Lp Fix Gea.docx

  • Uploaded by: Devy sekar
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Fix Gea.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,352
  • Pages: 20
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTROENTERITIS AKUT

A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. Definisi Gastroenteritis merupakan suatu peradangan yang biasanya disebabkan baik oleh virus maupun bakteri pada traktus intestinal (Guyton & Hall, 2006). Pada diare infeksius umum infeksi paling luas terjadi pada usus besar dan pada ujung distal ileum. Dimana pun terjadi infeksi, mukosa teriritasi secara luas, dan kecepatan sekresinya menjadi sangat tinggi. Selain itu, motilitas dinding usus biasanya meningkat berlipat ganda. Akibatnya, sejumlah besar cairan cukup untuk membuat agen infeksius tersapu ke arah anus, dan pada saat yang sama gerakan pendorong yang kuat akan mendorong cairan ini ke depan. Ini merupakan mekanisme yang penting untuk membebaskan traktus intestinal dari infeksi. Diare yang sangat menarik perhatian adalah yang disebabkan oleh kolera (kadang oleh bakteri seperti basilus kolon patogen). Toksin kolera secara langsung menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit yang berlebihan dari kripa Lieberkuhn pada ileum distal dan kolon. Jumlahnya dapat 10 sampai 12 liter per hari, walaupun kolon biasanya mengabsorpsi maksimum hanya 6-8 liter per hari. Oleh karena itu, kehilangan cairan dan elektrolit dapat begitu mengganggu beberapa hari sehingga dapat menimbulkan kematian. Gastroenteritis atau diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa lendir dalam tinja. Diare akut adalah diare yang timbul secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat (Mansjoer,dkk, 2000 dalam Wicaksono, 2011). Diare akut timbul secara mendadak dan berlangsung terus secara beberapa hari (WHO, 1992 dalam Wicaksono, 2011). Kehilangan cairan dan garam dalam tubuh yang lebih besar dari normal menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi timbul bila pengeluaran cairan dan garam lebih besar dari pada masukan. Lebih banyak tinja cair dikeluarkan, lebih banyak cairan dan garam yang hilang. Dehidrasi dapat diperburuk oleh muntah, yang sering menyertai diare (Andrianto, 1995 dalam Nurmasarim 2010). 2.

Penyebab

Ditinjau dari sudut patofisiologisnya, maka penyebab gastroenteritis akut (diare akut) ini dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu: a. Diare Sekresi (secretory diarrhoea), disebabkan oleh: 1). Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen: a. Infeksi bakteri misalnya Escherichia coli, Shigella dysentriae. b. Infeksi virus misalnya Rotavirus, Norwalk. c. Infeksi Parasit misalnya Entamoeba hystolitica, Giardiosis lambia. 2). Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan-bahan kimia, makanan, gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi.

b. Diare Osmotik (Osmotic diarrhoea), disebabkan oleh : 1. Malabsorbsi makanan (karbohidrat, lemah, protein, vitamin dan mineral). 2. KKP (Kekurangan Kalori Protein). 3. BBLR (Bayi Berat Badan Lahir Rendah) dan bayi baru lahir. (Suharyono dkk.,1994 dalam Wicaksono, 2011)

3. Faktor Predisposisi a. Lingkungan yang kurang bersih b. Makanan yang tidak higienis

4. Tanda dan Gejala Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut. Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat

menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang isotonik. Karena

kehilangan

bikarbonas,

perbandingan

bikarbonas

berkurang,

yang

mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang pusat pernapasan sehingga frekwensi nafas lebih cepat dan lebih dalam (kussmaul). Reaksi ini adalah usaha tubuh untuk mengeluarkan asam karbonas agar pH dapat naik kembali normal. Pada keadaan asidosis metabolik yang tidak dikompensasi, bikarbonat standard juga rendah, pCO2 normal dan base excess sangat negatif.

Gangguan

kardiovaskular pada hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tandatanda denyut nadi yang cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis. Karena kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun dan akan timbul anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul penyulit berupa nekrosis tubulus ginjal akut, yang berarti pada saat tersebut kita menghadapi gagal ginjal akut. Bila keadaan asidosis metabolik menjadi lebih berat, akan terjadi kepincangan pembagian darah dengan pemusatan yang lebih banyak dalam sirkulasi paru-paru. Observasi ini penting karena dapat menyebabkan edema paru pada pasien yang menerima rehidrasi cairan intravena tanpa alkali.

