LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ‘AN’ R DIRUANGAN POLI INTERNA DI RSUD LABUANG BAJI
DISUSUN OLEH Evi Ashari 70300116028
CL LAHAN
(
CL INSTITUSI
)
(
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019
BAB I KONSEP DASAR MEDIS A. Defenisi
)
Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (Aedes albopictus dan Aedes aegypti) (Ngastiyah, 2014). DBD adalah penyakit virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya terutama adalah anak-anak berusia di bawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga orang dewasa terserang penyakit virus ini. Sumber penularan utama adalah manusia, sedangkan penularannya adalah nyamuk Aedes (Soedarto, 2009). DBD (Demam Berdarah Dengue) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe 1-4, dengan manifestasi klinis demam mendadak 2-7 hari disertai gejala perdarahan dengan atau tanpa syok, disertai pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombositopenia (trombosit kurang dari 100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih dari nilai normal (WHO, 2011) B. Etiologi DBD diketahui disebabkan oleh virus dengue Virus dengue merupakan RNA virus dengan nukleokapsid ikosahedral dan dibungkus oleh lapisan kapsul lipid. Virus ini termasuk kedalam kelompok arbovirus B, famili Flaviviridae, genus Flavivirus. Flavivirus merupakan virus yang berbentuk sferis, berdiameter 45-60 nm, mempunyai RNA positif sense yang terselubung, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 70 cC. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, DEN 4 ( yusoff, 2018 ) C. Patofisiologi Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yangakan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma.Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit,
trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi system komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati.(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419). D. Tanda Dan Gejala 1. Demam Demam tinggi yang mendadak, terus – menerus berlangsung selama 2 – 7 hari, naik turun (demam bifosik). Kadang – kadang suhu tubuh sangat tinggi sampai 400C dan dapat terjadi kejan demam. Akhir fase demam merupakan fase kritis pada demam berdarah dengue. Pada saat fase demam sudah mulai menurun dan pasien seajan sembuh hati – hati karena fase tersebut sebagai awal kejadian syok, biasanya pada hari ketiga dari demam. 2. Tanda – tanda perdarahan Penyebab perdarahan pada pasien demam berdarah adalah vaskulopati, trombosipunio gangguan fungsi trombosit serta koasulasi intravasculer yang menyeluruh. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan bawah kulit seperti retekia, purpura, ekimosis dan perdarahan conjuctiva. Retekia merupakan tanda perdarahan yang sering ditemukan. Muncul pada hari pertama demam tetepai dapat pula dijumpai pada hari ke 3,4,5 demam. Perdarahan lain yaitu, epitaxis, perdarahan gusi, melena dan hematemesis.
3. Hepatomegali Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari haya sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan. 4. Syok Pada kasus ringan dan sedang, semua tanda dan gejala klinis menghilang setelah demam turun disertai keluarnya keringat, perubahan pada denyut nadi dan tekanan darah, akral teraba dingin disertai dengan kongesti kulit. Perubahan ini memperlihatkan gejala gangguan sirkulasi, sebagai akibat dari perembasan plasma yang dapat bersifat ringan atau sementara. Pada kasus berat, keadaan umum pasien mendadak menjadi buruk setelah beberapa hari demam pada saat atau beberapa saat setelah suhu turun, antara 3 – 7, terdapat tanda kegagalan sirkulasi, kulit terabab dingin dan lembab terutama pada ujung jari dan kaki, sianosis di sekitar mulut, pasien menjadi gelisah, nadi cepat, lemah kecil sampai tidak teraba. Pada saat akan terjadi syok pasien mengeluh nyeri perut (Mansjoer, Arif & Suprohaita, 2009).
