Lp Morbili.docx

  • Uploaded by: Meindha
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Morbili.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,415
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN PADA R W DENGAN DIAGNOSA MEDIS FEBRIS DI RUANG CILINAYA RSUD BADUNG TANGGAL 18 – 19 April 2017

DISUSUN OLEH NI NYOMAN GDE LURAH SANTI TRI PERTIWI P07120015093

KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2017

Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Penyakit Morbili adalah penyakit infeksi virus akut,menular yang ditandai 3 stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensensia. Morbili dapat disebut juga campak,”measles”,rubeola.(IKA,FKUI Volume 2, 1985) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu : stadium inkubasi, stadium prodromal dan stadium erupsi (Rampengan, 1997: 90) Campak adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan (Smeltzer, 2001:2443) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu : a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadirum konvelensi. (Rusepno, 2002:624) Morbili ialah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu (1) stadium kataral, (2) stadium erupsi dan (3) stadirum konvelensi. (Ngastiyah, 1997:351) Campak, measles atau rubeola adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh virus campak. (Hardjiono, 2004:95) Campak adalah demam eksantematosa akut oleh virus yang menular ditandai oleh gejala prodromal yang khas, ruam kulit dan bercak koplik. (Ovedoff, 1995:451) Measles atau rubeola adalah penyakit infeksi tinggi akut melibatkan traktus respiratorius dan dikarakteristikkan oleh ras makulopapuler confluent. (N. Clex, 2001:153). Morbili adlah penyakit infeksi virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, 2001:211). Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. (Mansjoer, 2000 : 47). Morbili adalah penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh infeksi virus yang umumnya menyerang anak-anak.( Sumarmo, 2002)

2. Penyabab Penyakit Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring. dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak. Cara penularannya dengan droplet dan kontak (IKA,FKUI Volume 2, 1985).Penyebab penyakit ini adalah sejenis virus yang tergolong dalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan pada suhu 30oC dan -20oC, sinar matahari, eter, tripsin, dan beta propiolakton. Sedang formalin dapat memusnahkan daya infeksinya tetapi tidak mengganggu aktivitas komplemen. (Rampengan, 1997 : 90-91) Penyebab morbili adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak, cara penularan dengan droplet dan kontak (Ngastiyah, 1997:351) Campak adalah suatu virus RNA, yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. Dikenal hanya 1 tipe antigen saja; yang strukturnya mirip dengan virus penyebab parotitis epidemis dan parainfluenza. Virus tersebut ditemukan di dalam sekresi nasofaring, darah dan air kemih, paling tidak selama periode prodromal dan untuk waktu singkat setelah munculnya ruam kulit. Pada suhu ruangan, virus tersebut dapat tetap aktif selama 34 jam. (Nelson, 1992 : 198). 3. Patofisologi Penularan terjadi secara droplet dan kontak virus ini melalui saluran pernafasan dan masuk ke system retikulo endothelial, berkembang biak dan selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal tersebut akan menimbulkan gejala pada saluran pernafasan, saluran cerna, konjungtiva dan disusul dengan gejala patoknomi berupa bercak koplik dan ruam kulit. Antibodi yang terbentuk berperan dalam timbulnya ruam pada kulit dan netralisasi virus dalam sirkulasi. Mekanisme imunologi seluler juga ikut berperan dalam eliminasi virus. Patofisiologi Organisme (virus morbili) menular melalui rute udara, dalam waktu 24 jam, dari awal muncul reaksi terhadap virus morbili maka akan terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (Ngastiyah, 1997:352). Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat yang serous dan proliferasi sel mononukleus dan beberapa sel polimorfonukleus disekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus dan konjungtiva (IKA,FKUI Volume 2,1985).

Pathway Reaksi faktor R dg antibodi, faktor metabolik dg kecenderungan virus

Nyeri

Kurang informasi tentang proses penyakit Defisiensi pengetahuan

Reaksi peradangan

Sinovial menebal

Deformitas sendi – gangguan citra tubuh Infiltrasi ke dalam os subcondria Hambatan nutrisi pd kartilago artikularis

Kerusakan kartilago dan tulang

Kartilago nekrosis

Erosi kartilago

Tendon dan ligamen melemah

Hilangnya kekuatan otot

Mudah luksasi dan subluksasi

Adhesi pada permukaan sendi

Ankilosis fibrosa ankilosis tulang

Resiko cedera Kekakuan sendi

Hambatan mobilitas fisik

Terbatasnya gerakan sendi

Defisit perawatan diri

4. Gejala Klinis Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi dalam 3 stadium yaitu: 1.

Stadium Kataral ( Prodormal) Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:      

Panas Malaise Batuk Fotofobia Konjungtivitis Koriza

Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir. 2.

