Laporan Praktikum Formalin Dan Boraks.docx

  • Uploaded by: ismi fitria
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Formalin Dan Boraks.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,579
  • Pages: 19
LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN FORMALIN DAN BORAKS PADA BAHAN PANGAN MATA KULIAH PENJAMINAN MUTU PANGAN

Dosen : Ir. B. B. Setiawati, M.P

Disusun Oleh : Ismi Fitria Anggraini ( 05.1.4.16.0687 ) Semester VI B

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTAMAGELANG JURUSAN PERTANIAN PRODI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN 2019

I.

DASAR TEORI

Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami bukan merupakan bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. BTP ditambahkan untuk memperbaiki karakter pangan agar kualitasnya meningkat. Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara umum oleh masyarakat. Kenyataannya masih banyak produsen makanan yang menggunakan

bahan

tambahan yang berbahaya bagi kesehatan. Efek dari bahan tambahan beracun tidak dapat langsung dirasakan, tetapi secara perlahan dan pasti dapat menyebabkan sakit. Penyimpangan atau pelanggaran mengenai penggunaan BTP yang sering dilakukan oleh produsen pangan, yaitu : 1. Menggunakan bahan tambahan yang dilarang penggunaannya untuk makanan. 2. Menggunakan BTP melebihi dosis yang diizinkan. Penggunaan bahan tambahan yang beracun atau BTP yang melebihi batas akan membehayakan kesehatan masyarakat, dan berbahaya bagi pertumbuhan generasi yang akan datang. Karena itu produsen pangan perlu mengetahui peraturan-peratun yang telah dikeluarkan oleh pemerintah mengenai penggunaan BTP (Utami. S, 2019) Tujuan penggunaan bahan tambahan pangan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudahkan kesegaran, cita rasa, dan membantu pengolahan, sebgai contoh pengawet, pewarna, dan pengeras. (Cahyadi, 2009) Bahan tambahan pangan yang diperbolehkan dalam penggunaanya adalah : 1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan 2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan pengunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan 3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara – cara produksi yang baik untuk pangan 4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan

1

Menurut

peraturan

Menteri

kesehatan

republic

Indonesia

nomor

722/Menkes/per/IX/88, terdiri dari golongan BTP yang diizinkan di antaranya sebagai berikut: antioksidan, antikempal, pengatur keasaman, pemanis buatan, pemutih dan pematang telur, pengemulsi, pemantap, dan pengental, pengawet, pengeras, pewarna, penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, sekuestran. Boraks adalah senyawa kimia turunan dari logam berat boron (B), Boraks merupakan anti septik dan pembunuh kuman. Bahan ini banyak digunakan sebagai bahan anti jamur, pengawet kayu, dan antiseptik pada kosmetik (Svehla, G). Asam borat atau boraks ( boric acid ) merupakan zat pengawet berbahaya yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah menjadi natrium hidroksida dan asam borat (Syah, 2005 dalam Widayat 2011). Asam borat (H3BO3) merupakan senyawa bor yang dikenal juga dengan nama borax. Di Jawa Barat dikenal juga dengan nama “bleng”, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dikenal dengan nama “pijer”. Digunakan/ditambahkan ke dalam pangan/bahan pangan sebagai pengental ataupun sebagai pengawet (Cahyadi, 2008). Karakteristik boraks antara lain (Riandini, 2008 dalam Widayat 2011): a. Warna adalah jelas bersih b. Kilau seperti kaca c. Kristal ketransparanan adalah transparan ke tembus cahaya d. Sistem hablur adalah monoklin e. Perpecahan sempurna di satu arah f. Warna lapisan putih g. Mineral yang sejenis adalah kalsit, halit, hanksite, colemanite, ulexite dan, h. garam asam bor yang lain. i. Karakteristik yang lain: suatu rasa manis yang bersifat alkali. Efek boraks yang diberikan pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan. Seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan

2

pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Parahnya, makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium (Depkes RI, 2002 dalam Widayat 2011). Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya bagus dan renyah. Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar, insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat khas formalin. Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau menyengat khas formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu kamar (25 derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak mengkilap (Mudzkirah .I, 2016). Bakso didefinisikan sebagai daging yang dihaluskan, dicampur dengan tepung pati, lalu dibentuk bulat-bulat dengan tangan sebesar kelereng atau lebih besar dan dimasukkan ke dalam air panas jika ingin dikonsumsi. Untuk membuat adonan bakso,potong-potong kecil daging, kemudian cincang halus dengan menggunakan pisau tajam atau blender. Setelah itu daging diuleni dengan es batu atau air es (10- 15% berat daging) dan garam serta bumbu lainnya sampai menjadi adonan yang kalis dan plastis sehingga mudah dibentuk. Sedikit demi sedikit ditambahkan tepung kanji agar adonan lebih mengikat. Penambahan tepung kanji cukup 15-20% berat daging (Ngadiwaluyo dan Suharjito, 2003 dalam Wibowo, 2010). Mie merupakan salah satu produk makanan yang sangat digemari oleh masyarakat, baik anak-anak maupun orang dewasa,terbuat dari tepung gandum, tepung beras, atau tepung tapioka. Pada proses pembuatannya terutama pada mie basah yang memiliki kadar 51 % sering ditambahkan boraks untuk memperpanjang daya tahanya terhadap kerusakan dan kebasian (Chamdani, 2005).

3

Definisi mie menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah produk makanan yang dibuat dari tepung gandum atau tepung terigu dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diijinkan, bentuk khas mie dan siap dihidangkan setelah dimasak (Akmal, 2005). Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks dapat ditandai dengan: bau yang menyengat, bersifat membal (jika ditekan terasa sangat kenyal, sedangkan yang normal jika ditekan akan membekas; lebih tahan lama, dan tidak dihinggapi lalat karena beracun juga bagi lalat tersebut. Berikut beberapa diantara makanan yang dapat diidentifikasi menurut bentuk fisiknya. 1. Bakso Bakso yang mengandung boraks biasanya lebih kenyal dari pada bakso tanpa boraks. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula, tahan lama dan awet hingga beberapa hari. Warna lebih putih, berbeda dengan bakso tanpa boraks yang berwarna abu-abu dan merata di semua bagian. Bila dilempar ke lantai, bakso yang mengandung boraks akan memantul. 2. Mie Mie yang mengandung boraks tekturnya kenyal, mengkilat, tidak lengket dan tidak cepat putus. 3. Kerupuk gendar yang mengandung boraks teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir. Formalin adalah cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau yang menusuk, uapnya merangsang selaput lender hidung dan tenggorokan dan rasa terbakar. Menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus BrotoKardono, sebetulnya berbentuk padat dengan sebutan formaldehida atau dalam istilah asingnya ditulis formaldehyde. Bila zat ini sudah bercampur dengan air barulah disebut formalin yang memiliki rumus kimia CH2O.Bahan formalin yang banyak ditemukan di pasar umumnya mempunyai konsentrasi 37%40%.(Mahdi, 2008 dalam Singgih, 2013).Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. (Wikipedia, 2005 dalam Aprilianti, 2007).

4

Formaldehida sebagai pengawet ini, menurut Kepala Pusat PenelitianKimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono pada tahun 2006, merupakan suatu senyawa yang reaktif dan mudah mengikat air. Pengawet ini memiliki unsure aldehida yang bersifat mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika disiramkan ke makanan, formalin akan mengikat unsur protein mulai dari bagian permukaan makanan hingga terus meresap kebahagian dalamnya. Dengan matinya protein setelah terikat unsur kimia dari formalin maka bila ditekan makanan yang diberi formalin terasa lebih kenyal. Selain itu protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, itulah makanan menjadi lebih awet. Formaldehida membunuh bakteri dengan membuat jaringan dalam bakteri dehidrasi (kekurangan air), sehingga sel bakteri akan kering dan membentuk lapisan baru di permukaan. Artinya, formalin tidak saja membunuh bakteri, tetapi juga membentuk lapisan baru yang melindungi lapisan di bawahnya, supaya tahan terhadap serangan bakteri lain. Sangat perlu diperhatikan adalah ciri-ciri makanan yang diduga mengandung formalin seperti: a. Tahu yang bentuknya sangat bagus, tekstur lebih kenyal, tidak mudah hancur atau rusak, awet beberapa hari dan tidak mudah busuk, dan beraroma menyengat khas formalin. Ikan asin yang mengandung formalin tidak rusak sampai lebih dari sebulan, warnanya bersih dan cerah, tidak berbau khas ikan asin, tidak mudah hancur dantidak dihinggapi lalat apabila disimpan di tempat terbuka (Yuliarti, 2007). Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menguji kandungan boraks pada makanan. Uji tersebut dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu uji boraks secara kualitatif dan uji boraks secara kuantitatif. Uji boraks secara kualitatif hanya mampu menunjukkan apakah suatu bahan makanan mengandung boraks atau tidak mengandung boraks tanpa mampu menunjukkan seberapa banya boraks di dalamnya. Sedangkan uji kuantitatif dapat mengetahui kadar atau mengetahui seberapa banyak boraks dalam sampel makanan (Rohman dan Sumantri, 2007). Kedua cara pengujian diatas mempunyai sifat yang sama yaitu hanya membuktikan apakah bahan makanan yang diuji mengandung boraks atau tidak mengandung boraks dan untuk mengetahui kadar dari boraks tersebut. Dalam upaya