E. Klasifikasi DBD dibedakan menjadi 4 derajat, sebagai berikut : 1) Derajat I : demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan (uji turniket positif) 2) Derajat II : seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain 3) Derajat III : ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan lembab, gelisah 4) Derajat IV : ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak dapat diukur. (WHO, 2011) F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia (<100.000) dan hemokonsentrasi uji tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting. Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah hipoproteinemia, hiponatremia, dan hipokloremia. 2. Urine Ditemukan albuminuria ringan 3. Sumsum Tulang Gangguan maturasi 4. Serologi a. Uji serologi memakai serum ganda. Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi antidengue sebanyak minimal empat kali termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi (NT) dan uji dengue blot. b. Uji serologi memakai serum tunggal. Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang mengukur antibodi antidengue tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi antidengue dari kelas Ig M(1,2,4). (Mansjoer, Arif & Suprohaita, 2009). G. Komplikasi Komplikasi pasien DBD derajat III DAN IV 1. Kelainan hati 2. Gagal ginjal akut 3. Ensefalopati (Mansjoer, Arif & Suprohaita, 2009). H. Penatalaksanaan Tidak ada terapi spesifik untuk penderita Demam berdarah dengue, prinsip utama adalah terapi suportif. Dengan terapi suportif adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting dalam penanganan kasus DBD. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan suplemen cairan intravena untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi secara bermakna. (Elyas, 2013) I. Prognosis
Prognosis DHF ditentukan oleh derajat penyakit, cepat tidaknya penanganan diberikan, umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik. DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong. Angka kematian pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang, dan Jakarta memperlihatkan bahwa prognosis dan perjalanan penyakit DHF pada orang dewasa umumnya lebih ringan daripada anak-anak. Pada kasus- kasus DHF yang disertai komplikasi sepeti DIC dan ensefalopati prognosisnya buruk (Hadinegoro.dkk, 2009)
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian A. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, No. Rekam Medis, diagnosa medis. B. Riwayat Keperawatan 1. Keluhan Utama
:
Demam tinggi dan mendadak, perdarahan (petekie, ekimosis, purpura pada ekstremitas atas, dada, epistaksis, perdarahan gusi), kadang – kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran. 2. Riwayat Penyakit Sekarang
:
Badan panas, suhu tubuh tinggi secara mendadak dalam waktu 2 – 7 hari, terdapat bintik merah pada ektremitas dan dada, selaput mukosa mulut kering, epistaksis, gusi berdarah, pembesaran hepar, kadang disertai kejang dan penurunan kesadaran. 3. Riwayat Penyakit Dahul
:
Apakah
pernah menderita DHF, malnutrisi. 4. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada keluarga yang terserang DHF.
:
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
:
Apakah
lingkungan tempat tinggal sedang terserang wabah DHF. C. Pemeriksaan Fisik A. Keadaan Umum dan Tanda – Tanda Vital Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi; nadi cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
B. Sistem Tubuh a. Pernapasan Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 awal jarang terdapat gangguan pada sistem pernapasan kecuali bila pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga memerlukan pemasangan oksigen. Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan pharingitis karena demam yang tinggi, terdapat suara napas tambahan (ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat disertai penurunan kesadaran. b. Kardiovaskuler Anamnesa
: Pada
