Lp Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif 80%.doc

  • Uploaded by: Shirtflowerss
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif 80%.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 2,718
  • Pages: 18
LAPORAN SEMINAR BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

OLEH KELOMPOK IX: 1. Putu Rizka Arnelia

(17C10088)

2. Ni Luh Ariska Dewi

(17C10089)

3. Pande Ayu Monica Sari

(17C10090)

4. Kadek Sumiyanti

(17C10091)

5. Ni Wayan Ariskanithha

(17C10155)

6. Ni Kadek Putri Caniswari

(17C10156)

7. Ni Putu Ayu Krisnayanti

(17C10157)

8. Nita Perastiwi

(17C10158)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI 2019

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF

A. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar 1.1 Definisi Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito, Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar

manusia

yang

digunakan

untuk

kelangsungan

metabolism

sel

tubuhmempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ sel. 1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Organ Pernafasan (Suprapti, 2014) a. Rongga hidung Rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu sama lainnya dipisahkan oleh septum. Dinding rongga hidung dilapisi oleh mukosa respirasi serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu.mukosa tersebut menyaring, menghangatkan, dan melembapkan udara yang masuk melalui hidung.Vestibulum merupakan bagian dari rongga hidung yang berambut dan berfungsi menyaring partikel-partikel asing berukuran besar agar tidak masuk ke saluran pernapasan bagian bawah. b. Faring Faring (tekak) adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir sampai persambungannya dengan esophagus dan batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas tiga bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yakni nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring (di belakang laring). c. Laring Laring (tenggorokan) terletak diantara faring dan trachea.Laring disusun oleh 9 kartilago yang disatukan oleh ligamen dan otot rangka pada tulang hyoid di bagian atas dan trachea di bawahnya.Kartilago tiroid di bangun oleh dua lempeng besar yang bersatu di bagian anterior membentuk sebuah sudut seperti huruf v yang disebut tonjolan laryngeal. d. Trachea

Trachea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11 cm. Trachea terletak setelah laring dan memanjang ke bawah setara dengan vertebra thorakalis ke-5. Ujung trachea bagian bawah bercabang menjadi dua bronkus (bronkhi) kanan dan kiri.Trachea tersusun atas 1620 kartilago hialin berbentuk huruf c yang melekat pada dinding trachea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara.Kartilago ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang terjadi dalam sistem pernapasan. e. Bronchus Bronchus mempunyai struktur serupa dengan trachea.Bronkhus kiri dan kanan tidak simetris.Bronchus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya hampir vertical dengan trachea.Sebaliknya, bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan sudutnyapun lebih runcing. Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas di paru.Selain bronkiolus terminalis terdapat pula asinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat petukaran gas. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi alveoli dan sakus alveolus terminalis yang merupakan struktur akhir paru. Membran respiratorius pada alveoli umumnya dilapisi oleh sel epitel pipih sederhana.Sel-sel epitel pipih disebut dengan sel tipe 1). Makrofag alveolar bertugas berkeliling disekitar epitelium untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih dapat masuk ke permukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada sistem pernapasan. Sel lain yang ada dalam membran respiratorius adalah sel septal atau disebut juga dengan sel surfaktan dan sel tipe 2). Surfaktan terdiri atas fosfolipid dan lipoprotein.Surfaktan berperan untuk melapisi epitelium alveolar dan mengurangi tekanan permukaan yang dapat membuat alveoli kolaps. Tanpa adanya surfaktan, tekanan pada permukaan cenderung tinggi dan akhirnya alveoli akan menjadi kolaps. Apabila produksi surfaktan tidak mencukupi karena adanya injuri atau kelainan genetik (kelahiran prematur), maka alveoli dapat mengalami kolaps sehingga pola pernapasan menjadi tidak efektif.