5

pembuktiannya peneliti boleh memilih salah satu diantara kedua uji tersebut atau dalam kata lain tidak harus dilakukan kedua-duanya (Rohman dan Sumantri, 2007). Selanjutnya, uji kualitatif Berikut Beberapa macam uji kualitatif dalam penentuan boraks pada makanan yaitu: a) Uji Nyala Uji nyala adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah dalam makanan terdapat boraks atau tidak. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar, kemudian warna nyala dibandingkan dengan warna nyala boraks asli. Serbuk boraks murni dibakar menghasilkan nyala api berwarna hijau. Jika sampel yang dibakar menghasilkan warna hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. Prosedur dilakukan dengan melarutkan senyawa uji dengan metanol dalam wadah (cawan penguap) kemudian dibakar, warna api hijau menunjukkan terdapat senyawa boraks. Asam Sulfat Pekat dan Alkohol (uji nyala api) H3BO3+ 3 CH3OH →B(OCH3)3↑ + 3 H2O b) Uji warna dengan kertas turmerik Kertas turmerik adalah kertas saring yang dicelupkan ke dalam larutan turmerik (kunyit) yang digunakan untuk mengidentifikasi asam borat. Uji warna kertas kunyit pada pengujian boraks yaitu dengan cara membuat kertas tumerik dahulu yaitu : 1. Ambil beberapa potong kunyit ukuran sedang. 2. Kemudian tumbuk dan saring sehingga dihasilkan cairan kunyit berwarna kuning. 3. Kemudian, celupkan kertas saring ke dalam cairan kunyit tersebut dan keringkan. Hasil dari proses ini disebut kertas tumerik. c) Uji Warna Kertas Kurkuma Uji warna kertas kurkuma pada pengujian boraks yaitu sampel ditimbang sebanyak 50 gram dan dioven pada suhu 1200 C, setelah itu ditambahkan dengan 10 gram kalsium karbonat. Kemudian masukkan ke dalam furnance hingga menjadi abu selama 6 jam dan dinginkan. Abu kemudian tambahkan 3 ml asam klorida 10%, celupkan kertas kurkumin.

6

Bila di dalam sampel terdapat boraks, kertas kurkumin yang berwarna kuning menjadi berwarna merah kecoklatan. Borax test kit digunakan untuk mendeteksi adanya senyawa borax dan asam borat dalam sampel pangan segar dan olahan. Kertas uji khusus yang digunakan untuk mendeteksi borax dan asam borat. Kertas ini telah ditanam zat pewarna kuning yang diekstrak dari tumbuhan curcuma tinctonia. Zat warna ini mampu mendeteksi keberadaan borax dan asam borat dengan memberikan perubahan warna yang dapat ditentukan secara visual. Test Kit Boraks yang digunakan mempunyai daya deteksi minimal kandungan boraks sebanyak 50 mg/kg. Formalin test kit digunakan untuk mendeteksi senyawa formalin dalam sampel. Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal atau formalin), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuk gas, atau cair yang dikenal dengan formalin, atau padatan yang dikenal dengan paraformaldehide atau trioxane (Yusuf, 2019). Hasil uji kualitatif kandungan formalin pada ikan asin dan tahu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna menjadi keunguan pada sampel ketika ditetesi dengan tes kit formalin maupun dengan pereaksi schiff (Manoppo et al., 2014). Hasil pemeriksaan boraks dengan uji warna kertas tumerik dari ikan asin dan tahu, sampel ikan asin dan tahu baik yang diperoleh dari pabrik maupun pasar semua sampel memberikan hasil yang negatif. Kunyit dapat bereaksi dengan asam borat membentuk senyawa berwarna merah, yang dikenal sebagai rosocyanine, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel tahu aman dari boraks, oleh karena itu tidak dilakukan uji kuantitatif boraks. Uji kualitatif boraks dilakukan sistim duplo untuk memastikan keakuratan hasil (Ane .R.S, 2016).

