keluarga 3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan 4) Keluarga sebagai tempat pengambilan keputusan (decision making) dalam perawatan kesehatan 5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dalam berbagai usaha-usaha kesehatan masyarakat. c. Kelompok khusus Kelompok khusus adalah sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamni, usia, permasalahan (problrm). Kegiatan yang terorganisasi sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Kelompok khusus yang ada di masyarakat dan institusi
dapat
diklarifikasikan berdasarkan permasalahan serta kebutuhan yang mereka hadapi, diantaranya sebagai berikut:
1) Kelompok dengan kebutuhan kesehtan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhan (growth and development), yaitu: a) Kelompok ibu hamil dan ibu bersalin (melahirkan) b) Kelompok ibu nifas c) Kelompok bayi d) Kelompok balita e) Kelompok anak usia sekolah f) Kelompok usia lanjut 2) Kelompok
dengan
kesehatan
khusus
yang
memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,yaitu : a) Penderita penyakit menular, antara lain sebagai berikut. 1. Kelompok penderita penyakit kusta 2. Kelompok penderita penyakit tuberkulosis paru 3. Kelompok penderita penyakit kelamin (gonorrhea, sifilis) 4. Kelompok penderita HIV/AIDS b) penderita penyakit tidak menular seperti hipertensi, DM, jantung, kanker, stroke c) kelompok cacat yang memerlukan rehabilitasi seperti kebutaan. d) Kelompok cacat mental e) Kelompok cacat sosial
3) Kelompok yang mempunyai resiko tinggi terserang penyakit a) Kelompok pennyalahgunaan obat dan narkoba b) Kelompok wanita tuna susila (WTS) dan Pekerja Seks komersial (PSK) c) Kelompok pekerja tertentu 4. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas a. Proses kelompok (Group Process) b. Pendidikan Kesehatan (health Promotion) 1) Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri 2) Memahami
apa
yang
dapat
mereka
lakukan
terhadap
maslahanya, dengan sumber daya yang ada pada mereka dan ditambah dengan dukungan dari luar 3) Memutuskan kegiatan yang paling tepat c. Kerja sama (partnership) 5. Prinsip Keperawatan Komunitas a. Kemanfaatan Intervensi atau pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian b. Otonomi Dalam keperawatan komunitas, masyarakat diberikan kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif terbaik yang disediakan.
c. Keadilan Hal ini menegaskan bahwa upaya atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian 1. Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan selama praktik kerja lapangan keperawatan komunitas di masyarakat binaan RT 15 kelurahan Talang Betutu ditemukan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang ditemukan pada 74 Kepala Keluarga diantaranya adalah Ispa (batuk dan flu) pada anak maupun dewasa, demam, hipertensi, diabetes, maag, cacar, kolesterol, cacar, rematik, asam urat, dan gatalgatal. 2. Winshield Survey (batas wilayah RT, luas RT, topografi wilayah) 3. Pengumpulan data a) Kondisi fisik lingkungan Kondisi fisik lingkungan masyarakat binaan RT 15 sebagian besar adalah rumah permanen dan karakteristik lantai rumah keramik, pencahayaan terang, terdapat ventilasi, penataan rumah tidak berantakan, kebersihan rumah bersih. b) Pelayanan kesehatan dan sosial (adanya puskesmas, posyandu balita dan lansia, klinik, sekilas tentan grespon masyarakat akan adanya
fasilitas kesehatan dan hambatan yang dihadapi dalam memperoleh pelayanan) Warga RT 15 telah memanfaatkan layanan kesehatan seperti posyandu balita yang ada dikantor kelurahan. Warga RT 15 lebih memilih bidan terdekat bila terjadi masalah kesehatan yang dialami. c) Ekonomi Rata-rata penghasilan warga binaan RT 15 paling banyak adalah rentang antara 500.000 sampai 1.000.000 yaitu sebanyak 38% dari keseluruhan warga. d) Transportasi dan keamanan Transportasi yang umum digunakan oleh warga binaan RT 15 adalah sepeda motor. Warga masyarakat RT 15 merasa diwilayahnya termasuk wilayah yang aman. e) Politik dan pemerintahan Sebagian besar warga masyarakat binaan RT 15 telah mempunyai jaminan kesehatan berupa BPJS sebanyak 67%, 8 % askeskin, dan 25% tidak ada jaminan kesehatan. f) Komunikasi Hubungan antar warga kurang terjalin dengan baik. Sebagian besar masyarakat binaan disibukkan dengan aktivitas kerja masing-masing, Masyarakat kurang antusias bila ditunjuk sebagai pengurus aktif dalam kegiatan dikarenakan alasan repot, dan banyak mengandalkan usia yang lebih muda. Wadah perkumpulan seperti PKK tidak ada
lagi, dan terdapat sebagian kecil warga yang mengikuti kegiatan seperti pengajian. g) Education Pendidikan rata-rata penduduk di wilayah binaan adalah SMA sebanyak 40%, SD 29%, SMP 14%, Sarjana 8%, Diploma 4%, dan tidak sekolah 5%. Fasilitas pendidikan dari TK sampai SMP ada diwilayah kelurahan dan jarak tempuhnya tidak jauh sedangkan SMA agak jauh. h) Rekreasi Wilayah binaan di RT 15 tidak terdapat tempat rekreasi, anak-anak biasanya hanya memanfaatkan lahan kosong atau disekitar rumah warga untuk dijadikan tempat bermain. Terdapat suatu wadah olahraga tetapi tidak pernah lagi digunakan.
