Bab Ii Manajemen Keperawatan Fixx.doc

  • Uploaded by: Meindha
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Manajemen Keperawatan Fixx.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 5,685
  • Pages: 26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supervisi merupakan bagian yang penting dalam manajemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan manajemen dari perawat profesional diharapkan mempunyai kemampuan dalam supervisi dan evaluasi. Pendelegasian merupakan elemen yang esensial pada fase pengarahan dalam proses manajemen karena sebagian besar tugas yang diselesaikan oleh manajer (tingkat bawah, menengah dan atas ) bukan hanya hasil usaha mereka sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai. Ada banyak tugas yang sering kali harus diselesaikan oleh satu orang. Dalam situasi ini, pendelegasian sering terkait erat dengan produktivitas. Ada banyak alasan yang tepat untuk melakukan pendelegasian. Kadang kala manajer harus mendelegasikan tugas rutin sehingga mereka dapat menangani masalah yang lebih kompleks atau yang membutuhkan keahlian dengan tingkat yang lebih tinggi. Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan dalam fungsi manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung memungkinkan

manajer

keperawatan

menemukan

berbagai

hambatan

atau

permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba memandang secara menyeluruh

faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama

dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya. Sukar seorang manajer keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan supervisi, karena masalah-masalah yang terjadi dapat diketahui oleh manajer keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staff keperawatan yang mungkin sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.2.1 Apa pengertian supervisi? 1.2.2 Apa manfaat dan tujuan supervisi? 1.2.3 Apa sasaran supervisi? 1.2.4 Bagaimana prinsip supervisi yang efektif? 1.2.5 Kapan waktu supervisi dilakukan? 1.2.6 Bagaimana supervisi dalam keperawatan? 1.2.7 Siapa supervisor keperawatan? 1.2.8 Apa kompetensi supervisor keperawatan? 1.2.9 Apa saja macam-macam supervisi? 1

1.2.10 Bagaimana teknik supervisi? 1.2.11 Apa yang dimaksud dengan konsep berubah dalam keperawatan? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian supervisi 1.3.2 Untuk mengetahui manfaat dan tujuan supervisi 1.3.3 Untuk mengetahui sasaran supervisi 1.3.4 Untuk mengatahui prinsip supervisi yang efektif 1.3.5 Untuk mengetahui waktu supervisi dilakukan 1.3.6 Untuk mengetahui supervisi dalam keperawatan 1.3.7 Untuk mengetahui supervisor keperawatan 1.3.8 Untuk mengetahui kompetensi supervisor keperawatan, 1.3.9 Untuk mengetahui macam-macam supervisi 1.3.10 Untuk mengetahui teknik supervisi 1.3.11 Untuk mengetahui konsep berubah dalam keperawatan 1.4 Manfaat Penulisan 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis, makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber informasi dalam menjawab permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Selain itu makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dalam merancang desain pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Dosen Manfaat makalah ini dapat mengembangkan kualitas pembelajaran menjadi lebih menarik, dapat menjalankan tugas sebagai pendidik dengan baik yaitu dengan merencanakan pembelajaran secara matang, dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh mahasiswa pada pembelajaran juga dapat menciptakan kreativitas dan inovasi-inovasi dalam pembelajaran salah satunya dengan menggunakan pendekatan pembelajaran. 1.4.2.2 Bagi Mahasiswa Manfaat makalah ini bagi siswa dapat meningkatkan semangat dan motivasi

dalam

mengikuti

pembelajaran.

Penggunaan pendekatan

pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat memberikan pengalaman 2

belajar yang bermakna dan tidak membuat mahasiswa jenuh. Seslain itu kesulitan-kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam memahami mata kuliah Manajemen Keperawatan khususnya materi-materi yang terdapat dalam pembelajaran subtema Konsep Supervisi dalam Keperawatan dan Konsep Berubah dalam Keperawatan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Supervisi Supervisi berasal dari bahasa latin yaitu super dan videre. Super yang berarti di atas dan videre berarti melihat, jadi supervisi berarti melihat dari atas. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung untuk mengatasinya. Banyak ahli mengemukakan 3

