LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG KASUARI (PENYAKIT DALAM) RSD IDAMAN BANJARBARU
Dosen Pembimbing : Ns. Agustine Ramie, M.Kep
Oleh: Nama
: Intan Rosiana Sitorus
NIM
: P07120117056
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Intan Rosiana Sitorus NIM
: PO7120117056
Judul
: Laporan Pendahuluan Dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Di Ruang Penyakit Dalam Kelas I RSD Idaman Banjarbaru
Banjarbaru, 2 Januari 2019
Pembimbing Klinik
Pembimbing Akademik
.......................................
.......................................
Mengetahui, Kepala Ruangan
................................................
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RUANG PENYAKIT DALAM KELAS I RSD IDAMAN BANJARBARU
A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Dasar Nutrisi 1. Pengertian Kebutuhan Nutrsi Nutrisi adalah zat organic dan non organic penghasil energy yang dijumpai untuk pertumbuhan dan pemeliharaan seluruh jaringan tubuh dan fungsi normal seluruh proses tubuh (Brunner A. Suddart. 2002) Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahanbahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan zat-zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, serta keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit (Tarwato dan Watonah, 2015)
2. Anatomi Fisiologi a. Mulut Mulut merupakan bagian awal dari saluran pencernaan dan terdiri atas dua bagian luar yang sempit (vestibula), yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir, pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut. Didalam mulut, makanan dapat hancur sampai merata, dibantu oleh enzim amilase yang akan memecah amilum yang terkandung dalam makanan menjadi maltosa. Proses mengunyah ini merupakan kegiatan berkoordinasi antara lidah, gigi, dan otot-otot mengunyah. Didalam mulut, juga terdapat kelenjar saliva yang menghasilkan saliva untuk proses pencernaan dengan cara mencerba hidrat arang, khususnya amylase, melicinkan bolus sehingga mudah ditelan, menetralkan, dan mengencerkan bolus. b. Faring dan Esofagus Esofagus berfungsi sebagai saluran penghubung antara rongga mulut dan lambung. Dinding esofagus dilapisi oleh jaringan epitel berlpis pipih sepertiga bagian esofagus terdiri atas otot lurik, sedangkan dua pertiganya terdiri atas
otot polos. Didalam kerongkongan, makanan didorong
kearah lambung
dengan gerak peristaltik, yaitu gerak memijit dan mendorong ke satu arah. Selain itu, di kerongkongan, makanan juga dibungkus oleh cairan yang disebut mulkus. Mulkus berfungsi seperti pelumas yang melicinkan saluran kerongkongan. c. Lambung Lambung merupakan kantong yang terletak di dalam rongga perut sebelah kiri atas. Dinding lambung bagian dalam dilapisi oleh mukus atau lender untuk melindunginya dari asam lambung. Dinding lambung tersusun dari tiga lapis otot, yaitu otot memanjang (bagian luar), otot melingkar (bagian tengah), dan otot miring (bagian dalam). Otot-otot lambung bergerak secara peristaltic mengaduk dan mencampur makanan dengan getah lambung. Hasilnya, makanan menjadi berbentuk bubur yang disebut kimus. Kimus bersuasana asam karena mengandung HCL. d. Usus Halus Usus halus berbentuk seperti tabung dan tersusun atas vili-vili, otot melingkar, otot membujur lapisan mukosa, dan epitalum. Usus halus dibagi tiga yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). e. Usus Besar Makanan yang tidak diserap akan mengalami pembusukan oleh bakteri. Di usus besar juga terjadi penyerapan air. Usus besar dapat dibagi menjadi enam segmen, yaitu usus buntu (sekum), usus besar naik (kolon asenden), usus besar mendatar (kolontransversum), usus besar turun (kolon desenden), kolon sigmoid, dan poros usus (rektum). Dari usus besar, sisa-sisa makanan masuk ke rectum, kemudian dikeluarkan melalui anus.
