LAPORAN HUMAN BITEMARK SKILL LAB ODONTOLOGI FORENSIK
Kelompok A
Anggota Kelompok: 1. Rosellina Charisma Ilman
(161610101001)
2. Shania Rada Chairmawati
(161610101002)
3. Lifia Mufida
(161610101003)
4. Salsabila Dewinta Anggi P
(161610101004)
5. Shabrina Widya A
(161610101005)
6. Atha Ramadhana Yaniar
(161610101028)
Dosen Pembimbing : drg. Dwi Kartika Apriyono M.Kes., Sp.OF.
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2019
HUMAN BITEMARK Alat dan Bahan : 1. Bowl 2. Spatula 3. Sendok cetak nomer 2 4. Malam merah 5. Buah apel 6. Buah pisang 7. Keju lapis 8. Keju batang 9. Handscoon 10. Air 11. Alginat 12. Gipsum biru
Prosedur : 1. Setiap kelompok menyiapkan 1 orang untuk dicetak gigi-geliginya dan 1 orang operator untuk mencetak 2. Lalu, siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk mencetak. Langkah pertama, campur alginate dengan air secukupnya, aduk sampai kental. Campuran alginate jangan sampai setting 3. Tuangkan campuran alginate pada sendok cetak untuk rahang atas (salah satu terlebih dahulu) sampai penuh 4. Masukkan sendok cetak sesuai dengan rahangnya dan lakukan penekanan pada gigi-geligi agar tercetak dengan baik 5. Setelah agak setting, keluarkan sendok cetak dari mulut pasien 6. Lakukan hal yang sama untuk rahang bawah 7. Setelah pencetakan dengan alginate selesai, cetakan tersebut dicor dengan gipsum biru. Lalu biarkan sampai benar-benar setting. Setelah dipastikan setting, pisahkan gips biru dengan alginate, sehingga model cetakan gigi-geligi pasien dapat terlihat 8. Untuk selanjutnya, praktikum bite mark ini dilakukan pada malam merah mainan untuk semua anggota kelompok. Gigit malam merah mainan, usahakan jangan sampai sobek. 9. Berikutnya, dilakukan pada keju selapis maupun keju batang yang digigit oleh pasien yang dilakukan pencetakan awal
10. Dan pada apel maupun pisang yang digigit oleh pasien yang dilakukan pencetakan awal
Ilmu kedokteran gigi forensik merupakan suatu ilmu yang berkaian erat dengan hukum dalam penyidikan melalui gigi-geligi. Banyak sekali keuntungan gigi dalam identifikasi forensik, antara lain, gigi merupakan lengkungan secara anatomis, antropologis, dan morfologis mempunyai letak yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi sehingga apabila trauma yang terkena lebih dahulu ialah otot-otot tersebut, gigi sukar membusuk, gigi di dunia tidak ada yang sama, gigi mempunyai ciri-ciri khusus salah satunya setiap RAS mempunyai ciri yang berbeda, gigi tahan asam keras, gigi tahan panas (Mamile, 2015). Salah satu objek yang dapat dijadikan untuk pemeriksaan adalah bekas gigitan (bitemark).
Definisi Bite Mark Menurut Bowes dan Bell pada tahun 1955, mengatakan bahwa bite mark merupakan suatu perubahan fisik pada bagian tubuh yang disebabkan oleh kontak atau interdigitasi antara gigi atas dengan gigi bawah sehingga struktur jaringan terluka baik oleh gigi manusia maupun hewan. Menurut Curran, et al, pada tahun 1680 bahwa bite mark pada hewan buas yang dominan membuat luka adalah gigi caninus atau taring yang berbentuk kerucut. Sedangkan, menurut Soderman dan O’connel pada tahun 1952, mengatakan bahwa yang paling sering terdapat bite mark pada buah-buahan yaitu buah apel, pear, dan bengkuang yang sangat terkenal dengan istilah Apple Bite Mark. Menurut William Eckert pada tahun 1992, bahwa yang dimaksud dengan bite mark ialah tanda gigitan dari pelaku yang tertera pada kulit korban dalam bentuk luka, jaringan kulit maupun jaringan ikat di bawah kulit sebagai akibat dari pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku melalui kulit korban. Sedangkan menurut Lukman pada tahun 2003, bite mark mempunyai suatu gambaran dari anatomi gigi yang sangat karakteristik yang meninggalkan bite mark pada jaringan ikat manusia baik disebabkan oleh hewan maupun manusia yang masing-masing individu sangat berbeda (Lukman, 2006).
