LAPORAN PRESENTASI JOURNAL READING PRINSIP DAN PROSEDUR TINDAKAN VELSCOPE MATA KULIAH DENTISTRY UPDATE
Kelompok A
Anggota Kelompok: 1. Rosellina Charisma Ilman
(161610101001)
2. Shania Rada Chairmawati
(161610101002)
3. Lifia Mufida
(161610101003)
4. Salsabila Dewinta Anggi P
(161610101004)
5. Shabrina Widya A
(161610101005)
6. Alda Utami Hidayana
(161610101006)
7. Rafi Ihya Insani Tahir
(161610101007)
8. Mahardiani Dwi A
(161610101008)
9. Najwa Hana
(161610101009)
10. Nina Raditya S
(161610101010)
Dosen Pembimbing : drg. Ayu Mashartini Prihanti, Sp.PM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2019 1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan presentasi journal reading Prinsip dan Prosedur Tindakan Velscope. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok A pada Mata Kuliah Dentistry Update. Penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1.
drg. Ayu Mashartini Prihanti, Sp.PM selaku pengampu overview yang telah membimbing jalannya presentasi dan memberikan masukan yang membantu bagi pengembangan ilmu yang telah didapatkan.
2.
Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan–perbaikan demi kesempurnaan laporan ini dan masa mendatang. Semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Jember, 30 Maret 2019
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ………………………………………………………………
2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………..
3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
4
1.1 Latar belakang …………………………………………………………..
4
1.2 Tujuan …………………………………………………………………..
4
1.3 Manfaat ………………………………………………………………….
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………
5
2.1 Pengertian Restorasi pada Gigi Sulung …………………………………
5
2.2 Restorasi Estetik pada Gigi Sulung ……………………………………...
5
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………………...
11
3.1 Journal Reading Kelompok D : Crowns in Pediatric Dentistry …………
11
3.1.1 Laporan Kasus …………………………………………………….
11
3.1.2 Pembahasan Pertanyaan …………………………………………..
12
3.2 Journal Reading Kelomok E : Pediatric Crwons – From Stainless Steel to Zirconia ……………………………………………………………….
16
3.2.1 Laporan Kasus ……………………………………………………..
16
3.2.2 Pembahasan Pertanyaan ……………………………………………
17
3.3 Journal Reading Kelompok J : Esthetic Crowns in Pediatric Dentistry ….
19
3.3.1 Laporan Kasus ………………………………………………………
19
3.3.2 Pembahasan Pertanyaan …………………………………………….
20
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………..
24
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….
24
4.2 Saran ………………………………………………………………………
24
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...
25
LAMPIRAN …………………………………………………………………………..
28
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker mulut dan faring merupakan golongan kanker dan termasuk urutan keenam di dunia. Lebih dari 90% oral keganasan adalah karsinoma sel skuamosa dan lebih dari 80% ini dapat dikaitkan dengan konsumsi tembakau atau alkohol. Meskipun demikian kemajuan perawatan bedah dan kemoradioterapi,untuk
meningkat kelangsungan hidup lima tahun
terakhir masih hanya 50% dan ini belum membaik selama tiga dekade terakhir. Orang-orang yang bertahan hidup sering ditinggalkan dengan bekas luka menodai dan melemahkan dari operasi atau radiasi terapi. Tujuh belas hingga 35% dari karsinoma sel skuamosa oral (OSCC) berkembang dari lesi leukoplakia yang sudah ada. Pengenalan awal lesi prekursor ini harus membuat OSCC pada dasarnya merupakan penyakit yang bisa dicegah (Fourie, 2018). Selain kesulitan dalam mengidentifikasi lesi yang terlihat, juga kemungkinan bahwa transformasi awal keratinosit ganas adalah subklinis, dan epitel yang mengalami displastik atau yang diubah secara molekuler terkait dengan perkembangan kanker mungkin tidak dapat diamati oleh pemeriksaaan mulut konvensional. Telah dibuktikan bahwa displasia dapat dilihat secara klinis mukosa yang tampak normal pada lokasi yang jauh dari OSCC. Alat bantu diagnostik telah dikembangkan untuk deteksi dini kanker mulut. VELscope (lingkup lesi yang ditingkatkan secara visual) yangi telah dikembangkan untuk meningkatkan visualisasi mukosa mulut kelainan yang mungkin tidak terlihat atau terlihat oleh telanjang mata, seperti kanker mulut atau displasia pra-ganas dan untuk memantapkan margin bedah yang sesuai selama pengangkatan lesi OSCC (Fourie, 2018).
1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian tindakan Velscope. 2. Untuk mengetahui macam-macam tindakan Velscope. 3. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan tindakan Velscope. 4. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan dengan Velscope.
4
1.3 Manfaat 1. Dapat mengetahui pengertian dari tindakan Velscope. 2. Dapat mengetahui macam-macam dari tindakan Velscope. 3. Dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan dari tindakan Velscope. 4. Dapat mengetahui prosedur pemeriksaan dengan Velscope.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Restorasi pada Gigi Sulung Karies gigi adalah penyakit gigi yang umum, yang terjadi selama masa kanak-kanak dan terus menjadi utama masalah kesehatan masyarakat. Prevalensi karies gigi adalah terkait dengan praktik kebersihan mulut, konsumsi gula dan pelaksanaan program kesehatan mulut preventif.Seperti sekitar 90% dari anak-anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa miliki telah dipengaruhi oleh karies gigi, karenanya telah dianggap sebagai beban kesehatan mulut global yang paling penting (Ponnudurai et all, 2016). Pentingnya menjaga keutuhan gigi anterior sulung kenyataan
direalisasikan
dari
bahwa kehilangan gigi sulung terlalu dini dapat menyebabkan kehilangan
ruangan untuk
erupsi
terganggunya
pertumbuhan
maloklusi
dapat
serta
gigi
permanen, defisiensi
berpengaruh
dan
fungsi
pengunyahan dan
perkembangan rahang sehingga mengakibatkan ke
psikologis
anak
yang
perkembangan
kepribadian dan perilaku anak di kemudian hari. Bentuk
susu
dan
pendek
bicara,
dapat
mengganggu
penampang
gigi
sempit sehingga hanya menyisakan permukaan kecil untuk retensi
restorasi, ruang pulpa yang relatif besar dengan ukuran mahkota dan enamel secara inheren sulit dietsa karena struktur khusus dari aprismatiknya (Selvia dkk, 2018). Salah satu perawatan karies gigi adalah dengan melakukan penumpatan. Penumpatan yaitu suatu tindakan perawatan dengan meletakkan bahan tumpatan pada karies gigi yang telah dibersihkan. Perawatan karies gigi tergantung pada seberapa besar tingkat kerusakan gigi. Bahan tumpatan yang digunakan bermacam-macam, misalnya resin komposit, semen ionomer kaca, kompomer, dan amalgam (Ni Made dkk, 2015) 2.2 Restorasi Estetik pada Gigi Sulung A.