derajat 1dan 2 keluhan mendadak demam tinggi 2 – 7 hari, mengeluh badan terasa lemah, pusing, mual, muntah; derajat 3 dan 4 orang tua / keluarga melaporkan pasien mengalami penurunan kesadaran, gelisah dan kejang. Pemeriksaan fisik : Derajat 1 Uji torniquet positif,merupakan satu satunya manifestasi perdarahan. Derajat 2 terdapat petekie, purpura,ekimosis, dan perdarahan konjungtiva. Derajat 3 kulit dingin pada daerah akral, nadi cepat, hipotensi, sakit kepala, menurunnya volume plasma, meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, trombositopenia dan diatesis hemorhagic. Derajat 4 shock, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur. c. Persarafan
Anamnesa
: Pada
derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewelkarena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat kesadaran. Pemeriksaan fisik
:
Pada
derajat 1 dan 2 konjungtiva mengalami perdarahan, dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat kesadaran, gelisah, GCS menurun, pupil miosis atau midriasis, reflek fisiologis atau patologis sering terjadi. d. Perkemihan – Eliminasi Urinaria Anamnesa
:
Derajat 3 dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing. Pemeriksaan fisik
:
Produksi
urin menurun (oliguria sampai anuria), warna berubah pekat dan berwarna coklat tua pada derajat 3 dan e. Pencernaan – Eliminasi Fekal Anamnesa
: Pada
derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati, konstipasi. Pemeriksaan fisik
: Derajat 1
dan 2 mukosa mulut kering, hyperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat pembesaran hati dan nyeritekan, sakit menelan, pembesaran limfe, nyeri tekan epigastrium,hematemisis dan melena. f. Muskuloskeletal Anamnesa
: pada
derajat 1 dan 2 pasien mengeluh nyeri otot, persendian dan punggung, pegal seluruh tubuh, mengeluh wajah memerah, pada derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot / kelemahan otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama. Pemeriksaan fisik
:
Pada
derajat 1 dan 2 Nyeri pada sendi, otot, punggung dan kepala; kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat disertai tanda kesakitan, sedangkan derajat 3 dan 4 pasien mengalami parese atau kekakuan bahkan kelumpuhan. D. Data Penunjang
1. Hematokrit normal : PCV/ Hm= 3 X Hb sampai meningkat >20 %. 2. Trombositopenia, kurang dari 100.000/mm3. 3. Masa perdarahan dan protombin memanjang. 4. Ig G dengue positif. 5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, neutropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil. 6. SGOT / SGPT mungkin meningkat. 7. Ureum dan pH darah mungkin meningkat. 8. Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
Diangnosa Keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (viremia). 2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. 3. Ketidakseimbangan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan : mual, muntah, anoreksia. 4. Resiko / aktual kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah. 5. Ansietas berhubungan dengan perubahan / ancaman pada status kesehatan, ancaman kematian.
Rencana/ Intervensi Keperawatan No 1
Dx Hipertermia
Tujuan Dan Kriteria Hasl
Intervensi
Rasional
Tujuan : setelah diberikan 1. Monitor suhu R : Pola demam dapat asuhan keperawatan 3x24
pasien
membantu
dalam
jam hipertermi klien dapat
diagnosis; kurva demam
diturunkan.
lanjut lebih dari 4 hari
Dengan
kriteria hasil :
menunjukan
1.
yang lain.
Mendemonstrasikan
infeksi
suhu dalam batas normal 2.
Tidak
2. Anjurkan
mengalami
R : Peningkatan suhu
pasien untuk tubuh
komplikasi
mengakibatkan
banyak
penguapan
tubuh
minum
( meningkat
sehingga
lebih kurang perlu diimbangi dengan 2,5
liter/24 asupan
jam ).
cairan
yang
Pakaian
tipis
banyak.
R 3. Anjurkan untuk
:
membantu mengurangi
tidak penguapan tubuh.
memakai selimut
dan
pakaian yang tebal. 2
Nyeri
Tujuan : setelah diberikan 1. Kaji tindakan
asuhan
tingkat R : . Untuk mengetahui
nyeri
keoerawatan selama 3x24
dialami
jam
pasien
gangguan
nyaman
nyeri
berkurang,
rasa dapat 2. dengan
yang berapa berat nyeri yang dialami pasien
Berikan posisi
R : Posisi nyaman dan yang lingkungan
menunjukkan kriteria hasil
nyaman,
:1.
usahakan
Mengatakan
nyeri
hilang atau terkontrol.
situasi
1. Menunjukan relaksasi,
ruangan yang
dapat
tidur
atau
istirahat. 2. Menunjukan perilaku mengurangi nyeri.
tenang
mengurangi rasa nyeri.
tenang. 3.