B. Analisa Data 1. Data Demografi Berdasarkan jumlah KK di RT 15 terdiri dari 80 KK dan ada beberapa warga yang berada di wilayah RT 15 tetapi tidak diambil karena warga tersebut menolak dan pindahan dari RT lain dan belum membuat kartu keluarga baru. Kelompok dapat mengkaji 74 kepala keluarga, karena keterbatasan waktu sehingga kelompok mencukupkan untuk mendata 74 KK sebagai sampel.
JENIS KELAMIN KK perempuan 11%
Laki-laki
Laki-laki 89%
Perempuan
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa jenis kelamin yang terbanyak yang pada RT 15 yaitu jenis kelamin laki-laki sebesar 89%, sedangkan pada jenis kelamin perempuan sebesar 11%.
USIA KK >60 32%
20-30 tahun 3%
51-60 24%
31-40 tahun 23%
41-50 tahun 18%
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa usia KK yang terbanyak yaitu pada usia >60 tahun sebanyak 32%, usia 51-60 tahun sebanyak 24%, usia 31-40 tahun sebanyak 23%, usia 41-50 tahun sebanyak 18%, usia 20-30 tahun sebanyak 3%.
Suku KK Jawa
Betawi
sunda 0%
sumatera 0%
Sulawesi
Kalimantan
Dll
1% 0%
18%
0% 81%
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa suku yang terdapat pada KK yang terbanyak yaitu pada suku sumatera sebanyak 81%, sedangkan suku jawa sebesar 18%, dan suku lain-lain nya sebesar 1%.
Pekerjaan KK 1% 3%
6%
PNS
0% 1%
Pegawai swasta
15%
Wiraswasta/Pedagang 20%
Pelajar/Mahasiswa
50%
Ibu Rumah Tangga 0% 4%
Petani/Buruh TNI/POLRI Pensiunan
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa pekerjaan yang paling terbanyak yaitu pekerjaan sebagai petani/buruh sebanyak 50% dan pekerjaan yang paling sedikit sebagai Pegawai Negri Sipil (PNS) sebesar 1% dan lain-lainya sebesar 1%.
2. Psikososial Kondisi Psikososial Komunitas 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa kondisi psikososial komunitas yang berada di RT 15 yaitu paling banyak tidak memiliki masalah psikososial sebesar 74 orang. Kondisi Psikososial Anggota Keluarga 70 60 50 40 30 20 10 0
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa kondisi psikososial pada anggota keluarga yang berada di RT 15 sebagian besar tidak memiliki masalah sebesar 64 orang, namun ada beberapa yang mengalami kesulitan tidur sebanyak 7 orang, dan single parent (orang tua tunggal) sebanyak 3 orang.
3. Pasangan Usia Subur
< 20 tahun 0%
Pus Usia Subur Saat Ini Usia PUS saat ini
36-45 tahun 41%
< 20 tahun
20-35 tahun 59%
20-35 tahun 36-45 tahun
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa Pasangan usia subur yang berada pada RT 15 yaitu yang paling terbanyak PUS pada usia 2035 tahun sebesar 59%, dan paling sedikit PUS pada usia 36-45 tahun sebesar 41%. 4. Ibu Hamil Tempat Ibu Memeriksakan Kehamilan 1.2
1%
1 0.8 0.6 0.4 0.2
0
0
0
Series1
0
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa tempat ibu hamil memeriksakan kehamilan yang berada pada RT 15 terdapat 1 orang (1%) ibu hamil yang memeriksakan kehamilan langsung ke bidan.
