BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Kesehatan Dunia sebanyak 100-150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma, dan jumlah itu terus bertambah sebanyak 180.000 orang tiap tahun. Sejumlah informasi seperti di Kanada pada tahun 2003, asma merupakan penyebab hilangnya 24,5 juta hari kerja. Rata-rata jumlah pasien perhari berkisar 25 orang. Sebagian besar adalah kelompok lanjut usia. Peralihan musim hujan ke kemarau membuat penderita asma meningkat, khususnya pada kelompok lanjut usia saat peralihan. Udara di malam hari sangat dingin sehingga faktor pencetus asma berubah menjadi manifestasi. B. Tujuan 1. Memenuhi tugas mata kuliah stase Gerontik 2. Untuk menambah pengetahuan penulis terutama lanjut usia tentang asma, sebagai informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat tentang askep gerontik. 3. Memberitahu pembaca terutama lanjut usia supaya menjaga kondisi tubuh dan kesehatan dengan tidak terkena asma.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas.Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napasmenjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus,sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012). Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitankarena hiperakti+itas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan, penyempitan ini bersifat sementara%
sma dapat ter adi pada siapasa a dan dapat timbul disegala usia,
tetapi umumnya asma lebih sering ter adi pada anak-anak usia di ba ah 5 tahun dan
rang
de asa pada usia sekitar 30 tahunan (Saheb,2011). Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan intermitten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi (Baughman, 2000). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh episodik spasme otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan jalan napas sehingga membuat pernapasan menjadi sulit (dispnea), menimbulkan bunyi mengi dan batuk. B. Etiologi Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru, penyebab asma yaitu : 1. Faktor Predisposisi a. Atopi
Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun secara imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu atau lebih alergen, atau peningkatan kadar IgE serum. b. Riwayat keluarga Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis. 2. Faktor Presipitasi a. Latihan Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh latihan. b. Suhu udara Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan beberapa pasien mungkin mengalami mengi pada perubahan udara dingin menjadi panas. c. Musim Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara, melalui terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui alergen “air borne” musiman. d. Alergi Alergen domestol yang paling umum menyebabkan asma adalah bulu binatang dan debu rumah, tetapi itu mungkin tidak mungkin diketahui atau dibuktikan hubungannya. Musiman terdiri dari serbuk sari pohon (musim semi), serbuk sarik rumput (musim panas) lumut (musim gugur) dan banyak yang lainnya. e. Pekerjaan f. Makanan dan minuman
Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa makanan kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam makanan dan minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan lain dalam anggur). g. Emosi Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan serangan asma pada orang yang sudah diketahui menderita asma. h. Obat-obatan Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah ada, analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin mencetuskan asma terutama pada pasien yang lebih tua yang juga mempunyai polip hidung. i. Infeksi saluran napas atas Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya, 1990). C.
