Makalah Hiv Aids Ns Gresty New.docx

  • Uploaded by: Edis TL Kesek
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Hiv Aids Ns Gresty New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,125
  • Pages: 12
MAKALAH “HIV dan AIDS”

Di Susun Oleh : Livia Tampanguma

17011104053

Thasya Kesek

17011104059

Zefanya Najoan

17011104062

Cathleen Gunawan

17011104071

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah “HIV dan AIDS” ini dengan baik. Dengan segala kerendahan hati, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penulisan makalah ini, dan juga kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak penyempurnaan makalah ini, sangat penulis harapkan. Kami berharap semoga makalah ini memberi manfaat serta memberikan informasi yang berguna bagi kita semua yang membutuhkannya.

Manado, 18 Maret 2019

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR………………………………………………………………………. DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………. BAB I : PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG…………………………………………………………. 1.2. RUMUSAN MASALAH………………………………………………………. 1.3. TUJUAN…………………………………………………………….................. 1.4. MANFAAT………………………………………………………….................. BAB II : PEMBAHASAN A. PENGERTIAN …………………………………………………………………. B. PERBEDAAN HIV DAN AIDS………………………………………………... C. MEKANISME………………………………………………………………….. D. PENYEBAB…………………………………………………………………….. E. PENCEGAHAN………………………………………………………………… F. FAKTOR RESIKO……………………………………………………………... G. SKRINNING……………………………………………………………………. H. PENATALAKSANAAN……………………………………………………….. BAB III : PENUTUP 3.1. KESIMPULAN………………………………………………………………… 3.2. SARAN………………………………………………………………………… DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH 1.2.1. Apa pengertian dari HIV dan AIDS? 1.2.2. Apa perbedaan dari HIV dan AIDS? 1.2.3. Apa mekanisme dari HIV dan AIDS? 1.2.4. Apa penyebab dari HIV dan AIDS? 1.2.5. Bagaimana cara pencegahan dari HIV dan AIDS? 1.2.6. Apa sajakah factor resiko dari HIV dan AIDS? 1.2.7. Apa sajakah skrinning dari HIV dan AIDS? 1.2.8. Apa sajakah penatalaksanaan dari HIV dan AIDS? 1.3 TUJUAN PENULISAN 1.3.1. Agar kita dapat mengetahui apa itu HIV dan AIDS? 1.3.2. Agar kita dapat mengetahui perbedaan dari HIV dan AIDS? 1.3.3. Agar kita dapat mengetahui mekanisme dari HIV dan AIDS? 1.3.4. Agar kita dapat mengetahui penyebab dari HIV dan AIDS? 1.3.5. Agar kita dapat mengetahui cara pencegahan dari HIV dan AIDS? 1.3.6. Agar kita dapat mengetahui factor resiko dari HIV dan AIDS? 1.3.7. Agar kita dapat mengetahui skrinning dari HIV dan AIDS? 1.3.8. Agar kita dapat mengetahui penatalaksanaan dari HIV dan AIDS? 1.4 MANFAAT PENULISAN 1.4.1. Bagi Penulis Penulis dapat memperluas ilmu pengetahuan tentang HIV dan AIDS. 1.4.2. Bagi Pembaca Masyarakat atau pembaca boleh mendapatkan wawasan ilmu pengetahuan lewat membaca karya tulis mengenai HIV dan AIDS.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan infeksi sudah hilang sepenuhnya. B. Perbedaan HIV dan AIDS HIV adalah virus dan AIDS adalah kondisi penyakit yang dapat disebabkan oleh HIV. Namun, tidak semua pengidap HIV akan otomatis terkena AIDS di kemudian hari. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dengan menghancurkan sel CD4 (sel T). Sel CD4 adalah bagian dari sistem imun yang spesifik bertugas melawan infeksi. Infeksi HIV menyebabkan jumlah sel CD4 turun secara dramatis sehingga sistem imun tubuh Anda tidak cukup kuat untuk melawan infeksi. Akibatnya, jumlah viral load HIV bisa meningkat. Ketika viral load Anda tinggi, itu artinya sistem kekebalan tubuh sudah gagal bekerja melawan HIV dengan baik. Sementara itu, AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS dianggap sebagai tahap akhir dari infeksi HIV jangka panjang. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa AIDS adalah sebuah penyakit kronis akibat infeksi HIV yang memunculkan sekelompok gejala berkaitan dengan penurunan daya tahan tubuh. Pengidap HIV bisa dikatakan sudah terkena AIDS ketika jumlah sel CD4 dalam tubuhnya turun hingga kurang dari 200 sel per 1 ml atau 1 cc darah. Orang dengan AIDS memiliki sistem imun yang sangat lemah sehingga juga sangat rentan terhadap risiko infeksi oportunistik terkait HIV stadium-4 seperti herpes zoster (cacar ular atau cacar api), sarkoma Kaposi, limfoma nonHodgkins, tuberkulosis, kanker, dan/atau pneumonia.

