Lapsus Kelompok Tb Dengan Dm Fix.pptx

  • Uploaded by: bramantya andyatma
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapsus Kelompok Tb Dengan Dm Fix.pptx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,311
  • Pages: 44
Laporan Kasus TB Paru dengan DM Yeni Octavia Bramantya Andyatma Yusri Chizma Najwa

SMF ILMU PENYAKIT DALAM

RS MUHAMMADIYAH LAMONGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Pendahuluan 

Di Indonesia TB menjadi penyebab kematian nomor dua tertinggi setelah Stroke dan menjadi pembunuh nomor satu diantara penyakit menular. Penderita diabetes melitus (DM) berisiko lebih tinggi berkembang menjadi TB dibanding tanpa DM



TB dan DM tergolong dalam 10 penyebab kematian utama di dunia pada negara dengan penghasilan menengah ke bawah. Beban kesehatan akibat TB akan meningkat sehubungan dengan meningkatnya prevalensi DM

Identitas 

Nama

: Ny. M



Berat badan

: 40 kg



Jenis Kelamin : Perempuan



Umur

: 55 tahun



Alamat

: Lamongan



Agama

: Islam



Tanggal MRS : 7 desember 2018

Anamnesis Keluhan Utama Batuk darah

RPS 

Pasien datang dengan keluhan batuk sejak 1 bulan SMRS. batuk memberat sejak 3 hari terakhir. Batuk disertai dahak dan kadang – kadang disertai darah. Darah sekitar setengah gelas aqua. Dalam satu bulan batuk terjadi lebih dari 5 kali. Batuk disertai nyeri dada kanan dan kiri. Sesak disangkal. 1 hari SMRS pasien demam menggigil. Nafsu makan menurun sejak 1 bulan terakhir disertai penurunan berat badan kurang lebih 3 kg. pasien juga mengeluh nyeri pinggang. Kedua kaki terasa berat dan tebal.

BAK nyeri disangkal. BAK warna kuning jernih. BAB dalam batas normal.

RPD

Hipertensi (-) DM (+) sejak 3 tahun yang lalu, Batuk berdahak pada bulan mei 2018, dahak berwarna kekuningan. Darah (-), riwayat pengobatan 6 bulan disangkal.

RPK

Tidak ada riwayat keluarga batuk lama. Tidak ada riwayat sakit kanker dalam keluarga.

RSos

Merokok -

Status Generalis  KU

: Lemah  Kesadaran : Compos mentis  GCS : 456

Vital Sign 

Tekanan Darah

: 107/62 mmHg



Nadi

: 100x/menit, regular, kuat



Frekuensi Nafas

: 20x/menit (sp02% : 98%)



Suhu

: 36° C

Status Generalis 

Kepala : Normocephali, jejas (-), nyeri tekan (-), cyanosis (-), dyspneu (-)



Mata : Anemis -/-, sklera ikterik -/-



Hidung: rhinorrhea (-), epistaksis (-).



Leher : JVP dalam batas normal, pembesaran KGB (-)

Thorak 



Paru-paru :  Inspeksi

: Normal Chest, Gerak dada simetris kanan-kiri., retraksi -/-

 Palpasi

: Dalam batas normal, nyeri tekan (-)

 Perkusi

: Sonor pada paru kanan dan redup pada paru kiri.

 Auskultasi

: Vesikuler +/+ menurun, wheezing -/-, ronkhi -/+ di apex

Jantung :  Inpeksi

: Iktus kordis tidak tampak

 Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba.

 Perkusi

: Batas jantung dalam batas normal

 Auskultasi

: S1 S2 tunggal, murmur (-)

 Abdomen

:

Inspeksi

: Flat

Palpasi

: Soepel, H/L ttb, nyeri tekan (-)

Perkusi

: Timpani

Auskultasi:

 Ekstremitas aie

BU (+) N

:

(-), akral HKM, edema (-)

Pemeriksaan Laboratorium • GDA  362 (tgl 7-12-2018)

• Hematokrit  Hasil : 39,9 [ L 40 -54 P 35 - 47 ]

• Urea  18 (15-43)

• MCV  Hasil : 86,40 [ 87.00 - 100 ]

• Serum Creatinin 0.5 (P 0.7 – 1.2)

• MCH  Hasil : 28,80 [ 28.00 - 36.00 ]

• SGOT 103 ( 0 – 35)

• MCHC  Hasil : 33.30 [ 31.00 - 37.00 ]

• SGPT 89 (0-35)

• RDW  Hasil : 11 [ 10 - 16.5 ]

• Lekosit  Hasil : 9,3 [ 4.0 - 11.0 ]

• Trombosit  Hasil : 212 [ 150 - 450 ]

• Neutropil  Hasil : 77,1 [49.0 - 67.0 ]