Berikan
R
:
Menurunkan
tindakan
tegangan
kenyamanan.
meningkatkan istirahat
otot,
4. Kolaborasi : R : Analgetik dapat Berikan obat- menekan
atau
3
obat
mengurangi
analgetik
pasien.
nyeri
Ketidakseimba
Tujuan : setelah diberikan 1. Kaji keluhan R : Untuk menetapkan
ngan nutrisi
tindakan
asuhan
mual,
keoerawatan selama 3x24 jam
sakit caradan muntah yang
menelan,
dialami
gangguan
keseimbangan
mengatasinya
nutrisi 2. Berikan
R
dapat terpenuhi kembali,
makanan
dengan
yang mudah pasien
menunjukkan
kriteria
hasil
Mempertahankan
:
1. berat
:
Membantu
mengurangi
kelelahan dan
ditelan
meningkatkan
seperti bubur.
makanan
badan dan keseimbangan 3. nitrogen positif.
pasien
asupan
Berikan R : Untuk menghindari
makanan
dalam mual.
2. Menunjukkan perilaku porsi kecil dan untuk
meningkatkan/ frekuensi sering.
mempertahankan
R : Untuk mengetahui
berat 4. Catat jumlah / pemenuhan kebutuhan
badan
porsi
makanan
yang sesuai
yang dihabiskan oleh
pasien
setiap hari.
4
Resiko / aktual Tujuan : setelah diberikan 1. Kaji keadaan R : kekurangan
tindakan
volume cairan
keoerawatan selama 3x24 (lemah, jam
asuhan umum
resiko
volume
1.
dari
keadaan normal.
Observasi R : Agar dapat segera
menunjukkan kriteria hasil tanda-tanda syok. dilakukan :
untuk
serta penyimpangan
dapat tanda-tanda vital. dengan 2.
pasien
pucat, mengetahui
kekurangan takikardi)
cairan
terpenuhi
pasien dasar
Menetapkan data
tindakan
untuk menangani shock. Mempertahankan 3.
Anjurkan R :
. Asupan cairan
keseimbangan
cairan pasien
dibuktikan
untuk sangat diperlukan untuk
oleh banyak minum.
kelembapan
membran
mukosa, turgor kulit baik,
2. keluaran
volume
cairan tubuh. 4. Catat intake R : Untuk mengetahui
tanda vital stabil, dan dan secara individual
menambah
output keseimbangan cairan.
cairan. urine
5.
monitor R : hemokonsentrasi dan
adekuat, capilary refill
adanya
cepat.
dada
nyeri peningkatan tibatiba, agregrasi
dispnea,
mengakibatkan
sianosis,
pembentukan
kecemasan
sistemik.
platelet dapat
emboli
yang meningkat, kurang istirahat.
5
Ansietas
Tujuan : setelah diberikan 1. tindakan
Kaji
asuhan cemas
rasa R : Menetapkan tingkat yang kecemasan yang dialami
keperawatan selama 3x24 dialami pasien. jam
gangguan
dapat
hilang,
pasien
ansietas 2. Jalin hubungan R dengan saling
:
Pasien
bersifat
percaya terbuka dengan perawat.
menunjukkan kriteria hasil dengan pasien. : 1.
3. Beri kesempa R : Meringankan beban Melaporkan ansietas tan pada pasien pikiran pasien. menurun tingkat
sampai untuk yang
ditangani. 2. tampak rileks.
mengung
dapat kapkan perasaan nya. 4.
Berikan R : Mengetahui apa
informasi tentang yang diharapkan dapat proses
penyakit menurunkan ansietas.
dan
antisipasi
tindakan. 5.
Jadwalkan R
:
Membatasi
istirahat dan tidur kelemahan, menghemat adekuat .
energi,
dan
meningkatkan kemampuan koping.
