LAPORAN TETAP PRAKTIKUM SATUAN OPERASI EVAPORATOR
Disusun Oleh: Kelompok 1 Nama : Afifah Amalia
061540411881
Dea Widya Syafriani
061540411885
Felicia Samantha
061540411888
Indah Lestari
061540411890
M. Azzi Putra Tanjung
061540411891
M. Bintang Cendikia
061540411892
Mangihut Pandapotan
061540411893
M. Jaka Dewantara
061540411895
M. Satria Wibowo
061540411897
Dosen Pengampuh : Dr. Ir. Muhammad Yerizam., M.S.
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI DIV TEKNIK ENERGI PALEMBANG 2019
I.
TUJUAN - Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja evaporasi - Mahasiswa dapat mengoperasikan alat evaporasi - Mahasiswa mampu menghitung dan mengetahui panas laten dan panas sensibel pada evaporator
II.
ALAT DAN BAHAN A. ALAT - Satu set alat evaporator - Gelas ukur - Pengaduk - Corong - Ember / baskom B. BAHAN - Gula - Air suling
III. DASAR TEORI Proses Evaporasi adalah proses untuk memisahkan pelarut dengan proses penguapan dari padatan (zat terlarut) yang tidak volatil (tidak mudah menguap). Inti dari proses ini adalah terjadinya perubahan fasa dari fasa cair menjadi fasa uap, suatu proses yang membutuhkan energi yang relatif besar. Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan sebagian dari pelarut pada titik didihnya, sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponen-komponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat merupakan produk yang dipentingkan, sedangkan uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang. Sebagai contoh adalah pemekatan larutan susu, sebelum dibuat menjadi susu bubuk. Beberapa sistem evaporasi bertujuan untuk mengambil air pelarutnya, misalnya dalam unit desalinasi air laut untuk mengambil air tawarnya. Perlu diperhatikan bahwa titik didih cairan murni dipengaruhi oleh tekanan. Makin tinggi tekanan, maka titik didih juga semakin tinggi. Hubungan antara titik didih dengan tekanan uapnya dapat dirumuskan dengan persamaan Antoine :
log (P°) = A −
B C+t
Untuk air : A = 6,96681; B = 1668,21; C = 228, dimana P° dalam cmHg dan t dalam ℃ Titik didih larutan yang mengandung zat yang sulit menguap akan tergantung pada tekanan dan kadar zat tersebut. Pada tekanan yang sama, makin tinggi kadar zat, makin tinggi titik didih larutannya. Beda antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murninya disebut kenaikan titik didih (boiling point rise) Dalam evaporator, terjadi 3 proses penting yang berlangsung simultan, yaitu : (a) Transfer panas (b)Penguapan (transfer massa) (c) Pemisahan uap dan cairan Penguapan umumnya berlangsung cepat, sehingga tidak mengontrol kecepatan keseluruhan proses. Penguapan cairan pada evaporator ukuran standar sudah dirancang oleh manufacturer sedemikian rupa sehingga untuk jumlah penguapan dalam evaporator tersebut, pemisahan uap-cairan sudah bisa berjalan dengan baik. Jadi untuk perhitungan / perancangan evaporator (bentuk standar), yang perlu diperhatikan hanyalah kecepatan transfer panasnya. Untuk perhitungan kecepatan transfer panas, diperlukan hitungan neraca massa dan neraca panas. Penyelesaian praktis terhadap masalah evaporasi sangat ditentukan oleh karakteristik cairan yang akan dikonsentrasikan. Beberapa sifat penting dari zat cair yang dievaporasikan : 1. Konsentrasi Walaupun cairan encer diumpankan ke dalam evaporator mungkin cukup encer sehingga beberapa sifat fisiknya sama dengan air, tetapi jika konsentrasinya meningkat, larutan itu akan makin bersifat individual. Densitas dan viskositasnya meningkat bersamaan dengan kandungan zat padatnya, hingga larutan itu menjadi jenuh, atau jika tidak, menjadi terlalu lamban sehingga tidak dapat melakukan perpindahan kalor yang memadai. Jika zat cair jenuh dididihkan terus, maka akan terjadi pembentukan kristal, dan kristal ini harus dipisahakan karena bisa menyebabkan tabung evaporator tersumbat. Titik didih larutanpun dapat meningkat dengan sangat bila kandungan zat padatnya bertambah, sehingga suhu didih larutan jenuh mungkin jauh lebih tinggi dari titik didih air pada tekanan yang sama.