tentang pengertian supervisi, mulai dari pengertian yang sangat luas sampai pada definisi supervisi yang lebih khusus. Supervisi dalam arti luas memiliki dimensi yang beragam. Admosudiro (1982) dalam Cahyati (2000) mendefinisikan supervisi sebagai suatu pengamatan atau pengawasan secara langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang bersifat rutin. Swansburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan sumbersumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas. Sementara Kron&Gray (1987) mengartikan supervisi sebagai kegiatan yang merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, dan mengevaluasi secara berkesinambungan secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki anggota. Dalam arti khusus supervisi dikaitkan dengan suatu disiplin ilmu tertentu dalam hal ini adalah keperawatan. Supervisi dalam konteks keperawatan sebagai suatu proses kegiatan pemberian dukungan sumber-sumber yang dibutuhkan perawat dalam rangka menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Kuntoro, 2010). Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa supervisi merupakan suatu kegiatan yang mengandung dua dimensi pelaku, yaitu pimpinan dan anggota atau orang yang disupervisi. Kedua dimensi pelaku tersebut walaupun secara administratif berbeda level dan perannya, namun dalam pelaksanaan kegiatan supervisi keduanya memiliki andil yang sama-sama penting. Pemimpin mampu melakukan pengawasan sekaligus menilai seluruh kegiatan yang telah direncanakan bersama, dan anggota mampu menjalankan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya dengan sebaikbaiknya. Jadi, dalam kegiatan supervisi semua orang yang terlibat bukan sebagai pelaksana pasif, namun secara bersama sebagai mitra kerja yang memiliki ide-ide, pendapat, dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai, dan diikutsertakan dalam usaha perbaikan proses kegiatan termasuk proses keperawatan. Dengan demikian, supervisi merupakan suatu kegiatan dinamis yang mampu meningkatkan motivasi dan kepuasan di antara orang-orang yang terlibat baik pimpinan, anggota, maupun pasien dan keluarganya. 2.2 Manfaat dan Tujuan Supervisi Pelaksanaan supervisi yang tepat, organisasi akan memperoleh manfaat yakni, 1) dapat mengetahui sejauh mana kegiatan program sudah dilaksanakan oleh staf, apakah sesuai dengan standar atau rencana kerja, apakah sumber dayanya (staf, sarana, dana dan sebagainya) sudah digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi kegiatan program. 2) dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf melaksanakan tugas4

tugasnya. Jika hal ini diketahui, pimpinan organisasi akan memberikan pelatihan lanjutan bagi stafnya. Latihan staf digunakan untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan dan keterampilan staf yang terkait dengan tugas-tugasnya, 3) dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya lainnya mencukupi kebutuhan dan telah dimanfaatkan secara efisien, 4) dapat mengetahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan, 5) dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan, dipromosikan atau diberikan pelatihan lanjutan. Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Oleh karena itu, tujuan supervisi diarahkan pada kegiatan mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan, melatih staf dan pelaksana keperawatan, memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan sebagai upaya untuk menimbulkan kesadaran dan mengerti peran serta fungsinya sebagai staf, dan difokuskan pada pemberian pelayanan kemampuan staf dan pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan . Supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil akhir yang dicapai adalah meningkatnya kepuasan kerja perawat dan kualitas pelayanan keperawatan. 2.3 Sasaran Supervisi Arwani (2005) mengemukakan bahwa supervisi yang dilakukan memiliki sasaran dan target tertentu yang akan dicapai. Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan struktur dan hierarki tugas. Dengan demikian, sasaran yang menjadi target dalam kegiatan supervisi adalah terbentuknya staf yang berkualitas dan berkesinambungan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, tersedianya sistem dan prosedur yang tidak menyimpang, adanya pembagian tugas dan wewenang yang proporsional, dan tidak terjadinya penyelewengan kekuasaan, kedudukan, dan keuangan. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan (Suarli dan Yanyan, 2009; Depkes, 2008). Pekerja menjadi bagian dari budaya organisasi yang memiliki filosofi, nilai dan tujuan (Tappen, 1995). Oleh karenanya, pengawasan yang baik adalah

5

pengawasan yang ditujukan kepada segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi. Pengawasan harus bersifat komprehensif dalam arti bahwa tidak ada satupun segi pelaksanaan yang boleh luput dari sasaran dan cakupan pengawasan. Agar pengawasan terselenggara dengan efektif, dalam arti berhasil menemukan secara faktual hal-hal yang terjadi dalam penyelenggaraan seluruh kegiatan operasional, baik yang sifatnya positif maupun yang berupa penyimpangan, penyelewengan atau kesalahan, diperlukan berbagai instrumen, seperti standar hasil yang direncanakan untuk dicapai, anggaran, data-data statistik, laporan, auditing, dan observasi langsung (Siagian, 1992). Pelaksanaan supervisi haruslah dilakukan pada sasaran yang tepat. Adapun tugas dan tanggung jawab supervisor yaitu 1) merencanakan tugas sehari-hari: pembagian beban kerja, perincian penggunaan waktu dan batas kewenangan, 2) menggunakan kewenangan dengan tepat: bertindak efektif dan efisien serta mampu mengatasi masalah, transformasi baik dari atasan maupun bawahan dan sebaliknya, melaksanakan

petunjuk,

menyaring

dan

menyampaikan

mengusahakan hasil kerja maksimal (Depkes, 2008).

6

informasi

atasan,

Sasaran yang harus dicapai dalam supervisi adalah sebagai berikut : 1. Pelaksanan tugas sesuai dengan pola 2. Struktur dan hirarki sesuai dengan rencana 3. Staf yang berkualitas dapat dikembangkan secara kontinue/sistematis 4. Penggunaan alat yang efektif dan ekonomis. 5. Sistem dan prosedur yang tidak menyimpang 6. Pembagian tugas, wewenang ada pertimbangan objek/rational 7. Tidak terjadi penyimpangan/penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan.