7

II. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum uji kandungan formalin dan boraks pada bahan pangan dan makanan adalah sebagai berikut : Tabel 1. Alat dan gambar beserta kegunaan yang digunakan dalam praktikun Nama Alat Tabung Reaksi

Gambar

Kegunaan Untuk meletakkan bahan yang akan diamati

Gelas Ukur

Untuk menakar air yang akan diberikan

Sendok

Untuk mengaduk

Pisau

Untuk memotong bahan yang akan diuji

Cawan Porselen

Untuk menghaluskan bahan yang akan diuji

8

Neraca

Untuk mengukur berat pada bahan yang akan diuji

Boraks test kit

Untuk mendeteksi adanya senyawa borax dan asam borat dalam sampel pangan segar dan olahan.

Formalin test kit

Untuk mendeteksi senyawa formalin dalam sampel.

Tabel 2. Bahan dan gambar yang digunakan dalam praktikum Bahan Gambar Asal Usul Bahan Tahu Tahu putih tanpa merk dari Pasar Gamping, Sleman

Ikan Asin

Ikan asin tanpa merk dari Pasar Gamping, Sleman

9

Bakso

Baso daging sapi dari Superindo, Jl. Sultan Agung

Mie Kuning

Mie kuning tanpa merk dari Pasar Gamping, Sleman

Kerupuk Rambak

Kerupuk rambak produksi Bayat, Klaten pembelian di Pasar Sentul

Kerupuk Karak (Gendar Goreng)

Kerupuk karak pembelian di Pasar Sentul

10

III. CARA KERJA a. Pengujian Formalin 1. Menimbang sejauh sampel sebanyak 10 gram (sekitar 1 sdm) dalam cawan kemudian dihaluskan; 2. Tambahkan 20 ml air panas lalu aduk dan biarkan dingin 3. Ambil 5 ml air larutan lalu masukkan ke dalam tabung reaksi; 4. Tambahkan 4 tetes reagent A dan 4 tetes Reagent B formalin dengan hati hati dan tetes demi tetes kemudian tunggulah hingga 5-10 menit; 5. Amati perubahan warna yang terbentuk, jika terbentuk warna ungu sampel positif mengandung bahan bahaya formalin. Berikut ini adalah diagram alir dalam praktikum :

Haluskan sampel

Tambahkan 20 ml air panas

Masukkan Reagent A

Masukkan ke tabung reaksi

Aduk dan biarkan dingin

Masukkan Reagent B

Amati perubahan

Timbang sampel 10 gram

11

b. Pengujian boraks 1. Ambil sampel 1 sendok makan yang akan diuji yang sudah dihaluskan; 2. Masukkan kedalam gelas/wadah lalu tambahkan 10 tetes Reagent Cair dan 1 sdm air mendidih, lalu diaduk sekitar 1 menit; 3. Basahkan “kertas kuning” kedalam air yang ada di dalam gelas dan biarkan sampai kering senidri. Kalau kertas yang dibasahi menjadi berwarna merah berarti bahan yang diuji positif mengandung boraks. Berikut ini diagram alir pengujian boraks adalah sebagai berikut :

Ambil sampel

Masuukan kertas kuning

Haluskan sampel

Masukkan 1 sdm air panas

Amati perubahan

12

Masukkan kedalam wadah

Tambahkan Reagent Cair

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil -

Uji Formalin Dalam praktikum pengujian formalin didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3. Tabel uji formalin No

Organoleptik

Nama Sampel

Warna

Bau

Rasa

Hasil Tekstur

Uji

Tidak terlalu 1.

Tahu

Putih

menyengat,

Hambar Kenyal dan keset

Positif

sedikit asam

2.

