Lp Dan Askep Revisi.docx

  • Uploaded by: Fatiha Izza Tuslamia
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Dan Askep Revisi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,095
  • Pages: 31
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA)

Disusun Oleh: KELOMPOK 5 Nikmawati Fatiha Izza Tuslamia Nurhikmah Nurul Fadhilah Ihzanuddin Nuraeni

(70300117001) (70300117010) (70300117018) (70300117028) (70300117037)

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

A. DEFINISI BPH merupakan penyakit degeneratif yang lebih sering terjadi kepada orang dengan usia lebih lanjut. Pada usia yang lanjut masalah yang mungkin muncul pada kasus BPH aklan lebih komplek karena psikologis yang menurun, ketahanan tubuh yang menurun. BPH adalah pembesaran

progresif dari kelenjar prostat (secara

umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan derajat obstruksi uretral dan pembatasan Benigna

Prostat

berbagai

aliran urinarius.

Hiperplasi (BPH)

adalah

pembesaran

jinak

kelenjar prostat, disebabkan oleh karena hiperplasi beberapa atau semua komponen prostat meliputi jaringan kelenjar/jaringan fibromuskuler yang menyebabkan penyumbatan uretra pars prostatika. Kelenjar prostat kira-kira berukuran dan berbentuk seperti kacang mente, kelenjar prostat terletak tepat di bawah leher kandung kemih, di belakang simfisis pubis, dan di depan rektum. Kelenjar ini mengelilingi uretra dan dipotong melintang oleh duktus ejakulatorius, yang merupakan kelanjutan vas deferens. Dengan pemeriksaan rectal, prostat dapat teraba berbentuk bulat dengan ulkus mediana atau kubah yang memisahkan kedua lobus, prostat harus teraba keras dan tidak teraba nodul dan massa. Dibawah ini adalah gambar prostat normal dan yang tidak normal.

Fungsi kelenjar prostat adalah mengeksresi cairan alkali yang mengandung asam nitrat, kalsium serta zat-zat lain. Selama ejakulasi, kapsula kelenjar prostat berkontraksi bersama dengan vas deferen dan vesika seminalis. Hasil akhir metabolisme sperma dan sekret vagina yang asam mengakibatkan cairan vas deferens relatif asam sehingga akan menghambat fertilitas dan motilitas sperma sedangkan sperma dapat bergerak optimum jika PH cairan sekitar 6-6,5, hal ini memungkinkan cairan prostat menetralkan keasaman cairan tersebut setelah ejakulasi sehingga akan meningkatkan pergeseran dan sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum.

B. KLASIFIKASI Menurut Rumahorbo (2000 : 71), terdapat empat derajat pembesaran kelenjar prostat yaitu sebagai berikut : 1.

Derajat Rektal Derajat rektal dipergunakan sebagai ukuran dari pembesarankelenjar prostat ke arah rektum. Rectal toucher dikatakan normal jika batas atas teraba konsistensi elastis, dapat digerakan, tidak ada nyeri bila ditekan dan permukaannya rata. Tetapi rectal toucher pada hipertropi prostat di dapatkan batas atas teraba menonjol lebih dari 1 cm dan berat prostat diatas 35 gram. Ukuran dari pembesaran kelenjar prostat dapat

menentukan derajat rectal yaitu sebagai berikut : a. Derajat O : Ukuran pembesaran prostat 0-1 cm b. Derajat I : Ukuran pembesaran prostat 1-2 cm c. Derajat II : Ukuran pembesaran prostat 2-3 cm d. Derajat III : Ukuran pembesaran prostat 3-4 cm e. Derajat IV : Ukuran pembesaran prostat lebih dari 4 cm Gejala BPH tidak selalu sesuai dengan derajat rectal, kadangkadang dengan rectal toucher tidak teraba menonjol tetapi telah ada gejala, hal ini dapat terjadi bila bagian yang membesar adalah lobus medialis dan lobus lateralis. Pada derajat ini klien mengeluh jika BAK tidak sampai tuntas dan puas, pancaran urine lemah, harus mengedan saat BAK, nocturia tetapi belum ada sisa urine. 2.

Derajat Klinik Derajat klinik berdasarkan kepada residual urine yang terjadi. Klien disuruh BAK sampai selesai dan puas, kemudian dilakukan katerisasi. Urine yang keluar dari kateter disebut sisa urine atau residual urine. Residual urine dibagi beberapa derajat yaitu sebagai berikut : a. Normal sisa urine adalah nol b. Derajat I sisa urine 0-50 ml c. Derajat II sisa urine 50-100 ml d. Derajat III sisa urine 100-150 ml e. Derajat IV telah terjadi retensi total atau klien tidak dapat BAK sama sekali. Bila kandung kemih telah penuh dan klien merasa kesakitan, maka urine akan keluar secara menetes dan periodik, hal ini disebut Over Flow Incontinencia. Pada derajat ini telah terdapat sisa urine sehingga dapat terjadi infeksi atau cystitis, nocturia semakin bertambah dan kadangkadang terjadi hematuria.