Pre-formed Metal Crown (PMCs) Restorasi dengan konstruksi tetap seperti mahkota logam (metal crown) dalam kedokteran gigi anak-anak harus memenuhi persyaratan berikut: mereka harus mencegah
6
rasa sakit atau ketidaknyamanan anak-anak, mengembalikan fungsi pengunyahan dan oklusi stabil, dan mempertahankan efek profilaksis pada gigi anak (Evgeni D dkk, 2017). Mahkota logam preformed (PMCs) adalah konstruksi prefabrikasi, digunakan untuk mengembalikan gigi yang rusak parah yang dipengaruhi oleh lesi karies multisurfice. PMCs digunakan untuk: gigi yang sangat rusak, molar primer dengan perawatan
endodontiksi,
gigi
primer
dan
atau
permanen
hypoplastic
atau
hypomineralized, anak-anak dengan risiko tinggi karies pada anak-anak tertentu yang dirawat dengan anestesi umum, untuk restorasi gigi dengan karies permukaan ganda, dimana restorasi tahan lama bisa gagal, gigi fraktur, gigi dengan keausan yang luas, abutment untuk space maintainer. Namun, kerugian utama adalah penampilan metalik yang tidak sedap dipandang. Karena populasi lebih sadar akan estetika, mahkota ini menjadi kurang diinginkan (Evgeni D et all, 2017). B. Open Faced Stainless Steel Crown Mahkota stainless steel diperkenalkan ke kedokteran gigi anak oleh Rocky Mountain Company pada tahun 1947 dan dipopulerkan oleh WP Humphrey pada tahun 1950. Sampai saat itu, perawatan untuk gigi sulung yang rusak adalah ekstraksi. Stainless steel terdiri dari besi, karbon, kromium, nikel, mangan, dan logam lainnya. Istilah stainless steel digunakan ketika kandungan kromium melebihi 11% (biasanya berkisar 12 hingga 30%. Kromium teroksidasi dan membentuk lapisan pelindung kromium oksida yang melindungi terhadap korosi. Meskipun, lebih tahan lama dan retensi daripada amalgam atau komposit, SSC secara estetika kurang, terutama pada gigi anterior (Steven Schwartz, 2015). Open faced stainless steel crown menggabungkan kekuatan, daya tahan dan meningkatkan estetika. Namun memakan waktu yang lama karena komposit tidak dapat ditempatkan sampai semen SSC setting. Keuntungan dari open faced stainless steel crown adalah: estetika adil, sangat tahan lama, tahan aus dan retensi, bahan cukup murha. Sedangkan kerugiannya adalah: waktu penempatannya lama karena melibatkan proses dua langkah (sementasi mahkota / komposit) (Steven Schwartz, 2015).
7
C. Strip Crown Mahkota jenis ini diperkenalkan oleh Webber dan rekannya pada 1979. Mahkota ini diindikasikan untuk kerusakan gigi anterior yang ekstensif dan fraktur. Tetapi mereka dikontraindikasikan untuk kerusakan gigi parah, hilangnya struktur gigi dan penyakit periodontal. Salah satu studi menyatakan bahwa teknik ini membutuhkan kontrol kelembaban yang memadai dan waktu setting yang lama. Mahkota ini juga sangat sensitif terhadap teknik. Kesehatan gingiva dalam kasus strip crown dianggap lebih baik. Dalam penelitian lain, waktu setting dikurangi dengan menggunakan strip seluloid dengan resin short post komposit, juga disebut sebagai mushroom undercut, hal ini yang membantu retensi mahkota. Teknik ini membutuhkan reduksi komposit pada margin gingiva dan mengadaptasi mahkota di daerah servikal gigi. Dalam salah satu artikel, teknik sandwich dijelaskan di mana ionomer kaca yang dimodifikasi resin ditempatkan untuk menutupi dentin dan kemudian material komposit ditempatkan. Ketika strip crown harus digunakan untuk gigi yang dirawat pulpotomy, maka semen Glass Ionomer harus ditempatkan di atas pasta eugenol seng oksida dan ketika pasta iodoform telah digunakan, harus dihapus karena warnanya akan terlihat melalui strip crown. Keuntungan utama mereka adalah pas dan langsing, penghapusan cepat dan mudah, mudah cocok dengan gigi-geligi alami, memberikan permukaan mengkilap halus, memiliki kontrol warna yang mudah dengan komposit, unggul secara estetika, ekonomi dan fungsional, jernih dan tipis, dan mudah diperbaiki. Kerugian dari strip crown adalah teknik yang paling sensitif, kontaminasi kelembaban dengan darah atau air liur mengganggu ikatan dan perdarahan dapat mengubah warna atau warna bahan rendah (Srithi et all, 2017).