2. Pembentukan Busa Beberapa bahan tertentu, lebih-lebih zat-zat organik, membusa (foam) pada waktu diuapkan. Busa yang stabil akan ikut keluar evaporator bersama uap, dan menyebabkan banyaknya bahan yang terbawa-ikut. Dalam hal-hal yang ekstrem, keseluruhan massa zat cair itu mungkin meluap ke dalam saluran uap keluar dan terbuang. 3. Kepekaan Terhadap Suhu Beberapa bahan kimia berharga, bahan kimia farmasi dan bahan makanan dapat rusak bila dipanaskan pada suhu sedang selama waktu yang singkat saja. Dalam mengkonsentrasikan bahan-bahan seperti itu diperlukan teknik khusus untuk mengurangi suhu zat cair dan menurunkan waktu pemanasan. 4. Kerak Beberapa larutan tertentu menyebabkan kerak pada permukaan pemanasan. Hal ini menyebabkan koefisien menyeluruh makin lama makin berkurang, sampai akhirnya operasi evaporator terpaksa dihentikan untuk membersihkannya. Bila kerak itu keras dan tak dapat larut, pembersihan itu tidak mudah dan memakan biaya. 5. Bahan Konstruksi Bilamana mungkin, evaporator itu dibuat dari baja. Akan tetapi, banyak larutan yang merusak bahan-bahan besi, atau menjadi terkontaminasi oleh bahan itu. Karena itu digunakan juga bahan-bahan kondtruksi khusus, seperti tembaga, nikel, baja tahan karat, aluminium, grafit tak tembus dan timbal. Oleh karena bahanbahan ini relatif mahal, maka laju perpindahan kalor harus harus tinggi agar dapat menurunkan biaya pokok peralatan. Oleh karena adanya variasi dalam sifat-sifat zat cair, maka dikembangkanlah berbagai jenis rancang evaporator. Evaporator mana yang dipilih untuk suatu masalah tertentu bergantung terutama pada karakteristik zat cair itu. Ada dua metode pada evaporator yaitu : 1. Operasi efek Tunggal (single-effect evaporation) Hanya menggunakan satu evaporator dimana uap dari zat cair yang mendidih dikondensasikan dan dibuang. Walaupun sederhana, nemun proses ini tidak efektif dalam penggunaan uap. 2. Operasi Efek Berganda (multiple-effect evaporation)
Metode yang umum digunakan untuk meningkatkan evaporasi perpon uap dengan menggunakan sederetan evaporator antara penyediaan uap dan kondensor. Jika uap dari satu evaporator dimasukkan ke dalam rongga uap (steam chest) evaporator kedua, dan uap dari evaporator kedua dimasukkan ke dalam kondensor, maka operasi itu akan menjadi efek dua kali atau efek dua (doubble-effect). Kalor dari uap yang semula digunakan lagi dalm efek yang kedua dan evaporasi yang didapatkan oleh satu satuan massa uap yang diumpankan ke dalam efek pertama menjadi hampir lipat dua. Efek ini dapat ditambah lagi dengan cara yang sama. Untuk bisa memahami proses evaporasi ini, maka diperlukan pengetahuan dasar tentang neraca massa dan neraca energi untuk proses dengan perubahan fasa. Salah satu alat yang menggunakan prinsip ini adalah alat pembuat aquades ( auto still ). Pada pembuatan aquades ini, air ( pelarut ) dipisahkan dengan dari padatan pengotornya ( Padatan pengotor tidak volatil ) dengan proses penguapan. Pada praktikum ini penekanannya pada pengguaan