5. Patofisiologi Sebagian besar diare akut di sebabkan oleh infeksi. Banyak dampak yang terjadi karena infeksi saluran cerna antara lain: pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi dan reabsorbsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi,gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propia serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorbsi,dan apabila

tidak mendapatkan penanganan yang adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik. Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherichia coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau sitotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bisa melalui fekaloral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan moltilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dangangguan sirkulasi darah.

6. Komplikasi a. Dehidrasi b. Renjatan hipovolemik c. Kejang d. Bakterimia e. Malnutrisi f. Hipoglikemia g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok. b. Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit buruk, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. c. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis.

7. Pemeriksaan Khusus 1. Pemeriksaan laboratorium. a.

Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup,bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila memungkinkan. c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui pungsi ginjal. 2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,terutama dilakukan pada penderita diare kronik. 3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.

8. Penatalaksanaan/Terapi

a.

Pengobatan Cairan Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada penderita

diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan 1. Jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal Water Losses). 2. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung CWL (Concomitant water losses) (Suharyono dkk., 1994 dalam Wicaksono, 2011) Ada 2 jenis cairan yaitu: 1) Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral: a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit. b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lainlain, disebut CRO tidak lengkap. 2) Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi: a. Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah b. Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011). b. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV). c. Obat Anti Diare 1. Kelompok antisekresi selektif Terobosan terbaru dalam milenium ini adalah mulai tersedianya secara luas racecadotril yang bermanfaat sekali sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan menormalkan

sekresi

dari

elektrolit

sehingga

keseimbangan

cairan

dapat

dikembalikan secara normal. 2. Kelompok opiat Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi frekwensi diare.Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai 80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri obat ini tidak dianjurkan. 3. Kelompok absorbent Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat yang dapat merangsang sekresi elektrolit.

4. Zat Hidrofilik Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta, Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla, Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet. 5. Probiotik Kelompok probiotik yang terdiri dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan mengurangi/menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah yang adekuat.

B. KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian Fokus Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data,analisa data dan penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi,observasi, dan pemeriksaan fisik . Kaji data menurut Cyndi Smith Greenberg,1992 adalah : 1. Identitas klien. 2. Riwayat keperawatan. 2.1.Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh meningkat,anoreksia kemudian timbul diare. 2.2.Keluhan utama : Feses semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Turgor kulit berkurang,selaput lendir mulut dan bibir kering,frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer. 3. Riwayat kesehatan masa lalu. 4. Riwayat penyakit keluarga. 5. Pengkajian Pola Gordon (Pola Fungsi Kesehatan). 1. Persepsi Kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, higienitas pasien sehari-sehari kurang baik. 2.

Nutrisi

metabolic

:

diawali

dengan

mual,muntah,anopreksia,menyebabkan penurunan berat badan pasien. 3. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,BAK sedikit atau jarang. 4. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen yakni dibantu oleh orang lain.

5. Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman. 6. Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun kurang berkonsentrasi karena nyeri abdomen. 7. Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase sakit. 8. Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada penyakit. 9. Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan. 10.

Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang

berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki koping yang adekuat. 11. Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang sembahyang karena gejala penyakit.

6. Pemeriksaan fisik. - Inspeksi : mata cekung,ubun-ubun besar,selaput lendir,mulut dan bibir kering,berat badan menurun,anus kemerahan. - Perkusi : adanya distensi abdomen. - Palpasi : Turgor kulit kurang elastis - Auskultasi : terdengarnya bising usus.

7. Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan tinja,darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan eliminasi (BAB lebih dari normal) berhubungan dengan inflamasi, malabsorbsi usus, ditandai dengan peningkatan peristaltik usus, defekasi sering dan berair, nyeri abdomen. b. Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan intake kurang daripada output, kehilangan berlebih pada sistem GI melalui feses yang cair dan muntah ditandai dengan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, TTV tidak stabil (takikardi, hipotensi dan demam). c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia, status hipermetabolik ditandai dengan penurunan berat badan, peningkatan bunyi usus, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan. d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit volume cairan ditandai dengan turgor kulit buruk, iritasi kulit daerah perianal, kulit kemerahan. e. Ansietas berhubungan dengan psikologis berkaitan dengan proses penyakit

ditandai

dengan

gelisah,

takikardi,

ketakutan,

tidak

kooperatif. f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme pada saluran GI.

