LAPORAN SEMINAR BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
OLEH KELOMPOK IX: 1. Putu Rizka Arnelia
(17C10088)
2. Ni Luh Ariska Dewi
(17C10089)
3. Pande Ayu Monica Sari
(17C10090)
4. Kadek Sumiyanti
(17C10091)
5. Ni Wayan Ariskanithha
(17C10155)
6. Ni Kadek Putri Caniswari
(17C10156)
7. Ni Putu Ayu Krisnayanti
(17C10157)
8. Nita Perastiwi
(17C10158)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI 2019
LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
A. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar 1.1 Definisi Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigen adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolism sel tubuh, mempertahankan, dan aktivitas berbagai organ atau sel (Carpenito, Lynda Juall 2012). Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia
yang
digunakan
untuk
kelangsungan
metabolism
sel
tubuhmempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ sel. 1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan Organ Pernafasan (Suprapti, 2014) a. Rongga hidung Rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu sama lainnya dipisahkan oleh septum. Dinding rongga hidung dilapisi oleh mukosa respirasi serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu.mukosa tersebut menyaring, menghangatkan, dan melembapkan udara yang masuk melalui hidung.Vestibulum merupakan bagian dari rongga hidung yang berambut dan berfungsi menyaring partikel-partikel asing berukuran besar agar tidak masuk ke saluran pernapasan bagian bawah. b. Faring Faring (tekak) adalah pipa berotot yang bermula dari dasar tengkorak dan berakhir sampai persambungannya dengan esophagus dan batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas tiga bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yakni nasofaring (di belakang hidung), orofaring (di belakang mulut), dan laringofaring (di belakang laring). c. Laring Laring (tenggorokan) terletak diantara faring dan trachea.Laring disusun oleh 9 kartilago yang disatukan oleh ligamen dan otot rangka pada tulang hyoid di bagian atas dan trachea di bawahnya.Kartilago tiroid di bangun oleh dua lempeng besar yang bersatu di bagian anterior membentuk sebuah sudut seperti huruf v yang disebut tonjolan laryngeal. d. Trachea
Trachea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan panjang 11 cm. Trachea terletak setelah laring dan memanjang ke bawah setara dengan vertebra thorakalis ke-5. Ujung trachea bagian bawah bercabang menjadi dua bronkus (bronkhi) kanan dan kiri.Trachea tersusun atas 1620 kartilago hialin berbentuk huruf c yang melekat pada dinding trachea dan berfungsi untuk melindungi jalan udara.Kartilago ini juga berfungsi untuk mencegah terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan tekanan udara yang terjadi dalam sistem pernapasan. e. Bronchus Bronchus mempunyai struktur serupa dengan trachea.Bronkhus kiri dan kanan tidak simetris.Bronchus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya hampir vertical dengan trachea.Sebaliknya, bronchus kiri lebih panjang, lebih sempit dan sudutnyapun lebih runcing. Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah menghantarkan udara ke tempat pertukaran gas di paru.Selain bronkiolus terminalis terdapat pula asinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat petukaran gas. Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi alveoli dan sakus alveolus terminalis yang merupakan struktur akhir paru. Membran respiratorius pada alveoli umumnya dilapisi oleh sel epitel pipih sederhana.Sel-sel epitel pipih disebut dengan sel tipe 1). Makrofag alveolar bertugas berkeliling disekitar epitelium untuk memfagositosis partikel atau bakteri yang masih dapat masuk ke permukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir pada sistem pernapasan. Sel lain yang ada dalam membran respiratorius adalah sel septal atau disebut juga dengan sel surfaktan dan sel tipe 2). Surfaktan terdiri atas fosfolipid dan lipoprotein.Surfaktan berperan untuk melapisi epitelium alveolar dan mengurangi tekanan permukaan yang dapat membuat alveoli kolaps. Tanpa adanya surfaktan, tekanan pada permukaan cenderung tinggi dan akhirnya alveoli akan menjadi kolaps. Apabila produksi surfaktan tidak mencukupi karena adanya injuri atau kelainan genetik (kelahiran prematur), maka alveoli dapat mengalami kolaps sehingga pola pernapasan menjadi tidak efektif.