3.

Derajat Intra Vesikal Derajat ini dapat ditentukan dengan mempergunakan foto rontgen atau cystogram, panendoscopy. Bila lobus medialis melewati muara uretra, berarti telah sampai pada stadium tida derajat intra vesikal. Gejala yang timbul pada stadium ini adalah sisa urine sudah mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi infeksi semakin hebat ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, menggigil dan nyeri di daerah pinggang serta kemungkinan telah terjadi pyelitis dan trabekulasi bertambah.

4.

Derajat Intra Uretral Derajat ini dapat ditentukan dengan menggunakan panendoscopy untuk melihat sampai seberapa jauh lobus lateralis menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium ini telah terjadi retensio urine total.

C. ETIOLOGI Ada beberapa teori yang mengemukakan penyebab terjadinya hipertropi prostat antar lain : 1. Teori sel Stem (Isaacs 1984, 1987) Berdasarkan teori ini jaringan prostat pada orang dewasa berada pada keseimbangan antara pertumbuhan sel dan sel yang mati. Keadaan ini disebut Steady State. Pada jaringan prostat terdapat sel stem yang dapat berproli serasi lebih cepat sehingga terjadi hiperplasia kelenjar penuretral. 2. Teori Mc Neal (1987) Menurut Mc Neal pembesaran prostat jinak dimulai dari zona transisi yang letaknya sebelah proksimal dan spinater eksternal pada kedua sisi verumen tatum di zona periuretral. 3. Teori Di Hidro Testosteron (DHT) Testosteron yang diohasilkan oleh sel leyding jumlah testosteron yang dihasilkan oleh testis kira-kira 90% dari seluruh produksi testosteron. Sedang yang 10% dihasilkan oleh kelenjar adrenal. Sebagian besar

testosteron dalam keadaan terikat dengan protein dalam bentuk serum. Bendung hormon (SBH) sekitar 20% testosteron berada dalam keadaan bebas dan testosteron bebas inilah yang memegang peranan dalam proses terjadinya pembesaran prostat testosteron bebas dapat masuk ke dalam sel prostat dengan menembus membran sel ke dalam sitoplasma sel prostat sehingga membentuk DHT heseplar kompleks yang akan mempengaruhi asam RNA yang menyebabkan terjadinya sintyesis protein sehingga dapat terjadi profilikasi sel.

D. PATOFISIOLOGI Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron estrogen, karena produksi testoteron menurun dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa diperifer. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomik. Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher vesika dan daerah prostat meningkat, dan detrusor menjadi lebih tebal. Penonjolan serat detrusor kedalam kandung kemih dengan sistoskopi akan terlihat seperti balok yang disebut tuberkulasi. Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi otot dinding. Apabila kedaan ini berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi berkontraksi sehingga terjadi retensi urine. Biasanya ditemukan gejala obstruksi dan iritasi. Gejala obstruksi terjadi karena detrusor gagal berkontraksi sehingga kontraksi menjadi terputus.Gejala iritasi terjadi karena pengosongan kandung kemih yang tidak sempurna saat miksi atau pembesaran prostat yang menyebabkan rangsangan pada kandung kemih, vesika sering berkontraksi meskipun belum penuh. Apabila vesika menjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urine sihingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urine dalam kandung kemih dan timbul rasa tidak tuntas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada

suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi. Karena produksi urine terus terjadi maka vesika tidak mampu lagi menampung urine sehingga tekanan intra vesika terus meningkat melebihi tekanan tekanan sfingter dan obstruksi sehingga menimbulkan inkontinensia paradoks. Retensi kronik menyebabkan refluk vesiko-ureter, hidroueter, hidronefrosis dan gagal ginjal. Prose kerusakan ginjal dipercepat apabila terjadi infeksi. Sisa urine yang terjasi selama miksi akan menyebabkan terbentuknya batu endapan yang dapat menyebabkan hematuria, sistisis dan pielonefritis.

E. TANDA DAN GEJALA Gejala klinik dapat berupa : a. Frekuensi berkemih bertambah b. Nocturia c. Kesulitan dalam memulai (hesitency) dan mengakhiri berkemih d. Miksi terputus (hermittency) e. Urine masih tetap menetes setelah selesai berkemih (terminal dribbling) f. Pancaran miksi menjadi lemah (poor stream) g. Rasa nyeri pada waktu berkemih (dysuria) h. Rasa belum puas setelah miksi Gejala kilinis tersebut diatas dapat terbagi 4 grade yaitu : a. Pada grade I (congestif) 1. Mula-mula pasien berbulan-bulan atau bertahun-tahun susah kencing dan mulai mengedan. 2. Kalau miksi merasa tidak puas. 3. Urine keluar menetes dan puncuran lemah. 4. Nocturia. 5. Ereksi lebih lama dari normal dan libido lebih dari normal.

