Laporan Praktikum Mikrobiologi Penginderaan.docx

  • Uploaded by: Khairunnisa
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Mikrobiologi Penginderaan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,191
  • Pages: 28
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI MODUL PENGINDERAAN SEMESTER 6

DISUSUN OLEH : Nama

: Khairunnisa

NIM

: I1011161077

Kelompok

:B

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2019

BAB I METODOLOGI 1.1

Pengambilan Swab Hidung 1.1.1. Alat 1. Cotton bud kecil steril (swab hidung) 2. Spekulum hidung 3. Alcohol swab 4. Spuit 1.1.2. Bahan 1. NaCl 0,9% 2. Kotoran hidung 2.2.3. Cara Kerja 1. Ambil speculum hidung dan disterilkan menggunakan alcohol swab 2. Siapkan cotton bud kecil steril, kemudian disuntikkan NaCl 0,9% 3. Buka lubang hidung OP menggunakan spekulum hidung 4. Swab hidung perlahan-lahan dengan cara memutar cotton bud 5. Keluarkan spekulum dari hidung OP

1.2. Pewarnaan Gram 1.2.1 Alat 1. Gelas objek 2. Bak pewarnaan 3. Pembakar spiritus atau bunsen 4. Penjepit gelas objek 5. Masker 6. Handscoon 7. Slide dryer 8. Pipet tetes

9. Botol semprot 10. Tisu 11. Mikroskop 1.2.2 Bahan 1. Spesimen 2. Aquades 3. Carbol Fuchsin 0,3% 4. Asam Alkohol 3% 5. Methylen Blue 0,3% 6. Minyak emersi

2.1 Cara Kerja 1.

Disiapkan alat dan bahan

2.

Disiapkan gelas objek yang sudah diberi spesimen

3.

Diteteskan larutan carbol fuchsin 0,3% sampai menutupi permukaan yang diberi spesimen

4.

Panaskan sampai menguap selama 5 menit

5.

Dicuci gelas objek dengan air mengalir sampai bersih

6.

Ditetesi asam alkohol sampai pewarna carbon fuchsin hilang dan bersih

7.

Dicuci gelas objek dengan air mengalir sampai bersih

8.

Ditambahkan methylen blue 0,3% selama 2 menit

9.

Dicuci dengan air mengalir dan dikeringkan diatas slide dryer

10. Diperiksa di bawah mikroskop dengan menggunakan minyak imersi. 2.3. Kultur 2.3.1. Alat-Alat 1. Cawan petri yang berisi nutrient agar 2. Ose 3. Pembakar spiritus atau bunsen 4. Masker 5. Handscoon 2.3.2. Bahan

1. Spesimen/hasil swab hidung 2.3.3. Cara Kerja 1.

Disiapkan alat-alat dan bahan-bahan steril yang diperlukan

3.

Dihidupkan api bunsen terlebih dahulu

4.

Disiapkan ose steril, kemudian panaskan ose steril pada bunsen

5.

Diambil spesimen dengan ose steril

6.

Dipanaskan pinggiran cawan petri untuk proses sterilisasi cawan petri

7.

Dibuka sedikit tutup cawan petri untuk melakukannya di dekat api bunsen.

8.

Digeserkan ose yang sudah mengandung mengorganisme dengan baik – baik di atas permukaan agar, dimulai dari ata spermukaan secara zig-zag menuju kebagian bawah (Yoresan T dan waklam)

9.

Dengan biakan yang baru diinokulasi dalam incubator selama 24 jam.

10. Dilakukan pewarnaan gram setelah diinkubasi selama 24 jam

BAB II HASIL 3.1. Hasil Kelompok A1

Pewarnaan gram sebelum kultur Laki laki : ditemukan Staphylococcus

Perempuan : ditemukan Staphylococcus

Pewarnaan gram sesudah kultur

Laki laki : ditemukan Staphylococcus

Perempuan : ditemukan Staphylococcus

3.2. Hasil Kelompok A2 Pewarnaan gram sebelum kultur Laki-laki : tidak ditemukan bakteri Perempuan : ditemukan coccus dan karena kesalahan dalam melakukan basil pewarnaan gram

Pewarnaan gram sesudah kultur

Laki laki : ditemukan Staphylococcus

Perempuan : ditemukan Staphylococcus

Morfologi : Koloninya sirkular pada

Morfologi : Koloninya sirkular pada

seluruh media agar, marginnya entire,

seluruh media agar, marginnya entire,

elevasinya kemungkinan raised.

elevasinya convex.