DAFTAR PUSTAKA Babarah, T & Jauhar, M. (2013) . Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional Jilid I. Jakarta : Prestasi Pustaka. Elyas,T . (2013) Asuhan Keperawatan Pada Klien Tn. T Dengan Masalah Kesehatan Masyarakat Di Perkotaan : Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Melati Atas RSUP Persahabatan. Depok Hadinegoro, S.Sri Rezeki, Pitfalls And Pearls. (2009). Diagnosis Dan Tata Laksana Demam Berdarah Dengue, Dalam: Current Management Of Pediatrics Problem. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hal 63-72
Mansjoer, Arif. Triyanti, Kuspuji. Savitri, Rakhmi. Wardani, Wahyu Ika. Setiowulan, Wiwiek. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FK – UI Edisi Ketiga Jilid I. 1999. Hal 428 – 433. Ngastiyah, (2014). Demam Berdarah Dengue . Dalam Ilmu Kesehatananak. Jakarta : EGC. WHO, Regional Office For South East Asia (2011). Comprehensive Guidelines For Prevention And Control Of Dengue And Dengue Haemorrhagic Fever : Revised And Expanded Edition. SEARO Technical Publication Series No. 60. India 2 Yusoff,Y. (2018). Demam Berdarah Dengue . Denpasar
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS
DEMAM BERDARAH DENGUE PADA An ‘R’
DIRUANGAN PERAWATAN MAMMINASA BAJI DI RSUD LABUANG BAJI
DISUSUN OLEH Evi Ashari 70300116028
CL LAHAN (
CL INSTITUSI )
(
ROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2019
)
FORMAT PENGKAJIAN Nama Mahasiswa
: Evi Ashari
Nim
: 70300116028
REKAMAN ASUHAN
PENGKAJIAN AWAL KEPERAWATAN UMUM
KEPERAWATAN
RUANG RAWAT INAP MEDICAL BEDAH
A. Identitas Nama : An ‘R’
Ruang rawat : ruangan perawatan mamminasa baji
Umur : 1 tahun 5 bulan
No RM : 356540
Pendidikan : belum ada
Tanggal/jam masuk : 25-maret-2019 jam 12:00 siang
Pekerjaan : belum ada
Tanggal/jam pengambilan data : 25-maret-2019 jam
Suku : bugis makassar
18:20 malam
Agama : islam
Diangnosa masuk : DBD
Status perkawinan : belum kawin
Cara masuk : digendong neneknya
Alamat : BTN Restika blok E2, no 30
Pindahan dari : UGD
Sumber data : nenek kandung klien B. RIWAYAT KESEHATAN Keluhan utama : nenek klien mengatakan panas sejak 4 hari yang lalu Keluhan saat ini : nenek klien mengatakan klien panas, sakit kepala, nenek klien mengatakan lidah klien kotor, lidah klien tampak kotor, kontak mata klien nampak buruk. Nenek klien mengatakan pernah dirawat opname di RSUD LABUANG BAJI, dengan diagnose Febris sejak sebulan yang lalu, nenek klien mengatakan klien pernah melakukan pengobatan yaitu obat paracetamol. BB sebelum sakit : 8, 7 Kg, nenek klien mengatakan klien tidak pernah dioperasi sebelumnya. C. KEADAAN UMUM Kesadaran : CM, nenek klien mengatakan klien tidak tau penyakitnya namun neneknya seorang perawat juga.
16
D. KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN NYERI Suhu : 36,7 0C, klien nampak gelisah, nenek klien mengatakan klien mengalami nyeri kepala dengan skala 2, gambaran nyeri ringan, lokasi nyeri dibagian kepala, durasi 30 detik, frekuensi hilang timbul, respn emosional : klien nampak ketakutan, cara mengatasi nyeri, nenek klien mengatakan klien dianjurkan untuk tidur dan minum obat sanmol Masalah Keperawatan : Nyeri NUTRISI TB : 60 Cm.