Manifestasi Klinis Menurut Baughman (2002) adalah : 1. Gejala umum a. Batuk b. Dispnea c. Mengi 2. Serangan asma a. Seringkali terjadi pada malam hari b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada
c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer. g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan dapat menghilang secara spontan 3. Tanda-tanda lanjut a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat, takikardia dan desakan nadi melebar) 4. Reaksi yang berhubungan a. Eksem b. Urtikaria c. Edema angioneurotik D. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah mengancam padagangguan keseimbanga asam basa dan gagal na"as, pneumonia, bronkhiolitis, chronic persistent bronchitis, emphysema E. Pemeriksaan Penunjang Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah :
1. Foto ronsen data Biasanya normal pada saat diantara serangan asma kecuali pada asma yang berat dan lama (ketika terjadi inflamasi berlebihan dan penebalan dinding dada) atau jika tak terjadi komplikasi, seperti aspergilosis bronkhopulmonal. 2. Pemeriksaan laboratorium - Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit) - Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden - Tes kulit dengan alergen - Pengukuran kadar IgE serum 3. Pemeriksaan Radiologi - Normal atau hiperinflasi - Penting untuk mengetahui adanya komplikasi : pneumothorak, pneumonia, atelektasit, pneumomediastinum, dan lain-lain 4. Tes provokasi bronkus Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus : - Provokasi beban kerja - Provokasi dengan hiperventilasi isokaonik udara dingin - Provokasi inhalasi dengan bahan : a. Spesifik : alergen tertentu b. Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa
5. Anlisa gas darah Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat beratnya asma atau gagal nafas. 6. Pemeriksaan EKG Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma terhadap jantung. F. Penatalaksanaan Menurut Baughman (2000) adalah : 1. Terapi obat - Agonis beta - Metilsantin - Antikolinergik - Kortikosteroid - Inhibitor sel mast 2. Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan, berdasarkan anjuran WHO penatalaksanaan asma secara global (GINA : Global Initiative for Asthma) sebagai berikut : Menurut Samekto (2000) Tujuan umum terapi asma adalah : a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari b. Pertahankan faal paru mendekati normal c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi
d. Hindari efek samping obat-obatan asma 3. Pencegahan Menurut Baughman (2000) adalah : a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika serangan terjadi pada malam hari c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan dengan binatang d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan, misal : tinggal dalam ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan inspirasi udara pada 37ºC dan kelembaban relatif 100% f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang menyebabkan serangan
G. Pathway
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Menurut Nugroho (2000) : 1. Temperatur - Mungkin serendah 95ºF (hipotermi) ± 35ºC - Lebih teliti diperiksa di sublingual 2. Pulse (denyut nadi) - Kecepatan, irama, volume - Apikal, radial, pedal 3. Respirasi (pernafasan) - Kecepatan, irama, kedalaman - Tidak teraturnya pernafasan 4. Tekanan darah - Saat baring, duduk, berdiri - Hipotensi akibat posisi tubuh 5. Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir 6. Tingkat orientasi
7. Memory (ingatan) 8. Pola tidur 9. Penyesuaian psikososial 10. Sistem persyarafan a. Kesimetrisan raut wajah b. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak - Tidak semua orang menjadi snile - Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah c. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak d. Pupil : kesamaan, dilatasi e. Ketajaman penglihatan menurun karena menua : - Jangan dites di depan jendela - Pergunakan tangan atau gambar - Cek kondisi kacamata f. Sensory deprivation (gangguan sensorik) g. Ketajaman pendengaran - Apakah menggunakan alat bantu dengar - Tinutis - Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan
h. Adanya rasa sakit atau nyeri 11. Sistem kardiovaskuler a. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan b. Auskultasi denyut nadi apikal c. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis d. Pusing e. Sakit f. Edema 12. Sistem gastrointestinal a. Status gizi b. Pemasukan diet c. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah d. Mengunyah dan menelan e. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut f. Auskultasi bising usus g. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon h. Apakah ada konstipasi (sembelit) diare adan inkondinensia alui 13. Sitem genitourinarius a. Warna dan bau urine
b. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air kecil) c. Frekuensi, tekanan atau desakan d. Pemasukan dan pengeluaran cairan e. Disuria f. Seksualitas - Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks - Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktivitas seksual 14. Sistem kulit a. Kulit - Temperatur, tingkat kelembaban - Keutuhan luka, luka bakar, robekan - Turgor (kekenyalan kulit) - Perubahan pigmen b. Adanya jaringan parut c. Keadaan kuku d. Keadaan rambut e. Adanya gangguan-gangguan umum 15. Sistem mukuloskeletal a. Kontraktur
- Atrofi otot - Mengecilkan tendo - Ketidakadekuatannya gerakan sendi b. Tingkat mobilitas - Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan - Keterbatasan gerak - Kekuatan otot - Kemampuan melangkah atau berjalan c. Gerakan sendi d. Paralisis e. Kifosis 16. Psikososial a. Menunjukkan tanda-tanda meningkatkannya ketergantungan b. Fokus-fokus pada diri bertambah c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian d. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi serta Rasional 1. Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental (Doenges, 1999)