6. Pada Citoscopy kelihatan hiperemia dan orifreum urether internal lambat laun terjadi varises akhirnya bisa terjadi pendarahan (blooding). b. Pada Grade 2 (residual) 1. Bila miksi terasa panas 2. Nocturi bertambah berat 3. Tidak dapat buang air kecil (kencing tidak puas) 4. Bisa terjadi infeksi karena sisa air kencing 5. Tejadi panas tinggi dan bisa meninggal 6. Nyeri pad daerah pinggang dan menjalar keginjal. c. Pada grade 3 (retensi urine) 1. Ischuria paradorsal 2. Incontinential paradorsal d. Pada grade 4 1. Kandung kemih penuh. 2. Penderita merasa kesakitan. 3. Air kencing menetes secara periodik (overflow incontinential). 4. Pada pemeriksaan fisik yaitu palpasi abdomen bawah untuk meraba ada tumor kerena bendungan hebat. 5. Dengan adanya infeksi penderita bisa meninggal dan panas tinggi sekitar 40-41 C. 6. Kesadaran bisa menurun. 7. Selanjutnya penderita bisa koma

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Pemeriksaan radiologik seperti foto polos abdomen dan pielografi intravena. 2. USG transabdominal atau transrektal (transrectal ultrasonography), untuk mengetahui pembesaran prostat, menentukan volume buli-buli, mengukur sisa urine dan keadaan patologi lain (tumor, divertikel, batu).

3. Systokopi yaitu prosedur pemeriksaan dengan sebuah tabung fleksibel berlensa yang dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih dan kemudian untuk mempelajari kelainan dalam kandung kemih dan saluran kemih bawah. 4. IVP yaitu prosedur/tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan blass (vesica urinaria) menggunakan sinar-x dengan melakukan injeksi media kontras melalui vena. Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan pasien, media kontras akan mengikuti peredaran darah dan dikumpulkan dalam ginjal dan tractus urinaria, sehingga ginjal dan tractus urinaria menjadi berwarna putih. Dengan IVP, radiologist dapat melihat dan mengetahui anatomi serta fungsi ginjal, ureter dan blass. 5. Urinalisa dan Kultur urine.

G. PENYIMPANGAN KDM Factor predisposisi (usia, perubahan hormone) Retensi urine

Resiko Infeksi Pertambahan jumlah Port de entery

sel pada kel.prostatPenyempitan uretra

mikroorganisme H. Hipertropi prostat Menekan kearah uretra dan vesica urinaria Tindakan invasif (pembedahan,

Pembedahan pada

kateterisasi, irigasi

Prostat (Trans

VU)

Uretral Resection Prostatectomy /TURP) Luka operasi /

Misinterpretasi Kurang terpajang

Informasi

informasi tentang penyakit Kurang Perdarahan

Pengetahuan

Resiko Cedera

Koping inefektif

terputusnya jaringan Gangguan Pola

Reaksi peradangan

Tidur Pelepasan mediator kimia (histamin, bradikinin) Menganggu kenyamanan

Nyeri dipersepsikan

Nyeri

ansietas

Resiko Disfungsi Seksual

H. PENATALAKSANAAN a. Medik 1. Medikamentosa Terapi ini di indikasikan pada BPH dengan keluhan ringan, sedang, dan berat tanpa di sertai penyulit. Obat yang digunakan: 1) Phitoterapi : -

hipoxis rosperi

-

serenoa repens

2) Gelombang alfa bloker 3) Golongan supresor androgen 2. Pembedahan a) Indikasi : 1) Klien yang mengalami retensi urin akut. 2) Klien dengan residual urin > 150 ml. 3) Terapi medikamentosa tidak berhasil. b) Pembedahan dapat dilakukan dengan : 1) TURP (Trans Uretra Reseki Prostat) 2) Retro pubic/ekstravesikal prostatektomi 3) Perianal prostatektomi 4) Suprapubic / transvesikal prostatectomy 3. Alternative lain : Misalnya : - Kriyoterapi - Hipertermia - Termoterapi - Terapi ultrasonic

2. Keperawatan 1. Pengkajian 2. Diagnosa keperawatan 3. Intervensi 4. Implementasi 5. Evaluasi

BAB II ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Sirkulasi : peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal) 2. Eliminasi : penurunan kekuatan/dorangan aliran urine keragu-raguan berkemih awal. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih Nukturia, Disuria dan Hematurioa ISK berulang, riwayat batu (stetis urine) Konstipasi Massa pada di bawah abdomen. Nyeri tekan kandung kemih Hernia ingiunalis 3. Makanan dan Cairan : Anoreksia, mual, muntah, Penurunan berat badan. 4. Nyeri

: Nyeri supra pubis, nyeri panggul,punggung bawah.

