Lp Kejang Demam.docx

  • Uploaded by: Meindha
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Kejang Demam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,469
  • Pages: 21
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN KEJANG DEMAM

DISUSUN OLEH :

NAMA

:NI PUTU HERA WAHYU ASTIANI

NIM

: P07120015104

KELAS : 2.3

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII 2017

A. Pengertian 1. Definisi Kejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi (suhu 38,9o−40,0oC). Kejang demam berlangsung kurang dari 15 menit, generalisata, dan terjadi pada anak-anak tanpa kecacatan neurologik. (Muscari, 2005) Kejang demam juga dapat diartikan sebagai suatu kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang jelas. (Meadow, 2005) Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan 4 tahun, lamanya kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam. (Hidayat, 2008) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh sebagai akibat proses ekstrakranium (pajanan dari suatu penyakit yang dicirikan dengan demam tinggi dimana suhunya berkisar antara 38,9o − 40,0oC) namun tanpa adanya tanda-tanda infeksi intrakranial atau penyebab yang jelas. Kejang demam ini lebih sering terjadi pada anak usia 6 bulan – 5 tahun, dengan lama kejang kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam 2. Etiologi Penyebab kejang demam sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Kejang demam biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran pernapasan atas, infeksi saluran kemih dan roseola. Kejang ini merupakan kejang umum dengan pergerakan klonik selama kurang dari 10 menit. SSP normal dan tidak ada tanda-tanda defisit neurologis pada saat serangan telah menghilang. Sekitar sepertiga akan mengalami kejang demam kembali jika terjadi demam, tetapi sangat jarang yang mengalami kejang setelah usia 6 tahun. Kejang yang lama, fokal, atau berulang, atau gambaran EEG yang abnormal 2 minggu setelah kejang, menunjukkan diagnosis epilepsi (kejang nondemam berulang). (Meadow, 2005)

Menurut Lumban Tobing & Mansjoer (2005), faktor yang berperan dalam menyebabkan kejang demam antara lain : a. Demam itu sendiri b. Efek produk toksik dari pada mikroorganisme (kuman dan virus terhadap otak). c. Respon alergik atau keadaan imun yang abnormal oleh infeksi. d. Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit. e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan yang tidak diketahui atau ensekalopati toksik sepintas. f. Gabungan semua faktor tersebut di atas. Menurut Amin dan Hardhi (2013) penyebab kejang demam dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial. a. Intrakranial meliputi : 1) Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau ventrikuler. 2) Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis. 3) Congenital : disgesenis, kelainan serebri b. Ekstrakranial meliputi: 1) Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia, gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan riwayat diare sebelumnya. 2) Toksik : intoksikasi, anastesi lokal, sindroma putus obat. 3) Congenital: gangguan metabolisme asam basa atau ketergantungan dan kekurangan piridoksin.

Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu : 1) Riwayat kejang dalam keluarga 2) Usia kurang dari 18 bulan 3) Tingginya suhu badan sebelum kejang. Makin tinggi suhu sebelum kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang. 4) Lamanya demam sebelum kejang. Semakin pendek jarak mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar risiko kejang demam berulang.

3. Klasfikasi Adapun klaisifikasi dari kejang demam adalah sebagai berikut : a.

Kejang Parsial (Fokal, Lokal) 1) Kejang Parsial Sederhana Kesadaran tidak terganggu, dapat meliputi satu atau kombinasi dari hal-hal berikut : a) Tanda motorik – kedutan pada wajah, tangan, atau suatu bagian tubuh, biasanya gerakan yang sama terjadi pada setiap kejang, dan dapat menjadi merata. b) Tanda dan gejala otomatis – muntah, berkeringat, wajah merah, dilatasi pupil. c) Gejala-gejala somatosensori atau sensori khusus – mendengar suara musaik, merasa jatuh dalam suatu ruang, parestesia. d) Gejala-gejala fisik – déjă vu (sepertiga siaga), ketakutan, penglihatan panoramik. (Betz, 2009) 2) Kejang Parsial Kompleks a) Gangguan kesadaran, walaupun kejang dapat dimulai sebagai suatu kejang parsial sederhana. b) Dapat melibatkan gerakan otomatisme atau otomatis – bibir mengecap, mengunyah, mengorek berulang, atau gerakan tangan lainnya. c) Dapat tanpa otomatisme – tatapan terpaku. (Betz, 2009)

b.