Keadaan Ibu Hamil Saat Ini 1.2 1 0.8 Series1
0.6 0.4
0.2 0 Kondisi ibu hamil
Sehat
Sakit
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa keadaan ibu hamil saat ini yang berada pada RT 15 yaitu terdapat 1 orang ibu hamil dan dalam keadaan sehat.
5. Ibu Nifas ibu nifas 0% ibu hamil 20% ibu menyusui 80%
Jumlah anggota Ibu hamil Ibu menyusui Ibu nifas
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat data yang terbanyak pada ibu yang menyusui sebanyak 80%, ibu hamil sebanyak 20% dan tidak terdapat ibu nifas sebanyak 0%.
6. Balita (0-5) tahun
USIA KK >60 32%
20-30 tahun 3%
51-60 24%
31-40 tahun 23%
41-50 tahun 18%
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa usia KK yang ada di RT 15 rata rata berusia lebih dari 60 tahun sebanyak 32%, sedangkan yang paling sedikit rata-rata berusia 20-30 tahun sebanyak 3%. sakit 0%
Kondisi Balita Saat Ini
sehat 100%
sehat sakit
Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa balita (0-5) tahun yang ada di RT 15 dalam keadaan sehat (100%).
7. Usia Sekolah (6-12) tahun
sakit 5%
Kondisi Anak saat ini
Sehat sehat 95%
Sakit
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi anak usia sekolah (6-12) tahun yang ada di RT 15 dalam keadaan sehat sebesar 95%, dan 5% nya dalam keadaan sakit.
8. Usia Dewasa
KONDISI DEWASA SAAT INI Sakit 1%
Sehat 99%
Berdasarkan data diatas kondisi usia dewasa yang ada di RT 15 dalam keadaan sehat sebanyak 99%, dan hanya 1% dalam keadaan sakit.
9. Lansia
Sakit 15%
KONDISI LANSIA SAAT INI
Sehat 85%
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa kondisi lansia saat ini dari 27 lansia yang ada lansia yang sehat sebanyak 85% (23 lansia) dan lansia dengan kondisi sakit sebesar 15% (4 lansia).
JUMLAH LANSIA > 2 orang 0% 2 orang 41% 1 orang 59%
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa jumlah lansia saat ini yang ada didalam satu rumah paling terbanyak yaitu 1 orang dengan presentase 59% dan jumlah lansia dalam satu rumah terdapat 2 orang sebesar 41 %.
MASALAH KESEHATAN LANSIA DM 4%
Jantung 0%
Hipertensi 30%
Tidak ada 41% Lainnya 18%
Asma 7%
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa sebagian besar lansia di RT 15 paling banyak tidak ada yang memiliki masalah kesehatan sebanyak 41% (11 orang) namun ada beberapa lansia memiliki masalah penyakit seperti hipertensi sebanyak 30% (8 orang), penyakit lainnya sebanyak 18% (5 orang), asma sebanyak 7% (2 orang), Diabetes melitus sebanyak 4% (1 orang) dan tidak ada yang memiliki penyakit jantung. 10. Remaja sakit 0%
Kondisi Remaja Saat Ini
Sehat sehat 100%
Sakit
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa kondisi remaja paling terbanyak yaitu sehat sebesar 100% dan remaja sakit 0%.
Informasi Tentang Pendidikan Seksual 23% Ya 77%
Tidak
Berdasarkan hasil diatas dapat dijelaskan bahwa remaja yang berada di RT 15 sebagian besar tidak pernah mendapatkan informasi tentang pendidikan seksual sebanyak 77 % (17 orang) dan remaja yang pernah mendapatkan informasi tentang pendidikan seksual sebanyak 23% (5 orang). 11. Indikator Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Mencucui tangan dengan sabun dan air mengalir Axis Title
80 Ya, 59
60 40
Tidak, 15
20 0
1
2
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK masyarakat yang terbiasa mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir paling terbanyak sebesar 59 KK beserta anggota keluarga dan 15 KK beserta anggota keluarga tidak terbiasa mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Sumber Air 80 70 60 50 40 30 20 10 0
72
1
1
0
PAM/Ledeng
Sungai
Sumur
Pompa air listrik
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK yang mendapatkan sumber air terbanyak berasal dari sumur sebesar 72 KK, 1 KK mendapatkan sumber air dari PAM/Ledeng dan 1 KK lagi mendapatkan sumber air dari pompa listrik.