2.4 Prinsip Supervisi yang Efektif Pelaksanaan pengawasan yang efektif merupakan salah satu refleksi dari efektivitas manajerial seorang pemimpin. Oleh karenanya, agar pengawasan terlaksana dengan baik diperlukan suatu sistem informasi yang andal sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan akan berlangsung dengan efektif apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Pengawasan harus merefleksikan sifat dari berbagai kegiatan yang diselenggarakan. Teknik pengawasan yang dilakukan harus sesuai dengan informasi yang berkaitan dengan kegiatan pengawasan, seperti siapa yang melakukan pengawasan dan kegiatan apa yang menjadi sasaran pengawasan. b. Pengawasan harus segera memberikan petunjuk tentang kemungkinan adanya deviasi atau penyimpangan dari rencana agar dapat segera ditangani atau dilakukan tindakan pencegahannya. c. Pengawasan harus menunjukkan pengecualian pada titik-titik strategik tertentu. Manajer mampu menentukan kegiatan apa yang perlu dilakukan sendiri dan kegiatan apa yang didelegasikan pada orang lain, mampu melihat dan menentukan kegiatan-kegiatan apa saja yang langsung harus ditangani sendiri.

7

d. Objektivitas dalam melakukan pengawasan. Pengawasan dilaksanakan berdasarkan standar prestasi kerja yang memenuhi persyaratan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. e. Keluwesan pengawasan. Pengawasan harus bersifat fleksibel. Pelaksanaan pengawasan harus tetap bisa berlangsung meskipun organisasi menghadapi perubahan karena timbulnya keadaan yang tidak diduga sebelumnya atau bahkan juga bila terjadi kegagalan. f. Pengawasan harus memperhitungkan pola dasar organisasi. Kemampuan dan tanggung jawab adalah hal yang penting dalam melakukan pengawasan baik dalam

melakukan

pembagian

tugas,

pendelegasian

wewenang,

pola

pertanggungjawaban, jalur komunikasi dan jaringan informasi. g. Efisiensi pelaksanaan pengawasan. Perhatian utama pengawasan ditujukan pada kegiatan-kegiatan yang mempunyai nilai strategik bagi organisasi sehingga apabila terjadi penyimpangan dari rencana, dampaknya bagi organisasi akan bersifat negatif yang akan berpengaruh pada kemampuan organisasi mencapai tujuan dan sasaran kegiatan. h. Pemahaman sistem pengawasan oleh semua pihak yang terlibat. Para manajer selaku pelaksana kegiatan pengawasan harus dapat menentukan pengawasan bagaimana yang dibutuhkan dan alat bantu yang perlu dikuasai dan dimiliki. i. Pengawasan mencari yang tidak beres. Pengawasan adalah merupakan usaha untuk mencari dan menemukan apa yang tidak beres dalam organisasi atau adanya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. j. Pengawasan harus bersifat membimbing. Apabila pada saat melakukan pengawasan ditemukan penyimpangan, siapa yang salah serta faktor-faktor penyebabnya, seorang manajer harus berani mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan bersifat membimbing, mendidik, objektif dan rasional.

8

2.5 Waktu Supervisi Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya adalah sebagai berikut: 1. Sebelum Pertukaran Shift (15-30 menit) a. Mengecek kecukupan fasilitas/peralatan/sarana untuk hari itu b. Mengecek jadwal kerja 2. Pada Waktu Mulai Shift (15-30 menit) a. Mengecek personil yang ada b. Menganalisa keseimbangan personil dan pekerjaan c. Mengatur pekerjaan d. Mengidentifikasi kendala yang muncul e. Mencari jalan supaya pekerjaan dapat diselesaikan. 3. Sepanjang Hari Dinas (6-7 jam) a. Mengecek pekerjaan setiap personil, dapat mengarahkan, instruksi, mengoreksi atau memberikan latihan sesuai kebutuhannya b. Mengecek kemajuan pekerjaan dari personil sehingga dapat segera membantu apabila diperlukan c. Mengecek pekerjaan rumah tangga d. Mengecek kembali pekerjaan personil dan kenyamanan kerja, terutama untuk personil baru e. Berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan, permintaan bantuan atau hal-hal yang terkait f. Mengatur jam istirahat personil g. Mendeteksi dan mencatat problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara

4.

5.

memudahkannya h. Mengecek kembali kecukupan alat/fasilitas/sarana sesuai kondisi operasional i. Mencatat fasilitas/sarana yang rusak kemudian melaporkannya j. Mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja k. Menyiapkan dan melaporkan secara rutin mengenai pekerjaan Sekali dalam sehari (15-30 menit) a. Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinu untuk 15 menit b. Melihat dengan seksama hal-hal yang mungkin terjadi seperti: Keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil barang, kesulitan pekerjaan dan lain sebagainya Sebelum Pulang a. Membuat daftar masalah yang belum terselesaikan dan berusaha untuk memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya b. Pikirkan pekerjaan yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya, kecukupan material dan peralatannya c. Lengkapi laporan harian sebelum pulang d. Membuat daftar pekerjaan untuk harinya, membawa pulang memperlajari di rumah sebelum pergi bekerja kembali