f. Paru Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam rongga thoraks.Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.Paru kanan lebih besar dari paru kiri.Selain itu, paru juga dibagi menjadi 3 lobus, 1 lobus pada paru kanan dan 2 lobus pada paru kiri. Lobus-lobus tersebut di bagi menjadi beberapa segmen, yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada paru kiri. Proses patologis seperti atelectasis dan pneumonia sering kali terbatas pada satu lobus atau satu segmen saja. Oleh karena itu, pengetahuan anatomi segmen paru penting sekali bagi perawat saat melakukan fisioterapi dada.Fisioterapi dada dilakukan untuk mengetahui dengan tepat letak lesi dan akumulasi secret, sehingga perawat dapat menerapkan keahliannya dalam mengeluarkan secret saat drainase postural. g. Pleura Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membrane serosa yang di dalamnya mengandung cairan serosa.Paru terinvaginasi (tertekan dan masuk kedalam) lapisan ini, sehingga membentuk dua lapisan penutup.Satu bagian melekat kuat pada paru dan bagian lainnya pada dinding rongga thoraks.Bagian pleura yang melekat kuat pada paru disebut pleura viseralis dan lapisan paru yang membatasi rongga thorak disebut pleura parietalis. Fisiologis pernafasan (Surprapt (2014) Sistem pernafasan bisa juga disebut sistem respirasi yang berarti bernafas kembali.Sistem ini berperan menyediakan oksigen (O 2) yang diambil dari atmosferdan mengularkan karbondioksida dari sel-sel dalam tubuh menuju ke udara bebas. Sistem respirasi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru. Sistem saraf pusat memberikan dorongan ritmis dari dalam untuk bernafas dan secara refleks merangsang otot diafragma dan otot dada yang akan memberikan tenaga pendorong bagi gerakan udara. Proses pergerakan gas ke dalam dan ke luar paru dipengaruhi oleh tekanan dan volume. Bervariasinya volume paru bergantung pada beberapa keadaan seperti kehamilan, latiham, obesitas atau kondisi-kondisi mengenai

penyakit

obstruktif

dan

restriktif.

Faktor-faktor

seperti

jumlah

surfaktan,complains dan kelumpuhan dpat mempengaruhi tekanan dan volume paru. Proses pernafasan terdiri dari 3 bagian yaitu : 1) Ventilasi yaitu proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. 2) Difusi gas yaitu pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan karbondioksida di kapiler alveoli. 3) Transportasi gas yaitu proses pendistribusian antara oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan karbondioksida jaringan tubuh ke kapiler.

1.3 Faktor Predisposisi (Pendukung) Dan Presipitasi (Pencetus) 1. Faktor predisposisi a. Faktor Fisiologi 1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia. 2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada 3)

obstruksi saluran napas bagian atas. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu. 4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu

5)

hamil, oluka, dan lain-lain. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,

b.

penyalit kronik seperti TBC paru. Faktor Perkembangan 1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan 2)

surfaktan. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan

3)

akut. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran

4)

pernapasan dan merokok. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung

5)

dan paru-paru. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi

c.

paru menurun. Faktor Perilaku

1)

Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan

ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat

oksigen

berkurang,diet

yang

tinggi

lemak

menimbulkan

arterioklerosis. 2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen. 3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh 4)

darah perifer dan koroner. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan

d.

hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan. 5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat Faktor Lingkungan 1) Tempat kerja 2) Suhu lingkungan 3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.

2. Faktor presipitasi a. Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi b. Ingestan, yang masuk melalui mulut Contoh : makanan dan obat-obatan 1.4 Gangguan Terkait Gangguan Oksigenasi 1) Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas a. Etiologi Menurut (SDKI,PPNI,2017) etiologi dari bersihan jalan nafas tidak efektif : a). Spasme jalan nafas b). Hipersekresi jalan napas c). Disfungsi neuromuskuler