3.3 Hasil Kelompok B1 Pewarnaan gram sebelum kultur

Laki laki : ditemukan S. aureus

Perempuan : ditemukan S. aureus

Pewarnaan gram sesudah kultur

Laki laki : ditemukan Staphylococcus Morfologi : Koloninya sirkular pada seluruh media agar, marginnya entire, elevasinya kemungkinan convex.

Perempuan : ditemukan S. Aureus, warna merah preparat dikarenakan kelamaan saat pencucian dengan alkohol Morfologi : Koloninya sirkular pada seluruh media agar, marginnya entire, elevasinya kemungkinan convex.

3.4 Hasil Kelompok B2 Pewarnaan gram sebelum kultur

Laki laki : tidak ditemukan bakteri Perempuan : tidak ditemukan bakteri apapun

apapun

Pewarnaan gram sesudah kultur

Laki laki : ditemukan Staphylococcus

Perempuan : ditemukan Staphylococcus

Morfologi : Koloninya tak beraturan Morfologi : Koloninya sirkular pada dan sedikit pada media agar, marginnya seluruh media agar, marginnya entire, entire, elevasinya convex.

elevasinya convex.

3.5 Hasil Kelompok C1 Pewarnaan gram sebelum kultur

Laki laki

:

kemungkinan pencucian

ditemukan epitel Perempuan : ditemukan sejenis yeast dan karena

yang

terlalu

proses bakteri basil yg tidak diketahui jenis lama bakterinya

sehingga ada bagian yang ikut tercuci

Pewarnaan gram sesudah kultur

Laki laki : ditemukan

Perempuan : di temukan staphylococcus

Staphylococcus

dan bakteri basil yg tidak diketahui jenis bakterinya

3.6 Hasil Kelompok C2 Pewarnaan gram sebelum kultur

Laki laki : ditemukan Staphylococcus

Perempuan : ditemukan Staphylococcus

Pewarnaan gram sesudah kultur

Laki laki : ditemukan Staphylococcus

Perempuan : ditemukan Staphylococcus

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pembahasan Pengambilan Swab Hidung Pada praktikum pengambilan swab hidung dari 6 kelompok yang ada, semuanya berhasil mengambil spesimen kotoran hidung dengan baik, sehingga ketika dilakukan pewarnaan gram dan kultur didapatkan bakteri flora normal dan bakteri lainnya. Pada praktikum ini alat yang dibutuhkan adalah spekulum hidung yang berfungsi untuk membuka lubang hidung, dan cotton bud kecil steril untuk mengambil spesimen kotoran hidung. Kemudian bahan yang digunakan adalah NaCl 0,9% yang berfungsi untuk membasahkan cotton bud kecil yang digunakan untuk mengambil spesimen dan agar cotton budnya lebih steril. 3.2. Pembahasan Pewarnaan Gram dan Kultur Pada praktikum ini dilakukan 2 kali pewarnaan gram yaitu pewarnaan gram dengan langsung menggunakan spesimen yang diambil dan pewarnaan gram setelah kultur. Hasil pewarnaan gram yang tidak dikultur pada kelompok A 1 untuk

laki

laki

ditemukan

Staphylococcus

dan

perempuan

ditemukan

Staphylococcus, sedangkan pewarnaan gram sesudah kultur didapatkan laki-laki ditemukan Staphylococcus dan perempuan

ditemukan Staphylococcus. Hasil

pewarnaan gram yang tidak dikultur pada kelompok A2 untuk laki laki tidak ditemukan bakteri karena kesalahan dalam melakukan pewarnaan gram dan perempuan ditemukan ditemukan coccus dan basil, sedangkan pewarnaan gram sesudah kultur didapatkan laki-laki ditemukan Staphylococcus dan perempuan ditemukan Staphylococcus. Hasil pewarnaan gram yang tidak dikultur pada kelompok B 1 untuk laki laki ditemukan Staphylococcus aureus dan perempuan ditemukan Staphylococcus aureus, sedangkan pewarnaan gram sesudah kultur didapatkan laki-laki ditemukan Staphylococcus aureus dan perempuan ditemukan Staphylococcus aureus. Hasil pewarnaan gram yang tidak dikultur pada kelompok B 2 untuk laki laki tidak ditemukan bakteri apapun dan perempuan tidak ditemukan bakteri apapun, sedangkan pewarnaan gram sesudah kultur didapatkan laki-laki ditemukan Staphylococcus aureus dan perempuan