f. Paru Paru merupakan organ yang elastis, berbentuk kerucut, dan terletak dalam rongga thoraks.Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar.Paru kanan lebih besar dari paru kiri.Selain itu, paru juga dibagi menjadi 3 lobus, 1 lobus pada paru kanan dan 2 lobus pada paru kiri. Lobus-lobus tersebut di bagi menjadi beberapa segmen, yaitu 10 segmen pada paru kanan dan 9 segmen pada paru kiri. Proses patologis seperti atelectasis dan pneumonia sering kali terbatas pada satu lobus atau satu segmen saja. Oleh karena itu, pengetahuan anatomi segmen paru penting sekali bagi perawat saat melakukan fisioterapi dada.Fisioterapi dada dilakukan untuk mengetahui dengan tepat letak lesi dan akumulasi secret, sehingga perawat dapat menerapkan keahliannya dalam mengeluarkan secret saat drainase postural. g. Pleura Pleura merupakan kantung tertutup yang terbuat dari membrane serosa yang di dalamnya mengandung cairan serosa.Paru terinvaginasi (tertekan dan masuk kedalam) lapisan ini, sehingga membentuk dua lapisan penutup.Satu bagian melekat kuat pada paru dan bagian lainnya pada dinding rongga thoraks.Bagian pleura yang melekat kuat pada paru disebut pleura viseralis dan lapisan paru yang membatasi rongga thorak disebut pleura parietalis. Fisiologis pernafasan (Surprapt (2014) Sistem pernafasan bisa juga disebut sistem respirasi yang berarti bernafas kembali.Sistem ini berperan menyediakan oksigen (O 2) yang diambil dari atmosferdan mengularkan karbondioksida dari sel-sel dalam tubuh menuju ke udara bebas. Sistem respirasi ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan paru. Sistem saraf pusat memberikan dorongan ritmis dari dalam untuk bernafas dan secara refleks merangsang otot diafragma dan otot dada yang akan memberikan tenaga pendorong bagi gerakan udara. Proses pergerakan gas ke dalam dan ke luar paru dipengaruhi oleh tekanan dan volume. Bervariasinya volume paru bergantung pada beberapa keadaan seperti kehamilan, latiham, obesitas atau kondisi-kondisi mengenai
penyakit
obstruktif
dan
restriktif.
Faktor-faktor
seperti
jumlah
surfaktan,complains dan kelumpuhan dpat mempengaruhi tekanan dan volume paru. Proses pernafasan terdiri dari 3 bagian yaitu : 1) Ventilasi yaitu proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. 2) Difusi gas yaitu pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan karbondioksida di kapiler alveoli. 3) Transportasi gas yaitu proses pendistribusian antara oksigen kapiler ke jaringan tubuh dan karbondioksida jaringan tubuh ke kapiler.
1.3 Faktor Predisposisi (Pendukung) Dan Presipitasi (Pencetus) 1. Faktor predisposisi a. Faktor Fisiologi 1) Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia. 2) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada 3)
obstruksi saluran napas bagian atas. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transport O2 terganggu. 4) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu
5)
hamil, oluka, dan lain-lain. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal,
b.
penyalit kronik seperti TBC paru. Faktor Perkembangan 1) Bayi prematur yang disebabkan kurangnya pembentukan 2)
surfaktan. Bayi dan toddler adanya risiko infeksi saluran pernapasan
3)
akut. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran
4)
pernapasan dan merokok. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan penyakit jantung
5)
dan paru-paru. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi
c.
paru menurun. Faktor Perilaku
1)
Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen
berkurang,diet
yang
tinggi
lemak
menimbulkan
arterioklerosis. 2) Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen. 3) Merokok : nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh 4)
darah perifer dan koroner. Substansi abuse (alcohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake nutrisi/Fe menurun mengakibatkan penurunan
d.
hemoglobin, alcohol, menyebabkan depresi pusat pernapasan. 5) Kecemasan : menyebabkan metabolism meningkat Faktor Lingkungan 1) Tempat kerja 2) Suhu lingkungan 3) Ketinggian tempat dan permukaan laut.