-

Ikan Asin

Kuning kecokelatan

Agak alot, daging Menyengat

Asin

berserat,

sedikit Positif

kenyal

Uji Boraks Pada praktikum pengujian boraks didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 4. Tabel uji boraks No

1.

Nama Sampel Kerupuk rambak

2.

Kerupuk kerak

3.

Baso sapi

4.

Mie kuning

Organoleptik Warna Putih Kuning

Bau Tidak terlalu menyengat Tidak terlalu

kecokelatan menyengat Abu - abu Tidak terlalu gelap Kuning

menyengat Tidak terlalu menyengat

13

Rasa

Hasil Tekstur

Uji

Gurih

Renyah

Negatif

Gurih

Renyah

Negatif

Gurih

Kenyal

Negatif

Gurih

Kenyal

Positif

b. Pembahasan Pada praktikum ini, ada dua uji yang digunakan yakni uji boraks dan uji formalin. Boraks dan formalin merupakan zat kimia yang biasa digunakan sebagai pengawet, namun bukan sebagai pengawet makanan. Boraks biasa digunakan untuk mengawetkan kayu dan keramik, sedangkan formalin biasa digunakan untuk mengawetkan mayat. Boraks dan formalin apabila digunakan sebagai pengawet makanan dan jika dimakan dengan intensitas yang tinggi maka akan terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan kerusakan organ seperti hati, otak dan testis. Percobaan ini menggunakan beberapa sampel untuk uji boraks dan formalin. Pada uji formalin menggunakan sampel ikan asin dan tahu yang keduanya dibeli di Pasar Gamping, Sleman. Sedangkan pada uji boraks sampel yang digunakan adalah kerupuk rambak yang diproduksi di Bayat, kerupuk karak yang dibeli di Pasar Sentul, Yogyakarta, mie kuning yang dibeli di Pasar Gamping, dan baso sapi yang dibeli di Superindo. Pengujian boraks dan formalin menggunakan boraks test kit dan formalin test kit yang sudah paket lengkap sudah terdapat kertas kuning yang terbuat dari ektrak kunyit yang digunakan untuk mengecek kandungan boraks. Jika pada suatu bahan pangan pada saat dites menggunakan boraks test kit pada kertas kuning akan berubah warna menjadi merah maka bahan pangan tersebut mengandung boraks sedangkan pada bahan pangan yang mengandung formalin setelah diuji menggunakan formalin test kit warna akan berubah menjadi keungguan. Dari hasil uji ada beberapa sampel yang positif mengandung boraks dan formalin. Tahu dan ikan asin yang dibeli di Pasar Gamping setelah ditest keduanya positif mengandung formalin ditandai dengan perubahan warna caira setelah ditetesi reagent yaitu menjadi keunguan. Sedangkan pada uji boraks, sampel yang positif mengandung boraks adalah mie basah atau mie kuning yang dibeli di Pasar Gamping ditandai dengan perubahan warna pada kertas uji yang menjadi kuning kemerahan. Untuk sampel yang lainnya seperti baso sapi, kerupuk rambak, dan kerupuk karak ketiganya dinyatakan bebas boraks.

14

Hasil pengamatan pada saat praktikum pada baso sapi keasan bermerek menunjukan bahwa baso sapi tersebut memiliki tekstur yang kenyal, mudah dihancurkan, warnamya abu -abu gelap, serta bau yang tidak menyengat seperti khas baso biasanya. Bakso yang mengandung pengawet boraks teksturnya lebih kenyal dan tahan lama sedangkan penggunaan pengawet alami akan bertahan tidak melebihi 2-3 bulan (Eka, 2013). Ciri yang bisa dilihat untuk membedakan bakso yang mengandung boraks dan tidak adalah sebagai berikut :

1. Bakso mengandung boraks lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks. 2. Bakso mengandung boraks bila digigit sedikit lebih keras dibandingkan bakso tanpa boraks

3. Bakso mengandung boraks tahan lama atau awet selama 3 hari sedang yang tidak mengandung boraks dalam 1 hari sudah berlendir.

4. Bakso mengandung boraks warnanya tampak lebih putih tidak merata. Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata di semua bagian, baik di pinggir maupun tengah.