C. Mekanisme HIV tergolong retrovirus, virus tersebut merupakan materi genetiknya yaitu asam ribonukleat yang dibungkus oleh protein. HIV mempunyai kemampuan mengubah materi genetic dari RNA menjadi DNA dengan menggunakan enzim reverse transcriptase sehingga tidak terdeteksi oleh system imun yang ada didalam tubuh (monosit, makrofag dan limfosit T4 Helper. Limfosit T4 Helper sering juga disebut CD4+ bila berkaitan dengan infeksi HIV. Peran limfosit T4 adalah mengenali antigen asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibody dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasite. Jika Limfosit T4 terganggu maka daya tahan tubuh akan menurun dan akan menyebabkan infeksi oportunistik. HIV menyerang dengan melekat pada membrane T4 Helper dengan bantuan reverse transcriptase yang mengubah materi genetic RNA menjadi DNA, kemudian DNA ini disatukan dengan T4 Helper menjadi infeksi yang permanen. Pada saat sel T4 helper yang terinfeksi diaktifkan, maka akan terjadi reflikasi dan pembentukan tunas HIV yang baru dan sel T4 Helper dihancurkan. Kemudian HIV yang baru akan dilepaskan kedalam plasma darah dan menginfeksi CD4 lainnya. Proses ini akan berjalan terus menerus sehingga dan menyebar ke berbagai system tubuh dan jika tidak ditangani dengan baik, bisa mengakibatkan AIDS. (Samsuridjal Djauzi, 2004). D. Penyebab AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV). HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang. Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, air susu ibu dan cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain:  Hubungan seks Infeksi HIV dapat terjadi melalui hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang, HIV juga dapat menular melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya seperti gusi berdarah atau sariawan.  Berbagi jarum suntik Berbagi penggunaan jarum suntik dengan penderita HIV adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular HIV.  Transfusi darah Penularan HIV dapat terjadi saat seseorang menerima donor darah dari penderita HIV.  Ibu ke Anak HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya. Virus HIV juga dapat menular pada proses melahirkan, atau melalui air susu ibu saat proses menyusui.

Perlu diketahui, HIV tidak menyebar melalui kontak kulit seperti berjabat tangan atau berpelukan dengan penderita HIV. Penularan juga tidak terjadi melalui ludah, kecuali bila penderita mengalami sariawan, gusi berdarah, atau terdapat luka terbuka di mulut. E. Pencegehan Sampai saat ini, belum ada vaksin yang dapat mencegah infeksi HIV. Meskipun demikian, infeksi dapat dicegah dengan beberapa langkah berikut: 

  



