Lp Kejang Demam Icu.docx

  • Uploaded by: Safira Amalia Pertiwi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Kejang Demam Icu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,991
  • Pages: 15
LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

OLEH : SAFIRA AMALIA PERTIWI 1811040056

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2018

LAPORAN PENDAHULUAN KEJANG DEMAM

A. Definisi Kejang Demam Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38oC. Yang disebabkan oleh suatu proses ekstranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai >380C). kejang demam dapat terjadi karena proses intracranial maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 24% populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun (Amid dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013). Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008) B. Etiologi Kejang Demam 1. Faktor-faktor prenatal 2. Malformasi otak congenital

3. Faktor genetika 4. Penyakit infeksi (ensefalitis, meningitis) 5. Demam 6. Gangguan metabolisme 7. Trauma 8. Neoplasma, toksin 9. Gangguan sirkulasi 10. Penyakit degeneratif susunan saraf. 11. Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal. C. Patofisiologi Kejang Demam Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl–). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :

a. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.

D. Nursing Pathway

Toksik ,trauma Penyakit infeksi ekstracranial dll

Merangsang hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh HIPERTERMI

Pengeluaran mediator kimia epinefrin dan prostaglandin

Merangsang peningkatan potensi aksi pada neuron

Merangsang perpindah ion K+ dan ion N+ secara cepat dari luar sel menuju ke dalam sel

Meningkatkan fase depolarisasi neuron dengan cepat KEJANG Spasme otot ekstermitas

Resiko tinggi cedra

Spasme Bronkus Penurunan kesadaran Kekakuan otot pernafas

Pola nafas tidak efektif

E. Tanda dan gejala klinis Klinis Kejang Demam Ada 2 bentuk kejang demam (menurut Lwingstone), yaitu: 1. Kejang demam sederhana (Simple Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut : a.

Kejang berlangsung singkat, < 15 menit

b.

Kejang umum tonik dan atau klonik

c.

Umumnya berhenti sendiri

d.

Tanpa gerakan fokal atau berulang dalam 24 jam

2. Kejang demam komplikata (Complex Febrile Seizure), dengan ciri-ciri gejala klinis sebagai berikut : a.

Kejang lama > 15 menit

b.

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial

c.

Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

F. Klasifikasi Kejang Demam 1. Kejang demam sederhana 1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsi 2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedra otak oleh penyakit apapun 3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun 4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit 5) Kejang tidak bersifat tonik klonik 6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurologi atau abnormalitas perkembangan 8) Kejang tidak berulang dalam waktu sngkat 9) Tanpa gerakan focal dan berulang dalam 24 jam (H. Nabiel Ridha, 2014) 2. Kejang demam kompleks Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks. Dapat mencangkup otomatisme atau gerakan otomatik; mengecap-ecapkan bibir, mengunyah, gerakan mencongkel yang berulang-ulang pada tangan, dan gerakan tangan lainnya. Dapat tanpa otomatisme tatapan terpaku. (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002) G. Pemeriksaan Penunjang Kejang Demam 1. Elektro encephalograft (EEG) Untuk pemeriksaan ini dirasa kurang mempunyai nilai prognostik. EEG abnormal tidak dapat digunakan untuk menduga kemungkinan terjadinya epilepsi atau kejang demam yang berulang dikemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak lagi dianjurkan untuk pasien kejang demam yang sederhana. Pemeriksaan laboratorium rutin tidak dianjurkan dan dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi. 2. Pemeriksaan cairan cerebrospinal Hal ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama. Pada

bayi yang masih kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas sehingga harus dilakukan lumbal pungsi pada bayi yang berumur kurang dari 6 bulan dan dianjurkan untuk yang berumur kurang dari 18 bulan. 3. Darah a.

Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi kejang (N < 200 mq/dl)

b. BUN: Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat. c.

Elektrolit : K, Na Ketidakseimbangan elektrolit merupakan predisposisi kejang Kalium ( N 3,80 – 5,00 meq/dl ) Natrium ( N 135 – 144 meq/dl )

4. Cairan Cerebo Spinal : Mendeteksi tekanan abnormal dari CCS tanda infeksi, pendarahan penyebab kejang. 5.

Skull Ray :Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi

6. Tansiluminasi

: Suatu cara yang dikerjakan pada bayi dengan UUB

masih terbuka (di bawah 2 tahun) di kamar gelap dengan lampu khusus untuk transiluminasi kepala. H. Penaktalaksanaan Medis 1. Pengobatan a. Pengobatan fase akut

Obat yang paling cepat menghentikan kejang demam adalah diazepam yang diberikan melalui interavena atau indra vectal. Dosis awal : 0,3 – 0,5 mg/kg/dosis IV (perlahan-lahan). Bila kejang belum berhenti dapat diulang dengan dosis yang sama setelah 20 menit. b. Turunkan panas Anti piretika : parasetamol / salisilat 10 mg/kg/dosis. Kompres air PAM / Os c. Mencari dan mengobati penyebab Pemeriksaan

cairan

serebro

spiral

dilakukan

untuk

menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada pasien kejang demam yang pertama, walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan pungsi lumbal hanya pada kasus yang dicurigai sebagai meningitis, misalnya bila aga gejala meningitis atau bila kejang demam berlangsung lama. d. Pengobatan profilaksis Pengobatan ini ada dalam cara : profilaksis intermitten / saat demam dan profilaksis terus menerus dengan antikanulsa setiap hari. Untuk profilaksis intermitten diberikan diazepim secara oral dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/hgBB/hari. e. Penanganan sportif 1) Bebaskan jalan napas 2) Beri zat asam

3) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit 4) Pertahankan tekanan darah 2. Pencegahan a.