Kejang Menyeluruh (Konvulsif atau Nonkonvulsif) 1) Kejang Lena a) Gangguan kesadaran dan keresponsifan. b) Dicirikan dengan tatapan terpaku yang biasanya berakhir kurang dari 15 detik. c) Awitan dan akhir yang mendadak, setelah anak sadar dan mempunyai perhatian penuh. d) Biasanya dimulai antara usia 4 dan 14 tahun dan sering hilang pada usia 18 tahun. (Betz, 2009)

2) Kejang Mioklonik a) Hentakan otot atau kelompok otot yang mendadak dan involunter. b) Sering terlihat pada orang sehat saat mulai tidur, tetapi bila patologis melibatkan hentakan leher, bahu, lengan atas, dan tungkai secara sinkron. c) Biasanya berakhir kurang dari 5 detik dan terjadi berkelompok. d) Biasanya tidak ada atau hanya terjadi perubahan tingkat kesadaran singkat. (Betz, 2009) 3) Kejang Tonik-klonik (grand mal) a) Dimulai dengan kehilangan kesadaran dan bagian tonik, kaku otot ekstremitas, tubuh, dan wajah secara keseluruhan yang berakhir kurang dari satu meit, sering didahuluioleh suatu aura. b) Kemungkinan kehilangan kendali kandung kemih dan usus. c) Tidak ada respirasi dan sianosis. d) Bagian tonik yang diikuti dengan gerakan klonik ekstremitas atas dan bawah. e) Letargi, konfusi, dan tidur pada fase postictal. (Betz, 2009) 4) Kejang Atonik a) Kehilangan tonus tiba-tiba yang dapat mengakibatkan turunnya kelopak mata, kepala terkulai, atau orang tersebut jatuh ke tanah. b) Singkat dan terjadi tanpa peringatan. (Betz, 2009) 5) Status Epileptikus a) Biasanya kejang tonik-klonik, menyeluruh yang berulang. b) Kesadaran antara kejang tidak didapat. c) Potensial depresi pernapasan, hipotensi, dan hipoksia. d) Memerlukan penanganan medis darurat segera. (Betz, 2009)

B. Tanda dan Gejala Adapun tanda gejala yang dapat ditemukan yaitu : 1. Sebagian besar aktivitas kejang berhenti pada saat anak mendapatkan pertolongan medis, tetapi anak mungkin dalam keadaan tidak sadar. (Muscari, 2005) 2. Orang tua atau pemberi asuhan akan menggambarkan manifestasi kejang tonik-tonik (yi., tonik−kontraksi otot, ekstensi ekstremitas, kehilangan kontrol defekasi dan kandung kemih, sianosis, dan kehilangan kesadaran; klonik−kontraksi dan relaksasi ekstremitas yang teratur (ritmik); fase postiktal dikarakteristikkan dengan ketidaksadaran persisten). (Muscari, 2005) 3. Sering ditemukan adanya riwayat keluarga dengan kejang demam. (Muscari, 2005) 4. Suhu tubuh mencapai 39oC. (Dewanto, 2009) 5. Kepala anak seperti terlempar ke atas, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak menjadi berguncang, gejala kejang bergantung pada jenis kejang. (Dewanto, 2009) 6. Kulit pucat dan mungkin menjadi biru. (Dewanto, 2009)

C. Pohon Masalah Terlampir

D. Pemeriksaan Diagnostik 1.

Elektroensefalografi (EEG) : dipakai untuk membantu menetapkan jenis dan fokus kejang. (Betz, 2009)

2.

CT scan : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan. (Betz, 2009)

3.

Magneti Resonance Imaging (MRI): menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak yang itdak jelas terliht bila menggunakan pemindaian CT. (Betz, 2009)

4.