5. Kecemasan

: Demam

6. Seksualitas

: Takut incontunesia atau menetes selama hubungan

seksual, Penurunan kontruksi ejakolansi, Pembesaran, nyeri tekan pada prostat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Retensi urine berhubungan dengan tekanan uretra tinggi blockage, hambatan reflek, spingter kuat. 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), trauma jaringan dan reflex spasme otot spingter ani sekunder akibat operasi. 3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur infasif. 4. Resiko cedera perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan. 5. Ansietas berhubungan denganfactor keturunan, stress, perubahan status kesehatan, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi. 6. Resiko tinggi disfungsi seksualberhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P.

7. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

keterbatasan

kognitif,

interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. 8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan tindakan pembedahan, adanya saluran infasif.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Retensi urine berhubungan dengan tekanan uretra tinggi blockage, hambatan reflek, spingter kuat. Tujuan : a. Berkemih dengan jumlah yang cukup tak teraba disertai kandung kemih. b. Menunjukkan residu pasca berkemih kurang dari 50 ml dengan tak adanya tetesan/kelebihan aliran. Intervensi : a. Dorong klien untuk berkemih tiap 2 sampai 4 jam. Rasional :

meminimalkan retensi urine berlebihan pada kandung

kemih. b. Observasi aliran urine. Perhatikan ukuran dari kekuatan. Rasional:

berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan

intervensi. c. Awasi dan catat waktu, jumlah tiap berkemih. Perhatikan penurunan pengeluaran urine dan perubahan berat jenis. Rasional:

retensi

urinr meningkatkan tekanan dalam saluran

perkemihan bagian atas yang dapat mempengaruhi ginjal. d. Anjurkan untuk minum air 3000 ml/hari. Rasional:

peningkatan aliran cairan mempertahankan perfusi

ginjal dan membersihkan ginjal, kandung kemih dari pertumbuhan bakteri. e. Lakukan kateterisasi dan perawatan parianal.

Rasional:

menurunkan resiko infeksi asendens.

f. Kolaborasi pemberian Obat anti spasmodik, suoasitoria rektal, antibiotic. Rasional :

menghilangkan spasme kandung kemih, sedangkan

antibiotik untuk melawan infeksi. 2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), trauma jaringan dan reflex spasme otot spingter ani sekunder akibat operasi. Tujuan dan Kriteria Hasil Noc Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan). b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri. Intervensi Nic a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. Rasional: Mengetahui sejauh mana masalah yang dihadapi. b. Observasi monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali. Rasional: Vital sign menjadi acuan peningkatan nyeri dan sebagai dasar intervensi selanjutnya. c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin. Rasional: Mengurangi skala nyeri dan memberikan rasa nyaman. d. Kolaborasi memberian analgetik untuk mengurangi nyeri. Rasional: Memberikan pengobatan yang sesuai. 3. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.

Tujuan dan Kriteria hasil Immune Status, Knowledge : Infection control, Risk control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi b. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi c. Jumlah leukosit dalam batas normal d. Menunjukkan perilaku hidup sehat e. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal Intervensi : a. Pertahankan sterilitas kateter Rasional: Mencegah masuknya kuman dan ter-jadinya infeksi. b. Periksa tanda-tanda vital Rasional:

Mengidentifikasi

perubahan

hemodina-mik

tubuh

yang

merupakan indikator perubahan status kesehatan. c. Kaji tanda-tanda infeksi Rasional: Mengantisipasi secara dini bila ada infeksi yang timbul, sehingga dapat ditangani lebih awal. d. Beri HE tentang sterilitas Rasional:

Klien memahami

sterilitas

sehingga

kooperatif dalam

pencegahan infeksi. e. Penatalaksanaan pemberian Antibiotik Rasional: Antibiotik bekerja mematikan bakteri patogen yang merupakan causa infeksi. 4. Resiko cedera perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan Tujuan : Tidak terjadi perdarahan. Kriteria hasil: a. Klien tidak menunjukkan tanda-tanda perdarahan. b. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

c. Urine lancar lewat kateter . Intervensi : a. Jelaskan pada klien tentang sebab terjadi perdarahan setelah pembedahan dan tanda-tanda perdarahan. Rasional: Menurunkan kecemasan klien dan mengetahui