Intervensi 1. Auskultasi bunyi napas Catat adanya bunyi napas, misal : mengi, krekels, ronchi
2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi
3. Catat adanya/derajat dispnea, misal : keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu
4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misal : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur 5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu 6. Dorong/bantu latihan napas abdomen/bibir
7. Kolaborasi dalam pemberian obat, misal - Bronkodilator : Biagonis, epinefrin
Rasional 1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat tak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal : penyebaran krekels basah (bronkhitis), bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi napas (asma berat) 2. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut 3. Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, misal : infeksi, reaksi alergi 4. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi 5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut 6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara 7. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas, mengi dan produksi mukosa. Obatobatan mungkin per oral, injeksi, inhalasi
- Xantin : aminofilin, oxtrifilin
2. Diagnosa : Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) (Doenges, 1999)
Intervensi 1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang 2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/ toleransi individu 3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
4. Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan
5. Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan
Rasional 1. Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit
2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas 3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/daun telinga). Keabuabuan dan sianosis sentral mengindikasi beratnya hipsemia. 4. kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tak efektif. 5. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/ somnolen menunjukkan disfungsi sentral yang berhubungan dengan hipoksemia
3. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah. (Doenges, 1999) Intervensi 1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi BB dan ukuran tubuh. 2. Auskultasi bunyi usus
3. Berikan perawatan oral sering,
Rasional 1. Pasien distres pwernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat 2. Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan masukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia. 3. Rasa tidak enak, bau dan
buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu.
4. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
5. Hindari makanan yang sangat panas atau dingin.
penampilan adalah pencegahan utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas. 4. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma dan dapat meningkatkan dispnea. 5. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk.
4. Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama. (Doenges, 1999) Intervensi
Rasional 1. Awasi suhu 1. Demam dapat terjadi karena infeksi/ dehidrasi 2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk 2. Aktivitas ini meningkatkan efektif, perubahan posisi sering mobilisasi dan pengeluaran sekret dan masukan cairan adekuat. untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi paru. 3. Observasi warna, karakter, bau 3. Sekret berbau, kuning atau sputum. kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. 4. Dorong keseimbangan antara 4. Menurunkan konsumsi/kebutuhan aktivitas dan istirahat. keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. 5. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 1999) Intervensi 1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan. 2. Instruksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional 1. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan. 2. Napas bibir dan abdominal/ diafragmatik menguatkan otot pernapasan, membantu meminimalkan kolaps jalan napas
3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan. 4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler (matered dose inhaler/MDI) seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhaler. 5. Sistem alat ukur mencatat obat intermiten/penggunaan inhaler.
kecil dan memberikan individu arti untuk mengontrol dispnea. 3. Pasien sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat. 4. Pemberian yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan.
5. Menurunkan risiko penggunaan tak tepat/kelebihan dosis dari obat kalau perlu, khususnya selama eksaserbasi akut, bila kognitif terganggu.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S LANJUT USIA DENGAN ASMA A. PENGKAJIAN 1. Pengumpulan Data a. Data Biografi Nama : Bp. S TTL : 10 Oktober 1940 Pendidikan Terakhir : SR Agama : Islam Status Perkawinan : menikah TB / BB : 165 cm / 58 kg
Penampilan umum : Ciri-ciri tubuh : tinggi, kurus, badan masih terlihat bugar Alamat : Bulakpelem RT/RW 01/02 No. 30 Sragi Orang terdekat yang bisa dihubungi : Hubungan dengan lansia : anak / tetangga Alamat & No. Telp : Bulakpelem, Sragi b. Riwayat Keluarga 1) Pasangan Masih hidup, bernama Ibu M, keadaan sehat, pekerjaan ibu rumah tangga, alamatnya tinggal bersama suaminya 9istri kedua), istri pertama meninggal. 2) Anak Dari istri pertama mempunyai anak 3, 2 anak sudah berkeluarga, tinggal 1 anak belum menikah tinggal bersama Bp. S. Dari istri kedua mempunyai anak 3 orang, anak pertama sudah berkeluarga tapi tidak serumah, anak kedua masih SMA, dan anak ke-3 SMP, keduanya tinggal serumah.