Keadaan Air di rumah 70 60
64
50 40 30
tidak berasa, tidak berwarna, tidak berwarna dan tidak ada endapan
20 10 0
berasa, berwarna, berbau dan ada endapan
10 TOTAL RT
Berdasarkan hasil diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK keadaan sumber air dirumah didapatkan air dengan keadaan yang paling banyak tidak berasa, tidak berwarna dan tidak ada endapan sebanyak 64 KK, sedangkan ada beberapa keadaan airnya yang berasa, berwarna, berbau dan ada endapan sebanyak 10 KK.
Keluarga yang Merokok didalam Rumah 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
44 orang Ada
30 orang
tidak ada
TOTAL RT
Berdasarkan data diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK sebagian besar ada keluarga yang merokok didalam rumah paling banyak terdapat 44 orang dan tidak merokok didalam rumah terdapat 30 orang.
Mengetahui PSN 50
Axis Title
40
tidak, 41 ya, 33
30 20 10 0 TOTAL RT
Berdasarkan data diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK sebagian besar warga mengetahui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terdapat 33 orang, sedangkan ada yang tidak mengetahui Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terdapat 41 orang.
Jadwal Rutin PSN 70
tidak ada, 64
60
Axis Title
50 40 30 20
Ada , 10
10 0 TOTAL RT
Berdasarkan data diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK warga memiliki jadwal rutin Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terdapat 10 orang, sedangkan tidak memiliki jadwal rutin Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terdapat 64 orang.
50
Kegiatan PSN Setiap Minggu dirumah
tidak, 45
Axis Title
40 30
ya, 29
20 10 0 TOTAL RT
Berdasarkan data diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK warga yang melakukan kegiatan PSN setiap minggu dirumah sebagian besar tidak melakukan kegiatan tersebut sebanyak 45 KK, dan yang melakukan kegiatan tersebut sebanyak 29 KK.
Perlunya Penyuluhan PSN 70
ya, 61
60
Axis Title
50 40 30 20
tidak, 13
10 0 TOTAL RT
Berdasarkan data diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK perlunya diadakan penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) warga yang memilih iya sebanyak 61 orang, dan yang memilih tidak sebanyak 13 orang.
Olahraga Rutin di RT 70
tidak, 63
60
Axis Title
50 40 30 20
ya, 11
10
0 TOTAL RT
Berdasarkan data diatas dijelaskan bahwa sebagian besar olahraga rutin di RT yang rutin mengikuti olahraga sebanyak 11 orang dan tidak rutin olahraga sebanyak 63 orang.
Anggota Keluarga Melakukan Olahraga 80 60
67
40 TOTAL RT
20 2
5
0 2-3x seminggu
1x seminggu
tidak pernah
Berdasarkan data diatas dijelaskan bahwa dari 74 KK anggota keluarga yang melakukan olahraga paling banyak tidak pernah melakukan olahraga sebanyak 67 orang, olahraga setiap 1x seminggu sebanyak 5 orang, dan melakukan olahraga 2-3x minggu sebanyak 2 orang.
12. Ringkasan data senjang Permasalahan-permasalahan penyakit, kegiatan remaja a. Data yang didapatkan dari hasil pengkajian di RT 15 sebanyak 74 KK, didapatkan sebanyak 63 KK yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan jiwa, cara mengontrol marah, dan cara mengatasi stress. b. Dari data Pasangan Usia Subur didapatkan hasil pengkajian di RT 15 bahwa sebagian besar pasangan usia subur yang tidak menggunakan kontrasepsi sebanyak 15 pasangan dari 17 pasangan usia subur, dengan alasan tidak nyaman (12 KK), mahal (1 KK), serta Lain-lain(2 KK).