tanda-tanda

perdarahan b. Irigasi aliran kateter jika terdeteksi gumpalan dalm saluran kateter. Rasional: Gumpalan dapat menyumbat kateter, menyebabkan peregangan dan perdarahan kandung kemih c. Sediakan diet makanan tinggi serat dan memberi obat untuk memudahkan defekasi. Rasional: Dengan peningkatan tekanan pada fosa prostatik yang akan mengendapkan perdarahan d. Mencegah pemakaian termometer rektal, pemeriksaan rektal atau huknah, untuk sekurang-kurangnya satu minggu. Rasional: Dapat menimbulkan perdarahan prostat e. Pantau traksi kateter: catat waktu traksi di pasang dan kapan traksi dilepas. Rasional: Traksi kateter menyebabkan pengembangan balon ke sisi fosa prostatik, menurunkan perdarahan. Umumnya dilepas 3-6 jam setelah pembedahan f. Observasi: Tanda-tanda vital tiap 4 jam, masukan dan haluaran dan warna urine. g. Rasional: Deteksi awal terhadap komplikasi, dengan intervensi yang tepat mencegah kerusakan jaringan yang permanen 5. Ansietas (kecemasan) berhubungan dengan factor keturunan, stress, perubahan status kesehatan, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi. Tujuan dan Kriteria hasil

Kontrol kecemasan, Koping Setelah dilakukan asuhan selama klien kecemasan teratasi dgn kriteria hasil: a. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas. b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas. c. Vital sign dalam batas normal. d. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. Intervensi : a. Bina hubungan saling percaya pada pasien atau keluarganya selalu ada di dekat pasien. Rasional: menunjukkan perhatian dan keinginan untuk membantu b. Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan terjadi contoh; kateter urine berdarah. Rasional: membantu pasien maemahami tujuan dari apa yang dilakukan dan mengurangi masalah kesehatan karena ketidaktahuan termasuk ketakutan akan kanker. c. Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah. Rasional: mendefenisikan masalah memberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan, memperjelas kesalahan konsep dan solusi pemecahan masalah. 6. Resiko tinggi disfungsi seksual berhubungan dengan ketakutan akan impoten akibat dari TUR-P. Tujuan : Fungsi seksual dapat dipertahankan Intervensi : a. Beri kesempatan pada klien untuk memperbincangkan tentang pengaruh TUR – P terhadap seksual. Rasional: Untuk mengetahui masalah klien.

b. Jelaskan tentang : kemungkinan kembali ketingkat tinggi seperti semula dan kejadian ejakulasi retrograd (air kemih seperti susu). Rasional: Kurang pengetahuan dapat membangkitkan cemas dan berdampak disfungsi seksual. c. Mencegah hubungan seksual 3-4 minggu setelah operasi. Rasional: Bisa terjadi perdarahan dan ketidaknyamanan d. Dorong klien untuk menanyakan kedokter salama di rawat di rumah sakit dan kunjungan lanjutan. Rasional: Untuk mengklarifikasi kekhawatiran dan memberikan akses kepada penjelasan yang spesifik. 7. Gangguan pola tidur berhubungan dengan tindakan pembedahan,adanya saluran infasif. Tujuan dan kriteria hasil: Anxiety Control, Comfort Level, Pain Level, Rest : Extent and Pattern, Sleep : Extent ang Pattern Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. gangguan pola tidur pasien teratasi dengan kriteria hasil: a. Jumlah jam tidur dalam batas normal b. Pola tidur,kualitas dalam batas normal c. Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat d. Mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur Intervensi: a. Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur b. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat c. Fasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca) d. Ciptakan lingkungan yang nyaman e. Kolaburasi pemberian obat tidur 8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi,

tidak mengetahui sumber-sumber informasi. Tujuan dan Kriteria hasil : Knowledge : disease process, Knowledge : health Behavior Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan. b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya. Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga. Rasional : untuk mengembangkan kepatuhan pasien dan keluarga b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat. Rasional : agar pasien dapat mengetahui gejala dari penyakitnya d. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat Rasional : untuk mengetahui penyebab penyakit pasien e. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat. Rasional : untuk menambahkan informasi dan pengetahuan klien dan keluarganya f. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan. Rasional : melakukan pengobatan yang sesuai

DAFTAR PUSTAKA

Brashers, Valentina L. 2016. Aplikasi Klinis Patofisiologi. Jakarta : ECG. Digiulio, Mary ., dkk. 2016. Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: KDT. Doenges, Marilyn E. (2018). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: ECG. Enggram, Barbara. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC. Hariyono, Rudi. 2017. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakrta: KDT. Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Herdman, T Heather,. Shigemi Kamitsuru. 2016. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: ECG. Mansjoer, Arif. (2016). Kapita Selekta Kedokteran Ed.3 Cet.1. Jakarta : Media Aesculapius. Nurjannah, Intansari,. Roxsana Devi Tumanggor. 2016. Nursing Interventions Classification. Yogyakarta: Mocco Media. Price, Sylvia Andrson. (2017). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC Smeltzer, Suzanne C. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC. Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2018). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI. Wilkinson,

Nancy

R.