Pemindaian Positron Emission Tomography(PET) : untuk mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann darah dalam otak. (Betz, 2009)

5.

Uji laboratorium a.

Pungsi lumbal: menganalisis cairan serebrovaskuler – terutama dipakai untuk menyingkirkan infeksi.

b.

Hitung darah lengkap: mengevaluasi trombosit dan hematokrit

c.

Panel elektrolit

d.

Skrining toksik dari serum dan urin

e.

GDA

f.

Kadar kalsium darah

g.

Kadar natrium darah

h.

Kadar magnesium darah. (Betz, 2009)

E. Penatalaksanaan Medis Dalam penatalaksanaan kejang demam ada 3 hal yang perlu dikerjakan yaitu: 1. Pengobatan Fase Akut Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan. Jalan napas harus bebas agar oksigennisasi terjami. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh tinggi diturunkan dengan kompres air dan pemberian antipiretik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan intravena atau intrarektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1-2 mg/menit dengan dosis maksimal 20 mg. bila kejang berhenti sebelum diazepam habis, hentikan penyuntikan, tunggu sebentar, dan bila tidak timbul kejang lagi jarum dicabut. Bila diazepam intravena tidak tersedia atau pemberiannya sulit gunakan diazepam intrarektal 5 mg (BB<10>10kg). bila kejang tidak berhenti dapat diulang selang 5 menit kemudian. Bila tidak berhenti juga, berikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/kgBB secara intravena perlahan-lahan 1

mg/kgBb/menit. Setelah pemberian fenitoin, harus dilakukan pembilasan dengan Nacl fisiologis karena fenitoin bersifat basa dan menyebabkan iritasi vena. Bila kejang berhenti dengan diazepam, lanjutkan dengan fenobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti. Dosis awal untuk bayi 1 bulan -1 tahun 50 mg dan umur 1 tahun ke atas 75 mg secara intramuscular. Empat jama kemudian diberikan fenobarbital dosis rumat. Untuk 2 hari pertama dengan dosis 8-10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis, untuk hari-hari berikutnya dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis. Selama keadaan belum membaik, obat diberikan secara suntikan dan setelah membaik per oral. Perhatikan bahwa dosis total tidak melebihi 200mg/hari. Efek sampingnya adalah hipotensi,penurunan kesadaran dan depresi pernapasan. Bila kejang berhenti dengan fenitoin,lanjutkna fenitoin dengan dosis 48mg/KgBB/hari, 12-24 jam setelah dosis awal. 2. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan cairan serebrospinalis dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitiss, misalnya bila ada gejala meningitis atau kejang demam berlangsung lama. 3. Pengobatan profilaksis Ada 2 cara profilaksis, yaitu (1) profilaksis intermiten saat demam atau (2) profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan setiap hari. Untuk profilaksis intermiten diberian diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis saat pasien demam. Diazepam dapat diberikan pula secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5mg (BB<10kg)>10kg) setiap pasien menunjukkan suhu lebih dari 38,5 0 C. efek samping

diazepam

adalah

ataksia,

mengantuk

dan

hipotonia.

Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat menyebabkan kerusakan otak tapi tidak dapat mencegah terjadinya epilepsy dikemudian hari. Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobarbital 45mg.kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan bertahap selama 1-2 bulan

Profilaksis terus menerus dapat dipertimbangkan bila ada 2 kriteria (termasuk poin 1 atau 2) yaitu : a. Sebelum kejang demam yang pertama sudah ada kelainan neurologist atau perkembangan (misalnya serebral palsi atau mikrosefal) b. Kejang demam lebih dari 15 menit, fokal, atau diikuti kelainan neurologist sementara dan menetap. c. Ada riwayat kejang tanpa demma pada orang tua atau saudara kandung. d. Bila kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang

multiple

dalam

satu

episode

demam.

Bila hanya mmenuhi satu criteria saja dan ingin memberikan obat jangka panjang maka berikan profilaksis intermiten yaitu pada waktu anak demam dengan diazepam oral atau rectal tuap 8 jam disamping antipiretik.

