Lp Asma Bronkial.docx

  • Uploaded by: Benedictus
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Asma Bronkial.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,082
  • Pages: 43
I.

Anatomi danFisiologiSistem Pernafasan A. Anatomi Paru

Gambar 1.AnatomiParu Sumber :Syaifuddin. (2011)

Paru-paru merupakan alat pernapasan utama yang terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu, paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus.Sitem pernafasan dapat dibagi ke dalam sitem pernapasan bagian atas dan pernapasan bagian bawah. Pernapasan bagian atas meliputi, hidung, rongga hidung, dan faring. Pernapasan bagian bawah meliputi, laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan alveolus paru Organ Pernafasan : 1. Hidung Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang dan dipisahkan oleh sekat hidung. Didalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

2. Faring Faring atautekakmerupakantempatpersimpanganantarajalanpernafasandanjalanmakanan, terdapatdibelakangronggahidungdanmulutsebelahdepanruastulangleher. 3. Laring Laringataupangkaltenggorokanmerupakansaluranudaradanbertindaksebagaipembe ntukansuara.Terletakdibagiandepan

faring.

Pangkaltenggorokaninidapatditutupoleh

epiglottis

yang

terdiridaritulang-

tulangrawan yang berfungsimenutupilaringpadawaktukitamenelanmakanan. 4. Trakea Trakeaataubatangtenggorokanmerupakanlanjutandarilaring yang dibentukoleh 1620 cincintulangrawan.Panjangtrakea 9-11 cm. 5. Bronkus Bronkusataucabangtenggorokanmerupakanlanjutandaritrakea.Bronkuskananlebihp endekdanlebihbesardaripadabronkuskiri, terdiridari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang.Bronkuskirilebihpanjangdanlebih cincindanmempunyai

ramping,

2

terdiridari

9-12

cabang.Bronkusbercabang-

cabanglagimenjadilebihkecildisebutbronkiolus.Padabronkiolustidakterdapatcincinl agidanpadaujungbronkiolusterdapatgelembungparuatau alveoli. 6. Paru-paru Paru-parumerupakansebuahalattubuh yang berfungsiuntukpertukaran gas O2 dan CO2.Paru-parudibagiduayaituparu-parukanan yang terdiridari 3 lobusdanparuparukiri

yang

terdiridari

menghadapketengahrongga

2

lobus.Letakparu-parudirongga

dada

(kavum

dada

mediastinum).Paru-

parudibungkusolehselaput yang disebut pleura. B. Fisiologi Sistem pernafasan Fungsiparu-paruialahpertukaran

gas

oksigendankarbon dioksida.Pada pernapasanmelaluiparu-paruataupernapasanexterna, oksigenberasaldariudara yang masukmelaluihidungdanmulut, padawaktubernapas, oksigenmasukmelauitrakheadanpipabronkhialke yang

alveoli

danmempunyaihubungan

eratdengandarah

di

dalamkapilerpulmonalis.Hanya satulapisanmembranyaitumembran yang

alveoli-kapiler,

memisahkanoksigendaridarah.

Oksigenmenembusmembraninidandiangkutolehhaemoglobinseldarahmerahdandibawa

kejantungkemudiandipompaoleharterikeseluruhbagiantubuh.Darahmeninggalkanparuparupadatekananoksigen jenuhoksigen,

di

100

mmHg

dalamparu-paru,

kapilerdarikapilerdarahke

alveoli

danpadatingkatinihemoglobinnya

karbondioksidamenembusmembran

95% alveoli-

dansetelahmelaluipipabronkhialdantrakhea,

dikeluarkanmelaluihidungdanmulut. Pernapasanjaringanataupernapasaninterna, darah yang

telahmenjenuhkanhemoglobinnyadenganoksige,

mengitariseluruhtubuhdanakhirnyamencapaikapiler,

di

manadarahbergeraksangatlambat.Seljaringanmengangkutoksigendari untukmemungkinkanoksigenberlangsungdandarahmenerima,

hemoglobin sebagaigantinya,

hasilbuanganoksidasi, yaitukarbondioksida.

II.