2.6 Supervisi dalam Keperawatan 9

Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang sudah dilakukan, refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan, dan kreatif dalam menigkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan melalui sarana pendukung yang ada. Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajer untuk memberikan dukungan, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai kelompok, individu atau tim. Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Sistem supervisi akan memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawat pelaksana mendapatkan promosi. Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk dari kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas. Kunci supervisi menurut Nursalam (2015) meliputi pra (menetapkan kegiatan, menetapkan tujuan dan menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan (menilai kinerja, mengklarifikasi permasalahan, melakukan Tanya jawab, dan pembinaan), serta pascasupervisi 3F (F-fair yaitu memberikan penilaian, feedback atau memberikan umpan balik dan klarifikasi, reinforcement yaitu memberikan penghargaaan dan follow up perbaikan). Supervisi keperawatan berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan sebagai suatu proses berkesinambungan yang dilakukan oleh manajer keperawatan atau pemimpin untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan seseorang, sehingga hal ini dapat meningkatkan kualitas kinerja melalui pengarahan, observasi dan bimbingan yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pelayanan. 2.7 Supervisor Keperawatan Depkes (2008) mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi di rumah sakit dapat dilakukan oleh: a) Kepala ruangan Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk klien. Kepala ruangan sebagai ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan keperawatan dan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan. 10

b) Pengawas perawatan Beberapa ruang atau unit pelayanan berada di bawah unit pelaksana fungsional (UPF). Pengawas bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang di UPF bersangkutan. c) Kepala seksi Beberapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi (Kasie). Kepala seksi mengawasi pengawas UPF dalam melaksanakan tugasnya secara langsung dan seluruh perawat secara tidak langsung. d) Kepala bidang Kepala bidang bertanggung jawab untuk supervisi kepala seksi secara langsung dan semua perawat secara tidak langsung. Jadi supervisi berkaitan dengan struktur organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab, siapa yang menjadi supervisor dan siapa yang disupervisi. Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) pelaksana dalam supervisi yaitu : 1) Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. 2) Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi 3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi artinya memahami prinsip pokok dan teknik supervisi. 4) Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter 5) Pelaksana supervisi harus memiliki waktu yang cukup, sabar, dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bawahan yang disupervisi. 

Supervisor yang efektif Karakteristik dari seorang supervisor yang efektif telah diidentifikasi oleh

Kilminster & Jolly (2000). Karakteristik tersebut mencakup kemampuan untuk : 1) Mengobservasi dan merefleksikan praktek keperawatan yang sudah dilakukan oleh perawat pelaksana. 2) Memberikan umpan balik yang konstruktif. 3) Mengajarkan pada perawat pelaksana tentang pemberian asuhan keperawatan yang aman melalui pelatihan dan pembimbingan. 4) Mengidentifikasi alternative pemecahan masalah. 5) Memotivasi perawat untuk meningkatkan kinerja. 11

6) Memberikan otonomi perawat pelaksana dalam melakukan praktik keperawatan. 7) Memberikan informasi yang jelas dan akurat. 8) Mengevaluasi supervisi yang dilakukan dan mengevaluasi respon perawat pelaksana terhadap pelaksanaan supervisi. 

Supervisor yang tidak efektif Perilaku supervisor yang tidak efektif menurut Kilminster dan Jolly meliputi :

1) Kaku atau kurang fleksibel dalam menghadapi permasalaahan yang muncul. 2) Rendah empati. 3) Kegagalan untuk memberikan dukungan. 4) Kegagalan untuk mengikuti kekhawatiran staf yang di supervisi. 5) Tidak memberikan suatu pengajaran. 6) Kurang toleransi terhadap masalah yang timbul. 7) Menekankan aspek evaluasi yang negative. 2.8 Kompetensi yang Dimiliki Supervisor Arwani (2005) mengemukakan bahwa seorang supervisor keperawatan dalam menjalankan tugasnya sehari-hari harus memiliki: a. kemampuan memberikan saran, nasehat, dan bantuan yang benar-benar dibutuhkan oleh staf dan pelaksana keperawatan. b. kemampuan dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja staf dan pelaksana keperawatan. c. kemampuan memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan. d. kemampuan dalam melakukan penilaian secara objektif dan benar terhadap kinerja keperawatan. Sementara itu, Bittel (1987, dalam Wiyana, 2008) mengemukakan 12

bahwa untuk menjadi supervisor yang baik, diperlukan kompetensi yang harus dimiliki dalam melaksanakan supervisi: a. Kompetensi pengetahuan (Knowledge Competencies), adalah kemampuan untuk mengetahui segala sesuatu mengenai pekerjaan baik berupa keluasan wawasan atau informasi terutama berkaitan dengan bidang profesinya. Kompetensi pengetahuan yang digunakan bertujuan agar seseorang dapat bekerja lebih baik. Seorang supervisor akan lebih sukses apabila dilandasi ilmu pengetahuan yang cukup. b. Kompetensi

entrepreneurial

(Entrepreneurial

Competencies),

adalah

kompetensi yang meliputi 2 bagian yaitu, orientasi efisiensi dan produktivitas. Orientasi efisiensi adalah kemampuan atau keinginan untuk melakukan pekerjaan dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu dan tenaga serta biaya) dengan cara menggunakan dan menggabungkan sumber daya yang ada (seperti penggunaan peralatan, dan lain-lain). Produktif artinya kemampuan untuk menghasilkan sesuatu. Seseorang harus memiliki inisiatif dalam mengembangkan diri dan lingkungannya melalui kreativitas misalnya menciptakan lingkungan kerja yang nyaman.