D. Preveneered Stainless Steel Crowns (PVSCCs) Pre-veneered stainless steel crowns menyelesaikan beberapa masalah yang terkait dengan stainless steel crowns, open faced stainless steel crowns, dan composite strip crowns. Pre-veneered stainless steel crowns awalnya diperkenalkan untuk gigi anterior primer dan kemudian diperkenalkan untuk gigi molar primer. Pre-veneered stainless steel crowns adalah kombinasi mahkota stainless steel konvensional dengan resin komposit atau termoplastik, yang menggabungkan daya tahan dengan estetika. Ketahanan terhadap 8
fraktur dan gesekan sangat baik juga memiliki retensi yang sangat baik pada pre-veneered stainless steel crowns. Kerugian utama adalah warna resin yang memberikan tampilan buatan. Salah satu artikel menyatakan bahwa stabilitas warna mahkota ini stabil selama minimum 6 bulan. Studi ini juga menyatakan bahwa saat mengembalikan gigi taring dengan PVSSC, mereka menunjukkan jumlah fraktur dan perubahan warna tertinggi. Resin pada permukaan cenderung mudah pecah karena aus selama pengunyahan, Artikel lain menyatakan bahwa material nano-komposit menunjukkan peningkatan yang menjanjikan dalam estetika, kekuatan dan daya tahan dari komposit yang diisi mikro dan dengan demikian meningkatkan umur panjang. Penempatan PVSSC juga merupakan teknik yang sensitif karena mereka bergantung pada luting semen dan crimping margin gingiva. Crimping umumnya dilakukan hanya pada sisi lingual untuk menghindari kerusakan pada resin pada sisi permukaan. PVSCCs memiliki kepuasan orang tua yang paling rendah jika dibandingkan dengan strip crown dan zirconia. Selain itu juga karena memiliki sifat stabilitas warna yang paling rendah (Srithi et all, 2017). E. Pedo Jacket Crowns Pedo Jacket memiliki "jaket" yang terbuat dari bahan poliester berwarna gigi, yang diisi dengan bahan resin dan dibiarkan pada gigi setelah polimerisasi. Bentuknya mirip seperti mahkota seluloid. Kerugian utama adalah mahkota ini datang dalam satu warna saja, yang sangat putih sehingga mencocokkannya dengan gigi yang berdekatan akan sulit. Juga, karena mahkota terbuat dari poliester, mereka tidak dapat dipangkas atau dibentuk kembali dengan finishing bur high speed karena bahan dapat meleleh karena bur (Srithi et all, 2017). F. New Milennium Crown New millennium crown mirip dengan pedo jacket crown dan strip crown. Terbuat dari bahan resin komposit yang dibuat di laboratorium yang sudah disempurnakan. Keuntungannya adalah nilai estetika tinggi, dapat dipangkas atau dibentuk kembali dengan bur dan memberikan kepuasan orang tua yang tinggi. Kerugiannya adalah teknik sensitif, menyebabkan radang gusi dan rapuh sehingga dapat lebih rentan terhadap fraktur pada tekanan. Diperlukan isolasi yang tepat. Mahkota ini diindikasikan pada gigi yang
9
berubah warna, karies yang luas dan gigi yang patah. Kontraindikasi pada deep overbite dan apabila terdapat penyakit periodontal (Srithi et all, 2017).
G. Mahkota Polikarbonat Polycarbonate adalah poliester linear aromatik dari asam karbonat yang menunjukkan dampak tinggi dalam kekuatan dan kekakuan. Biasanya kavitas class III dirawat dengan komposit dan ketika karies parah mahkota polikarbonat digunakan. Mereka disebut sebagai resin termoplastik karena mereka dicetak sebagai padatan oleh panas dan tekanan ke dalam bentuk yang diinginkan. Mereka lebih estetis daripada stainless steel crown. Bahan polikarbonat menunjukkan kerapuhan dan tidak memiliki kekuatan yang kuat sehingga rawan patah. Setelah munculnya composite strip crowns, mahkota polikarbonat kehilangan popularitasnya. Mahkota ini diindikasikan untuk rampan karies, terapi pulpa yang sedang diobati, malformasi gigi dan penyangga untuk space maintainer. Kontraindikasi pada gigi yang crowding, deep bite, dan bruxism. Keuntungannya adalah waktu pengerjaan lebih sedikit, estetika yang lebih baik dan stabilitas dimensi yang ekstrim. Kerugiannya adalah ketahanan abrasi yang buruk (Srithi et all, 2017).
H. Zirconia Paediatric Crown Zirkonia diterima secara luas sebagai bahan restoratif untuk pertumbuhan gigi permanen. Namun, penggunaannya sebagai bahan restoratif dalam pertumbuhan gigi primer relatif baru. Mahkota zirkonia (zirkonium dioksida) terbuat dari bahan keramik zirkonia monolitik padat. Zirkonia tidak hanya menyenangkan secara estetika tetapi juga bahan
keramik gigi terkuat yang tersedia saat ini. Keuntungan dari mahkota zirkonia adalah keausan gigi yang kurang berlawanan, meningkatkan penampilan pasien dan kebersihan mulut karena estetika yang sangat baik, resistensi fraktur lebih besar sehingga membuat zirconia sangat kuat, dan tingkat retensi zirconia baik setelah 6 bulan. Mahkota zirkonia yang tersedia secara komersial adalah EZ Pedo, NuSmile, dan Kinder Krowns (Nerkar, 2017). Salah satu penelitian yang baru-baru ini dilakukan menyatakan bahwa mahkota zirkonia menunjukkan keausan gigi yang kurang berlawanan dan orang tua sangat puas 10
dengan bentuk, warna, dan ukuran mahkota. Zirkonia meningkatkan penampilan dan kebersihan mulut pasien oleh karena itu zirkonia merupakan pemulihan klinis yang baik. Poin-poin penting untuk dipertimbangkan yaitu mahkota zirkonia harus ada pengurangan permukaan subgingiva yang memadai dengan pengangkatan lengkap area cingulum. Permukaan labial dan lingual harus bertemu di tepi insisal yang tipis. Tepi insisal yang tipis membantu mengurangi gangguan internal antara gigi dan permukaan internal mahkota. Orang tua sangat puas dengan mahkota zirkonia daripada mahkota strip crown dan PVSCCs (Srithi et all, 2017).