Genogram :
Ket : : laki-laki : perempua n : laki-laki meninggal : perempuan meninggal : pasien : tinggal dalam satu rumah c. Riwayat Pekerjaan Bpk S mengatakan sudah tidak bekerja lagi, anaknya yang dari istri pertama yang tinggal serumah menjadi tulang punggung. d. Riwayat Lingkungan Hidup Tempat tinggal di rumah, ada 5 orang yang tinggal dalam satu rumah. e. Riwayat rekreasi Bpk S mengatakan kadang ikut pengajian, kadang di rumah atau berkunjung ke rumah anaknya di luar kota. f. Sistem Pendukung
Apabila Bpk S asmanya kambuh maka dibawa ke dokter, puskesmas bahkan pernah di opname di RSUD Kraton selama 4 hari. Jarak puskesmas ke rumah kurang lebih 4 km. g. Deskripsi Kekhususan Ketika asma kambuh Bpk S kadang menggunakan kompres hangat, selain itu minum obat tradisional seperti mengkudu, mengurangi asin. Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan tahu bagaimana cara menanggulangi asma. h. Status Kesehatan 1) Status kesehatan saat ini a) Bpk S tadinya menderita asma dari tahun 2007 ketika tahun 2008 / ketika dilakukan pengkajian asma klien sudah sembuh/jarang kambuh. Ketika klien ditanyakan obat asma apa yang pernah dikonsumsi, klien mengatakan lupa. b) Status imunisasi, klien tidak menjalani imunisasi. c) Alergi, Bpk S tidak mempunyai alergi terhadap makanan, bulu binatang, akan tetapi jika terjadi perubahan cuaca, klien merasa sesak napas. d) Penyakit yang diderita saat ii, tadinya asma, asma sembuh. e) Diit, tidak ada masalah terhadap nafsu makan hanya saja klien masih menggunakan garam berlebih. 2) Status kesehatan masa lalu Bpk S mengatakan dari kecil Bpk S tidak pernah menderita penyakit serius/kronis hanya saja kadang pilek, demam, batuk. Tapi ada riwayat asma dari keluarga sebelumnya. i. ADL (activity daily living) berdasarkan indeks KATZS
Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, mandi, maka skore A. j. Tinjauan Sistem 1) Keadaan umum a) Baik, tapi dalam berbicara sepertti terengah-engah. Posisi duduk dengan kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan, nafsu makan baik, tidak ada masalah. Dalam 1 minggu ini klien mengeluh demam, keringat dingin kadang-kadang (apabila batuk pada malam hari) TD : 150/80mmHg Nadi : 86 x/menit Suhu : 37°C Rr : 22 x/menit b) Tingkat kesadaran : kompos mentis c) Skala Cana Glasgolo (GCS) (1) Respon pembukaan mata : 4 (2) Respon verbal : 5 (3) Respon motorik : 6 ——— 15 d) TTV TD : 150/80mmHg
Nadi : 86 x/menit Suhu : 37°C Rr : 22 x/menit e) Sistem kardiovaskular Nyeri dada tidak ada, sesak napas ada jika klien melakukan aktivitas berat. f) Sistem pernafasan Inspeksi : tidak ada benjolan, ketika bicara seperti terengah-engah Palpasi : foral femitus kanan dan kiri sama Perkusi : suara sonor Auskultasi : suara vesikuler Sesak jika aktivitas berat, batuk biasanya pada malam hari g) Sistem integumen Kulit sudah tidak elastis, Turgor kulit dicubit kembali ke keadaan semula agak lama tidak priritus, ada perubahan pigmentasi seperti ada bercak-bercak hitam dibagian tubuh pasien, rambut berwarna kelabu (beruban), kuku sudah tidak bening. h) Sistem perkemihan Klien mengatakan urin keluar lancar dan tidak ada keluhan i) Sistem muskuloskeletal
