LO 1 Tujuan Pengkalsifikasian Kennedy adalah untuk mendapatkan gambaran diagnostik kondisi rongga mulut pasien sejelas mungkin serta mengetahui topografi daerah yang tidak bergigi, sehingga memudahkan dalam mendisain gigi tiruan. DAPUS : Essays, UK. (November 2013). Patterns Of Partial Edentulism Health And Social Care Essay. LO 3 Indikasi GTSL:
Hilangnya satu atau lebih sebagian gigi
Gigi yang tersisa dalam keadaan baik dan memenuhi syarat sebagai gigi penyangga.
Keadaan processus alveolaris masih baik
Keadaan jaringan pendukung masih baik
Kesehatan umum dan kebersihan rongga mulut pasien baik
Kontraindikasi GTSL :
Pasien yang tidak kooperatif
Pasien memiliki penyakit sistemik (DM yang tidak terkontrol dan epilepsy)
DAPUS : Syahdinda, Meralda Rossy. 2013. Skripsi: Kegoyangan Gigi Penyangga. Surabaya: Universitas Airlangga LO 5 1. Penempatan Model Kerja pada Surveyor Model kerja diletakkan pada meja survey. 2. Menentukan Bidang Bimbing (Guiding Plane) Bidang bimbing diperlukan untuk mempermudah pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan tanpa paksaan. Bidang bimbing dapat ditemukan dengan mencari kesejajaran antara permukaan proksimal gigi. Kesejajaran ini dapat didapat dengan cara meletakkan model kerja dengan posisi bidang oklusal sejajar dengan meja basis surveyor, sehingga arah pemasangan dapat tegak lurus permukaan oklusal. Tetapi bila
dengan posisi tersebut tidak dapat ditemukan kesejajaran antara permukaan proksimal gigi, maka dapat dilakukan pemiringan model kerja (tilting) agar ditemukan bidang bimbing. Patokan pasti untuk melakukan pemiringan model tidak berlaku sama pada setiap kasus, tetapi petunjuk berikut ini dapat digunakan sebagai pegangan. Masingmasing cara ini ada indikasi penggunaannya sesuai dengan kasus. Macam pemiringan model tersebut: a. Pemiringan Anterior Pada cara ini, tepi anterior model dimiringkan ke bawah dan digunakan untuk kasus berujung bebas yang lebih posterior dari gigi premolar. Pemiringan semacam ini memberikan arah pemasangan dari posterior ke anterior, dengan memanfaatkan gerong yang ada pada bagian distal premolar.
Gambar: Pemiringan Anterior b. Pemiringan Posterior Cara ini diterapkan pada kasus-kasus berikut: Kasus kehilangan banyak gigi anterior karena pemiringan ini memberikan arah pemasangan dari anterior ke posterior. Di sini gerong mesial dari premolar dan molar yang dimanfaatkan. Cara ini sekaligus menempatkan gigi tiruan sebagian lepasan lebih dekat kepada
penyangga, sehingga secara estetik hasilnya lebih baik. Kasus kehilangan gigi pada bagian anterior maupun posterior. Pemiringan ini akan memberikan arah pemasangan yang akan menempatkan protesa lebih dekat kepada gigi penyangga anterior, serta mengurangi terlihatnya ruang lebar yang terjadi antara gigi tiruan dan gigi penyangga anteriornya.
Gambar: Pemiringan Posterior c. Pemiringan Lateral Cara ini dipilih untuk kasus yang posisi salah satu gigi penyangganya abnormal. Sebagai contoh: Bila sebuah gigi molar kiri bawah sangat miring ke lingual, arah pemasangan harus dipilih ke kanan atau ke kiri, sehingga gigi miring ini dapat dimanfaatkan. Hal serupa dilakukan bila gerong jaringan tertentu perlu dibiarkan, contohnya pada tuberositas yang menonjol. d. Pemiringan Anterior atau Posterior Pada kasus dukungan gigi, di mana daerah tak bergigi dibatasi gigi-gigi penyangga, biasanya dipilih cara ini. Pada cara ini, model rahang harus dimiringkan sedemikian rupa, sehingga gigi penyangga terkuat akan memberikan retensi dan dukungan terbesar. Contoh: Bila M2 kuat, sedangkan P2 lemah, maka dilakukan pemiringan posterior. Dengan demikian diperoleh efek penguat (bracing) cengkeran pada M2. Hal sebaliknya bila M2 yang lemah.