c. Kompetensi intelektual (Intelectual Competencies), adalah kemampuan dalam melaksanakan atau mengerjakan sesuatu berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Kemampuan ini meliputi tiga bagian penting yaitu: berfikir logis dengan mencari penyebab dari suatu kejadian; konseptual yaitu mampu untuk mengumpulkan informasi dan dapat membedakan hal-hal di luar konsep; keterampilan mendiagnosis yaitu mampu mengaplikasikan konsep dan teori ke dalam situasi dan kondisi kehidupan yang nyata. d. Kompetensi

sosioemosional

(Sosio-emotional 13

Competencies),

adalah

kemampuan untuk melakukan pekerjaan secara teliti termasuk mengambil suatu tindakan/keputusan secara matang. Kompetensi ini meliputi lima bagian yaitu: kepercayaan diri, mengembangkan rasa tanggung jawab dan menanamkan kedisiplinan, persepsi objektif (penilaian objektif), pengkajian diri

akurat

(kesediaan

untuk

dikritik)

dan

adaptasi

stamina

(ketabahan/kesabaran; keuletan/kegigihan). e. Kompetensi berinteraksi (Interpersonal Competencies), adalah kemampuan untuk bersosialisasi atau menjalin hubungan dengan orang lain. Kemampuan ini mencakup kepercayaan diri, pengembangan diri (kesediaan menerima usul), mempertahankan dan mempelajari semua perilaku atau respon terhadap kebijakan/keputusan organisasi serta mengelola proses kelompok dengan cara menunjukkan sikap keterbukaan, menghargai orang lain, memberikan reward/penghargaan). Dengan demikian kompetensi yang harus dimiliki supervisor dalam melakukan supervisi kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan adalah mempunyai pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan berdasarkan proses keperawatan. Kemampuan lain yang harus dimiliki adalah kemampuan menyampaikan informasi atau pengarahan, penilaian kualitas dokumentasi dan penerapan pendokumentasian (Wiyana, 2008). 2.9 Macam-Macam Supervisi Beberapa macam supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain: a. Konvensional Supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam menjalankan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi 14

negatif dari pelaksanaan pekerjaan

yang dilakukan perawat pelaksana

sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan. b. Ilmiah Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kesalahan atau masalah saja. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan dengan model ini memiliki karakteristik antara lain 1) dilakukan secara berkesinambungan, 2) dilakukan dengan prosedur, instrumen dan standar supervisi yang baku, 3) menggunakan data yang obyektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan, 4) menggunakan rating scale, check list, pedoman wawancara, 5) berkaitan erat dengan penelitian. c. Klinis Supervisi klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuhan keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan. d. Artistik Supervisi artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang akan disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungan antara perawat dan supervisor akan terbuka yang mempermudah supervisi. 2.10 Teknik supervisi Menurut Nursalam (2015) kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal yang bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan prioritas; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluar; (3) melaksanakan jalan keluar, (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya. Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik : 1) Langsung Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus memperhatikan hal berikut: a) Sasaran pengamatan

15

Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifak pokok dan strategis. b) Objektifitas pengamatan Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi dapat menganggu objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan. c) Pendekatan pengamatan Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak kesan negatif, misal rasa takut, tidak senang, atau kesan menganggu pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter. Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam melakukan supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan petunjuk dari supervisor tidak dirasakan sebagai suatu perintah, selain itu umpan balik dan perbaikan dapat dilakukan langsung saat ditemukan adanya penyimpangan (Suarli dan Bahtiar, 2009). 2) Tidak langsung Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan (Suarli dan Bahtiar, 2009). 2.11 Konsep Berubah dalam Keperawatan Perubahan pelayanan keperawatan mempunyai dua pilihan utama, yaitu mereka melakukan inovasi dan berubah atau mereka yang diubah oleh suatu keadaan dan situasi. Perawat harus mempunyai keterampilan dalam proses perubahan. Keterampilan pertama adalah proses keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan dalam menyelesaikan masalah yang sistematis dan konsisten dengan perencanaan perubahan. Keterampilan kedua adalah ilmu teoritis dan pengalaman praktik. Perawat harus diajarkan ilmu teoritis di kelas dan mempunyai pengalaman praktik untuk bekerja secara efektif dengan orang lain. Perubahan pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan dalam perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Bahkan, menjadi hal yang aneh atau tidak semestinya terjadi, apabila masyarakat umum dan lingkungannya terus-menerus berubah, sedangkan keperawatan yang merupakan bagian masyarakat tersebut tidak berubah dalam menata kehidupan profesi keperawatan. Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era global (millennium III). 16