d). Benda asing dalam jalan napas e). Adanya jalan nafas bantuan f). Sekresi yang bertahan g). Hiperplasia dinding jalan napas b. Proses Terjadi sulitnya secret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan pernafasan tetap paten c. Manifestasi Klinis Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Objektif 1. Batuk tidak efektif 2. Tidak mampu batuk 3. Sputum berlebih 4. Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering 5. Mekonium dijalan napas Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Dispnea 2. Sulit bicara 3. Ortopnea Objektif 1. Gelisah 2. Sianosis 3. Bunyi nafas menurun 4. Frekuensi nafas berubah 2) Pola Nafas Tidak Efektif a. Etiologi Menurut (SDKI, 2016) penyebab dari pola nafas tidak efektif adalah: a). depresi pusat pernafasan b). hambatan upaya pernafasan c). deformitas dinding dada d). deformitas tulang dada e). gangguan neurologis f). obesitas g). posisib tubuh yang menghambat ekspansi paru b. Proses terjadi Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat yang membuat penderitanya mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif c. Manifestasi klinis Gejala dan Tanda mayor

Subjektif 1. dispnea Objektif 1. penggunaan otot bantu pernafasan 2. fase ekspirasi memanjang 3. pola nafas abnormal Gejala dan Tanda manor Subjektif 1. ortopnea Objektif 1. pernafasan pursed lip 2. pernafasan cuping hidung 3. diameter thoraks anterior posterior meningkat 4. ventilasi semenit menurun 3) Gangguan Pertukaran Gas a. Etiologi Menurut (SDKI, 2016) gangguan pertukar gas disebabkan oleh: a). ketidakseimbangan ventilasi perfusi b). perubahan membrane alveolus kapiler b.Proses Terjadinya Gangguan pertukaran gas terjadi karena kelebihan oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus kapiler c. Manifestasi Klinis Gejala dan Tanda mayor Subjektif 1. dyspnea Objektif 1. PCO2 meningkat atau menurun 2. PO2 menurun 3. Takikardia 4. pH arteri meningkat atau menurun 5. bunyi nafas tambahan Gejala dan Tanda Manor Subjektif 1. pusing 2. penglihatan kabur Objektif 1. sianosis 2. diaphoresis 3. gelisah 4. nafas cuping hidung 5. pola nafas abnormal 6. warna kulit abnormal 1.5 Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.

b. Pemeriksaan gas darah arteri Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi. c. Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler d. Pemeriksaan sinar X dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal. e. Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas. f. Endoskopi Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi. g. Fluoroskopi Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru. h. CT-SCAN Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal. 1.6 Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan Medis a. Pemantauan Hemodinamika b. Pengobatan bronkodilator c. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan. d. Penggunaan ventilator mekanik e. Fisoterapi dada B. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar

1. PENGKAJIAN a. Bersihan jalan napas tidak efektif 1). Data Subjektif 1) Sesak 2) Batuk bertahan 3) Tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas 4) Merasa ada suara nafas tambahan 2). Data Objektif 1) Tersengal-sengal dan pernafasan dangkal 2) Terdapat bunyi nafas tambahan 3) Bernafas dengan mulut 4) Nafas cuping hidung dan penggunaan otot bantu pernapasan 5) Tampak susah batuk b. Ketidakefektifan pola nafas 1). Data Subjektif 1) Nafas tersengal-sengan dan dankal

2) Merasa berat saat bernafas 2). Objektif 1) Irama nafas tdak teratur 2) Orthopnea 3) Pernafasan disritmik 4) Letargi c. Gangguan pernafasan gas 1). Data Subjektif 1) Pusing dan nyeri kepala 2) Susah tidur 3) Perasaan lelah dan gelisah 2). Data Objektif 1) Tampak Pucat 2) Gelisah 3) Perubahan nadi 4) Tampak lelah 2. DIAGNOSA Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah : a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (Nanda Nic Noc, 2015) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan : 1) Mukus yang berlebihan 2) Terpajan asap 3) Sumbatan jalan napas karena benda asing 4) Sekresi yang tertahan 5) Perokok pasif 6) Perokok b. Ketidakefektifan Pola Nafas (Nanda Nic Noc, 2015) Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan : 1) Ansietas 2) Posisi tubuh 3) Deformitas tulang 4) Deformitas dinding dada 5) Obesitas 6) Gangguan neurologis 7) Keletihan otot pernafasan cedera medulla spinalis c. Gangguan Pertukaran Gas (Nanda Nic Noc, 2015) Gangguan Pertukaran Gas berhubugan dengan : 1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 2) Perubahan membrane alveolus-kapiler 3. PERENCANAAN Diagnosa Keperawatan