• MPV  Hasil : 6 [ 5 - 10 ]

• Limposit  Hasil : 9,0 [ 25.0 - 33.0 ]

• LED 1 : 90 [ 0-1 ]

• Monosit  Hasil : 9,4 [ 3.0 - 7.0 ]

• LED 2 : 105 [ 1-7 ]

• Eosinopil  Hasil : 1,8 [ 1.0 - 2.0 ] • Basofil  Hasil : 2,7 [ 0.0 - 1.0 ] • Eritrosit  Hasil : 4,62 [ 3.80 - 5.30 ] • Hemoglobin  Hasil : 13,3 [ P13,0 - 18,0 L14,0 -18,0 ]

Pemeriksaan Radiologi Cor : besar dan bentuk normal Pulmo : tampak fibroinfiltrat suprahiler kiri Sinus phrenicocostalis kanan tajam, kiri tumpul. Tulang dan soft tissue tak Nampak kelainan Kesimpulan : pneumonia4

Pemeriksaan EKG

Diagnosis

TB Paru+ DM type 2

Penatalaksanaan 

MRS



IInf. Assering 1500cc/24 jam



Ranitidin 2x50mg



Antrain 2x1 gr



Ceftriaxone 2x1gr



Insulin 3 + 6 IU/hari



Terapi OAT 2HRZE /4H3R3

Tanggal

7-12– 2018

S

O

Batuk TD : 103/50 mmHg darah, N : 109x/menit nyeri dada RR : 20x/menit S : 37.5 C KU: lemah K/L: a-/i-/c-/dThorax : Inspeksi: Simetris, retraksi -/Palpasi : Thrill (-), Fremitus meningkat di Sinistra Perkusi:Paru sonor/redup, batas jantung Auskultasi: Paru ves/ves , rh -/-, wh -/-, suara nafas menurun di sinistra, Jantung S1S2 tunggal, murmur -, gallopAbdomen: Inspeksi: flat, soepel, jejasAuskultasi: Met -, bising usus (+) normal Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekanPerkusi: Timpani Ekstremitas Inspeksi: ikterik -, cyanosis -, edema Palpasi : Hangat, kering, merah, CRT <2” GDA : 362

A

DM tipe II Suspek TB

P

    

Inf. Assering 1500cc/24 jam Ranitidin 2x50mg Antrain 2x1 gr Levofloxacin 2x 500 mg Insulin 6 IU/8 jam

Tanggal

S

8-12-2018 Batuk darah, nyeri dada , nyeri pinggang

O TD : 108/68 mmHg N : 92x/menit RR : 20x/menit S : 36.5 C KU: lemah K/L: a-/i-/c-/dThorax : Inspeksi: Simetris, retraksi -/Palpasi : Thrill (-), Fremitus meningkat di Sinistra Perkusi:Paru sonor/redup, batas jantung sde Auskultasi: Paru ves/ves, rh -/-, wh -/-, suara nafas menurun di sinistra, Jantung S1S2 tunggal, murmur -, gallopAbdomen: Inspeksi: flat, soepel, jejasAuskultasi: Met -, bising usus (+) normal Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekanPerkusi: Timpani Ekstremitas Inspeksi: ikterik -, cyanosis -, edema Palpasi GDA : 257

: Hangat, kering, merah, CRT <2”

A DM tipe  II  Suspek TB   

P Inf. Assering 1500cc/24 jam Ranitidin 2x50mg Antrain 2x1 gr Levofloxacin 2x 500 mg Insulin 3 + 6 IU/hari

Tanggal

S

9-12-2018 Batuk darah Nyeri pinggang

O

TD : 120/87mmHg N : 75x/menit RR : 22x/menit S : 36.9 C KU: lemah K/L: a-/i-/c-/d+ Thorax : Inspeksi: Simetris, retraksi -/Palpasi : Thrill (-), Fremitus meningkat di Sinistra Perkusi:Paru sonor/redup, batas jantung sde Auskultasi: Paru ves/ves ↓, rh -/-, wh -/-, suara nafas menurun di sinistra, Jantung S1S2- tunggal, murmur -, gallopAbdomen: Inspeksi: flat, soepel, jejasAuskultasi: Met -, bising usus (+) normal Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekanPerkusi: Timpani Ekstremitas Inspeksi: ikterik -, cyanosis -, edema Palpasi : Hangat, kering, merah, CRT <2”

A

DM tipe  II   Suspek  TB 

P

Inf. Assering 1500cc/24 jam Ranitidin 2x50mg Antrain 2x1 gr Levofloxacin 2x 500 mg Insulin 3 + 6 IU/hari