Klasifikasi Bite Mark Bite mark mepunyai derajat perlukaan sesuai dengan kerasnya gigitan, pada bite mark manusia terdapat 6 kelas yaitu (Lukman, 2006) : a. Kelas I : bite mark terdapat jarak dari gigi insisivus dan kaninus
b. Kelas II : bite mark kelas II seperti bite mark kelas I, tetapi terlihat cusp bukalis dan palatalis maupun cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi derajat bite marknya masih sedikit c. Kelas III : bite mark kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigi insisivus telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah dari bite mark kelas II d. Kelas IV : bite mark kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat bite mark irregular e. Kelas V : bite mark kelas V terlihat luka yang menyatu dari bite mark insisivus, kaninus dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah f. Kelas VI : bite mark kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari rahang atas dan rahang bawah dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi dan pembukaan mulut
Analisa Bite Mark pada Manusia Analisa bite mark dilakukan hanyalah korban yang terdapat bite mark manusia. Karena bite mark oleh hewan dapat segera diketahui. Maka tim identifikasi maupun tim penyidik haruslah dengan lincah dapat membedakan segera bite mark hewan maupun bite mark manusia di tempat kejadian perkara atau pada tubuh korban (Lukman, 2006). 1. Bahan-Bahan Analisa Apabila dilakukan pencetakan pada bite mark manusia haruslah digunakan bahan cetak yang flow sistem antara lain alginat dan sejenisnya. Kemudian untuk organ tubuh yang bulat adalah yang paling sulit untuk dilakukan, pencetakan ini dicetak menggunakan masker dari kain keras yang digunting dan dibentuk sesuai dengan daerah sekitar bite mark sehingga bahan cetak yang flow sistem tidak berhambur keluar dari daerah sekitar bite mark karena dijaga oleh masker yang digunakan tersebut. 2. Cara Mencetak Bite mark Mencetak bite mark terdapat berbagai cara antara lain dengan menggunakan mangkok cetak dari masker kain keras atau dengan menggunakan kain sepanjang diameter cetakan dan berlapis-lapis. Selanjutnya diaduk bahan cetak yang flow sistem, ditempatkan dan ditekan dengan getaran pada sekitar bite mark kemudian mangkok cetak diisi setengah dari mangkok oleh bahan yang flow sistem, kemudian disajikan satu dengan bahan flow sistem bite mark. 3. Hasil Cetakan
Hasil cetakan dari bite mark menghasilkan suatu model dari gips yang telah dicor dari model negatif kemudian dicekatkan giginya pada okludator atau articulator apabila gigitannya tidak stabil. Hal ini dapat diketahui jika terdapat bite mark rahang atas maupun rahang bawah. 4. Kontrol Bite Mark Kontrol bite mark dilakukan melalui artikulator dengan model cetakan pada selembar malam merah atau keju sehingga menampakkan bite mark.
BITE MARK NO. 1.
FOTO BITE MARK
KETERANGAN Teraan pada malam, terlihat membentuk lengkung gigi dan gigi insisivus hingga molar 2 tercetak dengan baik.
Teraan pada rahang bawah nomor 01 terlihat teraan yang baik dan gigi lengkap dari insisivus hingga molar 2.
Teraan malam pada rahang atas 02, terlihat hanya gigi insisivus central dan lateral, juga gigi molarnya yang tercetak dengan baik. Kemungkinan pasien open bite atau tidak memiliki gigi pada daerah caninus hingga premolar.
Teraan malam pada rahang bawah 02, terlihat hanya gigi insisivus central dan lateral, juga gigi molarnya yang tercetak dengan baik. Kemungkinan pasien open bite atau tidak memiliki gigi pada daerah caninus hingga premolar.
Teraan pada malam, terlihat membentuk lengkung gigi dan gigi insisivus hingga molar 2 tercetak dengan baik.
Teraan pada rahang bawah nomor 03 terlihat teraan yang baik dan gigi lengkap dari insisivus hingga molar 2.
Teraan pada malam, terlihat membentuk lengkung gigi dan gigi insisivus hingga molar 2 tercetak dengan baik.
Teraan pada rahang bawah nomor 04 terlihat teraan yang baik dan gigi lengkap dari insisivus hingga molar 2.
Teraan pada malam, terlihat membentuk lengkung gigi dan gigi insisivus hingga molar 2 tercetak dengan baik.
Teraan pada rahang bawah nomor 05 terlihat teraan yang baik dan gigi lengkap dari insisivus hingga molar 2.
Teraan pada malam, terlihat membentuk lengkung gigi dan gigi insisivus hingga molar 2 tercetak dengan baik.
Teraan pada rahang bawah nomor 28 terlihat teraan yang baik dan gigi lengkap dari insisivus hingga molar 2.
2.
Teraan pada pisang sesuai dengan model cetak . Dengan ciri-ciri gigi terletak pada lengkung rahang manusia. Terlihat pada pisang cetakan berbentuk teraan gigi yang menunjukkan lebar mesiodistal dari gigi penggigitnya.
Teraan gigitan rahang bawah pada pisang.
Teraan gigitan pada pisang.
3.
Teraan pada apel sesuai dengan model cetak . Dengan ciri-ciri gigi terletak pada lengkung rahang. Terlihat penggigit hanya menggigit menggunakan gigi insisivus central dan lateralnya.
Teraan rahang bawah pada apel.
4.
Teraan pada keju sesuai dengan model cetak . Dengan ciri-ciri gigi terletak pada lengkung rahang. Terlihat pada keju terdapat teraan gigi lengkap dari insisivus hingga molar.
5.
Hasil cetakan gigi rahang atas penggigit, terlihat sesuai dengan hasil teraan pada malam, keju, dan pisang. Ciri khasnya adalah terdapat gigi insisivus rahang bawah yang labioversi sehingga pada teraan juga terlihat teraan gigi insisivus yang miring juga.
Hasil cetakan gigi rahang bawah penggigit.
Cetakan model tampak depan Cetakan model tampak samping
DAFTAR PUSTAKA
Lukman. 2006. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik 1. Jakarta: CV Sagung Seto. Hal.1-6, 45-47. Mamile, Husein. 2015. Analisis “Bite Mark” dalam Identifikasi Pelaku Kejahatan. Makassar: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.