c. Data yang didapatkan dari hasil pengkajian di RT 15 sebanyak 74 KK, hanya terdapat 1 ibu hamil, dari pengkajian ibu hamil tersebut tidak mendapatkan imunisasi TT karena tidak tahu apa itu imunisasi TT. d. Dari data pengkajian yang didapatkan di RT 15 terdapat lansia sebanyak 27 orang. Dari 27 lansia rata-rata lansia mempunyai penyakit keturunan yaitu hipertensi (8 orang), DM (1 orang), Asma (2 orang), sedangkan penyakit keturunan lainnya sebanyak 5 orang. e. Sebagian besar lansia yang ada di RT 15 tidak pernah melakukan pemeriksaan gula darah dalam 3 bulan terakhir sebanyak 20 lansia dari 27 lansia. f. Dari 27 lansia yang ada di RT 15 mengatakan bahwa tidak pernah diadakan poyandu lansia sedangkan pengkajian yang didapatkan dari 22 lansia dari 27 lansia di RT 15 mengatakan jika kedepannya penting untuk diadakan posyandu lansia dan 5 lansia mengatakan posyandu lansia tidak penting. g. Sebagian besar remaja yang ada di RT 15 mengatakan bahwa tidak ada kegiatan karang taruna di RW yaitu sebanyak 13 remaja, sedangkan 4 remaja mengatakan tidak tahu tentang kegiatan karang taruna, 6 remaja lainnya mengatakan ada kegiatan karang taruna di RW 5. h. Sebagian besar remaja yang ada di RT 15 mengatakan tidak pernah mendapat informasi tentang pendidikan seksual sebanyak 17 remaja, sedangkan 5 remaja pernah mendapatakan informasi tentang pendidikan seksual.
i. Dari 74 KK yang ada di RT 15, 30 KK masih ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah. j. Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan 61 KK dari 74 KK mengatakan tidak mengetahui tentang PSN, tidak ada jadwal rutin berkaitan dengan PSN, dan sebagian besar masyarakat yang ada di RT 15 mengatakan bahwa penting diadakannya penyuluhan tentang PSN. k. Sebagian besar warga yang ada di RT 15 tidak pernah melakukan kegiatan olahraga rutin, dan sebagian besar anggota keluarga tidak pernah melakukan olahraga sebanyak 67 KK. l. Dari 74 KK yang ada terdapat 37 KK beserta anggota keluarga tidak memanfaatkan pekarangannya untuk menanamnya dan 37 KK lagi beserta anggota keluarga memanfaatkan pekarangannya.
C. Masalah Keperawatan 1.
Risiko peningkatan gangguan kesehatan pada warga RT 15 Kelurahan Talang Betutu berhubungan dengan kurangnya informasi kesehatan Ditandai dengan: a. Jumlah penderita hipertensi sebanyak 13% b. Jumlah penderita diabetes sebanyak 5% c. Jumlah penderita maag sebanyak 5% d. Jumlah penderita rematik sebanyak 3% e. Jumlah penderita asam urat sebanyak 1% f. Jumlah penderita ISPA sebanyak 49%
g. Jumlah penderita asma sebanyak 3% h. Jumlah penderita TBC sebanyak 1% 2.
Kurangnya kesadaran warga tentang perilaku hidup bersih dan sehat di RT 15 RW 05 Kelurahan Talang Betutu berhubungan dengan kurangnya informasi tentang PHBS Ditandai dengan: a. Ada 20% yang tidak cuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir b. Ada 55% yang mengetahui cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) c. Ada 61% keluarga yang tidak melakukan kegiatan PSN d. Data warga yang tidak olahraga sebanyak 85% e. Data warga yang tidak memanfaatkan pekarangan rumah sebanyak 50% f. Anggota keluarga merokok di dalam rumah sebanyak 41% g. Warga yang mempunyai kebiasaan membuang sampah ditumpuk sebanyak 18%
3.
Kurang aktifnya warga mengikuti kegiatan donor darah berhubungan dengan kurangnya informasi tentang donor darah Ditandai dengan: a. Ada 51% KK yang tidak tahu golongan darah b. Ada 86% KK yang belum pernah menjadi mendonorkan darah c. Ada 80% KK yang tidak bersedia menjadi pendonor darah
4.