Gunakan kondom yang baru tiap berhubungan seks, baik seks melalui vagina atau melalui dubur. Bila memilih kondom berpelumas, pastikan pelumas yang berbahan dasar air. Hindari kondom dengan pelumas yang berbahan dasar minyak, karena dapat membuat kondom bocor. Untuk seks oral, gunakan kondom yang tidak berpelumas. Hindari berhubungan seks dengan lebih dari satu pasangan. Beri tahu pasangan bila Anda positif HIV, agar pasangan Anda menjalani tes HIV. Diskusikan kembali dengan dokter bila Anda didiagnosis positif HIV dalam masa kehamilan, mengenai penanganan selanjutnya dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari ibu ke janin. Bagi pria, disarankan bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

Segera ke dokter bila menduga baru saja terinfeksi virus HIV, misalnya karena berhubungan seks dengan penderita HIV. Dokter dapat meresepkan obat post-exposure prophylaxis (PEP), untuk dikonsumsi selama 28 hari. Obat PEP adalah kombinasi 3 obat antiretroviral, yang dapat mencegah perkembangan infeksi HIV. Meskipun demikian, terapi dengan PEP harus dimulai maksimal 3 hari setelah infeksi virus terjadi.

F. Faktor Resiko Orang-orang yang beresiko tinggi mengalami HIV dan AIDS yaitu :  Hubungan seks tanpa mengenakan kondom Risiko penularan akan lebih tinggi melalui hubungan seks anal, dan hubungan seks dengan berganti pasangan.  Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular seksual menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga meningkatkan risiko tertular HIV.  Berbagi suntikan. Pengguna NAPZA suntik umumnya berbagi jarum suntik dalam menggunakan narkoba.  Homosexual  Berganti-ganti pasangan

G. Skrinning Untuk memastikan apakah pasien terinfeksi HIV, maka harus dilakukan tes HIV. Skrining dilakukan dengan mengambil sampel darah atau urine pasien untuk diteliti di laboratorium. Jenis skrining untuk mendeteksi HIV adalah:  Tes antibody Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.  Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi p24, suatu protein yang menjadi bagian dari virus HIV. Tes antigen dapat dilakukan 2-6 minggu setelah pasien terinfeksi. Bila skrining menunjukkan pasien terinfeksi HIV (HIV positif), maka pasien perlu menjalani tes selanjutnya. Selain untuk memastikan hasil skrining, tes berikut dapat membantu dokter mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang tepat. Sama seperti skrining, tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pasien, untuk diteliti di laboratorium. Beberapa tes tersebut antara lain:  Hitung sel CD4 CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh HIV. Oleh karena itu, semakin sedikit jumlah CD4, semakin besar pula kemungkinan seseorang terserang AIDS. Pada kondisi normal, jumlah CD4 berada dalam rentang 500-1400 sel per milimeter kubik darah. Infeksi HIV berkembang menjadi AIDS bila hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik darah.  Pemeriksaan viral load (HIV RNA) Pemeriksaan viral load bertujuan untuk menghitung RNA, bagian dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari 100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak tertangani. Sedangkan jumlah RNA di bawah 10.000 kopi per mililiter darah, mengindikasikan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat. Akan tetapi, kondisi tersebut tetap saja menyebabkan kerusakan perlahan pada sistem kekebalan tubuh.  Tes resistensi (kekebalan) terhadap obat Beberapa subtipe HIV diketahui kebal pada obat anti HIV. Melalui tes ini, dokter dapat menentukan jenis obat anti HIV yang tepat bagi pasien.