11
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Journal Reading Kelompok D : Crowns in Pediatric Dentistry 3.1.1 Laporan Kasus Seorang pasien laki-laki (usia 4 tahun 2 bulan) dengan riwayat restorasi pada insisivus sentral dan lateral rahang atas megeluhkan restorasinya fraktur. Pemeriksaan klinis mengungkapkan adanya karies gigi pada 54, 64, 74, dan 84 terlepas dari gigi anterior rahang atas yang direstorasi. Setelah karies pada gigi posterior dibersihkan dengan hati-hati, lalu direstorasi dengan mahkota stainless steel (SSC). Perhatian utama dari orang tua adalah umur panjang restorasi anterior. Karena pasien ditemukan kooperatif, setelah evaluasi klinis dan preparasi anterior gigi, lalu gigi direstorasi dengan polycarbonate crown and bridge [Gambar 1 dan 2]. Pasien berada dibawah protokol tindak lanjut rutin sejak 30 bulan terakhir. Kasus ini telah dipanggil kembali untuk pemeriksaan berkala dengan tujuan mengevaluasi restorasi mahkota. Selama kunjungan, sejauh ini mahkota dievaluasi untuk segala jenis kerusakan atau dislodgments. Semua restorasi dalam kasus masing-masing ditemukan tetap baik dengan kelangsungan hidup rata-rata 24 bulan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mahkota polikarbonat untuk gigi primer dengan pemilihan kasus yang tepat dapat menjadi pilihan baik perawatan yang tersedia untuk dokter gigi, yang akan membantu dalam memulihkan estetika, meningkatkan harga diri pasien dan pada saat yang sama melindungi gigi (Venkataraghavan et all, 2014).
Gambar 1: Sebelum
Gambar 2: Sesudah
12
3.1.2 Pembahasan Pertanyaan 1. Mengapa pemasangan open-faced SSC tingkat kesuksesannya lebih baik di Rahang Atas? Dalam sebuah penelitian mereka menemukan bahwa mahkota estetik yang dibuat dengan metode open-faced menunjukkan keberhasilan sebesar 95%, sedangkan mahkota veneer menunjukkan keberhasilan sebesar 80% berdasarkan pada retensinya. Dalam penelitian ini, responden berkorelasi positif dengan kelayakan open-faced stainless steel crowns. Open-face stainless steel crowns terbukti tingkat kesuksesannya. Dalam penelitian ini tidak dijelaskan pada rahang atas lebih baik tingkat keberhasilannya, melainkan dijelaskan bahwa tingkat keberhasilan metode open-faced ini mencapai 95% tersebut (Nagarathna et all, 2016). 2. Apa pertimbangan dalam memilih berbagai macam jenis crown? Pertimbangan memilih jenis crown dapat dilihat dari apa yang diinginkan oleh pasien dan orang tua pasien, ke-kooperatifan pasien, dan kemampuan biaya perawatan. Karena di dunia modern ini gigi yang lurus dan berkontur dengan baik dianggap menarik dan juga diindikasikan untuk status gizi, harga diri, dan status ekonomi. Restorasi estetika pada gigi anterior primer dapat menjadi tantangan karena fakta bahwa gigi itu berukuran kecil, permukaan yang dekat dengan pulpa, enamel yang tipis dan area permukaan yang lebih sedikit untuk berikatan, perilaku anak, dan hambatan utamanya adalah biaya perawatan. (Srithi et all, 2017). a. Stainless Steel Crown -
Gigi dengan karies yang luas
-
Dalam prosedur terapi pulpa
-
Sebagai restorasi preventif
-
Gigi yang mempunyai defek pada enamel seperti hypoplasia enamel dan amelogenesis imperfekta
-
Gigi yang mengalami fraktur
-
Untuk gigi penyangga atau abutment pada pembuatan space maintainer 13
-
Bruxisme parah (Shuman, 2016; Garg et all, 2016)
b. Composite Strip Crown -
Ekstensif decay pada gigi sulung anterior
-
Gigi yang fraktur atau malformasi
-
Diskolorasi pada gigi
-
Menutupi/meliputi gigi yang menerima terapi pulpa (Muhammad et all, 2015)
c. New Millenium crown/Pedo Jacket Crowns -
Perluasan atau multisurface karies pada gigi insisiv sulung
-
Malformasi kongenital pada insisiv sulung
-
Diskolorasi pada gigi insisiv sulung
-
Fraktur pada gigi insisiv sulung yang diikuti trauma
-
Defek perkembangan seperti amelogenesis imperfekta (Garg et all, 2015)
d. Polycarbonate Crown -
Menutupi/melingkupi secara menyeluruh restorasi gigi anterior rahang atas yang mengalami karies. Seperti pada anak dengan nursing bottle caries.
-
Malformasi atau fraktur pada gigi
-
Diskolorasi gigi
-
Restori gigi setelah prosedur pulpotomi atau pulpektomi
-
Kontraindikasi pada anak anak dengan kebiasaan mengerot/bruxism (Garg et all, 2016)
3. Apa yang dimaksud mengurangi tonjol gigi pada prosedur SSC? Preparasi Gigi Penyangga Gigi sebelum dipreparasi diberi outline form dengan pulpen marker mengelilingi gigi sebatas CEJ sebagai panduan batas preparasi, dilakukan pemotongan tonjol gigi dengan separating disc sehingga bagian oklusal gigi menjadi datar agar dapat memberikan retensi dan kestabilan saat insersi. a. Preparasi finishing line chamfer 14
Preparasi
dilakukan
untuk
membentuk
desain
full
castcrown.