neraca massa dan neraca energi untuk mengetahui performance dari suatu unit operasi, dan mendapatkan kondisi optimal proses. Neraca Massa ( keadaan steady ) adalah Kecepatan massa masuk – Kecepatan massa keluar = 0 Neraca Energi ( keadaan steady ) adalah Kecepatan panas masuk – Kecepatan panas keluar = 0 Entalpi ( H ) Isi panas dari satu satuan massa bahan dibandingkan dengan isi panas dari bahan tersebut pada suhu referensinya. Entalpi Cair pada suhu T ( hl pada T ) Hl = Panas Sensibel = Cp1( T – TR ) Entalpi Uap pada suhu T ( HV pada T ) HV = Panas Sensibel Cair – Panas Laten (Panas Penguapan) + Panas Sensibel uap = Cp1 ( Tb – TR ) – λ . CpV ( T – Tb ) hl = entalpi spesifik keadaan cair kJ
Kg
HV = entalpi spesifik keadan uap kJ
Kg
Cp1 = kapasitas panas bahan dalam keadan cair kJ , untuk air = 4,182 kJ 0 0 Kg C
Kg C
CpV = kapasitas panas bahan dalam keadan uap kJ , untuk uap air Kg0C
suhu menengah = 1,185 kJ 0
Kg C
T = suhu bahan dalam ( °C ) TR = suhu referensi, pada “steam table” digunakan 0 °C Tb = titik didih bahan ( °C ) λ = panas laten / panas penguapan bahan, untuk air pada suhu 100 °C = 2260,16 kJ Kg
Neraca Massa Total Keadaan Steady State Kecepatan Massa Masuk = Kecepatan Massa Keluar FT = O + D ……………………………………………………………( 1 )
Neraca Energi Total Keadaan Steady State Kecepatan Panas Masuk = Kecepatan Panas Keluar Panas dibawa pendingin + Panas dari Heater = Panas dibawa Over Flow + Panas dibawa Distilat – Panas hilang ke lingkungan. FT . Cp1 ( TFT – TR ) + Q = O . Cp1 ( TO – TR ) + D . Cp1 ( TD – TR ) + Qloss…( 2) Neraca Energi di Pendingin Panas dibawa air pendingin masuk + Panas dibawa uap masuk = Panas dibawa Distilat keluar + Panas dibawa air pendingin keluar. FT . Cp1 ( TFT – TR ) + V. HV = D . Cp1 ( TD – TR ) + ( O + FB ) . Cp1 . ( TO – TR ) Karena FB = V = D O + FB = O + D = FT FT . Cp1 ( TFT – TR ) + V. HV = D . Cp1 ( TD – TR ) + FT. Cp1 . ( TO – TR ) …...( 3) Neraca Energi di Boiler Panas dari Heater = Panas dibawa Uap + Panas hilang ke lingkungan Q = V . HV + Qloss, karena V = D, maka Q = D . HV + Qloss
….……………………………………………..( 4 )
HV = Cp1 . ( Tb – TR ) + λ + CpV . ( T – Tb ), karena T = Tb = 100 °C HV = Cp1 . ( 100 – TR ) + λ …………………………………………….( 5 ) Faktor-faktor yang mempercepat proses evaporasi : 1. Suhu; walaupun cairan bisa evaporasi di bawah suhu titik didihnya, namun prosesnya akan cepat terjadi ketika suhu di sekeliling lebih tinggi. Hal ini terjadi karena evaporasi menyerap kalor laten dari sekelilingnya. Dengan demikian, semakin hangat suhu sekeliling semakin banyak jumlah kalor yang terserap untuk mempercepat evaporasi. 2. Kelembapan udara; jika kelembapan udara kurang, berarti udara sekitar kering. Semakin kering udara (sedikitnya kandungan uap air di dalam udara) semakin cepat evaporasi terjadi. Contohnya, tetesan air yang berada di kepingan gelas di ruang terbuka lebih cepat terevaporasi lebih cepat daripada tetesan air di dalam botol gelas. Hal ini menjelaskan mengapa pakaian lebih cepat kering di daerah kelembapan udaranya rendah. 