ditemukan

Staphylococcus aureus. Hasil pewarnaan gram yang tidak dikultur pada kelompok C 1 untuk laki laki ditemukan epitel kemungkinan karena proses pencucian yang terlalu lama sehingga ada bagian yang ikut tercuci dan perempuan ditemukan sejenis yeast dan bakteri basil yg tidak diketahui jenis bakterinya, sedangkan pewarnaan gram sesudah kultur didapatkan laki-laki ditemukan Staphylococcus aureus dan perempuan

ditemukan staphylococcus dan bakteri basil yg tidak

diketahui jenis bakterinya. Hasil pewarnaan gram yang tidak dikultur pada kelompok C2 untuk laki laki ditemukan Staphylococcus dan ditemukan Staphylococcus, sedangkan pewarnaan gram sesudah kultur didapatkan laki-laki ditemukan Staphylococcus aureus dan perempuan ditemukan Staphylococcus aureus. Pada praktikum ini morfologi dari hasil kelompok A1 tidak ada, karena kelompok 1 tidak melampirkan foto media agar sehingga tidak dapat mengidentifikasi morfologinya. Morfologi dari hasil kultur pada media agar kelompok A2 untuk laki-laki koloninya sirkular pada seluruh media agar, marginnya entire, elevasinya kemungkinan raised dan perempuan koloninya sirkular pada seluruh media agar, marginnya entire, elevasinya kemungkinan convex. Morfologi dari hasil kultur pada media agar kelompok B1, C1 dan C2 untuk laki-laki koloninya sirkular pada seluruh media agar, marginnya entire, elevasinya kemungkinan convex dan perempuan koloninya sirkular pada seluruh media agar, marginnya entire, elevasinya kemungkinan convex. Sedangkan morfologi dari hasil kultur pada media agar kelompok B2 untuk laki-laki koloninya tak beraturan dan sedikit

pada media agar, marginnya entire,

elevasinya convex dan perempuan koloninya sirkular pada seluruh media agar, marginnya entire, elevasinya convex. Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbolfuchsin (fuchsin basa yang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan

Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan.1 Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam).Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna.2 Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat warna carbol fuchsin 0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitucarbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %. Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru. 2 Tujuan pemberian carbol fuchsin 0,3% adalah untuk mewarnai seluruh sel bakteri. Tujuan pemberian alkohol asam 3% adalah meluruhkan warna dari carbol fuchsin, tetapi pada golongan BTA tidak terpengaruh pemberian alkohol asam 0,3% karena memiliki lapisan lipid yang sangat tebal sehingga alkohol sukar menembus dinding sel bakteri tersebut dan warna merah akibat pemberian carbol fuchsin tidak hilang. Tujuan pemberian methylen blue adalah memberi warna background. 4

Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara pewarnaan Ziehl Neelson. Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa perlakuan dan zat kimia yang diberikan. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri tetapi tidak mengubah struktur sel bakteri. Perlakuan pencucian dengan menggunakan aquades mengalir bertujuan untuk menutup kembali lemaknya. 4 Metode pewarnaan yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu ZiehlNeelsen. Metode ini digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan warna yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi, alat yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop fluorescens.5 Larutan kimia yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alkohol asam 3% , carbol fuchsin 0,3%, serta methylen blue 0,3% yang masing-masing mempunyai fungsi antara lain asam alkohol digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin mempunyai fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen blue berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau.6 Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M. tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alcohol. 7 Penambahan asam alkohol ini tidak boleh dilakukan secara berlebihan karena akan menyebabkan overdekolrisasi sehingga BTA dan non BTA tidak dapat dipisahkan, namun jangan lupa terlalu sedikit dalam penambahan asam alkohol pada bakteri karena akan menyebabkan underdecolorization yang dapat menyebabkan zat warna pada non BTA tidak seluruhnya terlepas yang mengakibatkan terjadinya ketidakakuratan dalam proses identifikasi dan pengamatan pada sampel. Selanjutnya dialiri aquades untuk menutup pori-pori bakteri sehingga tidak terjadi lagi proses pemucatan oleh asam alkohol. Perlakuannya dengan cara pemanasan, pencucian dengan menggunakan air