KonsepDasarPenyakit A. Definisi Asmabronkialmerupakanpenyempitansebagiandariotothaluspadabronkusdanbronkiolu s yang bersifatreversible yang ditandaidenganadanya wheezing (mengi) intermiten yang tmbulsebagairesponakbatpaparanterhadapsuatuzatiritanatau allergen (Margaret Varnell Clark, 2013)

B. Etiologi Suatu

hal

yang

fenomenahiperaktivitas

yang

menonjol

pada

penderita

bronkus.

Bronkus

penderita

asma

asma sangat

adalah peka

terhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan ataufaktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: 1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang. 2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,seperti common cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, danpolutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. 3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari bentuk alergik dan non-alergik Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi danpresipitasi timbulnya serangan asma bronkhial yaitu :

1. Faktor predisposisi a. Genetik Faktor

yang

diturunkan

adalah

bakat

alerginya,

meskipun

belumdiketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderitadengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat jugamenderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jikaterpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluranpernapasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor presipitasi 1) Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan. Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi. b) Ingestan : yang masuk melalui mulut. Contoh : makanan dan obatobatan c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan 2) Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin seringmempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak dinginmerupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musimhujan, musim kemarau. 3) Stres Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbulharus segera diobati penderita asma yang mengalami stres ataugangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikanmasalah pribadinya. Karena jika stresnya belum diatasi makagejala belum bisa diobati. 4) Olah raga atau aktifitas jasmani Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat

merupakan pencetus. Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani. C. ManifestasKlinis 1. Wheezing 2. Dyspneu dengan lama ekspirasi 3. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit 4. Tachypnea, orthopnea 5. Gelisah 6. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan 7. Fatigue 8. Intoleransi aktivitas 9. Perubahan tingkat kesadaran, cemas 10. Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur Tanda serangan asma : a. Tanda awal serangan asma a) Tidak ada perbaikan dengan obat biasa b) Pemakaian obat lebih sering c) Mengi menetap d) Terlihat pucat dan agak gelisah e) Ingus encer makin banyak b. Tanda lanjutan serangan asma 1) Mengi menetap dan makin keras 2) Anak mudah lelah dan gelisah 3) Pemakaian obat makin sering 4) Perut turun naik saat bernapas 5) Anak lebih suka dalam posisi duduk 6) Obat pereda serangan tidak mempan lagi c. Tanda bahaya serangan asma 1) Mengi melemah tapi sesak napas makin berat 2) Anak terlihat kelelahan 3) Kebiruan didaerah mulut dan sekitarnya 4) Anak sangat gelisah

D. Patofisiologi Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri dari spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang menetap dan hipersekresi mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan hiveraktivitas bronkus yang khas. Orang yang menderita asma memilki ketidakmampuan mendasar dalam mencapai angka aliran uadara normal selama pernapasan (terutama pada ekspirasi). Ketidakmampuan ini tercermin dengan rendahnya usaha ekspirasi paksa pada detik pertama, dan berdasrkan parameter yang berhubungan aliran. Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Histamine yang dihasilkan menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamine juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru, sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Selain itu olahraga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan, karena terjadi aliran udara keluar masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat. Udara ini belum mendapat perlembaban (humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara adekuat sehingga dapat mencetuskan asma.

Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi dari pada selama inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalam intrapulmoner selama usaha ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolus tetapi juga menekan sisi luar bronkiolus. Oleh karena itu pendeita asma biasanya dapat menarik nafas cukup memadai tetapi mengalami kesulitan besar dalam ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea, atau ”kelaparan udara”. Kapsitas sisa fungsional paru dan volume paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma karena kesulitan mengeluarkan udara dari paru-paru. Setelah suatu jangka waktu yang panjang, sangkar dada menjadi membesar secara permanent, sehingga menyebabkan suatu ”barrel chest” (dada seperti tong).

E. Komplikasi 1. Pneumothoraks Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan nafas.Kerja pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental. 2. Status Asmatikus Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung dalam beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada pengobatan yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian. Factor penyebab : a. Infeksi saluran nafas b. Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi) c. Kontraksi otot polos d. Edema mukosa e. Hipersekresi 3. Emfisema kronik Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya.

4. Ateletaksis Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal. 5. Aspergilosis Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi aspergillus sp.Aspergilosis Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi alergi terhadap jamur yang disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dan kantong udara. 6. Gagal nafas 7. Bronchitis Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang kecil mengalami bengkakdanterjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan.