Pengurangan mahkota dilakukan sampai sebatas outline form yang telah dibuat. Pemotongan dinding mesial dan distal sejajar atau konvergen ke arahoklusal sebesar ± 5° menggunakan round endtapared bur (bur chamfer), bur masuk sampai kedalaman gigi 1,4 mm kemudian setiap jarak 2-3mm disebelah gigi yang telah dipreparasi bur kembali sehingga gigi dipreparasi berbentuk garis-garis tegak lurus oklusal mengelilingi dinding aksial. Hasil preparasi dihaluskan. Tahap selanjutnya adalah menghaluskan semua dinding yang telah preparasi menggunakan sand paper disk. b. Preparasi finishing line shoulder Preparasi finishing line shoulder sama prosedurnya dengan preparasi bentuk chamfer hanya menggunakan bur flat endtapared. Prosedur selanjutnya adalah pengukuran sampel penelitian. Pengukuran meliputi: panjang mesio distal, panjang bukal palatal, tinggi gigi penyangga, sudut finishing line (Yayak,2016). Pada penelitian yang dilakukan oleh Elka Ayu Amalia pada jurnal penelitian perbedaan ketahanan fraktur mahkota zirkona-porselen dan porcelain fused to metal dengan finishing line chamfer dan shoulder ini diketahui nilai ketahanan fraktur tertinggi pada mahkota zirkoniaporselen finishing line chamfer dan nilai terendah pada mahkota porcelain fused to metal finishing line shoulder. Ketahanan fraktur mahkota porselen dipengaruhi oleh kekuatan tekan bahan koping. Mahkota zirkonia-porselen dengan bahan koping yaitu zirkonia yang memiliki kekuatan tekan lebih besar daripada bahan koping logam. Hal ini sesuai dengan kekuatan tekan zirkonia sebesar 1000 Mpa dan kekuatan tekan logam. sebesar 800 Mpa.20 Desain finishing line juga berpengaruh terhadap ketahanan fraktur mahkota,mahkota porselen dengan desain finishing line chamfer memiliki ketahanan fraktur yang lebih baik dibandingkan desain finishing line shoulder karena pada desain chamfer bentuk lengkungnya memiliki ketepatan tepi yang lebih baik dibanding daripada desain shoulder. Desain finishing line chamfer memiliki 15
ketepatan tepi yang baik karena bentuknya yang melengkung dan membulat pada sudut internal sehingga dapat menyebarkan beban lebih baik daripada desain shoulder yang memiliki sudut 90 (Elka,2015).
4. Apakah pedo jacket crown dapat dipreparasi dengan highspeed bur? Bagaimana dengan sifat brittlenya? Pedo Jacket Crown diperkenalkan oleh Space Maintainers Laboratorium, AS. Pedo Jacket Crown terbuat dari bahan copolyester dalam warna gigi sulung alami A2. Keuntungan penting menggunakan mahkota Jaket Pedo adalah bahwa "Jacket" polyester swarna gigi yang diisi resin akan menetap di gigi dan bukan dilepas seperti strip mahkota setelah polimerisasi. Ini fleksibel dan panjangnya bisa dipangkas dengan gunting tetapi tidak dengan bur kecepatan tinggi (Yang dkk, 2016). Karena mahkota terbuat dari copolyester, sehingga tidak dapat dipangkas atau dibentuk kembali dengan bur finishing berkecepatan tinggi yang dapat menyebabkan material meleleh karena panas yang dihasilkan oleh bur (Anuradha, 2015). 5. Mengapa zirconia sangat kuat? Investigasi mikroskop dan difraksi sinar-X mengungkapkan peran penting yang dimainkan oleh tetragonal ke transformasi fase monoklinik dan oleh hubungan antara matriks kaca dan fase kristal dalam mekanisme penguatan dan pengerasan keramik zirconia (Massimiliano dkk, 2004). Transformasi ketangguhan dapat terjadi ketika partikel zirkonia berada dalam
bentuk
tetragonal
metastabil,
dan
di
ambang
transformasi.
Metastabilitas transformasi tergantung pada komposisi, ukuran, bentuk partikel zirkonia, jenis dan jumlah menstabilkan oksida, interaksi zirkonia dengan fase dan pemrosesan lainnya. Selain itu, ketangguhan transformasi bukan satu-satunya mekanisme yang bekerja pada keramik berbasis zirkonia. Pengerasan mikro, pelindung kontak, dan defleksi retak, juga dapat berkontribusi pada tingkat yang berbeda pada saat pengerasan keramik (Massimiliano et all, 2004). 16
3.2 Journal Reading Kelomok E : Pediatric Crwons – From Stainless Steel to Zirconia 3.2.1 Laporan Kasus Pada bulan Desember 2014, seorang anak perempuan berusia 70 bulan (5 tahun 10 bulan) datang ke Rumah Sakit Gigi Daejeon Universitas Wonkwang, Daejeon, dengan keluhan karies gigi. Pulpotomi dan pasak inti dilakukan untuk gigi #54, # 64, # 74, dan # 84, yang kemudian dipersiapkan untuk pemasangan mahkota
zirconia
prefabricated.
Mahkota
disemen
seperti
dijelaskan
sebelumnya, dan radiografi panoramik (Gbr. 6) diperoleh hari berikutnya. Gambar. 7 menunjukkan hasil pemasangan selama 1 tahun dan Kunjungan selanjutnya 17 bulan (So-Youn et all, 2018).