3. Tekanan; semakin besar tekanan yang dialami semakin lambat evaporasi terjadi. Pada tetesan air yang berada di gelas botol yang udaranya telah dikosongkan (tekanan udara berkurang), maka akan cepat terevaporasi. 4. Gerakan udara; pakaian akan lebih cepat kering ketika berada di ruang yang sirkulasi udara atau angin lancar karena membantu pergerakan molekul air. Hal ini sama saja dengan mengurangi kelembapan udara. 5. Sifat cairan; cairan dengan titik didih yang rendah terevaporasi lebih cepat daripada cairan yang titik didihnya besar. Contoh, raksa dengan titik didih 357°C lebih susah terevapporasi daripada eter yang titik didihnya 35°C.
Diagram pemanasan air Kalor sensibel adalah kalor yang dibuthkan untuk menaikan suhu air. Bila kita memanaskan suhu air maka secara perlahan suhu air akan terus naik dan pada suatu titik akan mendidih. Kalor sensibel bisa diliat pada grafik di atas, yaitu garis yang semakin naik. Kalor sensibel bisa dicari dengan menggunakan rumus : Q = m c (T2-T1) Dimana : m
= massa benda
c
= panas jenis
(T2-T1)
= perbedaan jenis
Kalor laten adalah kalor yang dibutuhkan untuk menguapkan wujud zat, dai es menjadi air, dari air menjadi uap dan sebagainya. Bila air suda mencapai titik didihnya lalu dipanaskan terus, suhu air tidak akan naik melainkanwujudnya akan berubah. Kalor laten ditunjukan oleh garis mendatar pada grafik di atas. Kalor laten bisa dicari dengan menggunakan rumus : Q=mL Dimana : m
= massa benda
L
= kalor lebur benda
IV. LANGKAH KERJA -
Membuat larutan gula dengan komposisi 200 gr gula dalam 4 liter air aquadest (konsentrasi gula 5%)
-
Menghubungkan evaporator pada stop kontak
-
Menghidupkan main evaporator dengan menekan tombol pada bagian samping tombol papan
-
Memanaskan heater dengan memutar tombol heater ke kanan
-
Menguapkan larutan gula
-
Mencatat waktu dan suhu ketika terbentuk bubble pertama
-
Mencatat T boiler, T in condensat, dan T out condensat setiap 5 menit
-
Menghitung volume cairan hasil evaporasi
-
Ketika semua proses selesai, tombol heater diatikan dengan memutar tombol kearah kiri
-
Mematikan main operator dengan memutarnya ke posisi off
-
Mencabut kabel evaporator pada stop kontak
-
Menunggu sampai kondisi evaporator dalam keadaan suhu ruang, kemudian mematikan kondenser.
V.
DATA PENGAMATAN
Laju Temperatur (°C)
Alir Waktu
(L/h)
(menit) In
Out
Water
Water
Junction
Inlet
Inlet
Line
Condense
Cristalize
r
r
Water
Water
Cristalize
Outlet
Outlet
r
Condense
Cristalize
r
r
0
70
60
27,9
13,4
13,4
17,6
15,1
13,3
5
70
60
28
13,4
13,4
17,6
15,2
13,3
10
70
60
28,1
13,6
13,6
17,7
16,3
13,5
15
70
60
28,1
14,2
14,2
18,1
18,1
14,1
20
70
60
28,2
15,1
15
18,4
19,2
15
25
70
60
28,3
15,7
15,7
18,8
20
15,6
30
70
60
28,4
16,2
16,2
19,2
20,6
16,1
35
70
60
28,5
16,5
16,5
19,5
21
16,4
40
70
60
28,6
16,7
16,7
19,7
21,2
16,6
45
70
60
28,7
16,9
16,9
20
21,6
16,8
50
70
60
29,8
18,4
18,4
21,2
23,3
18,2
Temperatur Boiler Controller = 100°C Volume Cairan Umpan = 4000 ml Volume Cairan Pekat = 1030 ml
VI.