Tanggal

10-122018

S

Batuk darah

O

TD : 111/57mmHg N : 95x/menit RR : 22x/menit S : 36 C KU: lemah K/L: a-/i-/c-/dThorax : Inspeksi: Simetris, retraksi -/Palpasi : Thrill (-), Fremitus meningkat di Sinistra Perkusi:Paru sonor/redup, batas jantung sde Auskultasi: Paru ves/ves, rh -/-, wh -/-, suara nafas menurun di sinistra, Jantung S1S2 tunggal, murmur -, gallopAbdomen: Inspeksi: flat, soepel, jejasAuskultasi: Met -, bising usus (+) normal Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekanPerkusi: Timpani Ekstremitas Inspeksi: ikterik -, cyanosis -, edema Palpasi : Hangat, kering, merah, CRT <2” BTA : negative

A

TB paru  DM tipe  II   

P

Inf. Assering 1500cc/24 jam Ranitidin 2x50mg Antrain 2x1 gr Ceftriaxone 2x1gr Insulin 3 + 6 IU/hari

Tanggal

11-122018

S

Batuk darah

O

TD : 111/57mmHg N : 95x/menit RR : 22x/menit S : 36 C KU: lemah K/L: a-/i-/c-/dThorax : Inspeksi: Simetris, retraksi -/Palpasi : Thrill (-), Fremitus meningkat di Sinistra Perkusi:Paru sonor/redup, batas jantung sde Auskultasi: Paru ves/ves, rh -/-, wh -/-, suara nafas menurun di sinistra, Jantung S1S2 tunggal, murmur -, gallopAbdomen: Inspeksi: flat, soepel, jejasAuskultasi: Met -, bising usus (+) normal Palpasi : Hepar/Lien tidak teraba, nyeri tekanPerkusi: Timpani Ekstremitas Inspeksi: ikterik -, cyanosis -, edema Palpasi : Hangat, kering, merah, CRT <2” BTA : positif

A

TB paru  DM tipe  II    

P

Inf. Assering 1500cc/24 jam Ranitidin 2x50mg Antrain 2x1 gr Ceftriaxone 2x1gr Insulin 3 + 6 IU/hari Terapi OAT 2HRZE /4H3R3

Bab 3 Tinjauan Pustaka

DEFINISI TB  Tuberkulosis

(TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, namun dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.



Secara global pada tahun 2016 terdapat 10.4 kasus insiden TBC yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima Negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu india, Indonesia, china, philipina dan Pakistan



Jumlah kasus batu TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1.4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan

FAKTOR RESIKO  Penderita

Diabetes Militus tipe 2

Alur diagnosis TB dab TB resisten obat di indonesia

Gajala klinis 

Gejala respiratorik



Gejala sistemik

 batuk

≥ 2 minggu

 Demam

 batuk

darah

 Gejala

 sesak

napas

 nyeri

dada

sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun

OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) 

Jenis obat utama (lini pertama) yang digunakan adalah:



Obat Lini kedua yang digunakan adalah:



Rifampisin



Kanamycin



INH



Capreomycin



Pirazinamid



Levofloxacin



Etambutol



Moxifloxacin



Ethionamide



Cycloserin



Para Amino Salysilic (PAS)



Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis Infonesia adalah: 

Kategori 1 : 2(RHZE)/4(RH)3



Kategori 2 : 2 (RHZE)S/(RHZE)/5(RH)3E3



Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaiitu kanamisin, kapreomisin, levofloxacin, etionamide, sikloserin, moksifloksasin, dan PAS, serta serta OAT lini 1 yaitu pirazinamid dan etambutol.

HUBUNGAN TB dengan DM

HUBUNGAN TB dengan DM 

Penyebab infeksi TB paru pada penderita DM adalah defek fungsi sel-sel imun dan mekanisme pertahanan tubuh, termasuk gangguan fungsi dari epitel pernapasan serta motilitas silia.



Perubahan patologi paru pasien DM  Penebalan epitel alveolar dan lamina basalis kapiler paru ( akibat dari mikroangiopaty), penurunan elastisitas recoil paru, penurunan kapasitas difusi karbonmonoksida.

Pengobatan TB dengan DM 

Pengobatan TB dengan keadaan khusus, utamanya pasien TB dengan DM, maka DM harus di kontrol.



Penggunaan rifampisin dapat mempengaruhi efektifitas sulfonil urea, sehingga dosis obat anti diabetes perlu ditingkatkan.