Risiko penurunan derajat kesehatan lansia di RT 15 Keluarahan Talang Betutu berhubungan dengan kurang aktifnya pelayanan kesehatan pada lansia Ditandai dengan: a. Jumlah lansia yang sakit sebanyak 15% b. Lansia yang melakukan pemeriksaan gula darah dalam waktu 3 bulan terakhir sebanyak 23% c. Lansia yang mengatasi penyakitnya dengan minum obat warung sebanyak 11%
D. Rencana Kegiatan N o 1.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Jangka Pendek Risiko Warga peningkatan dapat gangguan mengenal kesehatan pada masalah warga RT 15 kesehatan Kelurahan hipertensi Talang Betutu berhubungan dengan kurangnya informasi kesehatan ditandai dengan: a. Jumlah penderita hipertensi sebanyak 13% b. Jumlah penderita diabetes sebanyak
Jangka Panjang Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan warga dapat mengenal masalah kesehatan hipertensi, penyebab, tanda dan gejala, faktor resiko, pencegahan dan penanganan
Evaluasi Strategi
Rencana Kegiatan
Melakukan a. Melakukan pemeriksaa pendidikan n TD rutin, kesehatan gula darah, hipertensi dan asam b. Melakukan urat pemeriksaa n tekanan darah c. Melakukan pemeriksaa n GDS d. Melakukan pemeriksaa n asam urat
Waktu
Tempat
Rabu, 20 Maret 2019
Rumah Warga Rt 1. Warga Pak RT 15 mampu mengerti 15 mengenal tentang masalah masalah kesehatanny kesehatan a terutama hipertensi hipertensi 2. Warga mengerti tentang faktor yang mempengar uhi hipertensi 3. Warga mengerti tentang tanda dan gejala hipertensi 4. Warga mengerti tentang pencegahan
Kriteria
Standart
5% c. Jumlah penderita maag sebanyak 5% d. Jumlah penderita rematik sebanyak 3% e. Jumlah penderita asam urat sebanyak 1% f. Jumlah penderita ISPA sebanyak 49% g. Jumlah penderita asma sebanyak 3% h. Jumlah penderita
dan pengendalia n hipertensi
2.
TBC sebanyak 1% Kurangnya kesadaran warga tentang perilaku hidup bersih dan sehat di RT 15 RW 05 Kelurahan Talang Betutu berhubungan dengan kurangnya informasi tentang PHBS ditandai dengan: a. Ada 20% yang tidak cuci tangan menggunak an sabun dan air mengalir b. Ada 55% yang
Warga dapat berperilak u hidup bersih dan sehat dibuktikan dengan melakukan aktivitas fisik (olahraga) minimal 1 kali seminggu dan memanfaa tkan pekaranga n rumah
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan diharapkan warga dapat melakukan aktivitas fisik (olahraga) setiap minggu dan memanfaatk an pekarangan rumah
Melakukan a. Melakukan aktivitas olahraga fisik seperti (senam) olahraga bersama dan dengan menanam warga toga dan b. Menanam sayuran Toga dan disekitar sayuran rumah
Jumat, 22 Maret 2019 sd Sabtu, 23 Maret 2019
Halaman rumah Pak RT 15
Warga Rt 1. Warga 15 mampu dapat mengambil melakukan keputusan aktivitas untuk fisik berperilaku (olahraga) hidup sehat secara rutin melakukan 2. Warga aktivitas dapat fisik memanfaat (olahraga) kan dan pekarangan memanfaatk rumah an dengan pekarangan Toga dan rumah sayuran dengan menanam Toga dan sayuran
c.
d.
e.
f.
mengetahui cara pemberanta san sarang nyamuk (PSN) Ada 61% keluarga yang tidak melakukan kegiatan PSN Data warga yang tidak olahraga sebanyak 85% Data warga yang tidak memanfaat kan pekarangan rumah sebanyak 50% Anggota keluarga merokok di
3.
dalam rumah sebanyak 41% g. Warga yang mempunyai kebiasaan membuang sampah ditumpuk sebanyak 18% Kurang aktifnya warga mengikuti kegiatan donor darah berhubungan dengan kurangnya informasi tentang donor darah Ditandai dengan: a. Ada 51% KK yang tidak tahu
Warga dapat mengetahu i informasi tentang kegiatan donor darah
Setelah dilakukan asuhan keperawata n warga mau mengikuti kegiatan donor darah maksimal 2 kali setahun
Melakukan a. Melakukan pendidikan pendidikan kesehatan kesehatan tentang tentang kegiatan kegiatan donor donor darah darah, b. Menjadwal bekerjasama kan dengan PMI kegiatan rutin untuk donor darah c. Berkolabor asi dengan PMI
-
-
Warga Rt 1. Warga 15 mau mengerti mengikuti tentang kegiatan kegiatan donor darah donor darah 2. Warga aktif melakukan kegiatan donor darah
4.