Masyarakat ilmuwan dan professional keperawatan Indonesia melihat dan mempersiapkan proses profesionalisasi pada era global ini bukan sebagai suatu ancaman untuk ditakuti atau dihindari, tetapi merupakan tantangan untuk berupaya lebih keras memacu proses profesionalisasi keperawatan di Indonesia serta menyejajarkan diri dengan keperawatan di negara-negara lain. A. Teori-Teori Perubahan 1. Teori Kurt Lewin (1951) Lewin mengungkapkan bahwa perubahan dapat dibedakan menjadi 3 tahapan : 1) Pencairan (unfreezing) Motifasi yang kuat untuk beranjak dari keadaan semula. Merasa perlu untuk berubah dan berupaya untuk berubah, menyiapkan diri dan siap untuk berubah dan melakukan perubahan. 2) Bergerak (moving) Bergerak menuju keadaan yang baru atau tidak / tahap perkembangan baru, karena memiliki cukup informasi, serta sikap dan kemampuan untuk berubah. Pada tahap ini perawat berusaha mengumpulkan informasi dan mencari dukungan dari orang-orang yang dapat membantu memecahkan masalah. 3) Pembekuan (refresing) Telah mencapai tingkat atau tahap baru, mencapai keseimbangan baru. Tingkat baru yang dicapai harus dijaga untuk tidak mengalami kemunduran atau bergerak kembali pada tingkat atau tahap perkembangan semula. Tugas perawat sebagai agen berubah berusaha mengatasi orang-orang yang masih menghambat perubahan. Lewin juga (1951) mengidentifikasi beberapa hal dan alasan yang harus dilaksanakan oleh seseorang manajer dalam melaksanakan suatu perubahan, yaitu: 1. 2. 3. 4.

Perubahan hanya boleh untuk alasan yang baik Perubahan harus secara bertahap Semua perubahan harus direncanakan dan tidak secara drastis atau mendadak Semua individu yang terkena perubahan harus dilibatkan dalam perancanaan perubahan Alasan perubahan Lewin tersebut ada alasan yang dapat diterapkan pada setiap

situasi, yaitu: 17

1. Perubahan ditunjukan untuk menyelesaikan masalah 2. Perubahan ditunjukan untuk membuat proses kerja lebih efesien 3. Perubahan ditunjukan untuk mengurangi pekerjaan yang tidak penting 2. Teori Roger (1962) Roger 1962 mengembangkan teori dari Lewis 1951 tentang tiga tahap perubahan dengan menekankan latar belakang individu yang terlibat dalam perubahan dan lingkungan di mana perubahan tersebut di laksanakan. Roger 1962 menjelaskan lima tahap dalam perubahan,yaitu: kesadaran, keinginan, evaluasi, mencoba, dan penerimaan atau dikenal juga sebegai awareness, interes, evaluation, trial, adiption (AIETA). 3. Teori Lipitts (1973) Lipitts (1973) dalam husin (1999) mendefinisikan perubahan sebagai suatu yang direncanakan atau tidak direncanakan terhadap status quo dalam individu, situasi atau proses dan dalam perencanaan perubahan yang diharapkan, disusun oleh individu, kelompok, organisasi atau sistem sosial yang mempengaruhi secara langsung tentang status qou, organisasi lain atau situasi lain. Tidak seorang pun lari dari perubahan. Pertanyaannya adalah bagaimana seorang mengatasi perubahan tersebut? Kunci proses perubahan. Tujuh tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menentukan masalah. Pada tahap ini, setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan menghindari keputusan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan. Individu yang terlibat juga harus sering memikirkan dan mengetahui apa yang salah serta berusaha menghindari data data yang dianggap tidak

sesuai.

Setiap

orang

mempunyai

tanggung

jawab

untuk

selalu

menginformasikan tentang fenomena yang terjadi. Semakin banyak informasi tentang perubahan yang dimilikdi seorang manajer, maka semakin akurat data yang dapat diidentifikasi sebagai masalah. Semua orang yang mempunyai kekuasaan harus diikutkan sedini mungkin dalam proses perubahan tersebut. 2) Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan. Perubahan merupakan sesuatu yang mudah, tetapi keberhasilan perubahan dalam mencapai tujuan yang lebih baik akan memerlukan kerja keras dan 18

komitmen yang tinggi dari semua orang yang terlibat di dalamnya. Pada tahap ini, semua orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan, hambatan yang mungkin timbul, dan dukungan yang akan diberikan. Mengingat mayoritas praktik keperawatan berada pada suatu organisasi/instansi, maka struktur organisasi harus dikaji apakah peraturan yanyg ada, kebijakan, budaya organisasi, dan orang yang terlibat akan membantu proses perubahan atau justru menghambatnya. Fokus perubahan pada tahap ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang mendukung dan menghambat terhadap proses perubahan tersebut. 3) Mengkaji motivasi agen pembaru dan sarana yang tersedia. Pada tahap ini, diperlukan suatu komitmen dan motivasi manajer dalam proses perubahan. Pandangan manajer tentang perubahan harus dapat diterima oleh staf dan dapat dipercaya. Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengarkan masukan-masukan dari staf dan selalu mencari solusi yang terbaik 4) Menyeleksi tujuan perubahan. Pada tahap ini, perubahan harus sudah disusun sebagai suatu kegiatan secara operasional, terorganisasi, berurutan, kepada siapa perubahan akan berdampak, dan kapan waktu yang tepat untuk dilaksanakan. Untuk itu diperlukan suatu target waktu dan perlu dilakukan uji coba sebelum menentukan efektivitas perubahan 5) Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaru. Pada tahap ini, perlu ada suatu pemilihan seorang pemimpin atau manajer yang ahli dan sesuai di bidangnya. Manajer tersebut akan dapat memberikan masuk dan solusi yang terbaik dalam perubahan serta dia bisa berperan sebagai seorang mentor yang baik. Perubahan akan berhasil dengan baik apabila antara manajer dan staf mempunyai pemahaman yang sama dan memiliki kemampuan dalam melaksanakan perubahan tersebut. 6) Mempertahankan perubahan yang telah dimulai. 19