PERHITUNGAN
Pembuatan Larutan Gula (Feed) 5% gula dalam 4 liter air : 5 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 4000 𝑚𝑙 = 200 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔𝑢𝑙𝑎. 100 𝑚𝑙 𝑽𝒐𝒍𝒖𝒎𝒆 𝒈𝒖𝒍𝒂 =
𝟐𝟎𝟎 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟎,𝟖𝟒𝟗 𝒈𝒓/𝒎𝒍
= 𝟐𝟑𝟓, 𝟓𝟕 𝒎𝒍.
Volume air = (4000-235,57)ml = 3764,43 ml.
Penentuan Densitas -Berat piknometer kosong = 33,2 gram -Berat piknometer + aquades = 57,55 gram -Volume aquades =
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠 𝜌
=
(57.55−33,2)𝑔𝑟𝑎𝑚 0,996𝑔𝑟/𝑚𝑙
= 24,45 ml
1) Feed (Larutan Gula) -Berat piknometer + sampel umpan = 57,8 gram -Berat sampel umpan = (57,8-33,2)gram = 24,6 gram -𝝆 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍 𝒖𝒎𝒑𝒂𝒏 = 2) Kondensat
𝟐𝟒,𝟔 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟐𝟒,𝟒𝟓 𝒎𝒍
= 𝟏, 𝟎𝟎𝟔 𝒈𝒓/𝒎𝒍
-Berat piknometer + kondensat = 56,5 gram -Berat kondensat = (56,5-33,2)gram = 23,3 gram -𝝆 𝒌𝒐𝒏𝒅𝒆𝒏𝒔𝒂𝒕 =
𝟐𝟑,𝟑 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟐𝟒,𝟒𝟓 𝒎𝒍
= 𝟎, 𝟗𝟓𝟑 𝒈𝒓/𝒎𝒍
3) Hasil evaporasi (cairan pekat) -Berat piknometer + cairan pekat = 58,1 gram -Berat cairan pekat = (58,1-33,2)gram = 24,9 gram -𝝆 𝒄𝒂𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒑𝒆𝒌𝒂𝒕 =
𝟐𝟒,𝟗 𝒈𝒓𝒂𝒎 𝟐𝟒,𝟒𝟓 𝒎𝒍
= 𝟏, 𝟎𝟏𝟖 𝒈𝒓/𝒎𝒍
Neraca Massa
V = 2975,46 gram Air 100%
Evaporator
F = 4024 gram Gula 5%
Gula 19,18%
Air 95%
-
L = 1048,54 gram
Q
Air 80,82%
Umpan (F) Larutan Gula : gr = 𝜌 𝑥 𝑣 = 1,006 gr/ml x 4000 ml = 4024 gram
-
Cairan Pekat (L) : gr = 𝜌 𝑥 𝑣 = 1,018 gr/ml x 1030 ml = 1048,54 gram
-
Air yang teruapkan (V) : F
=
L
+V
4024 gram = 1048,54 gram + V V
= 2975,46 gram
Input F
= Output = L +V
Gula:
5%(F) = x(L) + 0(V)
Air :
95%(F) = y(L) + 100%(V)
Gula:
5%(4024 gram) = x(1048,54gram)
201,2
= x(1048,54gram)
x
= 0,1918 (19,18%)
Air :
1=x+y
`