Rencana Tujuan

Kriteria Hasil

Intervensi

Rasional

Ketidakefektifa

1) pasien tidak

Menunjukan

n bersihan jalan

sesak 2) pasien

jalan

nafas

mampu mengeluarkan dahak

1). Observasi 1).

nafas TTV Mengobservasi Untuk bersih suara TTV dapat mengetahui nafas screet, mengetahui kondisi dari suara kondisi dan perkembangan tambahan, perkembangan pasien, serta tidak ada pasien, serta untuk penggunaan untuk menentukan otot dalam menentukan tindakan yang nafas, tindakan yang akan di mampu akan di lakukan lakukan meletakkan selanjutnya. selanjutnya. 2). Memberikan pertukaran 2). Auskultasi terapi inhalasi jalan nafas. dada untuk dan latihan kreteria bunyi pernafasan serta nafas adanya batuk efektif screet. untuk Pernafasan memudahkan ronchi, pernafasan dan wheezing, membantu menunjukan pengeluaran tertahannya screet screet 3). Menganjurkan obstruksi jalan intoke nafas. 3). inhalasi

3000 Terapi dan

bersihan jalan nafas

serta

batuk efektif. Untuk memudahkan pernafasan dan

cairan cc/perhari

dapat membantu mengencerkan screet jika tidak ada kontraindikasi. 4). Berkolaborasi dalam pemberian

membantu

(nebulizer)

mengeluarkan

terapi

screet . 4).

dapat Catat

adanya denyut despnea,

dan

oksigen

mempermudah pengeluaran dan mencegah

gelisah,

pembentukan

distress

mocus tebal pada

pernafasan dan penguatan otot

brounkos

dan

membantu

bantu nafas. pernafasan. 5). Anjurkan 5). Memberi- kan injeksi cairan posisi semi 3000 folwer dapat cc/perhari jika meningkatkan tidak ada ekpansi paru kontraindekasi maksimal. . Dapat 6). Mencatat membantu

adanya

derajat

mengencerkan

disfersi, gelisah,

screet. distres tambahan, 6). Beri posisi dan pengguanaan yang nyaman otot bantu nafas. seperti posisi semi

fowler.

Memungkinka n ekpersi paru maksimal. 7). Kolaborasi indikasi tambahan (nebulizer) dan oksigen.

terapi

Kelembapan dapat mempermudah pengukuran dan mencegah pembentukan mocus pada

tebal breakus

dan membantu pernafasan. Ketidakefektifa

pola nafas

Memiliki RR 1).

n pola nafas

pasien efektif

dalam batas frekuensi

HE tentang gaya

normal

kedalaman

hidup

,mampu

pernafasan dan tekhnik bernafas

respirasi

ekspensi dada dan

relaksasi

dalam,

catat

memberi

memiliki

pernafasan

dada

Kaji 1).

upaya dapat pasien

tentang

benda. faktor

yang

secara

Untuk

simetris,

mengetahui

tidak

kecepatan

menggunaka

pernafasan dan

n

pasien,

pengetahuan pada

yang penggunaan

mengembang otot

Memberikan

terkait posisinya. 2). Mengkaji frekuensi

otot-otot despnea serta

kedalaman pernafasan ekpensi

dan dada

tambahan

peningkatan

dalam

untuk mengetahui kerja nafas. 2). Tinggikan kecepatan

bernafas.