3. Proses Pencernaan Makanan a. Pencernaan Secara Mekanik Pencernaan makanan secara mekanik lebih banyak terjadi dalam rongga mulut, yaitu melalui mekanisme pengunyahan (mastikasi). Makanan yang sudah berada di rongga mulut bercampur dengan saliva, kemudian dengan peranan gigi dan lidah akan dikunyah menjadi bagian yang lebih kecil. Makanan dikunyah rata-rata 20 sampai 25 kali, tergantung dari jenis makanan
yang sudah dikunyah selanjutnya masuk ke esofagos melalui proses menelan (deglutition). Menelan merupakan proses volunter, dimana makanan didorong ke belakang menuju jaring. Peristiwa ini mencestuskan serangkaian gelombang kontraksi imvolunter pada otot-otot faring yang mendorong makanan ke dalam esophagus. b. Pencernaan Secara Kimiawi Sejak berada dalam rongga mulut, makanan sudah dicerna secara kimiawi karena sudah bercampur dengan saliva yang mengandung dua jenis enzim pencernaan, yaitu lipase dan amylase. Pencernaan makanan secara kimia, mukus dan pepsin. Kemudian dihasilkan komponen karbohidrat, protein, dan lemak. Karbohidrat dicerna pada bagian badan lambung menjadi bagian yang lebih sederhana, yaitu monosakarida seperti glukosa, fraktosa dan galaktosa. Protein menjadi asam amin dan lemak, selanjutnyaakan diubah menjadi trigliserida yang tersusun atas tiga asam lemak.
4. Elemen-Elemen Nutrisi atau Zat Gizi Elemen nutrisi terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. a. Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi utama tubuh. Karbohidrat akan terurai dalam bentuk glukosa yang kemudian dimanfaatkan tubuh dan kelebihan glukosa akan disimpan di hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen. Fungsi karbohidrat bagi tubuh yaitu sumber energi yang murah, sumber energy utama bagi otak dan saraf, cadangan untuk tenaga tubuh, pengaturan metabolism lemak, efisiensi penggunaan protein, dan memberikan rasa kenyang. Sumber karbohidrat berasal dari makanan pokok, umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti beras, jagung, kacang, sagu, singkong, dan lain-lain. Sementara itu, karbohidrat pada hewani berbentuk glikogen. b. Protein Fungsi protein dalam tubuh yaitu sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, pengaturan metabolism dalam bentuk enzim dan hormone, sumber energi di samping karbohidrat dan lemak, dalam bentuk kromosom,
protein berperan sebagai tempat penyimpanan dan meneruskan sifat-sifat keturunan. Sumber protein terdiri dari dua yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani yaitu protein yang berasal dari hewan seperti susu, daging, telur, hati, undang, ayam, dan sebagainya. Sedangkan protein nabati yaitu protein yang berasal dari tumbuhan seperti jagung, kedelai, kacang hijau, tepung terigu, dan sebagainya. c.
Lemak Lemak berfungsi sebagai sumber energi, memberikan kalori di mana dalam 1 gram lemak pada peristiwa oksidasi akan menghasilkan kalori sebanyak 9 kkal. Lemak dalam tubuh juga berfungsi melarutkan vitamin sehingga dapat diserap oleh usus, untuk aktivitas enzim seperti fosfolipid, dan penyusunan hormone seperti biosintesis hormone steroid. Lemak berasal dari nabati dan hewani, lemak nabati mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh, seperti pada kacang-kacangan, kelapa, dan lainlain. Sementara itu, lemak hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai panjang, seperti pada daging sapi, kambing, dan lain-lain.
d. Vitamin Vitamin merupakan komponen organic yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh. Vitamin sangat berperan dalam proses metabolism dalam fungsinya sebagai katalisator. Vitamin dikelompokkan menjadi dua yaitu vitamin larut dalam air dan vitamin yang tidak larut dalam air. Vitamin larut dalam air seperti vitamin B kompleks, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B3 (Niasin), B5 (asam pantotenat), B6 (Piridoksin), B12 (kobalamin), asam folat, dan vitamin C. Jenis vitamin ini dapat larut dalam air sehingga kelebihannya akan dibuang melalui urine. Sedangkan vitamin yang tidak larut dalam air yaitu vitamin A,D,E,K.
5. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ketidakseimbangan Nutrisi a. Faktor fisiologis, merupakan faktor yang terkait dengan proses pencernaan atau intake makanan. b. Gaya Hidup dan Kebiasaan
Kebiasaan makan seperti waktu makan pada jam tertentu, makan bersama, cara penyajian makanan, jenis makanan pasien, jika mengalami perubahan, maka dapat memengaruhi selera dan intake makan. c. Budaya dan Keyakinan Adanya budaya dan keyakinan yang salah dalam lingkungan masyarakat tertentu dalam mengonsumsi makanan menimbulkan tidak adekuatnya status nutrisi. d. Kemampuan Ekonomi atau Tersedianya Dana Kemiskinan menimbulkan daya beli makanan menjadi berkurang dengan demikian intake makanan juga berkurang. e. Penggunaan Obat-Obat Tertentu Penggunaan obat-obatan dalam jangka lama menimbulkan komplikasi yang dapat menghambat intake makanan maupun absorpsi nutrient. f. Jenis kelamin Kebutuhan nutrisi laki-laki dengan perempuan berbeda. Hal ini berkaitan dengan mengingkatnya aktivitas, BMR, maupun besarnya massa otot. g. Pembedahan Keadaan luka dan proses penyembuhan luka, membutuhkan lebih banyak nutrien . Demikian juga pada pembedahan saluran pencernaan juga berpotensi tidak adekuatnya intake makanan. h. Kanker dan Pengobatan Kanker Pembedahan sel yang cepat membutuhkan energy yang banyak sehingga metabolism meningkat. Pengobatan kanker dengan kemoterapi mempunyai efek mual sehingga dapat mengurangi intake nutrisi. i. Penggunaan Alkohol Alkohol mempunyai efek tidak nafsu makan sehingga kebutuhan nutrisi akan berkurang. j. Status Psikologis Respons stress pada individu bereda, ada individu yang mengalami stress akan meningkatkan nafsu makan, namun ada juga sebaliknya tidak nafsu makan.
6. Masalah-Masalah yang Berkaitan dengan Ketidakseimbangan Nutrisi a.
Kelebihan Berat Badan atau overweight
Overweight merupakan kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat badan ideal. Untuk menentukan status overweight dipakai dengan ukuran Indeks Massa Tubuh (BMI atau IMT), serta dengan membandingkan perhitungan berat badan ideal Penyebab terjadinya overweight diantaranya faktor keturunan, perubahan pola makan, kurang aktivitas. b. Obesitas Merupakan kondisi di mana terjadi penimbunan lemak tubuh dalam jumlah yang berlebihan dalam tubuh sehingga berat badan jauh melebihi dari normal. c. Berat Badan Kurang (underweight) Under weight merupakan kondisi di mana berat badan kurang dari normal, yaitu kurang dari 10% dari berat badan ideal atau BMI kurang dari 18,5. Kondisi yang menyebabkan berat badan kurang adalah asupan nutrisi yang kurang seperti pembatasan makanan, ketidakmampuan menyediakan makanan.
7. Patofisiologi Proses pencernaan mulai dengan aktivitas mengunyah dimana makanan dipecah ke dalam partikel kecil yang dapat ditelan dan dicampur dengan enzimenzim pencernaan makan, atau bahkan melihat, mencium dan mencicipi makanan dapat menyebabkan reflex salivasi. Saliva adalah sekresi pertama kontak dengan makanan. Saliva disekresi dalam mulut melalui kelenjar saliva pada kecepatan kira-kira 1,5 L setiap hari. Saliva juga mengandung mukus yang membantu melumasi makanan saat dikunyah, sehingga memudahkan untuk menelan. Mudah terjadi bila kedua jaras eferen somatic dan visceral menyebabkan penutupan epigiotis, kontraksi diafragma mempunyai pylorus dan relaksi lambung diikuti oleh konstraksi peristaltic yang berjalan dari lambung tengah insisura dengan kontraksi abdomen diafragma, dan intercostal, muntah berkaitan dengan tanda dan gejala
cetusan
otonom.