Klien mengatakan persendiannya sering sakit, sendi kaku, tapi tidak ada deformitas, nyeri punggung dan sering pegal j) Sistem endokrin Adanya pigmentasi kulit berupa bercak-bercak hitam pada tubuh klien, rambut berwarna keabu-abuan (beruban) k) Sistem imun Sistem imun agak berkurang yaitu dengan seingnya pasien terkena flu, demam, sakit kepala, kaki sering gemetar l) Sistem Gatrointestinal Mual jika gosok gigi kadang ingin muntah, tidak hemoroid, defekasi lancar tapi kadang konstipasi, nafsu makan masih baik m) Sistem Reproduksi Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit kelamin n) Sistem Persyarafan Klien mengatakan sering pusing, kesemutan, gemetaran terutama pada bagian kaki o) Hemopoetik Tidak ada pembekakan kelenjat limfe, tidak anemia (konjungtiva merah muda), tidak pernah transfusi darah p) Kepala Tidak ada luka di kepala, sakit kepala
q) Mata Tidak memakai lensa kontak, penglihatan sudah agak kabur r) Telinga Fungsi pendengaran sudah agak berkurang s) Hidung Fungsi penciuman masih normal, keluhan kadang flu (dalam seminggu ini) t) Mulut/Tenggorokan Perubahan suara (ketika berbicara terengah-engah), tidak memakai gigi palsu, tidak sakit tenggorokan u) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar titoid v) Payudara Tidak ada benjolan k. Status Kognitif/Afektif/Sosial 1) Status kognitif : mengetahui fungsi intelektual, dengan shart pottable mental status questionare (SPMSQ) Pertanyaan Jawaban 1. Tanggal berapa hari ini? 27 2. Hari apa sekarang Minggu, 27 (hari, tanggal, bulan, tahun)
3. Apa nama tempat ini? Bulak Pelem 4. Berapa nomor telepon anda? Tidak punya 4a. Dimana alamat anda? Bulak Pelem, Rt/Rw: 01/02 No. 30 5. Berapa umur anda? 59 tahun 6. Kapan anda lahir tahun 50-an 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? SBY 8. Siapa presiden sebelumnya Soeharto 9. Siapa nama kecil ibu anda? Lupa 10. 20 - 3 berapa ? 17 Penilaian SPMSQ Kesalahan 6 → kesalahan (5-7) → fungsi inteletual sedang 2) Status afektif : untuk mengetahui tingkat depresi dengan inventaris depresi back Skore 0 0 1 0
Urutan A. Kesedihan Saya merasa sedih B. Pesimisme Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
0 C. Rasa Kegagalan 0 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya
0 0 1
D. Ketidakpuasan Saya tidak merasa tidak puas E. Rasa Bersalah
0
Saya merasa sangat bersalah
1
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
0 0
Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri G. Membahayakan Diri Sendiri Saya tidak merasa mempunyai pikiran-pikiran mengenai membayakan diri sendiri H. Menarik Diri dari Sosial Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain I. Keragu-raguan Saya berusaha mengambil keputusan J. Perubahan Gambaran Diri Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya K. Kesulitan Kerja Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu L. Keletihan Saya tidak lebih lelah dari biasanya M. Anoreksia
Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya Penilaian : Jumlah 5 → depresi ringan. Ket : (Jumlah 5 – 7 → depresi ringan) 3) Status sosial : Apgar Keluarga APGAR KELUARGA No
Skor
Fungsi
Uraian
1.
Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu saya mengalami kesusahan
2
2.
Hubungan
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya
1
3.
Pertumbuhan
Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas baru
1
4.
Afeksi
Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosiemosi saya, seperti marah, sedih dan mencintai
1
5.