Diskusi Kasus Dalam kedokteran gigi estetika, bahan keramik banyak digunakan untuk pembuatan restorasi gigi. Bahan pilihan keramik adalah gelas keramik, spinel, 17
alumina, dan zirkonia. Zirkonia dilaporkan memiliki kelenturan dan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan alumina. Mahkota zirkonia memiliki beberapa keunggulan, termasuk kelenturan dan kekuatan yang tinggi (1.000 MPa) dan sifat optik yang diinginkan tersebut sebagai adaptasi lapisan dasar dan lapisan dengan ketebalan yang menurun (dibandingkan dengan keramik konvensional) diperlukan untuk mencapai warna yang diinginkan (So-Youn et all, 2018). Dalam laporan ini, menggambarkan hasil estetika pada pasien anak yang menerima mahkota zirkonium dioksida untuk mengobati berbagai karies gigi. Pasien menunjukkan hasil estetika yang baik selama minimal 1 tahun pemakaian. Mahkota zirkonia adalah pilihan yang menjanjikan karena daya tariknya untuk estetika, kekerasan permukaan yang tinggi, dan aplikasi yang cepat dibandingkan dengan bahan mahkota yang terdahulu atau sebelunya. Khususnya berguna pada pasien anak yang tidak kooperatif atau ketika estetika merupakan masalah utamanya. Kesimpulannya, mahkota zirkonia prefabrikasi dapat dianggap sebagai alternatif yang baik untuk konvensional restorasi untuk restorasi gigi sulung dengan ECC atau risiko trauma yang tinggi. (So-Youn et all, 2018). Namun, studi klinis jangka panjang lebih lanjut diperlukan untuk mengklarifikasi kegunaan metode restoratif ini (So-Youn et all, 2018). 3.2.2 Pembahasan Pertanyaan 1. Mengapa zirconia dikatakan memiliki nilai estetik yg bagus? Apakah dapat dilakukan pemilihan warna sewarna gigi pada zirconia crown? Zirconia Memiliki sifat mekanis yang sangat mirip dengan warna gigi. (Jang et. all., 2011). Zirconia banyak dipilih karena nilai estetiknya yang sangat tinggi daripada mahkota pedo lainnya. (Khatri, 2017). Namun, Dalam beberapa tahun terakhir, mahkota zirkonia monolitik berkekuatan tinggi dengan kaca dan pewarnaan superfisial telah diuji di daerah bantalan beban tinggi. Mahkota zirkonia monolitik tidak memiliki keramik veneer, 18
dan diharapkan memiliki komplikasi chipping dan fraktur yang lebih sedikit. Di sisi lain, sifat estetika monokromik dan buram restorasi zirkonia monolitik membuat estetika mereka lebih rendah daripada restorasi veneer. Penggunaan di zona estetika sangat terbatas. Namun, zirkonia monolitik mungkin menjadi pilihan perawatan yang dapat diterima untuk pasien yang mempunyai kebiasaan buruk seperti grinding yang berat. restorasi mahkota zirkonia monolitik di zona estetika pada penggiling berat menunjukkan komplikasi klinis minor dan kepuasan pasien dapat diterima. Mahkota zirkonia monolitik dapat memberikan modalitas pengobatan yang valid dari keausan gigi parah di zona estetika di mana perawatan invasif minimal gagal. (Torbjørn Leif Hansen et all, 2018) 2. Zirconia memiliki ketahan dari fraktur karena ketebalannya. Berapkah ketebalan dari zirconia crown? Menurut penelitian Shiezadeh, Masood dalam jurnal “Effect of Zirconia Thickness on the Tensile Stress of Zirconia Based All-Ceramic Restoration” Zirconia crown dengan ketebalan oklusal di bawah 2.0 mm dapat menunjukkan kekuatan yang bisa bermanfaat secara klinis. Namun pada penelitian ini menunjukkan bahwa Zirkonia crwon dengan ketebalan oklusal 0,7mm memiliki ketahanan fraktur dalam menahan tekanan gaya oklusal dan juga mempunyai tensile stress yang baik, namun tidak ada perbedaan yang signifikan dengan ketebalan oklusal 0,9mm. Kemudian menurut jurnal dari Ahmed A. Madfa ada beberapa sifat mekanis dari zirkonia yang menunjukan bahwa bahan ini mempunyai ketahanan terhadap farktur yang kuat yaitu:
19
3.3 Journal Reading Kelompok J : Esthetic Crowns in Pediatric Dentistry 3.3.1 Laporan Kasus Seorang pasien pria (usia 3 tahun 10 bulan) melaporkan dengan keluhan utama gigi depan yang membusuk. Keluhan utama orang tua adalah keengganan anak terhadap perawatan gigi. Anak itu tidak mau menjalani pemeriksaan gigi. Karena anak tidak kooperatif, perawatan dilakukan dengan anestesi umum setelah mendapatkan semua izin medis dan menandatangani persetujuan tertulis dari orang tua. Penggalian karies lengkap dilakukan pada 51, 51, 61, dan 62 diikuti dengan persiapan gigi, dan mahkota dan jembatan polikarbonat disemen di tempat [Gambar 5 dan 6]. Penyembuhan pasca operasi tidak lancar dan pasien sedang dalam evaluasi klinis berkala sejak 2 tahun terakhir (Karthik, 2014).
20
3.3.2
Pembahasan Pertanyaan 1. Pada polikarbonat crown deepbite yang diperbolehkan seperti apa? Menurut Joshua Ng Chor Yang, Mahkota Polikarbonat ini tidak disarankan untuk digunakan dalam kasus di mana struktur gigi yang tersisa tidak cukup untuk retensi, kebiasaan bruksisme, crowding, dan overbites (Joshua, 2016). Sedangkan menurut Karthik Venkataraghavan, Penilaian kasus harus dilakukan sehubungan dengan ketersediaan struktur mahkota, over jet, overbite, kebiasaan, infeksi, dan sebagainya (Karthik, 2014). 6. Apa pemahaman estetika dan factor yang mempengaruhinya apa saja? Estetika merupakan suatu filosofi mengenai konsep keindahan yang dinilai melalui perasaan dan pikiran. Dalam beberapa dekade terakhir konsep estetika menjadi suatu aspek komersial yang memainkan peranan penting di kalangan masyarakat. Majalah dan layar televisi menampilkan wajah-wajah yang memiliki estetika dan penampilan yang menarik, sehingga terbentuklah suatu diskriminasi mengenai konsep‘cantik’ di mata masayarakat. Dalam masyarakat kelompok yang paling dipengaruhi oleh media elektronik maupun cetak adalah kelompok remaja (Arifin dkk, 2018). Penampilan wajah tidak terlepas dari konteks kecantikan dan ketampanan. Wajah yang cantik dan tampan tentu saja memiliki proporsi yang ideal dan senyuman yang menarik. Untuk mendapatkan senyuman yang menarik banyak faktor yang berperan seperti bibir, gingiva, dan gigigigi. Gigi dengan susunan yang rapi dan senyum yang menawan akan memberikan efek yang positif, sebaliknya gigi yang tidak teratur akan memberikan sugesti yang negatif kepada seseorang sehingga akan menimbulkan efek yang merugikan dalam interaksi sosial (Arifin dkk, 2018) . Sejalan dengan berkembangnya dunia kedokteran gigi dan berbagai teknologi penunjangnya saat ini maka Estetik Dentistry semakin berkembang dalam mengantisipasi kebutuhan masyarakat akan perbaikan penampilan. Kemajuan Ilmu pengetahuan secara umum pun sangat 21