KEBERSIHAN PERORANGAN
BB : 8 kg
Kebiasaan
Kebiasaan makan : 3 kali sehari, teratur
mandi : 2 kali sehari,nenek klien
mengatakan klien saat ini hanya di waslap 2 kali
Keluhan saat ini : nenek klien mengatakan klien sehari, cuci rambut : nenek klien mengatakan tidak nafsu makan., penampilan lidah nampak klien tidak pernah memakai sampo selama di kotor, porsi makan yang di habiskan saat sakit : rawat di RS, kebiasaan gosok gigi : 2 kali sehari. nenek klien mengatakan klien hanya memakan 3 Kebersihan badan : klien nampak bersih sendok dan tidak menghabiskan 1 porsi makanan. Keadaan rambut : rambut klien nampak bersih Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
Keadaan kulit kepala : nampak bersih Keadaan kuku: kuku klien nampak pendek dan bersih Keluhan saat ini : nenek klien mengatakan klien tidak mempunyai keluhan, Tidak terdapat luka bakar Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
CAIRAN
AKTIVITAS DAN LATIHAN
Kebiasaan minum : 1500 cc/hari, jenis air minum Aktivitas waktu luang : nenek klien mengatakan mineral dan susu formula.
klien sering bersepeda, hobby klien : klien suka
turgor kulit baik, punggung kuku nampak pink, bersepeda, klien tidak mengalami kesulitan pengisian kapilari ˂2 detik, konjungtiva tidak dalam bergerak, kekuatan otot baik. anemis, terpasang infus :Asering 20 tetes/ menit.
17
Keluhan saat ini : nenek klien mengatakan klien
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
tidak memiliki keluhan. Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
TIDUR DAN ISTIRAHAT
PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA
Kebiasaan tidur : malam 7 jam, siang 1 jam,
Refleksi baik, penglihatan baik, pendengaran
kebiasaan tidur : nenek klien mengatakan klien
baik, penciuman baik, perabaan baik.
tidur dengan nyenyak.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah KESEIMBANGAN DAN PENINGKATAN HUBUNGAN RESIKO SERTA INTERAKSI SOSIAL Klien belum kawin Orang pendudung : yaitu ibu dan nenek klien. Peran dalam struktur keluarga : anak Psikologi Klien nampak sedih, klien nampak gelisah, klien nampak ketakutan Masalah Keperawatan : kecemasan E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN 1. Bahasa dominan : klien menggunakan bahasa Indonesia, 2. Informasi yang telah diberikan : tim/petugas yang merawat klien, hak dan kewajiban klien 3. Masalah yang telah dijelaskan : obat-obatan yang diberikan Obat
Dosis
Waktu
Diminum secara teratur
Cefixime
3x1
Per 8 jam
Teratur
dexhametasone
3x1
Per 8 jam
Teratur
Tujuan obat
Obat anti bengkak
Factor resiko keluarga (tandai hubungan) : kakek klien memiliki penyakit jantung.
18
F. DATA GENOGRAM GI
5 5 5 G II 5 5 5 5 G III 5 8 5 KETERANGAN : 8 G I : kakek klien5 menderita penyakit jantung
G II : orang tua klien G III : klien penderita DBD, dan adik kandung klien : LAKI LAKI : PEREMPUAN : KLIEN : GARIS KETURUNAN : GARIS PERKAWINAN : GARIS SERUMAH
19
f e e e e f f
G. H. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG ( Diagnostik dan laboratorium)
Biokimia
Nilai normal
Hasil
HCT
Laki-laki : 40-50 0/C
36,0 0/C
Perempuan : 37-45 0/C MCV
80-96 FL
75,5 FL
MCH
27-31 pg
25,6 pg
PLT
150-400 x103/uL
117 x103/uL
MPV
Laki-laki : 6,1-8.9 FL
10,1 FL
Perempuan : 6,3-9,1 FL LED/BBS
Laki-laki : 0-10 mm/jam
38 mm/jam
Perempuan :0-15 mm/jam HB
12,29 Dl
I. J. PATOFISIOLOGI DAN PENYIMPANAN KDM Virus dengue yang telah masuk ke tubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplement sehingga terjadi komplek imun Antibodi – virus. Pengaktifan tersebut akan membentuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang PGE2di Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yangakan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi.Hipovolemi juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran plasma.Adanya komplek imun antibodi – virus juga menimbulkan Agregasi trombosit sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika shock tidak teratasi terjadi Hipoxia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi terjadi hipoxia jaringan. 20
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan tubuh manusia sebagai reaksi terhadap infeksi dan terjadi : (1) aktivasi system komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor pembekuan. Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati; trombositopenia; dan kuagulopati.