Pemecahan
Saya puas dengan cara keluarga (teman0teman) saya menyediakan waktu bersama saya
1
6 Penilaian :
Nilai 4 – 6 : disfungsi keluarga sedang Milai 6 maka disfungsi keluarga sedang 1. Pengelompokan Data DS : - Tn. S mengatakan jika terjadi perubahan cuaca klien merasa sesak nafas - Tn. S mengatakan asma jarang kambuh - Tn. S mengatakan menggunakan garam lebih - Tn. S mengatakan nafsu makan baik tidak ada masalah - Tn. S mengatakan sesak nafas jika melakukan aktivitas berat - Tn. S mengatakan persendian sakit - Tn. S mengatakan nyeri punggung dan sering pegal - Tn. S mengatakan kadang pilek, demam, dan batuk - Tn. S mengatakan ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya - Tn. S mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma - Tn. S mengatakan bahwa dahulu tidak menjalani imunisasi DO : - Dalam berbicara terengah-engah - Waktu duduk kedua tangan memegang lutut, badan di condongkan ke depan - TD : 150/80 mmHg - N : 86 x/mnt - S : 370 C - Rr : 22 x/mnt
- Tidak ada deformitas sendi kaku - Sistem imun menurun ditandai dengan : pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala - Fungsi interektual sedang - Depresi ringan - Disfungsi keluarga sedang - Keluar keringat dingin pada malam hari apabila batuk 2. Analisa Data a. DS : - Jika terjadi perubahan cuaca klien akan merasa sesak nafas - Ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya - Dahulu klien tidak mengikuti imunisasi - Sesak nafas jika melakukan aktivitas berat - Klien mengatasakan batuk pada malam hari disertai keringat dingin DO : - Klien ketika berbicara terengah-engah - Posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan - Rr : 22 x/mnt E : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh spasme bronkus, jebakan udata) P : Resiko terjadi asma berulang Dx : Resiko terjadi asma berulang
b. DS : - Klien mengatakan bahwa pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala - Klien mengatakan batuk pada malam hari, kadang disertai keringat dingin DO : - Rr : 22 x/mnt - N : 86 x/mnt - Usia 68 tahun, maka sistem imun berkurang E : Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia) P : Resiko tinggi terhadap infeksi Dx : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia) c. DS : Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma DO : - Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, klien mengatakan tidak tahu - Fungsi intelektual sedang - Pasien lansia berumur 68 tahun E : Kurang informasi, kurang mengingat P : Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma Dx : Kurang pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasi/ menanggulangi asma berhubungan dengan kurang informasi, kurang mengingat 3. Prioritas Masalah a. Resiko terjadi asma berulang
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas pertahanan utama (penurunan kerja silia) c. Kurang pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasi/menanggulangi asma berhubungan dengan kurang informasi, kurang mengingat
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional 1 Resiko terjadi asma Setelah dilakukan - Kaji frekuensi - Berguna dalam berulang, ditandai dengan kunjungan dan kedalaman evaluasi derajat disters : keperawatan nafas, pernapasan/kronisnya selama 1 kali, ketidakmampu proses penyakit maka klien dapat : an bicara DS : - Pengiriman O2 dapat - Jika terjadi - Anjurkan untuk diperbaiki dengan - Jika terjadi perubahan perubahan tinggalkan posisi duduk tinggi cuaca klien akan cuaca klien kepala tempat merasa sesak nafas akan merasa tidur/ bantu - Sebagai salah satu cara pasien untuk untuk menentukan - Ada riwayat asma dalam sesak nafas memilih posisi intervensi secara tepat keluarga yang mudah - Sesak berkurang jika beraktivitas untuk bernafas - Kental, tebal dan - Sesak nafas jika banyaknya sekresi