3. Rencana Asuhan (Tujuan, intervensi dan rasional)

1. Gangguan eliminasi (BAB lebih dari normal) berhubungan dengan inflamasi, malabsorbsi usus, ditandai dengan peningkatan peristaltik usus, defekasi sering dan berair, nyeri abdomen. a. Tujuan: – Bising usus dan peristaltik normal 5 – 35 kali per menit. – Defekasi normal 1 kali per hari atau 2 kali per hari. – Konsistensi feses padat dan lunak. b. Intervensi: – Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus. Rasional : Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode – Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat disamping tempat tidur. Rasional : Istirahat memutuskan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme. – Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan. Rasional : Menurunkan bau tidak sedap untuk menghindari malu pasien – Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, misalnya sayuran segar dan buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu. Rasional : Menghindari iritan, meningkatkan istirahat usus. – Mulai lagi pemasukan cairan per oral secara bertahap. Tawarkan minuman jernih tiap jam, hindari minuman dingin. Rasional : Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan atau menurunkan rangsang makanan/cairan. – Observasi demam, takikardi, letargi, leukosit, ansietas dan kelesuan. Rasional : Mengidentifikasi adanya proses infeksi/peradang

– Kolaborasi pemberian obat antikolinergik Rasional : Menurunkan motilitas/peristaltik GI dan menurunkan sekresi digestif untuk menghilangkan kram dan diare

2. Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi) berhubungan dengan intake kurang daripada output, kehilangan berlebih pada sistem GI melalui feses yang cair dan muntah ditandai dengan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, TTV tidak stabil (takikardi, hipotensi dan demam). a. Tujuan: – Masalah dehidrasi dapat teratasi/keseimbangan cairan pasien adekuat. – Turgor kulit baik. – Membran mukosa baik/lembab. – TTV stabil. b. Intervensi – Awasi masukan dan haluaran, karakter dan jumlah feses, perkiraan kehilangan yang tak terlihat, misalnya: berkeringat, ukur berat jenis urine, observasi oliguria. Rasional : Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan kontrol penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan. – Kaji TTV Rasional : Hipotensi, takikardi, demam dapat menimbulkan/menunjukkan respon terhadap kehilangan cairan. – Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit, pengisian kapiler lambat. Rasional : Menunjukkan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi. – Ukur berat badan tiap hari.

Rasional : Indikator cairan dan status nutrisi. – Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk adanya darah samar. Rasional : Diet tak adekuat dan penurunan absorbsi dapat menimbulkan defisiensi vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan. – Berikan cairan parenteral sesuai indikasi. Rasional : Mempertahankan penggantian cairan untuk memperbaiki kehilangan. – Awasi hasil laboratorium. Rasional : Menentukan kebutuhan penggantian dan keefektifan terapi. – Berikan obat sesuai indikasi. Rasional : Menurunkan kehilangan cairan dari usus.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrien dan anoreksia, status hipermetabolik ditandai dengan penurunan berat badan, peningkatan bunyi usus, konjungtiva dan membran mukosa pucat, menolak untuk makan. a. Tujuan: Pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien adekuat. b. Intervensi: – Timbang berat badan tiap hari. Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan diet – Dorong tirah baring dan atau pembatasan aktifitas selama fase sakit akut. Rasional : Menurunkan kebutuhan metabolik – Anjurkan istirahat sebelum makan.

Rasional : Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan. – Berikan kebersihan mulut. Rasional : Mulut yang bersih dapat menyenangkan rasa makanan. – Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan yang menyenangkan dengan situasi tidak terburu-buru. Rasional : Lingkungan yang menyenangkan menurukan stres dan lebih kondusif untuk makan. – Berikan obat sesuai indikasi. Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan.

4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan defisit volume cairan ditandai dengan turgor kulit buruk, iritasi kulit daerah perianal, kulit kemerahan. a. Tujuan: Integritas kulit pasien adekuat dengan kriteria hasil: – Turgor kulit baik. – Iritasi kulit daerah perianal teratasi. – Warna kulit daerah perianal sama dengan daerah sekitar. b. Intervensi: – Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi. Rasional : Area ini meningkat resikonya untuk kerusakan dan memerlukan pengobata lebih intensif. – Gunakan krim kulit 2 kali sehari setelah mandi. Rasional : Melicinkan kulit dan menurukan gatal – Diskusikan pentingnya mempertahankan aktivitas.

perubahan

posisi

sering,

perlu

untuk

Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan perfusi kulit dengan mencegah tekaan lama pada jaringan. – Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adekuat. Rasional : Perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi.