Sekali perubahan sudah dilaksanakan, maka harus dipertahankan dengan komitmen yang ada. Komunikasi harus terbuka dan terus dinformasikan supaya setiap pertanyaan yang masuk dan permasalahan yang terjadi dapat diambil solusi yang terbaik oleh kedua belah pihak. 7) Mengakhiri bantuan. Selama proses mengakhiri perubahan, maka harus selalu diikuti oleh perencanaarn yang berkelanjutan dari seorang manajer. Hal ini harus dilaksanakan secara bertahap supaya individu yang terlibat mempunyai peningkatan tanggung jawab dan dapat mempertahankan perubahan yang telah terjadi. Manajer harus terus-menerus bersedia menjadi konsultan dan secara aktif terus terlibat dalam perubahan.

Tabel 1.1 Perbandingan Perubahan Berdasarkan Tiga Teori Perubahan Lewin

Roger

Pencairan

Kesadaran

Lipitts  20

Mendiagnosis

Tertarik  Evaluasi

masalah Mengkaji kemampuan



berubah. Mengkaji agen

Mencoba

Pembekuan

Penerimaan

untuk motivasi

pembaru

berbagai Bergerak

motivasi,

dan

sumber



saran. Menetapkan

tujuan



perubahan. Menetapkan

peran



agen pembaru. Mempertahankan



perubahan Mengakhiri bantuan

B. Strategi Pembuat Perubahan Strategi pembuat perubahan dikelompokan menjadi 4 yaitu: memiliki visi yang jelas, menciptakan budaya organisasi tentang nilai-nilai moral dan percaya kepada oranglain, system komunikasi sesering mungkin secara jelas dan singkat, serta keterlibatan orang yang tepat. 1) Visi yang Jelas Visi ini merupakan hal yang sederhana dan utama, karena visi dapat mempengaruhi pandangan orang lain, misalnya visi J.F. Kennedy, “Menempatkan seseorang di bulan sebelum akhir abad ini”. Visi harus disusun secara jelas, ringkas, mudah, dipahami dan dilaksanakan setiap orang. 2) Iklim atau Budaya Organisasi yang Kondusif Menciptakan iklim yang kondusif dan rasa saling percaya adalah hal yang penting. Setiap perubuhan harus dicipatkan dalam suasana keterbukaan, kejujuran, dan secara langsung. Upaya yang harus ditanamakan dalam menciptakan iklim yang kondusif adalah: 1. Kebebasan untuk berfungsi secara efektif 21

2. 3. 4. 5.

Dukungan dari sejawat dan pinmpinan Kejelasan harapan tentang lingkungan kerja Sumber yang tepat praktik secara efektif Iklim organisasi yang terbuka

3) Sistem Komunikasi yang Jelas Singkat dan Berkesinambungan Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam setiap orang perlu mendapatkan penjelasan tentang perubahan untuk menghindari rumor atau informasi yang salah. Jika semakin banyak orang mengetahui keadaan, maka mereka semakin baik dan mampu memberikan pandangan ke depan. C. Kunci Sukses Strategi Untuk Terjadinya Perubahan Yang Baik Keberhasilan perubahan bergantung strategi yang diterapkan agen pembaru hal yang penting adalah harus memulainya 1) Mulai diri sendiri Perubahan dan pembenahan dari diri sendiri, baik sebagai individu maupun sebagai profesi merupakan titik sentral yang harus di mulai. Sebagai anggota profesi, perawat tidakakan pernah berubah atau bertambah baik dalam suatu tujuan profesionalisme jika perawat belum memulai pada diri sendiri. 2) Mulai dari hal hal kecil Perubahan yang benar untuk mencapai professional manajer keperawatan Indonesia tidak akan pernah berhasil, jika dimulai dari hal-hal kecil. Hal-hal kecil yang harus dijaga ditanamkan perawat Indonesia adalah menjaga citra keperawatan yang sudah membaik dihati masyarakat dengan tidak merusaknya sendiri. 3) Mulai Sekarang Jangan Menunda Lebih baik sedikit daripada tidak sama sekali, lebih baik dikerjakan sekarang daripada harus terus menunda. Manfaat kesempatan yang ad merupakan konsep keperawatan saat ini dan masa yang akan datang. D. Tahap Dan Pedoman Pengelolaan Perubahan Pengelolaan perubahan menjadi kompetensi utama bagi manajer perawat saat ini. Ketidakefektifan penerapan perubhanan akan berdampak buruk terhadap manajer, staf dan organisasi serta menghabiskan waktu dan dana yang sia sia. Pegawai ingin belajar perubahan dari pimpinan, Bolton dkk, (1992) menjelaskan sepuluh tahap pengelolaan perubahan organisasi sebagimana pada tabel 1.2 berikut.

22

Tahap

Penjelasan

1

Mendefinisikan tujuan perubahan dengan melakukan pengkajian kepada orang yang layak, menguji dokumen dan menulis bahan bahan yang sudah dikembangkan, serta secara konsisten mentap ke depan sesuai visi yang telah ditetapkan

2

Menyakinkan tentang kesesuaian tujuan perubahan dengan rencana strategis organisasi

3

Dimana tujuan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan orang lain akan dengan senang hati terlibat didalamnya

4

Menentukan

siapa

yang

kan

memimpin

perubahan.