2012, Buku

Saku

Diagnosis

Keperawatan:

DiagnosisNANDA,Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN REKAMAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS Nama : Tn.A Umur : 69 tahun Pendidikan : SMA sederajat Pekerjaan : Pensiunan Suku : Bugis Agama : Islam Status perkawinan : Menikah Alamat : Jl.H.M.Yasin Limpo Sumber Informasi : Pasien

PENGKAJIAN AWAL KEPERAWATAN UMUM DIRUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH Ruang Rawat : Ruang Interna No. Rekam Medik : 356011 Tgl/Jama Masuk : 25 Maret 2019 Tgl/Jam Pengambilan Data : 15.28 Diagnosa Masuk : Cara masuk : (√)Berjalan ( ) Kursi Roda ( ) Brankar Kiriman dari Poliklinik : Pindahan Dari : Perawat/Tim Yang Bertanggung Jawab :

B. RIWAYAT KESEHATAN Keluahan : Pasien mengatakan nyeri saat buang air kecil Utama Keluhan saat : Buang air kecil tidak lancar, ditemukan darah dalam urin, pasien ini merasa tidak puas setelah berkemih, dan selalu ingin berkemih terutama pada malam hari serta susah tidur. (√) Tidak pernah opname ( ) Pernah Opname dengan sakit : Di RS : Pernah Mendapat Pengobatan : (√) Tidak ( ) Ya : Yaitu : BB Sebelum Sakit : 62 kg Pernah Operasi : (√) Tidak ( ) ya Pasca Operasi Hari Ke : C. KEADAAN UMUM Kesadaran : (√) CM ( ) Somnolen ( ) Apatis ( ) Soporos Koma ()Koma Pasien Mengerti Tentang Penyakitnya : ( ) Tidak (√) Ya Pasca Operasi : D. KEBUTUHAN DASAR

RASA NYAMAN NYERI - Suhu : 37,40 C ( ) Gelisah (√ ) Nyeri ( ) Skala Nyari : 5 - Gambaran nyeri : Tertusuk-tusuk - Lokasi Nyeri : Abdomen Bawah - Respon Emosional : Meringis - Cara Pengatasi Nyari : Napas Dalam - Lain-lain : Masalah Keperawatan : Ö Nyeri CAIRAN AKTIVITAS & LATIHAN - Kebisaan minum : 2000CC/hari - Aktivitas waktu luang : Nonton Tv Jenis : Air Mineral Aktivitas/Hoby : Memancing - Turgor kulit : ( ) Kering ( ) Tidak elastic - Kesulitan bergerak : (√ ) Tidak ( ) Ya - Punggung kuku : Bersih - Kekuatan otot : Normal - Warna : Merah Muda - Keluhan saat ini : gerakan terbatas : ( √) Tidak ()Ya - Mata cekung : ( ) Tidak ( √ ) Ya : Ka/Ki - Pelaksanaan aktivitas : ( √ ) Mandiri ( ) - Konjungtiva : Anemis Parsial ( ) Total - Sklera : Normal - Jenis aktifitas yang perlu dibantu : Tidak ada - Edema : (√ ) Tidak ( ) Ya : Ka/Ki - Lain-lain : - Ssites : (√) Tidak ( ) Ya Spider Neavi : (√) Tidak ( ) Ya Minum per NGT : (√) Tidak ( ) Ya Terpasang dekopresi (NGT):(√) Tidak ( ) Ya : - Terpasang infuse : ( ) Tidak (√) Ya ……tts/menit - Lain-lain : Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan ELIMINASI OKSIGENIASI -

Kebisaan BAB : 1X/hari BAK : 2-3X/hari Menggunakan laxsan : (√) tidak ( ) ya. Menggunakan diuretic : (√) tidak ( ) ya. Keluahan BAK Saai ini : (√) Retensi urin ( ) inkontinensia urin (√) disuria ( ) Keseringan ( ) Urgensi ( ) Nocturia - Peristalti usus : ( ) kembung (√) tidak ada peristaltic ( ) Hiperperistaltik - Terpasang kateter urine : (√) Tidak ( ) ya - Lain-lain : -

-

Nadi :88X/menit Pernafasan : 20X/menit TD : 120/80HmHg Bunyi Nafas : Vesikular Respirasi : (√)TAK ( )Dispnea ( )Ronchi ( )stridor ( )Wheezing ( ) Batuk ( )hemoptisis ( )Sputum - Sputum : Tidak Ada - Sirkulasi oksigenasi : (√)TAK ( )Pusing ()Sianosis - Dada : (√) TAK ( ) retraksi dada ( ) nyeri dada ( )berdebar-debar ( )defisiensi trackhea