golongan darah b. Ada 86% KK yang belum pernah menjadi mendonork an darah c. Ada 80% KK yang tidak bersedia menjadi pendonor darah Risiko penurunan derajat kesehatan lansia di RT 15 Kelurahan Talang Betutu berhubungan dengan kurang aktifnya pelayanan kesehatan pada
Lansia RT 15 dapat memanfaa tkan fasilitas kesehatan
Setelah dilakukan praktik kerja lapangan lansia RT 15 dapat memanfaatk an fasilitas kesehatan
Bekerjasam a. Melakukan a dengan pemeriksaa puskesmas n kesehatan Talang lansia betutu b. Membuat untuk posyandu mengaktifka lansia n kembali melalui layanan puskesmas kesehatan lansia
-
-
Lansia Rt 1. Lansia Rt 15 dapat 15 dapat memanfaatk memanfaat an layanan kan layanan kesehatan kesehatan terdekat 2. Lansia Rt 15 aktif mengikuti pemeriksaa n kesehatan 3. Lansia Rt
lansia Ditandai dengan: a. Jumlah lansia yang sakit sebanyak 15% b. Lansia yang melakukan pemeriksaa n gula darah dalam waktu 3 bulan terakhir sebanyak 23% c. Lansia yang mengatasi penyakitny a dengan minum obat warung sebanyak 11%
15 menjadi lansia yang produktif
E. Implementasi dan Evaluasi N Hari/Ta o nggal 1 25 Februari
Implementasi Melakukan
pendataan
Evaluasi pada S:
Sebagian
warga masyarakat RT 15 RW menerima
masyarakt
saat
dilakukan
2019 – 2 05 Kelurahan Talang Betutu pendataan, ada beberapa warga maret
Sukarami Palembang
2019
R/ warga masyarakat RT 15 tidak yang
berhasil
yang menolak untuk didata dan ada
ditempat
saat
dilakukan pendataan
pendataan sebanyak 74 KK, O: Sebagian warga bersedia sebagian kecil warga menolak dilakukan
pendataan,
ada
untuk didata dan tidak ada beberapa warga yang menolak ditempat saat pendataan
dilakukan pendataan, dan tidak ada ditempat saat pendataan A: diperoleh data dari ±100 KK terdapat 74 KK yang berhasil dilakukan pendataan dan ada beberapa
warga
yang
tidak
berhasil didata P: melaksanakan MMD II untuk membahas
data
dan
permasalahan yang didapatkan dan menentukan tindakan yang akan dilakukan bersama 2
Senin/1
Melakukan musyawarah desa II S:
8 Maret
di rumah Pak RT 15 bersama melakukan kegiatan di sore hari
2019
warga RT 15
jam
R/warga
16.00
musyawarah yang diadakan, 27 memberikan pendapat
WIB
warga ikut menghadiri acara A: MMD II
antusias
O:
warga
warga
sepakat
tampak
untuk
antusias
mengikuti mengikuti musyawarah dan ikut
tercapainya
kegiatan
kesepakatan
yang
akan
dilaksanakan bersama P: kegiatan yang disepakati dan akan dilakukan: a. Melakukan kesehatan
pendidikan hipertensi
dan
pemeriksan tekanan darah b. Melakukan
pendidikan
kesehatan KB c. Pemeriksaan gula darah dan asam urat d. Mengadakan penanaman Toga dan
sayuran
memanfaatkan
untuk pekarangan
rumah e. Senam
jantung
sehat
dan
aerobik f. Penyuluhan cuci tangan 3
Rabu/20 a. Melakukan
pemeriksaan S: warga mengatakan sangat
Maret
tekanan darah
2019
R/warga
jam
dilakukan pemeriksaan TD
16.00 WIB
senang
tempak
ada
antusias pemeriksaan
kegiatan
kesehatan
dan
warga merasa kegiatan yang
b. Melakukan pemeriksaan gula dilakukan sangat bermanfaat darah dan asam urat
O:
warga
tampak
antusias
R/warga tampak antusias dan mengikuti kegiatan dan ikut mengikuti antrian dilakukan berpartisipasi dalam kegiatan pemeriksaan GDS dan asam A: warga tampak sudah mulai urat c. Melakukan
mengenal
masalah
kesehatan
pendidikan yang ada seperti hipertensi,
kesehatan hipertensi
kesadaran
warga
untuk
R/warga antusias mengikuti melakukan aktivitas fisik mulai pendidikan kesehatan sampai ada
dengan selesai
P: kegiatan dilanjutkan hari
d. Mendemonstrasikan
jus Jumat 22 Maret 2019 kegiatan
seledri dan mentimun