F. PemeriksaanPenunjang 1. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer). 2. Uji Provokasi bronkus Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan allergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji. 3. Foto dada ( scanning paru)

Scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. 4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma, tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi. 5. ABGs Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada asma dengan pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau asma). 6. Darah komplit Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma. 7. Uji kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. 8. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : a.

Perubahanaksisjantung,.

b.

Terdapatnyatanda-tandahipertropiototjantung, yakniterdapatnya RBB (Right bundle branch block).

c.

Tanda-tandahopoksemia,

9. Analisis gas darah

G. Collaborative Care Management Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tandatanda komplikasi. Penanggulangan asma pada anak meliputi: 1. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus 2. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi 3. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi inhalasi secara oral/parenteral

4. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir encer dan mudah dikeluarkan. 5. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik dengan latihan jasmani atau senam pernapasan. Tindakan penanggulangan : a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker b. Terapi cairan parenteral c. Terapi pengobatan : Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu : 1) Pengobatan non farmakologik a) Memberikan penyuluhan b) Menghindari faktor pencetus c) Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu 2) Pengobatan farmakologik a) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi

dalam

2 golonganyaitu

simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin),

namaobat:

orsiprenalin (alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma)dan santin (teofilin) nama obat: aminofilin (amicam supp), aminofilin (euphilin retard), teofilin(amilex) penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. a) Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan. b) Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

III.

RencanaAsuhanKeperawatananakdenganasmabronkial A. Diagnosakeperawatan

1. Ketidakefektifanbersihanjalannapasberhubungandenganpeningkatan produksisekret

2. Ketidakefektifan polanapas berhubungan denganbronkospasme 3. Gangguan polatidurberhubungan dengan batuk yangberlebih

B. Perencanaan DiagnosaKeperawatan

TujuandanKriteriaHasil

KetidakefektifanBersihanJalanNafas

NOC: 1. Respiratory

Definisi Ketidakmampuanuntukmembersihkansekresiatauobstruksidarisaluranpernafasanuntu

Intervensi

:

NIC: status

: Airway

Ventilation

Suction

2. Respiratory status : Airway 1. Pastika

kmempertahankankebersihanjalannafas

patency

n

BatasanKarakteristik :

3. Aspiration Control

kebutuh

1. Tidakadabatuk

Setelahdilakukantindakankepera

an oral /

2. Suaranafastambahan

watanselama

……..

tracheal

3. Perubahanfrekuensinafas

klienmenunjukkankeefektifanjala

suctioni

4. Perubahaniramanafas

nnafasdengan

ng

5. Sianosis

KriteriaHasil :

6. Kesulitanberbicaraataumengeluarkansuara

1.

Mendemonstrasikan

2. Auskult batuk

asi

7. Penurunanbunyinafas

efektif dan suara nafas yang

suara

8. Dispneu

bersih, tidak ada sianosis dan

nafas

9. Sputum dalamjumlah yang berlebihan

dyspneu

(mampu

sebelum

10.

Batuk yang tidakefektif

mengeluarkan

sputum,

dan

11.

Orthopneu

bernafas dengan mudah, tidak

sesudah

12.

Gelisah

ada pursed lips)

suctioni

13.

Mata terbukalebar

Menunjukkan

jalan

nafas

Faktor yang berhubungandengan:

yang

(klien

tidak 3. Informa

1. Lingkungan : perokok pasif, mengisap aspa, merokok

merasa tercekik, irama nafas,

sikan

2. Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus,

frekuensi pernafasan dalam

pada

adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya

rentang normal, tidak ada

klien

benda asing di jalan nafas.

suara nafas abnormal)

dan

Mampu mengidentifikasikan

keluarg

dan mencegah faktor yang

a

penyebab.

tentang

Fisiologis: Jalan napas alergik, asma, penyakit paru obstruktif kronik, hiperplasi dinding bronchial, infeksi, disfungsi neuromuskular

2.