y = 1- 0,1918 = 0,8082 (80,82%)
Neraca Panas Tv, Hv, Xv
Evaporator
F, Tf, Xf, Hf
L, Tl, Xl, Hl
T = 30°C
T = 100°C Q
From table heat capacities of aqueous solutions (Heat Capacity) Predictive Equation parameters for binary aqueous solutions. Aqueous Solution
Glucose
a1 J/g°C
4,15263
b1
c1
Jm3/g°
Jm3/g2°
C
C
-0,03271x10-4
1,994x10-8
a2 J/g°C
-0,00107
b2
c2
Jm3/g°
Jm3/g2°
C
C
1,999 x10-8
-0,014 x10-12
a3 J/g°C
0,174 x10-4
b3
c3
Jm3/g°
Jm3/g2°
C
C
-0,013 x10-8
0,0013 x10-8
r2
0,996
Cp = [(a1+b1.s+c1.s2) + T(a2+b2.s+c2.s2) + T2(a3+b3.s+c3.s2)] From McCabe.Operasi Teknik Kimia.1996
-
Panas yang diumpan (Qf) Qf = mf . Cp . dT = 4024 gram [(4,15263+(-0,03271x10-4).(0,05)+ 1,994x10-8.(0,05)2) + 30°C (-0,00107+1,999 x10-8.(0,05)+ -0,014 x10-12.(0,05)2) + (30°C)2(0,174 x10-4+(-0,013 x10-8).(0,05)+ 0,0013 x10-8.(0,05)2)] = 4024 gram [(4,1526) + (-0,03209) + (0,01565)] = 16643,9 joule
-
Panas penguapan (Qv) T = 100°C P = 1 atm Hv = Hfg = 2257,5 kj/kg Cp = 1,888 kj/kg.K Qv = v.Hv + mv.Cp.dT
= (2975,46x10-3 kg)( 2257,5 kj/kg) + (2975,46x10-3 kg)( 1,888 kj/kg.K)(70K) = 7110,337 kj
-
Panas Cairan Pekat (QL) QL = mL . Cp . dT = 1048,54 gram [(4,15263+(-0,03271x10-4).(0,1918)+ 1,994x10-8.(0,1918)2) + 30°C (-0,00107+1,999 x10-8.(0,1918)+ -0,014 x10-12.(0,1918)2) + (30°C)2(0,174 x10-4+(-0,013 x10-8).(0,1918)+ 0,0013 x10-8.(0,1918)2)] = 1048,54 gram [(4,1526) + (-0,1069) + (0,1739)] = 4424,42 joule Input
= Output
Panas masuk + Panas coil = Panas Uap + Panas Liquid Qf + Qc
= Qv + QL
Qc
= Qv - Qf + QL
Qc
= 7110,337 kj – 16,6439 kj + 4,42442 kj
Qc
= 7098,11 kj 𝑄𝑣
7110,337 𝑘𝑗
-
Efisiensi Evaporasi = 𝑄𝑐 =
-
Kapasitas Evaporasi = 𝑈.∆𝑇 =
7098,11 𝑘𝑗
𝑄𝑐
= 𝟏, 𝟎𝟎𝟏
7098,11 𝑘𝑗 1000𝑊 ℃ (100−30)℃ 𝑚2
= 𝟎, 𝟏𝟎𝟏𝟒
*Catatan : Diasumsikan evaporator vertikal tabung panjang memiliki koefisien menyeluruh U =
1000𝑊 𝑚2
℃
VII.