Stadium Erupsi Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:

      

Koriza dan Batuk bertambah Timbul enantema dipalatum durum dan palatum mole Kadang terlehat bercak koplik Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan Terdapat pembesaran kelenjar getah bening Splenomegali Diare dan muntah

Variasi dari morbili disebut “Black Measles” yaitu morbili yang disertai pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus. 3.

Stadium konvalensensi

 Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi)  Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi (IKA,FKUI Volume 2,1985). Menurut ahli lain manifestasi yang timbul adalah: 1)

Stadium Kataral (prodromal)

Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivis, dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema, lokasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. 2)

Stadium erupsi

Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-popula disertai menaiknya suhu badan diantara macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang telinga, dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah, kadangkadang terdapat perdarahan ringan pada kulit, rasa gatal, muka bengkak. 3)

Stadium Konvalesensi

Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali bila ada komplikasi (Rusepno, 2002 : 625)

Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis). Setelah 34 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh, kulit akan tampak seperti bersisik. (Supartini, 2002 : 179)

5. Pemeriksaan Fisik a)

Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

b)

Kepala : sakit kepala

c) d) e)

Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ). Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit. Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,muka, lengan dan, evitema, panas (demam).

f)

Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

g)

Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

h)

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

i)

Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

(Potter, 1996 : 16)

6. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis ditegakkan berdasarkan : a.

Gambaran klinis yang khas

b.

Pemeriksaan laboratorium

c.

Pada pemeriksaan darah tepi hanya ditemukan leukopeni

d.

Dalam spuntum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas

e.

Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1-3 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. (Rampengan, 1997 : 94)

f.

Dalam sputum, sekresi nasal, sediment urine dapat ditemukan adanya multinucleated giant sel yang khas. g.

Pada pemeriksaan serologi dengan cara hemaglutination inhibition test dan complement fiksatior test akan ditemukan adanya antibody yang spesifik dalam 1 – 3 hari setelah timbulnya ras dan mencapai puncaknya pada 2 – 4 minggu kemudian.

7. Diagnosa Keperawatan 1.

Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan batuk

2.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash

3.

Resiko ketidakseimbangan elektrolit.

4.

Gangguan citra tubuh.

5.

Ketidak efektifan termoregulasi tubuh.

6.

Gangguan rasa nyaman.

7.

Diare

8. Tindakan Penanganan  Jalani pola hidup bersih dan higienis  Hindari penularan melalui ciuman, penggunaan handuk atau pisau cukur bersama.  Hindari memencet atau memecahkan lepuhan karena dapat menyebabkan infeksi sekunder.  Jangan menggosok atau menyenuh mata sehabis menyentuh lepuhan karena bisa menyebabkan penyebaran virus ke kornea dan menyebabkan kebutaan.  Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes.  Banyak minum air putih  Makan makanan dengan nutrisi seimbang  Berikan imunisasi campak pada bayi berusia 9 bulan atau lebih.  Jika terjadi diupayakan untuk mengisolasi pnderita untuk mencegah penularan.

9. Komplikasi a.

Pneumonia Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.

b.

Gastroenteritis Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4%

c.

Ensefalitis Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi.

d.

Otitis media Komplikasi yang sering ditemukan

e.

Mastoiditis Komplikasi dari otitis media

f.

Gangguan gizi Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 1998 : 95).

Pengkajian Keperawatan I.

Fokus Pengkajian

1)

Pengkajian Data Dasar Biodata Terdiri dari biodata pasien dan biodata penanggung jawab.

2)

Proses keperawatan

a.

Keluhan utama Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari. (Pusponegoro, 2004 : 96)

b.

Riwayat keperawatan sekarang Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit. (Pusponegoro, 2004 : 96) Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu. (Suriadi, 2001 : 213)

c.

Riwayat keperawatan dahuluAnamnesa pada pengkajian apakah klien pernah dirawat di Rumah Sakit atau pernah mengalami operasi (Potter, 2005 : 185). Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak (Wong, 2003 : 657). Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak. (Suriadi, 2001 : 213)

d.

Riwayat Keluarga Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial. (Potter, 2005 : 185)

e. Pemeriksaan fisik a)

Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia

b)

Kepala : sakit kepala

c)

Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).

d)

Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.

e)

Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,muka, lengan dan, evitema, panas (demam).

f)

Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, renchi, sputum

g)

Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.

h)

Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare

i)

Status Nutrisi : intake – output makanan, nafsu makanan

2. Diagnosa Keperawatan 1.

Tidak efektif jalan nafas berhubungan dengan batuk

2.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya rash

3.

Resiko ketidakseimbangan elektrolit.

4..

Gangguan rasa nyaman.