Pencegahan berkala (intermitten) untuk kejang demam sederhana. Beri diazepam dan antipiretika pada penyakit-penyakit yang disertai demam.

b. Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata Dapat digunakan : – Fero barbital

:

5-7 mg/kg/24 jam dibagi 3 dosis

– Fenitorri

:

2-8 mg/kg/24 jam dibagi 2-3 dosis

– Klonazepam

:

(indikasi khusus)

I. Pengkajian Keperawatan 1.

Anamnesa a. Aktivitas atau Istirahat Keletihan, kelemahan umum Keterbatasan dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain b. Sirkulasi Iktal : Hipertensi, peningkatan nadi sinosis Posiktal : Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan c. Intergritas Ego Stressor eksternal atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan

Peka rangsangan : pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya Perubahan dalam berhubungan d. Eliminasi 1) Inkontinensia epirodik 2) Makanan atau cairan 3) Sensitivitas terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang e. Neurosensori 1) Riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma kepala, anoreksia, dan infeksi serebal 2) Adanya area (rasangan visual, auditoris, area halusinasi) 3) Posiktal : Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis f. Kenyamanan 1) Sakit kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal) 2) Nyeri abnormal proksimal selama fase iktal g. Pernafasan 1) Fase iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi mulus 2) Fase posektal : Apnea h. Keamanan 1) Riwayat terjatuh 2) Adanya alergi i. Interaksi Sosial

Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya 2. Pemeriksaan Fisik a. Aktivitas 1) Perubahan tonus otot atau kekuatan otot 2) Gerakan involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot b. Integritas Ego 1) Pelebaran rentang respon emosional c. Eleminasi Iktal : penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter Posiktal : otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia d. Makanan atau cairan 1) Kerusakan jaringan lunak (cedera selama kejang) 2) Hyperplasia ginginal e. Neurosensori (karakteristik kejang) 1) Fase prodomal : Adanya perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak menentu yang mengarah pada fase area. 2) Kejang umum Tonik – klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil dilatasi, inkontineusia urine 3) Fosiktal : pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan anesia

4) Absen (patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan 5) Kejang parsial Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura, berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif f. Kenyamanan Sikap atau tingkah laku yang berhati-hati Perubahan pada tonus otot Tingkah laku distraksi atau gelisah g. Keamanan Trauma pada jaringan lunak Penurunan kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh J. Diagnosa Keperawatan 1. Hipertermi Berhubungan dengan proses penyakit 2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kekakuan otot pernafasan 3. Resiko tinggi cedra berhubungan dengan spasme otot ektermitas K. Rencana Keperawatan No 1.

Dx Hipertermi berhubung an dengan proses infeksi

NOC Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak terjadi hipertermi atau peningkatan suhu tubuh dengan kriteria

NIC A. Perawatan demam 1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin 2. Monitor warna kulit 3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR 4. Monitor penurunan tingkat

2.

3.

Pola nafas tidak efektif berhubung an dengan kekakuan otot pernafasan

Resiko tinggi cedra berhubung an dengan spasme otot ekstermita

hasil: Thermogulasi Indikator A Suhu tubuh 2 dalam rentan normal Nadi dalam 2 rentan normal Tidak ada 2 perubahan warna kulit Ket : 1. Ekstrim 2. Berat 3. Ringan 4. Sedang 5. Tidak ada Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil: Indikator A RR dalam 2 batas normal Menunjukkan 2 jalan nafas yang paten Suara nafas 2 tambahan Ket : 1. sangat berat 2. berat 3. sedang 4. ringan 5. tidak ada Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan masalah tidak menjadi aktual dengan kriteria hasil: Indikator A Pasien 2

kesadaran 5. Tingkatkan sirkulasi udara dengan membatasi pengunjung 6. Berikan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan 7. Menganjurkan menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat 8. Berikan edukasi pada keluarga tentang kompres hangat dilanjutkan dengan kompres dingin saat anak demam 9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat penurun panas

A. Manajemen airway 1. Monitor frekuensi nafas 2. Auskultasi suara nafas 3. Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan ventilasi 4. Monitor warna kulit 5. Monitor tekanan darah dan nadi 6. Berikan Edukasi keluarga tentang hal yang dapat memicu serangan kejang 7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemasangan bronkodilator atau pemberian oksigen.

A. Manajemen Lingkungan 1. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien 2. Identifikasi kebutuhan dan keamanan pasien 3. Menghindarkan lingkungan yang berbahaya 4. Memasang side rail tempat

s

terbebas dari cidera Ket : 1. sangat berat 2. berat 3. sedang 4. ringan 5. tidak ada

tidur 5. Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih 6. Membatasi pengunjung 7. Memberikan penerangan yang cukup 8. Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien 9. Mengontrol lingkungan dari kebisingan 10. Edukasi tentang penyakit kepada keluarga.

Related Documents

Lp Kejang Demam Icu.docx
April 2020 21
Kejang Demam
August 2019 53
Kejang Demam
October 2019 58

More Documents from ""