ANALISA PERCOBAAN Dari praktikum yang telah didapat, dapat dianalisa bahwa praktikum yang
dilakukan adalah praktikum evaporasi menggunakan evaporator dengan jalan proses pengentalan larutan dengan cara mendidihkan atau menguapkan pelarut. Pada praktikum ini larutan yang digunakan adalah aquadest dan bahan yang digunakan adalah gula sebagai zat terlarut. Konsentrasi gula yaitu 5% dalam 3 L aquadest. Pada dasarnya sistem evaporator terdiri dari alat pemindahan panas yang berfungsi untuk mensuplay panas, baik panas sensibel maupun panas laten pada proses evaporasi. Alat pemindah panas berfungsi untuk memisahkan uap air dari cairan pengentanya yang dalam hal ini yaitu gula. Sedangkan alat pendingin yaitu kondenser yang berfungsi untuk mengkondensasikan uap dan memisahkannya. Selama proses evaporasi, terjadi beberapa perubahan yaitu 1) Perubahan warna. Suhu larutan yang terlalu tinggi menyebabkan larutan mengalami kecoklatan. Hal ini karena gula mengalami karamelisasi apabila berada pada suhu dan tekanan yang tinggi, sehingga menghasilkan kompleks warna kecoklatan pada gula. 2) kehilangan aroma. Bila dilakukan evaporasi menggunakan suhu yang cukup tinggi, akan menyebabkan aroma bahan berkurang dan menyebabkan penurunan kualitas bahan. 3) kerusakan komponen gizi. Penggunaan suhu yang cukup tinggi akan merusak atau menurunkan kandungan gizi pada gula karena adanya degradasi. 4) peningkatan viskositas cairan. Saat evaporasi, terjadi penguapan komponen air dari pelarut. Hal ini menyebabkan konsentrasi dan viskositas semakin tinggi. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perubahan koponen kimia pada proses evaporasi yaitu : suhu dan tekanan, lama evaporasi, luas permukaan, jenis bahan, dan viskositas cairan, dan kerak. Dari data yang telah didapat, diketahui bahwa terjadi due point pada suhu (T) boiler = 75 ℃, T in condensat = 16,1 ℃, dan T out condensat = 28,0 ℃. Volume kondensat 600 ml dan air pekat 2330 ml. 220 komponen diperkirakan menguap dan masih terdapat pada kondensor sehingga tidak samai pada tempat kondensat. 𝜌 umpan = 1,0167 gr/ml, 𝜌 kondensat = 0,993 gr/ml, 𝜌 air pekat = 1,0096 gr/ml. 𝜌 air pekat lebih besar dari 𝜌 kondensat sehingga konsentrasinya pun lebih tinggi dari kondensat. Begitu pula indeks bias pada air pekat lebih besar dari kondensat dan umpan karena kandungan gula lebih tinggi sehingga konsentrasinya lebih besar. Q laten da Q sensibel input lebih besar dari Q laten da Q sensibel output. Hal ini karena Q input berasal dari pemanas (heater) sedangkan Q output berasal dari uap panas yang telah dikondensasi. Dengan kata lain Q input > Q output atau T1 > T2.
VIII. KESIMPULAN Dari analisa yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa: -
Praktikum evaporasi adalah proses pengentalan dan penguapan larutan dengan cara mendidihkan dan menguapkan pelarut.
-
Pelarut ang digunakan yaitu aquadest.
-
Bahan yang digunakan yaitu gula sebagai zat terlarut dengan kadar gula 5% dalam 3 l air.
-
faktor-faktor yang menyebabkan perubahan koponen kimia pada proses evaporasi yaitu : suhu dan tekanan, lama evaporasi, luas permukaan, jenis bahan, dan viskositas cairan, dan kerak.
-
Due point : (T) boiler = 75 ℃, T in condensat = 16,1 ℃, dan T out condensat = 28,0 ℃.
-
Volume kondensat 600 ml, 𝜌 kondensat = 0,993 gr/ml
-
Air pekat 2330 ml, 𝜌 air pekat = 1,0096 gr/ml.
-
Volume umpan 3150, 𝜌 umpan = 1,0167 gr/ml.
-
Q input > Q output atau T1 > T2
DAFTAR PUSTAKA TIM Dosen. 2018. Penuntun Praktikum Satuam Operasi “evaporator”. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.
GAMBAR ALAT