Semu
ada
kaitan
dengan
gangguan
traktus
gastrointestinalis, terutama obstruksi, dengan obstruksi tinggi akut menyebabkan muntah diri. Kekacauan otonom,
obat-obatan gangguan psikogenik dan
penelanan bahan-bahan yang berbahaya merupakan penyebab lain yang sering.
Faktor-faktor yang mengurangi pasokan darah dan penghantar oksigen ke medulla (renjatan, oklusi vascular, peningkatan tekanan intracranial). Dapat menginduksi emesis. Obat-obat emerik menghasilkan efeknya melalui stimulasi sentral langsung atau dengan iritasi mukosa lambung. Pola muntah mendadak sering kali tanpa didahului mual, sangat kuat menunjukkan penyebab sentral. Konsekuensi muntah metabolic, dengan muntah hebat terjadi hipovolemia dan alkalosis metabolic serta deplesi natrium total (Linda Chandranata, 2000)
8. Manifestasi klinis Tanda dan gejala nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut buku saku diagnosa keperawatan NIC-NOC antara lain : a. Subjektif 1.) Kram abdomen 2.) Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit. 3.) Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan. 4.) Melaporkan perubahan sensasi rasa. 5.) Melaporkan kurangnya makanan. 6.) Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan. b. Objektif 1.) Tidak tertarik untuk makan. 2.) Diare. 3.) Adanya bukti kekurangan makanan. 4.) Kehilangan rambut yang berlebihan. 5.) Bising usus hiperaktif. 6.) Kurangnya minat pada makanan. 7.) Luka,rongga mulut inflamasi. Gejala Klinis 1.) Rasa enggan untuk makan 2.) Merasa tidak mampu untuk makan atau menelan makanan 3.) Menurunnya nafsu makan Kehilangan berat badan dan asupan makanan yang adekuat 9. Penatalaksaan
a. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak pada orang tua dan anggota keluarga. b. Melakukan pendekatan pada pasien dan keluarga dengan komunikasi yang efektif. c. Tidak boleh mengonsumsi makanan yang keras. d. Meningkatkan tirah baring dengan meningkatkan kenyamanan lingkungan dan anjurkan kepada pasien untuk banyak beristirahat. e. Melakukan pemeriksaan rutin ke rumah sakit atau ke klinik terdekat. f. Melakukan kolaborasi dengan dokter Secara garis besar penatalaksanaan pemenuhan kebutuhan nutrisi adalah : a. Perbaikan gizi b. Pengobatan tergantung faktor yang berperan dalam menimbulkan gejala c. Kolaborasi dengan medis d. Pemberian cairan parenteral e. Pemberian obat-obatan peroral maupun parenteral f. Pengaturan diet terprogram sesuai saran ahli gizi g. Penyuluhan tentang penyimpangan dan penyajian makanan
10. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium 1.) Glukosa darah b. Pemeriksaan Fisik Klinik 1.) TTV : - Keadaan umum - Tekanan darah - Denyut nadi - Pernafasan - Suhu tubuh - Status dehidrasi c. Pemeriksaan Tambahan 1.) EKG d. Diagnosis gizi e. Manajemen Klinis
1.) Rencana pengaturan diet
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi 1. Pengkajian Keperawatan a. Riwayat keperawatan dan diet. 1) Anggaran makan, makanan kesukaan, waktu makan. 2) Apakah ada diet yang dilakukan secara khusus? 3) Apakah ada penurunan dan peningkatan berat badan dan berapa lama periode waktunya? 4) Apakah ada status fisik pasien yang dapat meningkatkan diet seperti luka bakar dan demam? 5) Apakah ada toleransi makan atau minum tertentu? b. Faktor yang memengaruhi diet. 1) Status kesehatan. 2) Kultur dan kepercayaan. 3) Status sosial ekonomi. 4) Faktor psikologis. 5) Informasi yang salah tentang makanan dan cara berdiet. c. Keluhan utama. 1) Tidak nafsu makan, mual atau muntah. 2) Makan hanya sedikit atau kurang dari porsi yang disediakan. 3) Kelemahan fisik. 4) Penurunan berat badan. 5) Kesulitan menelan. d. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan fisik: apatis, lesu. 2) Berat badan: obesitas, kurus (underweight). 3) Otot: flaksia atau lemah, tonus kurang, tenderness, tidak mampu bekerja. 4) Sistem saraf: bingung, rasa terbakar, paresthesia, reflek menurun. 5) Fungsi gastrointestinal: anoreksia, konstipasi, diare, flatulensi, pembesaran liver atau limpa.