F. Pengkajian Keperawatan 1. Data subyektif a. Badan terasa panas b. Adanya mual dan muntah c. Merasa haus d. Adanya kesulitan saat bernafas e. Adanya aktivitas kejang berulang, pergerakan otot tidak terkoordinasi, kelemahan f. Merasa tidak nyaman, gerah. g. Adanya kekhawatiran orang tua. 2. Data obyektif a. Suhu meningkat / tinggi b. Badan teraba panas c. Membran mukosa / kulit kering d. Perubahan tonus/kekuatan otot, gerakan involunter/ kontraksi sekelompok otot. e. Penurunan kesadaran, pernafasan stridor. f. Tingkah laku distraksi/gelisah g. Tampak kecemasan, kebingungan. h. Saliva keluar berlebih.

G. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan termoregulasi b.d metabolism meningkat ditandai dengan suhu tubuh makin meningkat 2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d gangguan aliran darah ke otak akibat kerusakan sel neuron otak,hipoksia dan edema cerebral ditandai dengan TIK meningkat, sakit kepala, kejang 3. Risiko cedera b.d ketidakefektifan orientasi, kejang 4. Risiko aspirasi b.d penurunan tingak kesadaran,penurunan reflek menelan 5. Risiko keterlambatan perkembangan b.d gangguan pertumbuhan

H. Rencana Keperawatan NO

Diagnosa

Tujuan dan Kriteria

Keperawatan

Hasil

Intervensi (NIC)

Rasional

(NOC) 1.

Ketidakefektifa

NOC

NIC

n termoregulasi Hidration

Temperaturure

b.d metabolism Adherence behavior meningkat

Immune status

tubuh Risk detection

makin

Setelah

meningkat

tindakan selama

pengaturan suhu)

suhu)

 Monitor suhu tiap 2 jam

secara kontinu

keperawatan  Monitor warna dan suhu kulit …x24

termoregulasi

jam  Monitor

perubahan suhu, suhu 38oC

menunjukkan proses inflamasi

tanda-tanda 2. Untuk

hipertermi dan hipotermi pasien  Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

1. Mengerahui

diatas

dilakukan  Monitor TD,nadi dan RR

diharapkan

membaik.

regulation( regulation( pengaturan

 Rencanakan monitoring suhu

ditandai dengan Risk Control suhu

Temperaturure

suhu

memantau tetap

dalam

batas normal 3. Untuk

mengetahui

 Selimuti

Kriteria Hasil  Keseimbangan antara

pasien

mencegah

produksi

untuk hilangnya

kehangatan tubuh

keadaan umum pasien akibat demam 4. Warna

kulit

pucat

panas, panas yang  Ajarkan kepada pasien cara

menunjukkan adanya

diterima,

mencegah keletihan akibat

sianosis,

panas

menunjukkan adanya

dan

kehilangan panas  Seimbang

anatra  Diskusikan

produksi

panas,

tentang

kemerahan

inflamasi dan suhu

pentingnya pengaturan suhu

yang

panas yang diterima

dan

menunjukkan adanya

dan

negative dari kedinginan

kehilangan

panas

28  Beritahu

selama

hari

kemungkinan

pertama

kehidupan

terjadinya

indikasi 5. Untuk

keletihan

dan

dipelukan

asam bayi baru lahir  Ajarkan  Temperature stabil : 36,5-370C  Tidak ada kejang  Tidak da perubahn warna kulit

terjadinya

darah

dan hipertermi

dari

keseimbangan cairan,

hipotermi dan penangan yang

deman/

diperlukan

tinggi

 Berikan antipiretik jika perlu

: Hipertermia

suhu

yang dapat

menyebabkan kehilangan

7. Untuk

cairan

mencegah

tubuh 8. Kelelah

 Pengendalian risiko : hportermia

karena

disebabkan kehilanga

garam dan air melalui

 Pengendalian risiko

keringat

: Proses menular

berlebih

 Pengendalian risiko

matahari

menjaga

hilangnya kehangatan

 Pengendalian risiko

paparan

hipotermi

dalam tubuh

stabil

:

mencegah

6. Untuk indikasi

dapat

infeksi

penangan emergency yang

 Keseimbangan

 Glukosa

tentang

efek

tinggi

sinar

9. Untuk terjadinya

secara

mencegah hipotermi

dan hipertermi

10. Untuk

tentang

indikasi

terjadinya

keletihan 11. Untuk

memahami

penanganan

dari

hipotermi 12. Obat

antipiretik

bekerja

sebagai

pengatur

kembali

pusat pengatur panas 2.