Insulin dapat digunakan untuk mengontrol gula darah, setelah selesai pengobatan TB dapat menggunakan obat oral

PEMBAHASAN Nyonya Maisaroh 55 tahun datang ke IGD dengan keadaan keluhan batuk sejak 1 bulan sebelum masuk

hal ini sesuai dengan ISTC edisi 3 tahun 2014

rumah sakit, batuk berdahak , kadang batuk darah,

standar 2 bahwa semua pasien, termasuk anak

dalam sebulan batuk darah lebih dari lima kali,

dengan batuk tidak diketahui penyebabnya

disertai nyeri dada kiri dan kanan. Sesak disangkal

yang berlangsung dua minggu atau lebih atau

oleh pasien, biasa tidur dengan satu bantal, kaki

dengan temuan lain pada foto thoraks yang

bengkak disangkal, keringat malam hari positif sejak

tidak diketahui penyebabnya yang mendukung

batuk 1 bulan yang lalu. Berat badan turun sejak 1

ke arah TB harus dievalusi untuk TB.

bulan terakhir, penurunan berat badan kurang lebih tiga kilogram karena pasien mengeluh nafsu makan

menurun.

PEMBAHASAN Pasien juga mengeluh nyeri pinggang, kedua kaki terasa berat dan tebal, buang air kecil nyeri disangkal, warna kuning jernih, buang air

besar dalam batas normal.

Kaki tebal dan berat karena komplikasi dari DM tipe 2 dimana DM tipe 2 menyebabkan komplikasi mikroangiopati. Salah satu komplikasinya adalah geringgingan atau tebal pada kaki.

PEMBAHASAN Riwayat Penyakit Dahulu pasien adalah Diabetes

dari keterangan ini, dapat disimpulkan bahwa

Melitus tipe 2 terkontrol dengan obat minum

kemungkinan diagnosis dengan probabilitas

selama dua tahun. Penyakit hipertensi disangkal.

tersering pada demografi Indonesia adalah

Riwayat

suspek TB disertai DM. Namun penyakit yang

Penyakit

Keluarga

pasien,

pasien

mengaku di rumah tidak ada yang batuk seperti pasien. Pasien juga mengatakan keluarga besar tidak ada yang sakit kanker paru-paru ataupun kanker lainnya. Riwayat Penyakit Sosial pasien mengatakan tidak merokok

lebih dominan dalam hal klinis pasien berupa batuk darah, sehingga keluhan penyakit paru lebih dominan

PEMBAHASAN HasilFoto Thorax PA Pulmo: Tampak perselubungan di suprahiler kiri

Sudut costofrenikus kanan lancip, sudut costofrenikus kiri tumpul. Sinus phrenicocostalis kanan posterior tajam, tulang dan soft tissue tak nampak kelainan, kiri posterior tumpul, tulang dan soft tissue tak nampak kelainan. Tampak perselubungan di lobus superior paru kanan. Hilus dan trakea normal

didapatkan kesimpulan bahwa pasien menderita TB paru dengan perselubungan di suprahiller paru sinistra

PEMBAHASAN Pada

pemeriksaan

darah

didapatkan peningkatan

SGPT (89). Neutropil 79.2

lengkap

SGOT

juga

Hal ini disebabkan karena proses keradangan paru

(103) dan

berkaitan dengan terjadinya proses nekroinflamasi yang

mengakibatkan jumlah SGOT meningkat. Sel parenkim paru,

sel

hepar,

sel

otot

pada

normalnya

akan

memproduksi SGOT dalam jumlah tertentu. Jika terjadi proses keradangan akut maka produksi SGOT dapat meningkat.

Adanya

inflamasi

pada

paru

juga

meningkatkan kerja hepar sehingga SGPT menjadi meningkat. Neutropil yang meningkat 79.2 menandakan

proses inflamasi akibat Mycobacterium tuberculosis

PEMBAHASAN sesuai dengan ISTC edisi 3 terapi yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan

diberikan setiap hari. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan ulang

yang

sputum BTA setelah pengobatan 2 bulan dan dilanjutkan pengobatan

dilakukan maka diagnosis TB dengan DM

fase lanjutan diberikan Isoniazid 150 mg dan Rifampisin 150 mg

pada

selama 4 bulan 3x/minggu. Untuk keberhasilan terapi TB dilakukan

pasien

ini

penunjang

75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg selama 2 bulan

dapat

ditegakkan.

Selanjutnya pada pasien dapat dilakukan terapi menggunakan OAT lini pertama dan Insulin

pengawasan minum obat di depan petugas selama 2 bulan dan pencegahan penularan perlu didukung dengan kerjasama pasien, pengawas minum obat, dan tenaga medis yang bersangkutan. Terapi

TB harus diarahkan ke penurunan glukosa darah, jadi perlu manajemen yang terintegrasi untuk mengontrol glukosa darah. Pada TB-DM penting menormalkan kadar glukosa darah melalui diet, olah raga dan obat-obatan. Hal ini sesaui dengan terapi di berikannya

insulin 3 + 6 IU/hari untuk menurunkan kadar gula darah.

TERIMA KASIH

Related Documents


More Documents from "Adeningsi Manggas"