3.

paten

ng

suctioni ng 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakuk an. 5. Berikan O2

dengan menggu nakan nasal untuk memfas ilitasi suksion nasotra keal 6. Gunaka n

alat

yang steril sitiap melaku kan tindaka n 7. Anjurka n pasien

untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluar kan dari nasotra keal 8. Monitor status oksigen pasien 9. Ajarkan keluarg a bagaim ana cara melaku

kan suksion 10. Hentika n suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunj ukkan bradikar di, peningk atan saturasi O2, dll.

Airway Manageme

nt 1. Buka jalan nafas, guanaka n teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu 2. Posisika n pasien untuk memaks imalkan ventilas i 3. Identifi kasi pasien

perluny a pemasa ngan alat jalan nafas buatan 4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakuka n fisiotera pi dada jika perlu 6. Keluark an sekret

dengan batuk atau suction 7. Auskult asi suara nafas, catat adanya suara tambah an 8. Lakuka n suction pada mayo 9. Berikan bronkod ilator

bila perlu 10. Berikan pelemb ab udara Kassa basah NaCl Lembab 11. Atur intake untuk cairan mengop timalka n keseimb angan. 12. Monitor respiras

i

dan

status O2

KetidakefektifanPolaNafas

NOC: 1. Respiratory

Definisi : Inspirasidanatauekspirasi yang tidakmemberiventilasi Batasankarakteristik :

status

: Airway

Ventilation

Manageme

2. Respiratory status : Airway nt

1. Perubahan kedalaman pernafasan 2. Perubahan ekskursi dada

NIC :

patency

1. Buka

3. Vital sign Status

jalan

3. Mengambil posisi tiga titik

nafas,

4. Penurunan ventilasi semenit

Setelahdilakukantindakankepera

guanaka

5. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

watanselama

n teknik

6. Penurunan kapasitas vital

………..klienmenunjukkankeefe

chin lift

7. Peningkatan diameter anterior-posterior

ktifanpolanafas, dengan

atau jaw

8. Pernafasan cuping hidung

thrust

9. Menggunakan otot pernafasan tambahan

Kriteriahasil:

10.

Bradipneu

4.

11.

Takipneu

Mendemonstrasikan

bila batuk

efektif dan suara nafas yang

perlu 2. Posisika

12.

Dispneu

bersih, tidak ada sianosis dan

n pasien

13.

Orthopnea

dyspneu

(mampu

untuk

Faktor yang berhubungan :

mengeluarkan

sputum,

memaks

1. Ansietas

bernafas dengan mudah, tidak

imalkan

2. Posisi tubuh

ada pursed lips)

ventilas

3. Deformitas tulang

Menunjukkan

jalan

nafas

4. Deformitas dinding dada

yang

(klien

tidak 3. Identifi

5. Keletihan

merasa tercekik, irama nafas,

kasi

6. Hiperventilasi, Hipoventilasi sindrom

frekuensi pernafasan dalam

pasien

7. Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal

rentang normal, tidak ada

perluny

8. Kelelahan otot pernafasan

suara nafas abnormal)

a

9. Nyeri

5.

6.

paten

Tanda Tanda vital normal

dalam

(tekanan

i

pemasa

10.

Disfungsi Neuromuskuler

rentang

ngan

11.

Obesitas

darah, nadi, pernafasan)

12.

Injuri tulang belakang

jalan

14.

Dyspnea

nafas

15.

Nafas pendek

buatan

16.

Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi

17.

Penurunan pertukaran udara / menit

mayo

18.

Menggunakan otot pernafasan tambahan

bila

19.

Orthopnea

perlu

alat

4. Pasang

20.

Pernafasan pursed-lip

5. Lakuka

21.

Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama

n

22.

Penurunan kapasitas vital

fisiotera pi dada jika perlu 6. Keluark an sekret dengan batuk atau suction 7. Auskult asi suara nafas, catat adanya suara tambah

an 8. Lakuka n suction pada mayo 9. Berikan bronkod ilator bila perlu 10. Berikan pelemb ab udara Kassa basah NaCl Lembab 11. Atur intake

untuk cairan mengop timalka n keseimb angan. 12. Monitor respiras i

dan

status O2 Oxygen Therapy 1. Bersihk an mulut, hidung dan secret trakea

2. Pertaha nkan jalan nafas yang paten 3. Atur peralata n oksigen asi 4. Monitor aliran oksigen 5. Pertaha nkan posisi pasien 6. Onserva si adanya

tanda tanda hipoven tilasi 7. Monitor adanya kecema san pasien terhada p oksigen asi Vital

sign

Monitoring 1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 2. Catat

adanya fluktuas i tekanan darah 3. Monitor VS saat pasien berbarin g, duduk, atau berdiri 4. Auskult asi TD pada kedua lengan dan banding kan