6) Kardiovaskular: denyut nadi lebih dari 100 kali/menit, irama abnormal, tekanan darah rendah atau tinggi. 7) Rambut: kusam, kering, pudar, kemerahan, tipis, pecah atau patah-patah. 8) Kulit: kering, pucat, iritasi, pethekie, lemak di subkutan tidak ada. 9) Bibir: kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, stomatitis, membran mukosa pucat. 10) Gusi: pendarahan, peradangan. 11) Lidah: edema, hiperemis. 12) Gigi: karies, nyeri, kotor. 13) Mata: konjungtiva pucat, kering, eksoftalamus, tanda-tanda infeksi. 14) Kuku: mudah patah. 15) Pengukuran antropometri: a) Berat badan ideal: (TB- 100) ± 10% b) Lingkar pergelangan tangan c) Lingkar lengan atas (MAC): (Nilai normal) Wanita : 28,5 cm pria
: 28,3 cm
d) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF): (Nilai normal) Wanita : 16,5-18 cm Pria : 12,5-16,5 cm e. Laboratorium 1) Albumin (nilai normal: 4-5,5 mg/100 ml) 2) Transferin (nilai normal: 170-25 mg/100 ml) 3) Hb (nilai normal: 12 mg %) 4) BUN (nilai normal: 10-20 mg/ 100 ml). 5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (nilai normal: laki-laki: 0,6-1,3 mg/ 100 ml, wanita: 0,5-1,0 mg/100 ml)
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (actual/risiko) (NANDA, 2012-2014)
1. Definisi: keadaan di mana intake nutrisi kurang dari kebutuhan metabolisme tubuh (NANDA, 2012). Kemungkinan berhubungan dengan: 1) Efek dari pengobatan 2) Mual atau muntah 3) Gangguan intake makanan 4) Radiasi atau kemoterapi 5) Penyakit kronis 6) Diet dan pembatasan makanan 7) Ketidakmampuan menelan 2. Kemungkinan data yang ditemukan: 1) Berat badan menurun 2) Kelemahan 3) Kesulitan makan 4) Nafsu makan berkurang 5) Hipotensi 6) Ketidakseimbangan elektrolit 7) Kulit kering, turgor kurang 8) Penurunan kesadaran 9) Sklera ikterik, konjungtiva anemis 10) Tonus otot kurang 11) Pantangan makan tertentu 12) Pemasangan alat nosagatric tube (NGT) 13) Hemoglobin, albumin kurang dari normal 3. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: 1) Anoreksia nervosa 2) AIDS 3) Pembedahan 4) Kehamilan 5) Kanker 6) Anemia 7) Marasmus 8) Penyakit hati kronis 4. Tujuan yang diharapkan
1) Terjadi peningkatan berat badan sesuai batasan waktu 2) Peningkatan status nutrisi
Intervensi 1.
Rasional
Kaji faktor yang mungkin menjadi
1.
penyebab kekurangan nutrisi.
Banyak
faktor
yang
memengaruhi
kekurangan nutrisi sehingga identifikasi faktor
penyebab
menjadi
penting
sebagai bahan intervensi. 2.
Tanyakan kebiasaan makan, pantangan
2.