mengalir, pemberian zat warna dan pemberian alkohol. Tujuan pencucian dengan menggunakan alkohol adalah supaya warna merah yang tersisa setelah ditetesi karbol fuchsin hilang. Sedangkan perlakuan pencucian dengan menggunakan air mengalir bertujuan untuk menutup kembali lemaknya. Pemberian zat warna seperti karbol fuchsin dan metilen blue bertujuan untuk mematikan bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Hasil preparat menunjukan sel berwarna merah dengan background biru, hal ini disebabkan karena karbol fuchsin bersifat asam sehingga dapat diserap oleh dinding sel bakteri tersebut. Sedangkan metilen biru bersifat basa sehingga tidak dapat diserap oleh dinding sel bakteri.4 Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusahakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril. Hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi. Dalam melakukan inokulasi ini digunakan metode gores.3 Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan ke permukaan media agar nutrien dalam cawan petri dengan jarum pindah (lup inokulum). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis.8 Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya.2 Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang

merupakan substansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air. Nutrien ini adalah degradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harus memenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineral dan faktor tumbuh.9 Media agar

merupakan substrat yang sangat baik untuk memisahkan

campuran mikroorganisme sehingga masing- masing jenisnya menjadi terpisah. Teknik yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme pada media agar memungkinkannya tumbuh dengan agak berjauhan

dari sesamanya, juga

memungkinkan setiap selnya berhimpun membentuk koloni, sekelompok massa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung. Semua sel dalam koloni itu sama; dianggap semuanya itu meruakan keturunan (progeni) satu mikroorganisme dan karena itu mawakili apa yang disebut mikrobiologiwan biakan murni.4 Nutrient agar adalah medium yang digunakan sebagai pertumbuhan bakteri misalkan pada daging dan mempunyai masa inkubasi selama 24 jam pembuatan medium nutrient agar menggunakan bahan utama beef ekstrak nutrient agar termasuk medium seni alamiah karena tersusun atas bahan alami atau daging. Dan bahan sintetik ( pepton dan agar ), nutrient agar digunakan untuk menumbuhkan semua mikroba.3 Bakteri dapat ditumbuhkan dalam suatu medium agar dan akan membentuk penampakan berupa koloni. Koloni sel bakteri merupakan sekelompok masa sel yang dapat dilihat dengan mata langsung. Semua sel dalam koloni itu sama dan dianggap semua sel itu merupakan keturunan (progeny) satu mikroorganisme dan karena itu mewakili sebagai biakan murni. Penampakan koloni bakteri dalam media lempeng agar menunjukkan bentuk dan ukuran koloni yang khas, dapat dilihat dari bentuk keseluruhan penampakan koloni, tepi dan permukaan koloni. Koloni bakteri dapat berbentuk bulat, tak beraturan dengan permukaan cembung, cekung atau datar serta tepi koloni rata atau bergelombang dsb. Pada medium agar miring penampakan koloni bakteri ada yang serupa benang (filamen), menyebar, serupa akar dan sebagainya. 12

Flora normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Tempat paling umum dijumpai flora normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran urogenital. Kulit normal biasanya ditempati bakteria sekitar 102–106 CFU/cm2.10 S aureus ditemukan dalam hidung pada 20-50% manusia. Kemampuan patogenik S aureus terteuntu merupakan gabungan efek faktor extraseluler dan toksin serta sifat invasif strain tersebut. Salah satu akhir spektrum penyakit oleh stapilokokus adalah keracunan makanan, yang semata- mata akibat konsumsi makanan yang mengandung enterotoksin, sedangkan bentuk akhir lainnya adalah bakterimia stafilokokus dan abses yang tersebar di semua organ.11 S aureus yang patogen dan invasif menghasilkan koagulase dan cenderung menghasilkan pigmen kuning dan bersifat hemolitik. Stafilokokus yang nonpatogen dan tidak invasif seperti S epidermidis bersifat koagulase negatif dan cenderung nonhemolitik. 11 Dari hasil praktikum telah disebutkan sebelumnya untuk pewarnaan gram yang tidak dikultur didapat hasil yang hampir sama yaitu bentuk coccus dan bakteri Staphyloccous aureus,tetapi ada juga yang bentuknya coccus dan basil. Dan ada juga yang tidak dapat menemukan bakteri pada preparat serta ada yang menemukan bentuk yeast dan jenis basil yang tidak dapat identifikasi yaitu pada kelompok C1.