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Ketidakefektifa Setelah diberikan n bersihan jalan asuhan nafas. keperawatan

1. Pantau

Rasional

keadaan 1. Mengetahui

umum pasien dan

kesadaran, dan

TTV

kondisi

ubuh

selama . . . x 24

dalam keadaan

jam diharapkan

normal

bersihan jalan

tidak.

atau

nafas efektif dengan kriteria : -

Menunjukkan jalan

2. Auskultasi bunyi nafas

2. Mengetahui

nafas

bersih -

-

Suara

bunyi

nafas,

seperti

rochi,

wheezing yang

nafas

normal tanpa

menunjukkan

suara

tertahannya

tambahan

secret

Tidak

ada

3. Atur posisi yang

penggunaan

nyaman

otot

posisi

bantu

nafas

seperti

nafas

semi

fowler 3. Meningkatkan

- Mampu melakukan

obstruksi jalan

4. Beri

latihan

perbaikan

pernafasan dalam

bersihan jalan

dan batuk efektif

pengembangan diafragma

nafas 4. Memudahkan 5. Kolaborasi humidikasi

pernafasan dan membantu

tambahan

mengeluarkan

(nebulizer)

secret

dan

terapi

oksigen

5. Membantu menghangatka n

dan

mengencerkan secret Kerusakan integritas kulit

NOC -

NIC Tissue

Pressure

Integrity

Management

Membrane

1. Anjurkan

s

pasien

Hemodyali

mengenakan

s akses

pakaian

Setelah diberikan

longgar. 2. Jaga

kulit

keperawatan

tetap

kering

selama . . . x 24

dan

tidak

jam diharapkan

lembab

asuhan

Integritas kulit

3. Monitor kulit

dapat kembali

akan

normal dengan

kemerahan.

kritria hasil -

Tidak ada lesi pada kulit

-

Perfusi jaringan baik

adanya

4. Oleskan baby oil pada kulit.

1. Pakaian longgar dapat memberi rasa nyaman pada kulit.

2. Mencegah biang keringat

3. Mencegah timbulnya rasa gatal. 4. Untuk menjaga kelembaban kulit.

-

Mampu melindungi kulit dan mempertah ankan kelembaba n kulit.

NOC Resiko Ketidakseimban - Fluid gan Elektrolit balance -

Hyration

-

Nutritional

NIC Fluid Mangement 1. Monitor Vital Sign

Status -

Intake

2. Monitor

Setelah

masukan

diberikan

cairan

dan

asuhan

htung

intake

keperawatan

kalori harian.

selama . . . x

3. Dorongkeluar

24 jam

ga

diharapkan

membantu

jumlah

pasien makan.

elektrolit dalam tubuh kembali seimbang Dengan kriteria hasil -

Tidak ada tanda-tanda

untuk

1. Untuk mengetahui kondisi tubuh pasien normal atau tidak.

2. Untuk mengetahui jumlah kalori yang masuk

3. Peran keluarga sanagat penting untuk membantu pemulihan pasien.

dehidrasi -

Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus berlebihan.

Gangguan rasa NOC nyaman - Anxiety

NIC Anxiety Reduction

-

Fear level

-

Sleep

pendekatan

deprivation

yang

Comfort,

menenangkan

-

1. Gunakan

readlines

1. Bertujuan untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien.

for enchanced.

2. Dorong

Setelah

keluarga untuk

diberikan

menemani

asuhan

anak.

keperawatan selama . . . x

3. Beri

24 jam

lingkungan

diharapkan

yang nyaman.

rasa tidak nyaman pasiendapat diatasi dengan kriteria hasil

2. Keluarga adalah orangterde kat yang dimiliki pasien.

3. Lingkunga

n yang nyaman dapat mengurang i kecemasan pasien.

-

Kualitas tidur dan istirahat yang adekuat

-

Status kenyamana n meningkat

-

Mampu mengontrol kecemasan

-

Status lingkungan yang nyaman

Daftar Pustaka Rampengan T.H , Laurents I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 1, Cetakan III. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta Silalahi Levi, 2004. Campak. http://www.tempointeraktif.com Depkes, R.I., 2004. Campak di Indonesia. http://www.penyakitmenular. info. Hassan, et al. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Infomedika: Jakarta. Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: jakarta. Hartanto, Huriawati, dr., dkk,. 2006. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua Sembilan. EGC: Jakarta. Betz, Cecity L., Linda A. Sowden. 2002. Buku Saku Keperawan Pediatri. EGC: Jakarta. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Ilmu Kesehatan Anak 2. Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta H. John. 2005. Kamus Ringkas Kedokteran Stedman untuk Profesi Kesehatan Edisi Empat, EGC: Jakarta.

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"

Home Care Uts Pak Gama.docx
December 2019 16
Klp 1 Germas.pptx
April 2020 7
Lp Morbili.docx
October 2019 20
Pembahasan 1.docx
December 2019 21