2. Faktor presipitasi a. Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi b. Ingestan, yang masuk melalui mulut Contoh : makanan dan obat-obatan 1.4 Gangguan Terkait Gangguan Oksigenasi 1) Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas a. Etiologi Menurut (SDKI,PPNI,2017) etiologi dari bersihan jalan nafas tidak efektif : a). Spasme jalan nafas b). Hipersekresi jalan napas c). Disfungsi neuromuskuler
d). Benda asing dalam jalan napas e). Adanya jalan nafas bantuan f). Sekresi yang bertahan g). Hiperplasia dinding jalan napas b. Proses Terjadi sulitnya secret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan pernafasan tetap paten c. Manifestasi Klinis Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Objektif 1. Batuk tidak efektif 2. Tidak mampu batuk 3. Sputum berlebih 4. Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering 5. Mekonium dijalan napas Gejala dan Tanda Mayor Subjektif 1. Dispnea 2. Sulit bicara 3. Ortopnea Objektif 1. Gelisah 2. Sianosis 3. Bunyi nafas menurun 4. Frekuensi nafas berubah 2) Pola Nafas Tidak Efektif a. Etiologi Menurut (SDKI, 2016) penyebab dari pola nafas tidak efektif adalah: a). depresi pusat pernafasan b). hambatan upaya pernafasan c). deformitas dinding dada d). deformitas tulang dada e). gangguan neurologis f). obesitas g). posisib tubuh yang menghambat ekspansi paru b. Proses terjadi Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi yang adekuat yang membuat penderitanya mengalami bersihan jalan nafas tidak efektif c. Manifestasi klinis Gejala dan Tanda mayor
Subjektif 1. dispnea Objektif 1. penggunaan otot bantu pernafasan 2. fase ekspirasi memanjang 3. pola nafas abnormal Gejala dan Tanda manor Subjektif 1. ortopnea Objektif 1. pernafasan pursed lip 2. pernafasan cuping hidung 3. diameter thoraks anterior posterior meningkat 4. ventilasi semenit menurun 3) Gangguan Pertukaran Gas a. Etiologi Menurut (SDKI, 2016) gangguan pertukar gas disebabkan oleh: a). ketidakseimbangan ventilasi perfusi b). perubahan membrane alveolus kapiler b.Proses Terjadinya Gangguan pertukaran gas terjadi karena kelebihan oksigenasi atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolus kapiler c. Manifestasi Klinis Gejala dan Tanda mayor Subjektif 1. dyspnea Objektif 1. PCO2 meningkat atau menurun 2. PO2 menurun 3. Takikardia 4. pH arteri meningkat atau menurun 5. bunyi nafas tambahan Gejala dan Tanda Manor Subjektif 1. pusing 2. penglihatan kabur Objektif 1. sianosis 2. diaphoresis 3. gelisah 4. nafas cuping hidung 5. pola nafas abnormal 6. warna kulit abnormal 1.5 Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan fungsi paru Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi. c. Oksimetri Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler d. Pemeriksaan sinar X dada Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal. e. Bronkoskopi Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas. f. Endoskopi Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi. g. Fluoroskopi Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi paru. h. CT-SCAN Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal. 1.6 Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan Medis a. Pemantauan Hemodinamika b. Pengobatan bronkodilator c. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter, misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian oksigen jika diperlukan. d. Penggunaan ventilator mekanik e. Fisoterapi dada B. Konsep Asuhan Keperawatan Kebutuhan Dasar