berpengaruh pada pergeseran kebutuhan masyarakat akan perawatan gigi yang semula hanya berkisar pada penghilangan rasa sakit dan pemenuhan fungsi pengunyahan, maka saat ini kecenderungan akan perawatan gigi lebih menitikberatkan pada estetika (Widya, 2012). Faktor faktor yang perlu dipertimbangkan demi memenuhi kebutuhan estetika salah satunya yang paling sering adalah dengan pembuatan Crown & Bridge. Untuk memperoleh hasil estetik yang optimal, pembuatan crown & bridge memerlukan beberapa pertimbangan, yaitu (Widya, 2012) : 1. Bentuk Dalam melakukan restorasi khususnya dalam pembuatan crown & bridge harus dipertimbangkan bentuk gigi asli yang ada sebagai acuan . Ini dilakukan dengan tujuan agar diperoleh keselarasan dengan kondisi jaringan sekitarnya. Pembuatan bentuk gigi senatural mungkin akan mencegah timbulnya kesan palsu pada gigi tiruannya. Karena estetik tidak selalu bersandar pada kondisi yang ideal namun lebih pada membangun sesuatu untuk mencapai keadaan yang harmonis dan sealamiah mungkin. 2. Posisi Demikian pula halnya dengan posisi gigi. Dalam melakukan perawatan untuk crown dan bridge perlu dipertimbangkan posisi gigi asli yang akan digantikan maupun posisi gigi sekitarnya untuk dipakai sebagai acuan. Posisi crown dan bridge disusun sedemikian
rupa
sehingga
memberikan
keserasian
dengan
lengkung gigi secara keseluruhan. 7. Warna Dalam melakukan penentuan warna, tidak semudah yang dibayangkan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemilihan warna agar sesuai dengan gigi asli. Kecuali pada kasus diskolorasi yang memerlukan perbaikan warna hampir semua gigi, maka penentuan warna hanya tergantung pada harapan pasien untuk memperloleh warna yang lebih estetik. Beberapa 22
faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain, sumber cahaya, mata operator, lama waktu pengamatan, dan latar belakang atau kondisi ruangan. Sumber cahaya merupakan faktor yang dominan dalam melakukan pemilihan warna. 8.
Bahan Ada beberapa bahan yang sering digunakan untuk pembuatan crown & bridge, yaitu porselen, metal porselen, akrilik, targis vectris, dan metal. Bahan tersebut masing masing memiliki karakteristik sendiri, sehingga kebutuhan akan estetik dipengaruhi oleh kemampuan kita untuk memilih bahan. Sampai saat ini porselen masih unggul dalam memberikan hasil estetik yang optimal. Warna yang diperoleh sangat bagus dan dapat menyerupai warna gigi baik dalam pemberian efekefek tertentu pada warna tersebut sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi gigi asli yang menjadi acuannya. Masih berkaitan dengan bahan yang akan dipakai untuk pembuatan crown & bridge, operator dalam melakukan preparasi perlu mempertimbangkan jenis bahan dengan pengambilan jaringan gigi. Ketebalan bahan yang diperlukan dipakai sebagai acuan banyaknya jaringan gigi yang dipreparasi Pada pembuatan crown & bridge secara umum, teknik pencetakan sangat berpengaruh pula pada keberhasilan perawatan. Pencetakan yang akurat akan memberi dukungan yang dominan dalam menunjang keberhasilan. Bahan cetak yang dipilih, teknik pencetakan yang dilakukan cukup menentukan keakuratan hasil cetakan.
3. Makna penungkatan fungsional pada open face untuk rampan karies? Penggunaan open face SSC dapat meningkatkan stabilitas fungsional, sebab open face SSC memiliki retensi yang tinggi (Mittal et al, 2016). Retensi dan stabilitas sangat berkaitan, retensi merupakan kemampuan untuk tahan terhadap gaya gravitasi, sifat adhesi makanan, dan gaya-gaya yang
berhubungan
dengan
terbukanya
rahang.
Stabilitas
adalah 23
kemampuan untuk tetap konstan pada posisinya saat digunakan (Sari, 2016) 11. Makna shade control pada strip crown? Penggunaan strip crown pada gigi sulung anterior merupakan inovasi baru dari pengunaan stainless steel crown yang lebih terlihat estetik. Strip crown merupakan bentuk mahkota transparan yang terbuat dari selulosa asetat diisi dengan komposit. Shade control terjadi ketika komposit yang telah dipilih dengan warna menyerupai gigi asli dimasukan ke dalam strip crown yang berwarna transparan sehingga memudahkan untuk kita mengontrol warna komposit dengan warna gigi aslinya. (Mittal, G. K.,dkk, 2016)
24
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan yang lebih baru di bidang kedokteran gigi anak telah memungkinkan dokter untuk mencapai restorasi estetika yang sangat baik untuk anak-anak. Ini penting tidak hanya bermanfaat untuk gigi tetapi juga untuk perkembangan psikologis anak secara keseluruhan. Pembahasan diatas terutama berfokus pada alternatif pilihan berbagai macam restorasi estetika yang tersedia untuk seorang dokter gigi. 4.2 Saran Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
25
DAFTAR PUSTAKA Amalia,Elka Ayu. 2015. Perbedaan Ketahanan Fraktur Mahkota Zirkonia-Porselen dan Porcelain Fused to Metal dengan Finishing Line Chamfer dan Shoulder, Jurnal Kedokteran Gigi, Vol. 6, No. 3, Juli 2015: 278 – 283. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Anuradha K, Bargale S, Shah S, Ardeshana A. Esthetic Crowns in Primary DentitionReestablishing the innocent Smile. J Adv Med Dent Scie Res 2015;3(3):46-52. Dr.
C.
Nagarathna1*,
Dr.
Umapathy
Thimmegowda2,
Dr.