Risiko

NOC

ketidakefektifan

Circulation status

perfusi

jaringan

otak

b.d

NIC

Tissue

Peripheral

prefusion

cerebral

Manajemen

dilakukan otak Setelah akibat kerusakan tindakan keperawatan jam sel neuron selama…x24 diharapkan pasien tidak

edema lagi berisiko mengalami serebral ditandai ketidakefektifan perfusi dengan TIK jaringan otak dan

 Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka

panas/dingin/tajam/tump

rentang

yang

diharapkan

mengetahui

adanya takikardi keluarga

klien

sehingga

tujuan

perawatan

dapat

untuk

mengobservasi

tercapai dengan baik

 Gunakan sarung tangan  Batasi

dalam

status sirkulasi

perawatan

keluarga

laserasi

diastole

mengetahui

 Instrusikan

Mendemostrasikan

 Tekanan systole dan

1. Untuk

mempermudah

kepala, kejang

ditandai dengan

sensasi

 Monitor adanya paretese

kulit jika ada isi atau yang

Manajemen

3. Koaborasi

ul

Kriteria Hasil:

sirkulasi

Management(

2. Untuk

terhadap

meningkat,sakit

status

Sensation

perifer)

sensasi perifer)

ke

otak,hipoksia

Sensation

: Management(

gangguan aliran darah

Peripheral

gerakan

pada

gerakan kepala,leher dan

BAB

memproteksi

diri 5. Untuk meminimalkan rasa nyeri

punggung  Monitor

4. Untuk

kemampuan

6. Menilai elektrolit

status

 Tidak ada ortostatik

 Kolaborasi

hipertensi

analgetik

 Tidak ada tandatanda

 Monitor

peningkatan

tekanan intrakanial( tidak

pemberian 7. Untuk

lebih

reseptor adanya

tromboplebitis  Diskusikan

dari

penyebab

15mmHg)

sensasi

 Mendemostrasikan

sehingga nyeri tidak dapat dipersepsikan

mengenai 8. Untuk perubahan

9. Memantau

klien yang

 Berkomunikasi jelas

sesuai

dan

dengan

kemampuan  Menunjukan perhatian,konsentra si dan orientasi  Memproses informasi  Membuat keputusan dengan benar  Menunjukan fungsi sensori

motori

cranial yang utuh : Tingkat

kesadaran

membaik, tidak ada gerakan-geraan involunter 3.

Risiko

cedera NOC

mengetahui

adanya tanda infeksi

ditandai dengan

dengan

nyeri

kondisi/

keluhan yang dialami

kemampuan kognitif

memblok

NIC

NIC

b.d

Risk Control

ketidakefektifan

Setelah

Environtment dilakukan Management(Manajemen

orientasi(kesada

tindakan keperawatan Lingkungan)

ran

selama

kejang

umum),

…x24

diharapkan tidak

Environtment

jam pasien

lagi

berisiko

cedera.

Management(Manajem en Lingkungan)

 Sediakan lingkungan yang 1. Untuk menjaga pasien aman untuk pasien  Identifikasi keamanan

safety

kebutuhan 2. Untuk pasien

sesuai

memenuhi

kebutuhan

Kriteria Hasil:

dengan kondisi fisik dan

 Klien terbebas dari

fungsi kognitif pasien dan 3. Untuk mencegah hal

cedera

riwayat terdahulu pasien

 Klien

mampu

menjelaskan untuk

injury/cedera  Klien

berbahaya(misalnya

memindahkan perabotan)  Memasang side rail tempat

mencegah

tidur

mampu

menjelaskan faktor risiko

dari

 Menempatkan saklar lampu

saklar

 Menggunakan fasilitas

kesehatan

 Menganjurkan

status

tetap

memudahkan menjangkau

mudah 7. Agar waktu

mendapatkan yang

cukup

untuk beristirahat

keluarga 8. Untuk mempermudah

untuk menemani pasien

perawatan

klien

 Mengontrol lingkungan dari

sehingga

tujuan

perawatan

dapat

 Memindahkan barang

 Mampu mengenali

kesehatan

yang

kebisingan

yang ada

perubahan

tempat

 Membatasi pengunjung

mencegah injury

pasien

nyaman walau dalam

pasien

dijangkau pasien

untuk

5. Agar

yang nyaman dan bersih

personal

hidup

risiko jatuh/ cedera

 Menyediakan tempat tidur 6. Untuk

di

memodifikasi gaya

menurunkan

kondisi sakit

lingkungan/perilaku  Mampu

yang tidak diinginkan

 Menghindarkan lingkungan 4. Untuk yang

cara/metode

keselamatan pasien

barang-

yang

dapat 9. Agar

membahayakan  Berikan

penjelasan

pasien

tidak

merasa terganggu pada 10. Untuk

pasien dan keluarga atau pengunjung

tercapai dengan baik

mencegah

terjadinya cedera

adanya 11. Agar pasien, keluarga

perubahan status kesehatan

maupun

pengenjung

dan penyebab penyakit

ngetahui

mengenai

perubahan

status

kesehatan

dan

penyebab penyakit 4.

Risiko

aspirasi

Respiratory Status : NIC

Aspiration precaution

Ventilation

Aspiration precaution

1. Meningkatkan

tingkat

Aspiration Control

 Monitor tingkat kesadaran,

kesadaran,

Swallowing Status

reflek batuk dan kemampuan

maksimal

penurunan reflek

Kriteria Hasil:

menelan

pembersihan

b.d

penurunan

menelan

 Klien dapat bernafas dengan mudah,tidak irama, frekuensi pernafasan normal  Pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu

 Monitor status paru pelihara jalan nafas suction

jika

diperlukan

mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal

dan

nasogastrik

jalan

napas

mempertahankan

sebelum 3. Untuk mengeluarkan

makan

secret

 Hindari makan kalau residu masih banyak  Haluskan

alat

jalan napas

yang

mengganggu pernapasan

melakukan oral hygine  Potong makanan kecil-kecil  Jalan nafas paten,

paru

2. Untuk

 Lakukan  Cek

ekspansi

obat

sebelum

pemberian

4. Untuk

memastikan

ketepatan

posisi

nasogastric

 Posisi tegak 90 derajat atau 5. Residu > 50 cc, tunda sejauh mungkin  Jauhkan

pemberian

manset

trakea

meningkat

NGT

atau

memudahkan

pemberian

 Periksa tabung NGT atau sisa

memudahkan

pemberian

gastrostomy 7. Untuk

sebelum menyusui

gastrostomy

sampai 1 jam 6. Untuk

 Periksa penempatan tabung

makan

melalui

nasogastric

sebelum 8. Untuk

memberikan

makan

posisi yang nyaman

 Hindari makan jika residu

bagi pasien

tinggi tempat, pewarna dalam 9. Klien tabung pengisi NGT  Hindari

menelan

cairan

atau

menggunakan zat pengental  Penawaran

mampu

makanan

yang

makanan

lunak/

cair/

kental

atau 10. Menetralkan

cairan yang data dibentuk

hiperekstensi,

menjadi

membantu mencegah

menjadi

bolus

sebelum menelan  Potong

makanan

aspirasi menjadi

potongang-potongan kecil  Istirahat atau menghancurkan pil sebelum pemberian  Sarankan

pidato/berbicara

patologi, berkonsultasi

dan

meningkatkan kemampuan

dalam

menelan 11. Untuk

proses

oencernaan makanan pada tubuh pasien 12. Menurunkan

risiko

terjadinya spirasi 13. Untuk

memudahkan

pencernaan 14. Untuk

memudahkan

pemberian 15. Untuk

memberikan

waktu tubuh dalam memcerna

makanan

terlebih

dahulu

sebelum

pemberian

pil 16. Untuk mengevaluasi kepatenan jalan napas

5.