Masalah Keperawatan Ö Gangguan Eliminasi Urin TIDUR DAN ISTIRAHAT - Kebiasaan tidur : (√) Malam (√) Siang - Lama Tidur : Malam: 6 Jam - Siang : 1 jam - Kebiasaan tidur : dipengaruhi oleh factor selalu ingin berkemih terutama pada malam hari - Lain-lain : Masalah Keperawatan Ö Gangguan Pola Tidur NEOROSENSORIS - Rasa Ingin Pingsan/Pusing : (√) Tidak ( ) Ya - Stroke (gejala sisa) : - Kejang : (√) Tidak ( ) Ya - Status Mental : Terorientasi - Kesadaran : ( ) mengantuk ( ) letargi ( ) stupor ( ) koma ( √ ) kooperatif ( ) menyerang ( ) delusi ( ) halusinasi afek (gambarkan) : - Memori : saat ini masih bagus - Kaca mata: Ya kontak lensa : - Alat bantu dengar : (√) tidak ( ) ya - Ukuran/reaksi pupil : ka/ki - Facial drop : (√) tidak ( ) kaku kuduk - Genggaman tangan/lepas : Baik - Koordinasi : Baik reflex patella ka/ki : Baik - Reflex tendon dalam bisep/trisep: Baik Masalah Keperawatan

Bunyi Jantung : Normal - Riwayat penyakit : Tidak Ada - Lain-lain : Masalah Keperawatan

-

PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA Refleksi : (√) tidak ( ) kelumpuhan Penglihatan : (√) tidak ( ) masalah Pendengaran: (√) tidak ( ) masalah Penciuman : (√) tidak ( ) masalah Perabaan : (√) tidak ( ) masalah Lain-lain : -

Masalah Keperawatan KEAMANAN Alergi/sensitivitas : Perubahan system imun sebelumnya: Riwayat penyakit hubungan seksual : Perilaku resiko tinggi : Transfuse darah/jumlah : Riwayat cidera kecelakaan : Fraktur/dislokasi : Arthritis/sendi : Stabil Masalah punggung : Perubahan pada tahi lalat : Pembesaran nodus : Kekuatan umum : Baik Cara berjalan : Baik

Masalah Keperawatan

SEKSUALITAS (TIDAK DIKAJI) - Aktif melakukan hubungan seksual : ( ) tidak ( Pria ) ya - Rabes Penis : …………….gannguan Prostat :…………….… - Penggunaan kondom

- Masalah-masalah/kesulitan seksual - Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat. Wanita - Usia menarke : ……. Thn, lamanya siklus : …..hari - Durasi : ………… - Periode menstruasi terakhir : …… menopause: ….. - Rabas vagina :……. Perdarahan antar periode :……

- Sirkumsisi : ( ) tida ( ) ya _ Vasektomi : ( ) Tidak ( ) Ya - Melakukan pemeriksaan sendiri:…………………………….. - Payudara/testis : ……………………………………………… - Prostoskopi/pemeriksaan Prostat terakhir : ………………… Tanda ( Obyektif) Pemeriksaan ; ……………….payudara/Penis/Testis : ………… Kulit genetalia/Lest : ……………………………………………

Masala Keperawatan KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN RESIKO SERTA INTERAKSI SOSIAL - Lama perkawinan : Tidak dikaji - Sosiologis : ( ) tidak ( ) menarik diri (√) komunikasi lancar ( ) komunikasi tidak - Masalah-masalah kesehatan/stress : lancar - Orang Pendukung Lain : Istri dan Anak ( ) afasia ( ) isolasi diri ( ) amuk - Masalah-masalah Yang berhubungan Dengan Perubahan bicara : Penyakit/Kondisi : - Psikologis : (√) Tak ( ) gelisah ( ) - Adanya laringektomi : - Komunikasi verbal/nonverbal dengan Takut ( )Sedih( )Rendah diri ( )Hiperaktif ( )acu tak keluarga/orang terdekat lain : Baik acuh - Spiritual : (√) tak dibantu ( ) dibantu ( )marah ( )Mudah Tersinggung dalam beribadah ( ) merasa Kurang sempurna ( ) Eurofik ( ) spiritual distress ( ) tidak Sabar - Kegiatan keagamaan : Salat, dzikir, baca Al- Keputusan asaan : Qur’an - Ketidak berdayaan : - Lain-lain : - Lain-lain : Masalah Keperawatan E. PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN 1. Bahasa dominan (khusus) : Ô Buta huruf : Ô Keterbatasan kognitif 2. Informasi yang telah disampaikan : Ô pengaturan jam besuk / petugas yang merawat Ô lain-lain :