Pada kelompok yang tidak menemukan bakteri pada hasil

mikroskop bisa dikarenakan banyak faktor seperti kesalahan dan ketidaktelitian pada saat pewarnaan gram dan bakteri tidak tersebar dengan rata sehingga sedikit dan tidak nampak. Sedangkan pada hasil pewarnaan gram kelompok C1 mungkin terjadi kontaminasi sehingga ditemukan yeast. Untuk pewarnaan gram setelah dikultur didapatkan hasil yang sama semua, kecuali kelompok C1 perempuan yang ditemukan staphyloccus dan bentuk bakteri basil lain yang tidak dapat diidentifikasi. Untuk kelompok yang menemukan Staphyloccus aureus pada hasil mikroskop pewarnaan gram hal itu normal, karena Staphylococcus merupakan flora normal pada hidung. Sedangkan untuk kelompok C1 yang perempuan mungkin terjadi kontaminasi sehingga terdapat bakteri jenis lain pada hasil pengamatan mikroskop. Adanya perbedaan hasil pewarnaan gram pada yang

dikultur dan tidak dikultur dikarenakan untuk yang tidak dikultur bakteri yang ada akan sedikit, sedangkan pada kultur ada bakteri karena telah ditumbuhkan bakteri pada media sehingga ada perbanyakan bakteri pada media agar.

BAB IV KESIMPULAN Dari hasil praktikum telah disebutkan sebelumnya untuk pewarnaan gram yang tidak dikultur didapat hasil yang hampir sama yaitu bentuk coccus dan bakteri Staphyloccous aureus,tetapi ada juga yang bentuknya coccus dan basil. Dan ada juga yang tidak dapat menemukan bakteri pada preparat serta ada yang menemukan bentuk yeast dan jenis basil yang tidak dapat identifikasi yaitu pada kelompok C1.

Pada kelompok yang tidak menemukan bakteri pada hasil

mikroskop bisa dikarenakan banyak faktor seperti kesalahan dan ketidaktelitian pada saat pewarnaan gram dan bakteri tidak tersebar dengan rata sehingga sedikit dan tidak nampak. Sedangkan pada hasil pewarnaan gram kelompok C1 mungkin terjadi kontaminasi sehingga ditemukan yeast. Untuk pewarnaan gram setelah dikultur didapatkan hasil yang sama semua, kecuali kelompok C1 perempuan yang ditemukan staphyloccus dan bentuk bakteri basil lain yang tidak dapat diidentifikasi. Untuk kelompok yang menemukan Staphyloccus aureus pada hasil mikroskop pewarnaan gram hal itu normal, karena Staphylococcus merupakan flora normal pada hidung. Sedangkan untuk kelompok C1 yang perempuan mungkin terjadi kontaminasi sehingga terdapat bakteri jenis lain pada hasil pengamatan mikroskop. Adanya perbedaan hasil pewarnaan gram pada yang dikultur dan tidak dikultur dikarenakan untuk yang tidak dikultur bakteri yang ada akan sedikit, sedangkan pada kultur ada bakteri karena telah ditumbuhkan bakteri pada media sehingga ada perbanyakan bakteri pada media agar.

DAFTAR PUSTAKA 1.

Syahrurachman, dkk.Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: UI Press.1994

2.

Lay, B. W.Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.1994

3.

Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Malang

4.

Pelczar, M. J. And E. C. S. Chan.Elements of Mycrobiology. New York : Mc grow-Hill Book Company.1986

5.

Kurniawati et al.Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen, dan fluorokrom sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam untuk Pemeriksaan Mikroskopis Sputum. Makara Kesehatan. Vol 9, 2005 : 29-33.

6.

Jutono, Soedono, S., S. Hartanti, Suhandi, D. S., K. Soesanto.Analisis Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UGM Press.1980

7.

Evelyn Pearce. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. Cetakan 33. 2009.

8.

Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program D3 Teknik Kimia FTIITS: Surabaya

9.

Label,J. Mikrobiologi : Pembuatan Medium. Jakarta : Erlangga. 2008

10. Trampuz, Andrej and Widmer, A.F., 2004, Hand Hygiene : A Frequently Missed Livesaving Opportunity During Patient Care, Mayo Clinic Proceedings, 79:109 – 116. 11. Adelberg, Jawetz, Melnick. 2008. Medical Microbiology. Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku. Kedokteran EGC 12. Cappuccino,JG.& Sherman,N. 1987. Microbiology: A Laboratory Manual. The Benjamin/Cummings Publishing Company,Inc. Clifornia.

LAMPIRAN

1. Kelompok A1

2. Kelompok A2

3. Kelompok B1

4. Kelompok B2

5. Kelompok C1

6. Kelompok C2

Related Documents


More Documents from "Intan Ayu"