Rakesh
Chikkappa
Basavarajendrappa3 and Dr. Prasanna Kumar Bhat. 2016. THE UTILITY OF OPEN FACED ANTERIOR STAINLESS STEEL CROWN RESTORATION AMONG PEDIATRIC DENTISTS AS A LUCRATIVE ESTHETIC OPTION IN PRIMARY INCISORS. Volume 5, Issue 12. Hal 1568-1577. Evgeni D, Milena G, Mariana D-Gabrovska, Radosveta A, Ani B-Krivorova. 2017. Preformed Metal Crowns As Aprosthetic Restorations In Pediatric Dentistry. Journal of IMAB ISSN: 1312-773X. Jang, G. W., Kim, H. S., Choe, H.C., Son, M.K..2017.Fracture Strength and Mechanism of Dental Ceramic Crown with Zirconia Thickness. Engineeing procedia 10. Elsevier 15561560. Joshua Ng Chor Yang, Geo Mani, (2016). Crowns for Primary Anterior Teeth. Department of Pedodontics, Saveetha Dental College, Chennai, Tamil Nadu, India. 1(2): 75-78 Karthik V., John C., Sandhya K., (2014). Polycarbonate crowns for primary teeth revisited: Restorative options, technique and case reports. Department of Pedodontics and Preventive Dentistry, College of Dental Sciences and Research Centre, Ahmedabad, Gujrat, India. 32(2): 156-159. Khatri, Amil.2017.Esthetic Zirconia in Pedodontics.International Journal of Pedodontic Rehabilitation.Case Report of Department of Pedodontics and Preventive Dentistry, University of Delhi India. 2(1).
26
Madfa, Ahmed A., Al-Sanabani., et al. 2014. Use of Zirconia in Dentistry : An Overview. The Open Biomaterials Journal, Volume 5. Massimiliano Guazzatoa, Mohammad Albakrya, Simon P. Ringerb, Michael V. Swai. Strength, fracture toughness and microstructure of a selection of all-ceramic materials.Part II. Zirconia-based dental ceramics. Dental Materials (2004) 20, 449–456. Muhammad AH, Azzaladeen A, Mai A. 2015. Strip Crowns Technique for Restoration of Primary Anterior Teeth: Case Report. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS) e-ISSN: 2279-0853, p-ISSN: 2279-0861.Volume 14, Issue 12 Ver. VIII (Dec. 2015), PP 48-53 Nerkar R S. Recent Esthetic Revolutions in Pediatric Dentistry: A Review. Int J Oral Health Med Res 2017;4(3):80-82. Mittal, G., Verma, A., Pahuja, A., Agarwal, S., Tomar., H. Esthetic Crowns in Pediatric Dentistry : A Review. International Journal of Contempory Medical Research. 2016. Volume 3;issue 5 Nerkar R S. Recent Esthetic Revolutions in Pediatric Dentistry: A Review. Int J Oral Health Med Res 2017;4(3):80-82. Ni Made W., Christy M., Damajanty H. C. P. (2015). Gambaran Perawatan Gigi Dan Mulut Pada Bulan Kesehatan Gigi Nasional Periode Tahun 2011 Dan 2014 Di Rsgm Unsrat. Jurnal e-GiGi, 3(2): 270. Ponnudurai A., Sunil K.M., Jeevarathan. (2016). Prevalence of Dental Caries among School Children in Chen nai, Based on ICDAS II. Journal of Clinical and Diagnostic Research, 10(4): ZC09-ZC12. Rafinus Arifin, Herwanda, Cut Rindi Tefani, 2018. Hubungan Penilaian Persepsi Estetika Oral Dengan Keadaan Maloklusi Menggunakan Oral Subjective Index Scale (Oasis) Dan Dental Aesthetic Index (Dai) (Studi Pada Remaja Usia 16-17 Tahun Di Sman Kota Banda Aceh). Cakradonya Dent J; 10(1): 10-17 Sari, M., Sumarsongko, T. Penatalaksanaan Linggir Datar pada Pembuatan Gigi Tiruan Penuh dengan Teknik Pencetakan Mukodinamik. 2016. Volume 1; No.1 27
Selvia Y., Iwan A. (2018). Penggunaan fiber post dan polyethyilene pada gigi sulung. Journal of In, 1(1): 1-2. Shiezadah,Masood., Seyf,Mahdi.,Rajati, Hamid Reza. 2015. Effect of Zirconia Thickness on the Tensile Stress of Zirconia Based All-Ceramic Restoration. JDMT Volume 4, Number 3, September 2015 So-Youn An and Youn-Soo Shim. 2018. Esthetic Restoration of Deciduous Teeth Using Prefabricated Zirconia Crown in Children with Early Childhood Caries: A Report of Three Cases. J Dent Hyg Sci. Vol. 18, No. 3. Hal 194-200. Srithi Srinath, Dr. A.C kanthaswamy. 2017. Different Crown Used For Restoring Anterior Primary Teeth: A Review. J. Pharm. Sci. & Res. Vol. 9(2), 2017, 190-193. Steven Schwartz, DDS. 2015. Full Coverage Aesthetic Restoration of Anterior Primary Teeth. Crest® Oral-B® at dentalcare.com Continuing Education Course. Susianawati,Yayak Nurlaela. 2016. Pengaruh Desain Preparasi Finishing Line dan Semen Resin terhadap Kebocoran Mikro Coping Logam Gig Tiruan Cekat dalam Jurnal Kedokteran Gigi, Vol. 7, No. 2, April 2016: 191 – 198. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.Garg V, Panda A, Shah J, Panchal P. 2016. Crowns in Pediatric Dentistry: A Review. Journal of Advanced Medical and Dental Sciences Research Vol. 4. e-ISSN: 2321-9599, p-ISSN: 2348-6805. Shuman I. 2016. Pediatric Crowns: From Stainless Seel to Zirconia. Dental Academy of Continuing Education. Torbjørn Leif Hansen, Christian Schriwer, Marit Øilo, Harald Gjengedal, 2018. Monolithic zirconia crowns in the aesthetic zone in heavy grinders with severe tooth wear – An observational case-series. Journal of dentistry. S0300-5712(18)30025-3. Widya, 2012. Pengembangan Dan Modifikasi Estetik Dalam Pembuatan Crown Dan Bridge. Tahun 29 Nomor 3.
28
LAMPIRAN
29