5. Ansietas berhubungan dengan psikologis berkaitan dengan proses penyakit ditandai dengan gelisah, takikardi, ketakutan, tidak kooperatif. a. Tujuan:

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

selama

proses

keperawatan, ansietas pasien hilang, dengan kriteria hasil: – Pasien tidak gelisah. – Denyut nadi normal. – Ketakutan berkurang/hilang. – Kooperatif. b. Intervensi: – Catat petunuk perilaku, misalnya gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik perhatian. Rasional : Merupakan indikator derajat ansietas atau stres. – Dorong menyatakan perasaan, berikan umpan balik. Rasional : Membantu pasien/orang terdekat dalam mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres. – Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain. Rasional : Validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres. – Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan. Rasional : Keterlibatan pasien dalam perencanaan keperawatan memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan ansietas.

– Berikan lingkungan yang tenang dan istirahat. Rasional : Memindahkan pasien dari stres. – Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan perhatian. Rasional : Tindakan dukungan dapat membantu pasien merasa stres berkurang memungkinkan energi untuk

ditujukan pada penyembuhan.

6. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan invasi mikroorganisme pada saluran GI. a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan, diharapkan tidak muncul infeksi, dengan kriteria hasil: – TTV stabil. – Tidak ada tanda-tanda infeksi. b. Intervensi: – Tempatkan pasien di ruang isolasi. Rasional : Tindakan ini dapat mengurangi resiko penyebaran infeksi. – Sediakan tempat cuci tangan khusus. Rasional : Mengurangi spread infection. – Sediakan pispot untuk BAB pasien. Rasional : Mencegah feses berserakan. – Hindarkan infant dan anak kecil memegang benda atau tempat diare yang terkontaminasi. Rasional : Mencegah penyebaran infeksi. – Instruksikan keluarga untuk selalu melakukan practise isolation khususnya mencuci tangan. Rasional : Mencegah penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification. United States of

America : Mosby.

Guyton & Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC Moorhead S, Johnson M, Maas M, Swanson, E. 2006. Nursing Outcomes Classification. United States of America : Mosby North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta : EGC. Nurmasari, Mega. 2010.

Pola Pemilihan Obat dan Outcome Terapi

Gastroenteritis Akut (GEA) Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta Januari - Juni Tahun 2008. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah. (http://etd.eprints.ums.ac.id/7681/) Ratnawati, Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Ny. J Dengan Gastroenteritis di Bangsal Anggrek RSUD Sukoharjo. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (etd.eprints.ums.ac.id/2886/1/J200050055.pdf) Wicaksono, Arridho D. 2011. Pemilihan Obat dan Outcome Terapi Gastroenteritis Akut Pada Pasien Pediatri di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2009. Jawa Tengah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. (etd.eprints.ums.ac.id/12642/1/COVER%2B_BAB_1.pdf). Winarsih, Biyanti D. 2011. Efektivitas Mutu Berbasis Praktek, Intervensi Peningkatan Multimodal Untuk Gastroenteritis Pada Anak. Jakarta. Universitas Indonesia. (www.fik.ui.ac.id/pkko/files/Tugas%20SIM%20UTS.pdf).

Zein, Umar., Sagala, Khalid H., Ginting, Josia. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.

Sumatra

Utara.

Universitas

Sumatra

Utara.

(repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../penydalam-umar5.pdf).

LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT

Oleh

Nama : Rahmawati NIM : P07120216081

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

.

JURUSAN KEPERAWATAN BANJARBARU 2018

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA

: RAHMAWATI

NIM

: P07120216081

JUDUL

: LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

PEMBIMBING AKADEMIK

PEMBIMBING KLINIK

Related Documents

Lp Fix Gea.docx
October 2019 24
Lp Tf Fix Jadi.docx
June 2020 6
Lp Ppi (fix).docx
November 2019 26
Lp Intan Fix Nutrisi.docx
November 2019 24

More Documents from "Isma Meliza Dewi"

Ibu Mahdalena.docx
November 2019 15
Lp Fix Gea.docx
October 2019 24
282871_formalin.pptx
June 2020 18