Risiko

NOC

NIC

Pendidikan orang tua :

keterlambatan

Growth and

Pendidikan orang tua : massa

massa bayi

perkembangan

development delayed

bayi

1. Agar

b.d

Family Coping

gangguanguan

Breaastfeeding

tentang penanda

apa

pertumbuhan

ineffective

perkembangan normal

yang normal

Nutritional Status:

 Ajarkan kepada orang tua

 Demonstrasikan aktivitas

orang

mengetahui

seperti

perkembangan

2. Untuk

memudahkan

nutrient intake

yang menunjang

penyampaian

Parenting

perkembangan

informasi

performance

 Tekankan pentingnya

Kriteria Hasil:

perawatan prenatal sejak

 Recovery adanya

dini

3. Agar

orangtua

memahami mengenai

 Ajarkan ibu mengenai

perawatan

 Recovery

pentingnya perawatan

sejak dini

kekerasan

prenatal sejak dini

emosional

 Ajarkan ibu mengenai

dapat

 Recorvery neglect

pentingnya berhenti

secara

 Performance orang

mengonsumsi

mengenai

tua: pola asuh

alkohol,merokok dan obat-

prenatal

prenatal

obatan selama kehamilan  Ajarkan cara-cara

kepada

orangtua

kekerasan

 Pengetahuan orang

tua

4. Agar

prenatal

nantinya

ibu

menerapkan mandiri perawatan

5. Untuk menginformasikan

tua terhadap

memberikan rangsan yang

kepada ibu mengenai

perkembangan

berarti untuk ibu dan bayi

bahaya dan efeknya

anak meningkat  Berat badan= index masa tubuh  Perkembangan

 Ajarkan tentang perilaku yang sesuai dengan usia anak  Ajarkan tentang mainan dan

yang ditimbulkan 6. Untuk memandirikan

anak 1 bulan :

benda-benda yang sesuai

sehingga

penanda

dengan anak

menerapkannya

perkembangan fisik, kognitif dan

 Berikan model atau peran intervensi perawatan

akan

dapat ibu dapat

sendiri dirumah 7. Agar ibu memahami

psikosial pada usia

perkembangan untuk bayi

mengenai

1 bulan

premature

yang sesuai dengan

 Perkembangan

 Diskusikan hal-hal yang

perilaku

tahapan

anak 2 bulan

terkait kerjasama antara

perkembangan

penanda

orang tua dan anak

naka

perkembangan

usia

8. Agar ibu mengetahui

fisik,kognitif,dan

mainan yang sesuai

psikosial 2 bulan

dengan anak sesuai

 Perkembangan anak 4 bulan

dengan usianya 9. Agar

ibu

memiliki

:peananda

gambaran

perkembangan

intervensi perawatan

fisik, kognitif dan

perkembangan untuk

psikososial usia 4

bayi premature

bulan  Penuan fisik :

10. Untuk

mengenai

menambah

informasi

kepada

perubahan normal

ortangtua

terkait

fisik yang biasanya

pentingnya kerjasama

sering terjadi

orangtua dan anak

seiring penuaan usia  Kematangan fisik wanita dan pria : perunahan fisik normal pada wanita yang terjadi dengan transisi dari masa kanakkanak ke dewasa  Fungsi GI anak adekuat

 Makanan dan asupan cairan bergizi  Kondisi Adekuat

DAFTAR PUSTAKA Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Ed. 5. Jakarta : EGC

Dewanto, George dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta : salemba Medika

Meadow, Sir Roy. 2005. Lecture Notes Pediatrika Ed. 7. Jakarta : Erlangga

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar : Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EGC

Related Documents


More Documents from "Dicky Dwispataru"

Home Care Uts Pak Gama.docx
December 2019 16
Klp 1 Germas.pptx
April 2020 7
Lp Morbili.docx
October 2019 20
Pembahasan 1.docx
December 2019 21