Gambar: Pemiringan Anterior atau Posterior 3. Penentuan Garis Survey Garis survey menandai garis kontur terbesar dari gigi atau jaringan pada suatu kedudukan tertentu dari sebuah model. Garis ini didapat dengan menyentuhkan karbon penanda pada sekeliling permukaan gigi atau bagian model lain. Garis survey membagi gigi menjadi dua bagian. Bagian gerong (undercut) berada di bawah garis ini dan bagian lain disebut tanpa gerong (non undercut) berada di atas garis survey.
Gambar: Garis Survey 4. Pengukuran Daerah Retensi Besarnya retensi pada gerong diukur dengan menggunakan alat penukur gerong (undercut gauge), yang besarnya 0,01 inci, 0,02 inci, atau 0,03 inci. Pengukuran gerong dilakukan dengan menempelkan ujung pengukur pada titik di mana ujung lengan cengkeram akan berakhir. Sebagian gerong (retentive undesirableundercut) di bawah garis survey berguna untuk menahan protesa dalam mulut, karena bisa dipakai untuk meletakkan lengan cengkeram untuk retensi gigi tiruan. Bagian gerong lain juga dapat menyulitkan pemasangan atau pengeluaran gigi tiruan.
Gambar: Daerah Gerong dan Daerah Tanpa Gerong 5. Evaluasi Masalah Hambatan (Interference) Pada survey model rahang bawah, hendaknya diperiksa dengan cermat permukaan lingual yang akan dilewati konektor utama berupa lingual bar, karena gigigigi belakang sering kali miring ke lingual. Tonjolan tulang dan gigi premolar yang miring seing mengganggu konektor. Suatu tindakan bedah dan atau pengasahan bagian lingual tidak dapat dihindari, bila hambatan terdapat pada kedua sisi. Pada hambatan satu sisi saja, pemiringan model ke lateral mungkin sudah bisa dijadikan jalan keluar. Pada rahang atas jarang dijumpai hambatan terhadap konektor utama. Hambatan pada maksila biasanya berupa miringnya gigi ke bukal atau bagian tulang yang menonjol ke bukal pada regio tak bergigi. Seperti halnya kasus pada rahang bawah, harus dipilih salah satu cara: hambatan dihilangkan, arah pemasangan saja yang diubah atau membuat konektor utama dan basis yang bisa menghindarinya. 6. Evaluasi Faktor Estetik Arah pemasangan terpilih harus dipertimbangkan lagi dari segi estetik, baik mengenai penempatan lengan cengkeran maupun penyusunan elemennya. 7. Rekaman Hubungan Model Kerja dengan Surveyor
Ada beberapa cara rekaman yang bisa digunakan: a. Tripoding Pada cara ini tiga buah tanda dibuat pada permukaan model kerja pada ketinggian atau bidang horizontal yang sama. Jadi, ketiga titik ini akan terletak pada bidang horizontal yang sama. Pada saat pengembalian model ke kedudukan semula di atas meja surveyor, model diatur sedemikian rupa, sehingga tongkat analisis berkontak kembali dengan ketiga tanda yang sudah dibuat, pada ketinggian yang sama. Hal ini akan mengembalikan model pada posisi awal dan dengan demikian juga arah pemassangan yang sebelumnya sudah ditentukan.
Gambar: Tripoding b. Pemberian Tanda Garis Di sini tepi lateral (kiri dan kanan) serta dorsal model diberi tanda garis. Pemberian tanda dengan pensil dilakukan dengan menyentuhkan tongkat analisis pada ketiga sisi model. Pada saat pengembalian posisi, model dimiring-miringkan sampai tongkat menyentuh kembali dengan tepat ke tiga garis tersebut.
Gambar: Pemberian Tanda Garis c. Pemberian Tanda Goresan Dengan cara dan prosedur yang sama seperti pemberian tanda garis, dapat pula dilakukan pemberian tanda berupa goresan pada permukaan model.
Cara penggoresan ini lebih menguntungkan, karena pada duplikasi model, tanda gorensan ini tak akan hilang dan tetap ada pada model duplikat.
Gambar: Pemberian Tanda Goresan d. Pemasangan Pin `Selesai dengan prosedur penentuan arah pemasangan, bagian tengah dasar model dilubangi. Tongkat surveyor kemudian diganti dengan sebuah pin. Masih dalam kedudukan sama, pin ini lalu dimasukkan ke dalam lubang tadi, lalu disemen. Supaya tidak mengganggu proses pekerjaan selanjutnya, pembuatan lubang hendaknya diatur pada bagian yang tak ada kerangkanya.
DAPUS : Gunadi H.A, dkk. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 2. Jakarta: Hipokrates