bercocok tanam
R/warga telah mengetahui dan
ikut
pendapat
memberikan tentang
obat
tradisional untuk hipertensi e. Melakukan pemeriksaan gula darah dan 4
Jumat/2
a. Melakukan
pengarahan S: Waga mengatakan bibit yang
2 Maret
menanam bibit seledri, kumis diberikan
2019
kucing,
jam
selada
16.00
R/warga
jahe
merah,
sangat
bermanfaat
dan baik untuk obat maupun sayuran O: warga tampak menanam bibit
antusias yang
mendengarkan pengarahan
diberikan
dengan
semangat
b. Menanam bibit di dalam A: kesadaran warga terhadap polybag R/warga
pekarangan rumah mulai timbul tampak
menanam
antusias P: kegiatan dilanjutkan hari
bibit
diberikan 5
Sabtu/2
yang sabtu 23 Maret 2019 dengan senam jantung sehat dan aerobik
a. Melakukan senam jantung S: Warga mengatakan sangat
3 Maret
sehat dan aerobik
berterimakasih adanya kegiatan
2019
R/warga
jam
mengikuti senam baik ibu- mengaktifkan kembali kegiatan
16.00
ibu maupun anak-anak
antusias
b. Makan-makan
dan
untuk senam
karena
telah
yang telah lama tidak dilakukan foto O:
Warga
tampak
antusias
bersama
mengikuti kegiatan dan ikut
R/warga
sangat berpartisipasi dalam kegiatan
berterimakasih
adanya yang diadakan
kegiatan senam karena telah A:
Kesadaran
warga
untuk
mengaktifkan
kembali melakukan aktivitas fisik mulai
kegiatan yang telah lama tergerak kembali tidak dilakukan
P: Kegiatan dilanjutkan dengan penyuluhan cuci tangan di TK dan MMD III
5
6
Jumat/2 a. Melakukan penyuluhan cuci 9 Maret tangan 2019 R/Anak-anak tampak Jam antusias dan mendengarkan 07.30 penyuluhan cuci tangan b. Mendemonstrasikan cara mencuci tangan dengan air dan sabun mengalir R/Anak-anak tampak mengikuti gerakan cuci tangan yang diajarkan penyuluh c. Mengikuti kegiatan ekstra pudding bersama anak TK R/Anak-anak tampak senang Sabtu/3 a. Memaparkan hasil laporan 0 Maret PKL di RT 15 2019 R/warga tampak mengikuti Jam dan mendengarkan 15.30 pemaparan hasil laporan PKL mahasiswi b. Melakukan sambutan ketua kelompok R/warga tampak mendengarkan sambutan c. Melakukan sambutan RT 15 R/warga tampak mendengarkan sambutan d. Makan bersama R/warga tampak menikmati hidangan
S: Guru dan anak-anak mengatakan sangat senang telah diajari cara mencuci tangan yang baik dan benar O: Anak-anak tampak mengikuti rangkaian acara penyuluhan cuci tangan sampai selesai dengan semangat A: Pengetahuan dan kemampuan anak-anak dalam mencuci tangan yang baik dan benar mulai timbul P: kegiatan selanjutnya penutupan dan MMD III S: Warga mengatakan selama adanya mahasiswi PKL warga mendapatkan pengetahuan dan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat O: Warga tampak menginginkan kembali adanya kegiatan yang seperti ini A: Warga mau untuk mengikuti rangkaian kegiatan dari awal hingga akhir, kesadaran warga akan pentingnya mengatasi masalah kesehatan sudah ada P: Kegiatan telah selesai dan PKL telah berakhir
DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI. 2010. Pedoman Umum Pengembangan Desa Dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta Selatan: Pusat Promosi Kesehatan Sekretaris Jenderal Kemenkes RI. Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2013. Ilmu Keperawatan Komunitas I Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika. Mubarak, Wahit Iqbal dan Chayatin, Nurul. 2009. Ilmu Masyarakat:Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Kesehatan
Hamdani, M. 2015. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Trans Info Media. Yulifah, Rita dan Yuswanto, Tri Johan Agus. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.