melakukan aktivitas - Identifikasi - Klien tidak adalah sumber utama berat penyebab batuk pada gangguan pertukaran malam hari gas pada jalan napas - Klien batuk pada malam - Anjurkan untuk kecil hari disertai keringat mengeluarkan - Berbicara tidak dingin sputum terengah-engah - Dapat menekan pernafasan dan DO : - Anjurkan klien melindungi - Posisi duduk untuk mekanisme batuk tegap tidak - berbicara terengahmenghindari condong ke engah agen sedatif depan - Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan - Posisi duduk condong - Hindari agen iritasi bronkheia - Rr : normal ke depan sambil penyebab asma memegang lutut. Rr : (misal 22 x/mnt lingkungan dengan suhu eksterm,
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi Rasional serbuk, asap tembakau, populasi, udara, dan lain-lain) 2 Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan - Anjurkan pasien - Demam dapat terjadi infeksi berhubungan kunjungan untuk awasi karena dengan tidak adekuatnya keperawatan suhu (mis : jika infeksi/dehidrasi imunitas, pertahanan selama 1 x maka : terjadi panas) utama (penurunan kerja - Aktivitas ini silia). Ditanda dengan : - Klien dapat - Kaji pentingnya meningkatkan menjaga latihan nafas, mobilisasi dan DS : kondisi tubuh perubahan pengeluaran sekret agar tidak posisi sering untuk menurunkan rentan terhadap (mis : berikan resiko terjadinya - Klien mengatakan penyakit posisi infeksi paru bahwa pasien rentan semifowler jika terkena flu, demam, sesak kambuh) - Menurunkan konsumsi sakit kepala - Klien tidak rentan terhadap atau kebutuhan batuk terutama - Anjurkan klien keseimbangan O2 - Klien mengatakan batuk pada malam untuk meningkatkan pada malam hari, hari yang melakukan penyembuhan kadang disertai kadang disertai aktivitas yang keringat dingin keringat dingin dapat - Mencegah penyebaran dikerjakan oleh patogen melalui cairan DO : klien - TTV dipertahankan - Malnutrisi dapat - Rr : 22 x/mnt - Tunjukkan dan mempengaruhi kes bantu pasien umum dan - N : 86 x/mnt tentang menurunkan tahanan pembuang terhadap infeksi - Usia : 68 tahun, maka tisue, tekankan sistem imun berkurang cuci tangan yang benar - Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat 3 Kurang pengetahuan Setelah dilakukan - Jelaskan proses - Menurunkan ansietas tentang bagaimana cara kunjungan penyakit dan dapat mengatasi/menanggulangi keperawatan individu menimbulkan asma berhubungan selama 1 x maka : perbaikan partisipasi dengan kurang infromasi, pada rencana - Instruksikan kurang mengngat, pengobatan - Klien tahu untuk latihan ditandai dengan : tentang asma nafas dan batuk dan tanda efektif - Nafas bibir dan nafas
No
Diagnosa
Tujuan gejalanya
DS : - Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma
Intervensi
- Klien tahu cara menanggulangi asma/mencegah asma
Rasional abdominal/diagfragma tik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil dan membentu mengontrol dispnea
DO : - Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, klien mengatakan tidak tahu - Fungsi intelektual sedang - Pasien lansia umu 68 tahun
IMPLEMENTASI No. Dx 1.
Tindakan 1. Mengukur TTV 2. Menganjurkan klien untuk meninggikan kepala tempat tidur jika klien merasa berat
Respon S : klien mengatakan sering pusing, kadang sesak O : Suhu 370 C Rr : 22 x/mnt N: 86 x/mnt TD: 50/80 mmHg
3. Menganjurkan klien mengeluarkan sputum, jika sputum banyak dan menutupi jalan nafas
S : Klien akan melakukannya O:
4. Menanyakan penyebab kambuhnya sama 5. Menganjurkan klien untuk menghindari agar penyebab asma misal : lingkungan suhu yang
S : Klien mengatakan sputum sedikit O : Sputum sedikit S : Klien mengatakan asma kambuh jika terjadi perubahan cuaca
eksterm, serbuk, asap tembakau
eksterm O: S : Klien mengatakan tidak merokok dan berusaha/mau menghindari agen penyebab
2.