1. PENGKAJIAN a. Bersihan jalan napas tidak efektif 1). Data Subjektif 1) Sesak 2) Batuk bertahan 3) Tidak mampu mengeluarkan sekresi jalan nafas 4) Merasa ada suara nafas tambahan 2). Data Objektif 1) Tersengal-sengal dan pernafasan dangkal 2) Terdapat bunyi nafas tambahan 3) Bernafas dengan mulut 4) Nafas cuping hidung dan penggunaan otot bantu pernapasan 5) Tampak susah batuk b. Ketidakefektifan pola nafas 1). Data Subjektif 1) Nafas tersengal-sengan dan dankal
2) Merasa berat saat bernafas 2). Objektif 1) Irama nafas tdak teratur 2) Orthopnea 3) Pernafasan disritmik 4) Letargi c. Gangguan pernafasan gas 1). Data Subjektif 1) Pusing dan nyeri kepala 2) Susah tidur 3) Perasaan lelah dan gelisah 2). Data Objektif 1) Tampak Pucat 2) Gelisah 3) Perubahan nadi 4) Tampak lelah 2. DIAGNOSA Diagnosa keperawatan yang lazim terjadi pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi diantaranya adalah : a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif (Nanda Nic Noc, 2015) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan : 1) Mukus yang berlebihan 2) Terpajan asap 3) Sumbatan jalan napas karena benda asing 4) Sekresi yang tertahan 5) Perokok pasif 6) Perokok b. Ketidakefektifan Pola Nafas (Nanda Nic Noc, 2015) Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan : 1) Ansietas 2) Posisi tubuh 3) Deformitas tulang 4) Deformitas dinding dada 5) Obesitas 6) Gangguan neurologis 7) Keletihan otot pernafasan cedera medulla spinalis c. Gangguan Pertukaran Gas (Nanda Nic Noc, 2015) Gangguan Pertukaran Gas berhubugan dengan : 1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi 2) Perubahan membrane alveolus-kapiler 3. PERENCANAAN Diagnosa Keperawatan
Rencana Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Ketidakefektifa
1) pasien tidak
Menunjukan
n bersihan jalan
sesak 2) pasien
jalan
nafas
mampu mengeluarkan dahak
1). Observasi 1).
nafas TTV Mengobservasi Untuk bersih suara TTV dapat mengetahui nafas screet, mengetahui kondisi dari suara kondisi dan perkembangan tambahan, perkembangan pasien, serta tidak ada pasien, serta untuk penggunaan untuk menentukan otot dalam menentukan tindakan yang nafas, tindakan yang akan di mampu akan di lakukan lakukan meletakkan selanjutnya. selanjutnya. 2). Memberikan pertukaran 2). Auskultasi terapi inhalasi jalan nafas. dada untuk dan latihan kreteria bunyi pernafasan serta nafas adanya batuk efektif screet. untuk Pernafasan memudahkan ronchi, pernafasan dan wheezing, membantu menunjukan pengeluaran tertahannya screet screet 3). Menganjurkan obstruksi jalan intoke nafas. 3). inhalasi
3000 Terapi dan
bersihan jalan nafas
serta
batuk efektif. Untuk memudahkan pernafasan dan
cairan cc/perhari
dapat membantu mengencerkan screet jika tidak ada kontraindikasi. 4). Berkolaborasi dalam pemberian
membantu
(nebulizer)
mengeluarkan
terapi
screet . 4).
dapat Catat
adanya denyut despnea,
dan
oksigen
mempermudah pengeluaran dan mencegah
gelisah,
pembentukan
distress
mocus tebal pada
pernafasan dan penguatan otot
brounkos
dan
membantu
bantu nafas. pernafasan. 5). Anjurkan 5). Memberi- kan injeksi cairan posisi semi 3000 folwer dapat cc/perhari jika meningkatkan tidak ada ekpansi paru kontraindekasi maksimal. . Dapat 6). Mencatat membantu
adanya
derajat
mengencerkan
disfersi, gelisah,
screet. distres tambahan, 6). Beri posisi dan pengguanaan yang nyaman otot bantu nafas. seperti posisi semi
fowler.
Memungkinka n ekpersi paru maksimal. 7). Kolaborasi indikasi tambahan (nebulizer) dan oksigen.
terapi
Kelembapan dapat mempermudah pengukuran dan mencegah pembentukan mocus pada
tebal breakus
dan membantu pernafasan. Ketidakefektifa
pola nafas
Memiliki RR 1).
n pola nafas
pasien efektif
dalam batas frekuensi
HE tentang gaya
normal
kedalaman
hidup
,mampu
pernafasan dan tekhnik bernafas
respirasi
ekspensi dada dan
relaksasi
dalam,
catat
memberi
memiliki
pernafasan
dada
Kaji 1).