Ô Ketidakmampuan belajar khusus

Ô hak dan kewajiban klien

Ô tim

3. Masalah yang telah dijelaskan : Ô perawatan diri dirumah sakit Ô obat-obatan yang diberikan Obat yang diresepkan (lingkari dosis yang terakhir) : Obat Dosis Waktu Diminum secara teratur

Riwayat pengobatan, obat tanpa resep / obat-obatan bebas : Obat-obatan jalanan / jamu : Pemeriksaan fisik lengkap terakhir : 4. Factor resiko keluarga (tandai hubungan) : Ô diabetes mellitus Ô tuberculosis Ô penyakit jantung Ô stroke Ô TD tinggi Ô epilepsy Ô penyakit ginjal Ô kanker Ô penyakit jiwa Ô lain-lain F. DATA GENOGRAM

P

Ô lain-lain tujuan

Keterangan : G1 : Ibu dan ayah dari orang tua klien telah meninggal dunia G2 : Ibu dan ayah dari klien tidak memiliki riwayat infeksi saluran kemih G3 : Klien berusia 68 mengalami infeksi saluran kemih G. DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG (diagnostic & laboratorium) Lampirkan tanggal pemeriksaan H. PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN KDM

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KLASIFIKASI DATA No

Data subjektif

Data objektif

1.

Klien mengatakan nyeri saat buang air kecil

Klien tampak meringis

2.

Klien mengatakan buang air kecil tidak lancar

TD : 120/80 mmHg

3.

Klien mengatakan tidak puas setelah berkemih

N : 88x/menit

4.

Klien mengatakan selalu ingin berkemih pada

Napas ; 20x/menit

malam hari

Suhu : 37,4℃

5.

Klien mengatakan ada darah saat berkemih

TB : 170

6.

Klien mengaatakan susah tidur

BB : 60

7.

Skala nyeri : 5

PERUMUSAN PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN No

Diagnosa Keperawatan

1.

Gangguan pola tidur b/d keinginan buang air kecil saat malam hari

2.

Nyeri b/d infeksi saluran kemih

3.

Gangguan eliminasi urin b/d retensi urin

C. INTERVENSI KEPERAWATAN FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Inisial klien Ruangan No. RM N o

Diangnos a Keperawa tan

: Tn.A : Ruang Interna : 356011 Rencana Tindakan Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

1

Gangguan pola tidur b/d keinginan buang air kecil saat malam hari

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan pasien: 1. Tampak rileks dan tampak segar, 2. TTV dalam batas normal, 3. Pasien dapat tidur 8 jam setiap malam

1. Lakukan pengkajia n masalah gangguan tidur pasien, karakteris tik dan penyebab kurang tidur 2. Lakukan persiapan untuk tidur malam seperti pada jam 9 malam sesuai dengan pola tidur pasien

1. Memberika n informasi dasar dalam menentukan rencana keperawata n 2. Mengatur pola tidur

2

Nyeri b/d infeksi saluran kemih

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan pasien : 1. Tidak nyeri saat berkemih 2. Tidak tampak meringis

1. Identifika si lokasi, karakteris tik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,dan skala nyeri 2. Berikan teknik nonfarma kologi untuk menguran yi rasa nyeri 3. Anjurkan memonit or nyeri secara mandiri 4. Kolabora si dengan tenaga kesehatan lainnya dalam pemberia n analgetik jika perlu 5. Berikan antibiotic sesuai kebutuha n dan evaluasi keberhasi lannya

1. Membantu mengidentif ikasi dan menyevalua si tempat opstruki dan penyebab nyeri 2. Meningkatk an relaksasi dan menurunka n rasa nyeri 3. Membantu mengarahka n pasien dalam ngurangi nyeri 4. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri 5. Memudahk an berkemi sering dan membantu membersihk an saluran kemih

3

Gangguan eliminasi urin b/d retensi urin

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam diharapkan pasien : 1. Mengembali kan pola eliminasi pasien menjadi nomal 2. Memiliki pola eliminasi yang baik 3. Tidak terjadi gangguan berkemih

1. Identifika si tanda dan gejala retensi 2. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih 3. Kolabora si pemberia n obat supositori a uretra,jik a perlu

1. Retensi urin dapat menyebabk an distensi jaringan (kandung kemih/ginja l) 2. Memberika n informasi tentang fungsi saluran perkemihan dan adanya komplikasi 3. Pemberian obat dapat menghalang i tumbuhnya kuman dan peningkatan pengobatan inveksi saluran kemih

Related Documents


More Documents from "Candra Ayu"