21
Penyimpanan KDM Arbovirus (dibawa oleh nyamuk aedes agegypti) Kebutuhan
Infeksi virus dengue (viremia)
Hipertermi
Oksigen ↑
Aktivasi system komplemen Membentuk dan melepaskan zat C3a dan C5a Permeabilitas membrane meningkat
Agregasi trombosit Trombositopenia
Kebocoran plasma ke
Kerusakan endotel
ekstravaskular
Pembuluh darah Aktivasi factor
Paru : Efusi pleura
pembekuan Perdarahan
Hepar :Hepatomegali
DIC
Abdomen : Asites
Syok Hipovolemia
Haemokonsentrasi : Sesak nafas, mual dan muntah
Gangguan perfusi jaringan
Anoreksia Meninggal
22
ANALISIS DATA No 1
Data DS :
Etiologi
Problem
DHF
Nyeri akut
1. nenek klien mengatakan panas sejak 4 hari yang lalu
Permeabelitas membrane
2. nenek klien mengatakan klien sakit
meningkat
kepala 3. nenek
klien
mengatakan
klien
Agregasi trombosit
mengalami nyeri kepala dengan skala 2
Trombosipenia
DO : 1. Klien nampak sedih
Aliran Darah tidak sampai di
2. klien nampak gelisah,
otak
3. nyeri P
: nyeri akibat sakit kepala,
bertambah
ringan
saat
Nyeri akut
tidur
gambaran nyeri kepala ringan Q : nyeri bersifat berdenyut R : nyeri kepala S : skala 2 T : durasi 30 detik, dan hilang timbul. 2.
DS :
DHF
1. nenek klien mengatakan panas sejak 4
Kurangnya informasi
hari yang lalu DO :
Pengetahuan kurang
1. kontak mata klien nampak buruk. 2. Klien nampak sedih,
Tidak mampu mengelolah
23
Ansietas
3. klien nampak gelisah,
mekanisme koping
4. klien nampak ketakutan Ansietas
PERUMUSAN PRIORITAS MASALAH 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (inflamasi) dibuktikan dengan gelisah dan frekuensi nadi meningkat 2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional dibuktikan dengan nampak gelisah, kontak mata buruk, ketakutan
FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Inisial Klien
: An ‘R’
Ruangan
: Perawatan Mamminasa Baji
No. RM
: 356540
No 1
Diagnose
Intervensi keperawatan
Keperawatan Nyeri akut
Observasi 1. Identifikasi
lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri. 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi factor yang memperberatdan memeperingan nyeri 4. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri 5. Monitor efek samping penggunaan analgesic Teraupeutik 1. Berikan teknik nonfarmokologis untuk mengurangi rasa nyeri 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
24
3. Fasilitas istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi peredaan nyeri
Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode,dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgesic secara tepat 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian analgesic jika perlu
2
Ansietas
Observasi 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (kondisi,warna, stressor) 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan Terapeutik 1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan 2. Pahami situasi pembuat ansietas 3. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan Edukasi 1. Jelaskan prosedur, termasuk sensani yang mungkin dialami 2. Anjurkan kepada keluarga untuk tetap bersama pasien 3. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan 4. Latih teknik relaksasi Kolaborasi 1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
25