upaya dapat pasien
tentang
benda. faktor
yang
secara
Untuk
simetris,
mengetahui
tidak
kecepatan
menggunaka
pernafasan dan
n
pasien,
pengetahuan pada
yang penggunaan
mengembang otot
Memberikan
terkait posisinya. 2). Mengkaji frekuensi
otot-otot despnea serta
kedalaman pernafasan ekpensi
dan dada
tambahan
peningkatan
dalam
untuk mengetahui kerja nafas. 2). Tinggikan kecepatan
bernafas.
kepala
dan pernafasan
dan
bantu
dispenea
serta
mengubah
meningkatkan
posisi. kerja nafas. 3). Duduk 3). Membantu tinggi
mengubah posisi
memungkinka n
dan meninggikan
eksposisi kepala
paru
pasien
dan meningkatkan
memudahkan
ekpensi paru dan
pernafasan. memudahkan 4). Berikan pernafasan. HE tentang 4). Berkolaborasi gaya
hidup dalam pemberian
sehat, tekhnik pengobatan dapat bernafas
dan mempercepat
relaksasi.
HE penyembuhan
dapat member dan memperbaiki pengetahuan pada
pola nafas.
pasien
tentang faktor yang
terkait
tentang posisinya. 5). Kolaborasi dalam pemberian pengobatan. Pengobatan mempercepat penyembuhan dan memperbaiki pola nafas Gangguan
Mempertahanka
Dapat
1).
Catat 1).
Mencatat
pertukaran gas
n pertukaran gas
bernafas
frekuensi,
frekuensi,
dengan
kedalaman,
kedalaman
mudah,
dan
kemudahan
memiliki
kemudahan
dalam
dan
bernafas
sirkulasi O2 dalam
dapat
dalam batas bernafas,
menunjukan
normal,
peningkatan
peningkatan
memiliki
kerja
P2CO2 P2O2
nafas konsevsi oksigen.
dan dapat
2).
dalam menunjukan
batas normal. peningkatan
Mengkaji
kegelisahan
dan
perubahan mental
konsevsi
atau
oksigen.
kesadaran, dapat
2).
tingkat
Selidiki menunjukan
lagi
peningkatan
kegelisahan
hiplesia
atau
dan perubahan implikasi. nasal
atau 3).
Memberikan
tingkat
terapi
kesadaran.
melalui
nasal,
Berikan masker
nasal
3).
oksigen
terapi oksigen untuk melalui nasal, memaksimalkan masker parsial kesediaan berdasarkan
oksigen
sedian oksigen khususnya khususnya
vertikulasi
vertikulasi
menurun.
menurun.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Pada tahap ini, dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses keperawatan di
mana perawat memberikan intervensi keperawatan langsung dan tidak langsung terhadap klien. 5. EVALUASI KEPERAWATAN Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses kepweawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA Nanda
Internasional.
2018.
Diagnosa
Keperawatan
Definisi
dan
Klasifiksi.Jakarta:EGC. Nuratif, Amin Nuda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NOC-NOC. Jogjakarta:MediAction Jogja. Syaifuddin.H.2011. AnatomiFisologi.Jakarta:EGC.
Akumulasi secret berlebih WOC
Faktor lingkungan (udara, bakteri, virus, jamur) Masuk melalui saluran nafas atas
Terjadi infeksi dan proses peradangan
Hipersekresi kelenjar mukosa
Kontraksi otot-otot polos saluran pernafasan Penyempitan saluran pernafasan Dispnea
Secret mengental di jalan napas
Gas darah arteri Keletihan otot abnormal pernafasan Hiperkapnia Hipoksemia
Gangguan penerimaan o2 dan pegeluaran co2
Obstruksi jalan nafas
Hipoksia Konfusi
GANGGUAN
Nafas cuping hidung
PERTUKARAN GAS
Pola pernafasan
Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
Batuk yang tidak efektif Penurunan bunyi nafas Sputum dalam jumlah yang berlebih
Dispnea
Perubahan pola nafas
Fase ekspirasi
Suara nafas tambahan
memanjang
(ronchi,wheezing, crackles)
Ortopnea Penurunan kapasitas
KETIDAKEFEKTIFA
KETIDAK
paru
N BERSIHAN JALAN
EFEKTIFAN POLA
NAFAS jalajJALAN
NAFAS
NAFAS