Data untuk perencanaan makan pasien.
makan, alergi dan jenis makanan yang disukai. 3. Lakukan
pemeriksaan
fisik
seperti
3. Menentukan status nutrisi pasien
sclera, konjungtiva, kulit dan tonus otot 4. Timbang berat badan setiap hari jika memungkinkan 5. Kaji
intake
4. Berat badan merupakan salah satu indikator status nutrisi
makan
pasien
yang
disediakan
5. Ketidakseimbangan nutrisi penyebab utama
adalah
kurangnya
asupan
makanan 6. Kaji bising usus pasien, catat kekuatan dan frekuensi
6. Bising usus ditimbulkan karena adanya peristaltik usus. Pencernaan makanan dalam
usus
akan
normal
jika
mual
dan
berperistaltik normal. 7. Anjurkan pasien makan dengan porsi kecil tetapi sering sesuai dengan diet
7. Mengurangi
rasa
meningkatkan asupan nutrisi
yang diberikan 8. Jaga kebersihan lingkungan pasien
8. Lingkungan yang bersih dan nyaman meningkatkan selera makan
9. Tempatkan benda-benda yang dapat
9. Penempatan
urinal,
pispot
di
mengurangi selera makan pada tempat
lingkungan tempat tidur mengurangi
yang sesuai seperti urinal, pispot dan
nafsu makan.
lain-lain
10. Jaga kebersihan badan dan mulut
10. Meningkatkan selera makan
pasien b. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh (NANDA, 2012-2014) 1. Definisi: pasien dengan risiko atau aktual mengonsumsi makanan melebihi dari kebutuhan metabolisme tubuh (NANDA, 2012) Kemungkinan berhubungan dengan: a. Kelebihan intake b. Gaya hidup yang tidak sehat c. Perubahan kultur d. Psikologi untuk konsumsi tinggi kalori
2. Kemungkinan data yang ditemukan: a. Berat badan: 20% lebih berat dari badan ideal b. Pola makan yang berlebihan
3. Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada: a. Obesitas b. Hipotiroidisme c. Pasien dengan pemakaian kortikosteroid d. Imobilisasi yang lama e. Sindrom cushings f. Bulimia
4. Tujuan yang diharapkan adalah sebagai berikut: a. Teridentifikasinya kebutuhan nutrisi dan berat badan yang terkontrol b. Perencanaan kontrol berat badan untuk yang akan datang c. Tidak terjadinya penurunan berat badan yang berlebihan
Intervensi
Rasional
1. Identifikasi faktor penyebab kelebihan
1. Informasi awal dan dasar dalam
nutrisi
merencakan intervensi
2. Diskusikan
dengan
pasien
tentang
kelebihan makanan
2. Memfasilitasi
pasien
menentukan
faktor
untuk penyebab
kelebihan nutrisi dan menyelesaikan masalah atas kehendak sendiri 3. Lakukan pengukuran BMI
3. Menentukan derajat kelebihan nutrisi
4. Lakukan pengukuran berat badan setiap
4. Berat badan merupakan salah satu
tiga hari jika memungkinkan 5. Kolaborasi
dengan
tim
indikator status nutrisi pasien gizi
dalam
menentukan program diet yang sesuai
5. Gizi yang sesuai dengan kondisi pasien
sangat
menentukan
status
keseimbangan
intake
nutrisi pasien 6. Ukur asupan makanan dalam 24 jam
6. Menentukan
dengan kebutuhan nutrisi pasien 7. Buat program latihan dan olahraga
7. Aktivitas dan olahraga meningkatkan kebutuhan energi sehingga diharapkan terjadi keseimbangan negatif
8. Hindari
makanan
yang
banyak
mengandung lemak
8. Makanan menghasilkan
berlemak
banyak
energi
sehingga
menambah kelebihan berat badan 9. Berikan pendidikan kesehatan tentang
9. Meningkatkan
pengetahuan,
program diet yang benar dan akibat yang
memberikan
mungkin timbul jika kelebihan berat
mengurangi komplikasi
badan
informasi,
dan
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta.: Medication. Saputra, Dr. Lyndon. 2013.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Binarupa Aksara Tarwoto Sdan Wartonah. 2015.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan edisi 5. sJakarta:Salemba Medika