1. Mengukur suhu 2. Menganjurkan klien latihan nafas dalam, batuk efektif
O : klien tidak merokok S : Klien mengatakan badan tidak panas tapi kadang-kadang demam O : S : 370 C
3. Menganjurkan klien untuk banyak istirahat 4. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang dapat dikerjakan klien 5. Menganjurkan klien untuk mem buang tisue dan menganjurkan untuk mencuci tangan, jika akan melakukan sesuatu (mis : makan) 6. anjurkan untuk mempertahankan nutrisi adekuat
S : Klien bersedia diajarkan batuk efektif O : Klien mencoba batuk efektif dan nafas dalam S : Klien bersedia untuk istirahat O : Klien tidak banyak melakukan aktivitas S : Klien bersedia melakukan aktivitas O: S : Klien bersedia melakukan anjuran yaitu mencuci tangan jika akan makan O: S : klien bersedia untuk makan O:
EVALUASI
No. 1.
SOAP S : - Klien mengatakan sering pusing, kadang sesak - Klien mengatakan sputum yang dihasilkan sedikit O : S : 37°C - Klien tidak merokok N : 86 x/menit - Sputum sedikit Rr : 22 x/menit TD : 150/180 mmHg A : Masalah resiko asma kambuh belum teratasi P : Lanjutkan rencana tindakan - Anjurkan klien untuk mengeluarkan sputum jika sputum yang dihasilkan banyak
2.
- Anjurkan klien untuk menghindari agen penyebab misal debu dll. S : - Klien mengatakan badan tidak panas, tapi kadang-kadang lemas - Klien bersedia diajarkan batuk efektif dan klien mau istirahat - Klien tidak terkena flu, tapi rentan O : - S : 37°C - Klien tidak banyak melakukan istirahat - Klien membuang tisu pada tempatnya dan klien mencuci tangan jika akan makan A : Masalah resiko tinggi terhadap infeksi belum teratasi P : Lanjutkan rencana tindakan - Anjurkan klien untuk memantau suhu (misal jika panas)
3.
- Anjurkan untuk banyak minum S : - Klien mengerti tantang asma dan tanda, gejalanya - Klien tahu cara mencegah asma agar tidak kambuh O : - Klien bisa menyebutkan pengertian asma dan tanda, gejala - Klien dapat menyebutkan salah satu cara pencegahan asma A : Masalah kurang pengetahuan tentang asma teratasi P : Rencana tindakan selesai
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh periode episodik spasma otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasma bronkus). Spasma bronkus ini menyempitkan jalan nafas sehingga membuat pernafasan menjadi sulit (dispneal), menimbulkan bunyi mengi dan batuk. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S dengan asma didapatkan data seperti : klien akan sesak jika terjadi perubahan cuaca yang ekstrim, ada riwayat asma sebelumnya, sesak nafas jika melakukan aktifitas berat, berbicara terengah-engah dan posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan maka diagnosa yang muncul yaitu : risiko terjadi asma berulang. Agar asma itu tidak kambuh maka dilakukan intervensi seperti menganjurkan untuk menghindari penyebab asma misalnya lingkungan dengan suhu ekstrim, polusi udara, serbuk, dan lain-lain. B. Saran 1. Jika penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang bisa menimbulkan asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan, bulu kucing, debu, dan lain-lain. 2. Gunakanlah masker jika asma ditimbulkan oleh debu 3. Bagi perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma khususnya lansia agar bisa mencegah agar tidak kambuh lagi.
DAFTAR PUSTAKA Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik – ed 2. Jakarta : EGC. Samekto, Widiastuti. 2002. Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Subuea, Hardin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, cet kedua. Jakarta : Rineka Cipta. Stein, jay H. 1998. Panduan Klinik Penyakit Dalam – ed. 3. Jakarta : EGC. Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara. http://www.kompas.com diperoleh 25 Oktober 2008.