Pemimpin

harus

mengomunikasikan visi secara efektif kepada setiap orang di masing masing tatanan jabatan organisasi dan berperan sebagai pelatih, mentor, pendengar dan pendukung kelompok kerja 5

Memfasilitasi komitmen semua pihak yang terlibat

6

Mengindentifikasi intrumen tujuan yang spefisik yang dapat digunakan sebagai tolak ukur pencapaian perubahan

7

Membangun suatu tim kerja yang solid. Tim kerja tersebut harus mempunyai tanggung jawab yang jelas, mampu berkumonikasi dengan yang lainnya, dan juga mampu melakukan negosiasi serta penyelesaian masalah

8

Melibatkan semua tim kesehatan yang turut serta dalam praktik keperawatan profesional kepada pasien. Tim tersebut harus mendukung dan terlibat dalam perubahan yang diharapkan oleh organisasi

9

Belajar dari kesalahan masa lalu untuk menghindari kesalahan yang sama

10

Ajarkan kepada kelompok kerja tentang proses interaksi perencanaan yang baik. Selalu mengebangkan suatu yang komprehensif dan mengkomunkasikannya secara terus menerus

E. Agen Pembaru Dalam perkembangan karier profesional, setiap individu akan terpanggil untuk menjadi agen pembaru. Menjadi agen pembaru menjadi hal yang sangat menarik dan 23

menyenangkan sebagai bagian dari peran profesional. Keadaan tersebut akan terjadi jika anda merespon setiap perubahan yang terjadi di sekeliling anda. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengintrol perilaku dan cara anda mengelola perubahan. Anda dapat memilih perilaku pionir, penjelajahan , seorang yang berpikir positif, atau seorang dengan motivasi tinggi. Anda dapat mengawali proses perubahan dengan mengurangi hambatan yang dimana bukan hal yang sulit apabila perawat dapat mengontrol prilaku yang akan menjadi pemimpin yang baik. Anda perlu menjadi bagian dari perubahan

dan tidak menjadi resistan

terhadap perubahan untuk menjdai seorang agen pembaru yang efektif. Agen pembaru berperan untuk menyeleksi setiap fenomena yang terjadi dan memilih hal hal yang akan diubah. Perubahan yang dipilih bukan hanya pada hal hal yang mudah sebagaimana orang bijak mengetakan “Siapa saja yang berhasil menyeberangi laut yang tenang tetapi keberhasilan

menyeberangi ombak akan

mendapatkan penghargaan yang sesngguhnya”. Setiap perubahan harus dihadapi dengan senang dan penuh humor. Yakinkan bahwa perubhanan adalah hal yang menantang dan menjadi agen perbaharu memang tidak mudah. Jika anda mengalami stress keadaan itu berdampak buruk kepada kesehatan anda sendiri dan tempat anda bekerja. Selalu berpikir ke depan daripada hanya merenungi hal hal yang sudah terjadi pada masa lalu (fix the past). Berpikir suatu cara terbaru dan kesempatan untuk melaksanankan perubahan. Belajar dari kesalahan, dan berpikir terus ke depan akan menjadi anda seorang agen yang sukses. Hal yang harus disadari adalah bahwa apa yang anda lakukan sekarang belum tentu dapat dipetik manfaatnya, oleh karena itu kesuksesan dalam perubahan harus disertai langkah langkah antisipasi untuk kesuksesan institusi di masa depan

24

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008). Seorang supervisor harus melakukan tugas rutin sesuai waktu yang telah ditentukan. Macam-macam supervisi terdiri dari konvensional, ilmiah, klinis, dan artistik. Adapun teknik pelaksanaan supervisi yaitu pengamatan langsung dan tidak langsung. Perubahan pelayanan kesehatan/keperawatan merupakan kesatuan dalam perkembangan dan perubahan keperawatan di Indonesia. Perubahan adalah cara keperawatan mempertahankan diri sebagai profesi dan berperan aktif dalam menghadapi era global (millennium III). Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan akan terus berubah karena masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat juga terus mengalami perubahan. 3.2 Saran Adapun saran penulis sebagai mahasiswa yang berada dijenjang pendidikan, yaitu menyarankan kepada pembaca agar makalah ini dapat dimengerti dan dipahami dengan 25

baik, sehingga kita dapat mengetahui tentang konsep supervisi keperawatan dan konsep berubah dalam keperawatan. Agar dapat menjadi pedoman buat kita sebagai perawat serta dapat kita aplikasikan di dunia kerja nanti.

DAFTAR PUSTAKA Arwani, Heru Supriyatno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC Githa, I Wayan. 2010. Manajemen Keperawatan. Denpasar: Poltekkes Depkes Denpasar Jurusan Keperawatan Nursalam. 2017. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika Triwibowo, Cecep. 2013. Manajemen Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit. Jakarta: TIM

26

Related Documents


More Documents from ""

Home Care Uts Pak Gama.docx
December 2019 16
Klp 1 Germas.pptx
April 2020 7
Lp Morbili.docx
October 2019 20
Pembahasan 1.docx
December 2019 21