kepala

dan pernafasan

dan

bantu

dispenea

serta

mengubah

meningkatkan

posisi. kerja nafas. 3). Duduk 3). Membantu tinggi

mengubah posisi

memungkinka n

dan meninggikan

eksposisi kepala

paru

pasien

dan meningkatkan

memudahkan

ekpensi paru dan

pernafasan. memudahkan 4). Berikan pernafasan. HE tentang 4). Berkolaborasi gaya

hidup dalam pemberian

sehat, tekhnik pengobatan dapat bernafas

dan mempercepat

relaksasi.

HE penyembuhan

dapat member dan memperbaiki pengetahuan pada

pola nafas.

pasien

tentang faktor yang

terkait

tentang posisinya. 5). Kolaborasi dalam pemberian pengobatan. Pengobatan mempercepat penyembuhan dan memperbaiki pola nafas Gangguan

Mempertahanka

Dapat

1).

Catat 1).

Mencatat

pertukaran gas

n pertukaran gas

bernafas

frekuensi,

frekuensi,

dengan

kedalaman,

kedalaman

mudah,

dan

kemudahan

memiliki

kemudahan

dalam

dan

bernafas

sirkulasi O2 dalam

dapat

dalam batas bernafas,

menunjukan

normal,

peningkatan

peningkatan

memiliki

kerja

P2CO2 P2O2

nafas konsevsi oksigen.

dan dapat

2).

dalam menunjukan

batas normal. peningkatan

Mengkaji

kegelisahan

dan

perubahan mental

konsevsi

atau

oksigen.

kesadaran, dapat

2).

tingkat

Selidiki menunjukan

lagi

peningkatan

kegelisahan

hiplesia

atau

dan perubahan implikasi. nasal

atau 3).

Memberikan

tingkat

terapi

kesadaran.

melalui

nasal,

Berikan masker

nasal

3).

oksigen

terapi oksigen untuk melalui nasal, memaksimalkan masker parsial kesediaan berdasarkan

oksigen

sedian oksigen khususnya khususnya

vertikulasi

vertikulasi

menurun.

menurun.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Pada tahap ini, dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di

mana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien. 5. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepweawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA Nanda

Internasional.

2018.

Diagnosa

Keperawatan

Definisi

dan

Klasifiksi.Jakarta:EGC. Nuratif, Amin Nuda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NOC-NOC. Jogjakarta:MediAction Jogja. Syaifuddin.H.2011. AnatomiFisologi.Jakarta:EGC.

Akumulasi secret berlebih WOC

Faktor lingkungan (udara, bakteri, virus, jamur) Masuk melalui saluran nafas atas

Terjadi infeksi dan proses peradangan

Hipersekresi kelenjar mukosa

Kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan Penyempitan saluran pernafasan Dispnea

Secret mengental di jalan napas

Gas darah arteri Keletihan otot abnormal pernafasan Hiperkapnia Hipoksemia

Gangguan penerimaan o2 dan pegeluaran co2

Obstruksi jalan nafas

Hipoksia Konfusi

GANGGUAN

Nafas cuping hidung

PERTUKARAN GAS

Pola pernafasan

Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi

Batuk yang tidak efektif Penurunan bunyi nafas Sputum dalam jumlah yang berlebih

Dispnea

Perubahan pola nafas

Fase ekspirasi

Suara nafas tambahan

memanjang

(ronchi,wheezing, crackles)

Ortopnea Penurunan kapasitas

KETIDAKEFEKTIFA

KETIDAK

paru

N BERSIHAN JALAN

EFEKTIFAN POLA

NAFAS jalajJALAN

NAFAS

NAFAS

Related Documents


More Documents from ""

Lp Oksigenasi 100%.docx
December 2019 22
1-100.docx
December 2019 14
Sap Pak Gung Hipertensi.docx
December 2019 16
71393_isi.docx
December 2019 12