5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum , selama, dan setelah aktivita s 6. Monitor kualitas dari nadi 7. Monitor frekuen si

dan

irama pernapa san

8. Monitor suara paru 9. Monitor pola pernapa san abnorm al 10. Monitor suhu, warna, dan kelemb aban kulit 11. Monitor sianosis perifer 12. Monitor adanya

cushing triad (tekana n

nadi

yang melebar , bradikar di, peningk atan sistolik) 13. Identifi kasi penyeba b

dari

perubah an vital sign Gangguanpolatidur

NOC 1.Anxiety reduction

NIC Sleep

Definisi : Gangguankualitasdankuantitaswaktutidurakibatfaktoreksternal

2.Comfort level

Enhancem

3.Pain level

ent

BatasanKarakteristik :

4.Rest : Extent and Pattern

1.Determin

1. Perubahan pola tidur normal

5.Sleep : Extent an Pattern

asi efek-

2. Penurunan kemampuan berfungsi 3. Ketidakpuasan tidur 4. Menyatakan sering terjaga 5. Meyatakan tidak mengalami kesulitan tidur 6. Menyatakan tidak merasa cukup istirahat

efek KriteriaHasil : 1.Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari 2.Pola tidur, kualitas dalam batas normal

Faktor Yang Berhubungan 1. Kelembaban lingkungan sekitar 2. Suhu lingkungan sekitar

3.Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat

medikasi terhadap pola tidur 2.Jelaskan pentingn ya tidur yang

4.Mampu mengidentifikasikan

adekuat

3. Tanggung jawab memberi asuhan

hal-hal yang meningkatkan

3.Fasilitas

4. Perubahan pejanan terhadap cahaya gelap

tidur

untuk

5. Gangguan(mis.,untuk tujuan terapeutik, pemantauan, pemeriksaan laboratorium)

mempert

6. Kurang kontrol tidur

ahankan

7. Kurang privasi, Pencahayaan

aktivitas

8. Bising, Bau gas

sebelum

9. Restrain fisik, Teman tidur

tidur

10. Tidak familier dengan prabot tidur

(membac

a) 4.Ciptakan lingkung an yang nyaman 5.Kolabora sikan pemberia n obat tidur 6.Diskusik an dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien 7.Instruksi

kan untuk memonit or tidur pasien 8.Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur 9.Monitor/ catat kebutuha n tidur pasien setiap hari dan jam

IV.

DaftarPustaka

Almazini, P. 2012. Bronchial ThermoplastyPilihanTerapiBaruuntukAsmaBerat. Jakarta: FakultasKedokteranUniversitas Indonesia Clark. Margaret. Vamell.(2013). AsmaPanduanPenatalaksanaanKlinis.Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC. Danusantoso, Halim. (2013). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : EGC Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta : Mediaction. Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : EGC

SkemaPatofisiologi Pencetusserangan (allergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)

Reaksi antigen danAntibodi

Konstriksiototpolos

Respontubuh

-

Hiperventilasi Penggunaan otot bantu napas Pernapasan cuping hidung Retraksi dinding dada

Bronchospasme

Ketidakefektifanber sihanjalannapas

Release Vasoactive Substance (Histamin, Bradikinin, anafilatoxin)

Permeabilitaskapiler

-

Kontraksiototpolos Edema mukosa Hipersekresi

Obstruksisalurannapas

Ketidakefektifan

Sesakpadamalamh ari

polanapas

Kesulitantidur

Gangguanpolatidur

SkemaPatofisiologi 1 Sumber :Kusuma, Hardhi. (2015)

Related Documents

Lp Asma Puput.docx
October 2019 14
Lp Asma Bro.docx
May 2020 13
Lp Asma Athyn.docx
November 2019 21
Lp Asma . Anggi.docx
November 2019 29
Lp Asma Bronkial.docx
June 2020 14
Asma'
June 2020 38

More Documents from ""