H. Penatalaksanaan Penatalaksanaan untuk kasus HIV (human immunodeficiency virus) adalah dengan memberikan terapi antiretroviral (ARV) yang berfungsi untuk mencegah sistem imun semakin berkurang yang berisiko mempermudah timbulnya infeksi oportunistik. Hingga kini, belum terdapat penatalaksanaan yang bersifat kuratif untuk menangani infeksi HIV. Walau demikian, terdapat penatalaksanaan HIV yang diberikan seumur hidup dan bertujuan untuk mengurangi aktivitas HIV dalam tubuh penderita sehingga memberi kesempatan bagi sistem imun, terutama CD4 untuk dapat diproduksi dalam jumlah yang normal. Pengobatan kuratif dan vaksinasi HIV masih memerlukan penelitian lebih lanjut.  Terapi Antiretroviral (ARV) Prinsip pemberian ARV menggunakan 3 jenis obat dengan dosis terapeutik. Jenis golongan ARV yang rutin digunakan: 1) NRTI (nucleoside and nucleotide reverse transcriptaser inhibitors) dan NNRTI (non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors): berfungsi sebagai penghambat kinerja enzim reverse transcriptase (enzim yang membantu HIV untuk berkembang dan aktif dalam tubuh pejamu) 2) PI (protease inhibitors), menghalangi proses penyatuan dan maturasi HIV 3) INSTI (integrase strand transfer inhibitors), mencegah DNA HIV masuk ke dalam nucleus Pemberian ARV diinisiasi sedini mungkin sejak penderita terbukti menderita infeksi HIV.  ARV Lini Pertama untuk Dewasa 1) Pilihan ARV lini pertama untuk dewasa adalah sebagai berikut: TDF (Tenofovir) 300mg + 3TC (Lamivudine) 150mg atau FTC (Emtricitabine) 200mg + EFV (Efavirenz) 600mg: Umumnya dalam bentuk KDT (kombinasi dosis tetap) 2) AZT (Zidovudine) 300mg +3TC (Lamivudine) 150mg + EFV(Efavirenz) 600mg atau NVP (Nevirapine) 150mg 3) TDF (Tenofovir) 300mg +3TC (Lamivudine) 150mg atau FTC (Emtricitabine) 200mg + NVP (Nevirapine) 150mg TDF tidak boleh dimulai jika CCT (creatine clearance test) < 50ml/menit, atau pada kasus diabetes lama, hipertensi tak terkontrol dan gagal ginjal. AZT tidak boleh digunakan bila Hb <10g/dL sebelum terapi. Kombinasi 3 dosis tetap (KDT) yang umum tersedia: TDF+3TC+EFV.

 Efek Samping ARV Selama 1 bulan awal pemberian ARV, penting untuk dilakukan evaluasi untuk memantau respon tubuh terhadap pengobatan, baik efek yang dirasakan secara fisik maupun psikologis. Efek yang sering dirasakan pada awal penggunaan ARV berupa mual, urtika, limbung/kehilangan keseimbangan, lemas, pusing, dan gangguan tidur. Keadaan ini dapat timbul pada masa awal penggunaan ARV, dan akan berkurang saat kadar ARV mulai stabil dalam darah.

 Follow Up Terapi Pemantauan rutin dilakukan setiap 3 hingga 6 bulan sekali. Yang dipantau termasuk dari keluhan yang dirasakan selama penggunaan ARV, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan laboratorium terutama CD4, viral load dan baseline.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA Bhatti, et al. (2016). Current Scenario of HIV/AIDS, Treatment Options, and Major Challenges with Compliance to Antiretroviral Therapy. Cureus, 8(3), pp. e515. Simon, et al. (2006). HIV/AIDS Epidemiology, Pathogenesis, Prevention, and Treatment. Lancet, 368(9534), pp. 489-504. World Health Organization (2018). HIV/AIDS. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2017). Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Laporan Perkembangan HIV-AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) Triwulan 1 Tahun 2017. US Department of Health and Human Services. CDC (2018). HIV Treatment. Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. HIV/AIDS. Pietrangelo, A. Healthline (2018). A Comprehensive Guide to HIV and AIDS. WebMD (2016). HIV Screening: Tests That Diagnose HIV. WebMD (2017). How CD4 Counts Help Treat HIV and AIDS. WebMD (2017).

Related Documents

Hiv Aids
November 2019 39
Hiv Aids
June 2020 25
Hiv/aids
June 2020 37
Hiv Aids
June 2020 31
Hiv-aids
November 2019 60

More Documents from ""