5. Bakso mengandung boraks baunya terasa tidak alami. Ada bau lain yang muncul.

6. Bila dilemparkan ke lantai akan memantul seperti bola bekel (Efrilia, 2016). Pada mie basah yang digunakan sampel pada saat praktikum memiliki tekstur yang kenyal, permukaan mie berminyak, sulit dihancurkan, dan memiliki bau yang tidak menyengat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Mudzkirah (2016) ciri mie basah yang mengandung boraks yaitu mie tersebut akan awet hingga beberapa hari dan tidak mudah basi serta permukaan lebih berminyak dibandingkan dengan mie basah lainnya. Pada sampel tahu memiliki tekstur yang kenyal, tidak mudah hancur pada saat diiris, memiliki aroma yang menyengat, permukaan tahu yang halus, dan keset. Tahu yang mengandung formalin bercirikan sebagai berikut bentuknya sangat bagus, tekstur lebih kenyal, tidak mudah hancur atau rusak, awet beberapa hari dan tidak mudah busuk, dan beraroma menyengat khas formalin (Yuliarti,

15

2007). Sedangkan pada sampel ikan asin memiliki tekstur sedikit alot, daging ikan berserta, dan juga kenyal, sedikit sulit dihancurkan, tetapi aroma yang dikeluarkan tidak terlalu menyengat. Pada ikan asin yang mengandung formalin ikan tersebut tidak rusak sampai lebih dari sebulan, warnanya bersih dan cerah, tidak berbau khas ikan asin, tidak mudah hancur dan tidak dihinggapi lalat apabila disimpan di tempat terbuka (Yuliarti, 2007). Penggunaan

formalin

dimaksudkan

untuk

memperpanjang umur

penyimpanan, karena formalin adalah senyawa antimikroba serbaguna yang dapat membunuh bakteri, jamur bahkan virus. Selain itu interaksi antara formaldehid dengan protein dalam pangan menghasilkan tekstur yang tidak rapuh dalam waktu yang lama dan untuk beberapa produk pangan seperti tahu, mie basah, ikan segar, memang dikehendaki oleh konsumen. Formalin dapat masuk lewat mulut karena mengkonsumsi makanan yang diberi pengawet formalin. Jika akumulasi formalin kandungan dalam tubuh tinggi, maka bereaksi dengan hampir semua zat di dalam sel. Ini akibat sifat oksidator formalin terhadap sel hidup. Dampak yang dapat terjadi tergantung pada berapa banyak kadar formalin yang terakumulasi dalam tubuh. Semakin besar kadar yang terakumulasi, tentu semakin parah akibatnya. Mulai dari terhambatnya fungsi sel hingga menyebabkan kematian sel yang berakibat lanjut berupa kerusakan pada organ tubuh. Di sisi lain dapat pula memicunya pertumbuhan sel-sel yang tak wajar berupa sel-sel kanker. Beberapa penelitian terhadap tikus dan anjing pemberian formalin dalam dosis tertentu jangka panjang secara bermakna mengakibatkan kanker saluran cerna seperti adenocarcinoma pylorus, preneoplastic hyperplasia pylorus dan adenocarcinoma duodenum. Penelitian lainnya menyebutkan peningkatan resiko kanker faring (tenggorokan), sinus dan cavum nasal (hidung) pada pekerja tekstil akibat paparan formalin melalui hirupan (Takahashi et al.,1986).

16

V. KESIMPULAN

1. Tahu dan ikan asin yang dibeli di Pasar Gamping setelah diuji menggunakan formalin test kit keduanya positif mengandung formalin ditandai dengan adanya perubahan warna setelah ditambah reagent yaitu menjadi keunguan. 2. Pada pengujian boraks sampel yang positif mengandung boraks hanya mie kuning yang dibeli di Pasar Gamping ditandai dengan perubahan warna pada kertas uji yakni menjadi kuning kemerahan.

17

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2012. Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan, Edisi Kedua. : Jakarta: Bumi Aksara Choirun dkk. 2016. Uji Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Di Pasar Km 5 Palembang. Jurnal Bioilmi. Palembang Endar dkk. 2017. Upaya Meningkatkan Pengetahuan Bahan Tambahan Pangan Melalui Pelatihan Deteksi Kandungan Formalin Dan Boraks. Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. Purwokerto : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Fadillah dkk. 2017. Kandungan Boraks Dan Formalin Pada Bakso Kemasan Bermerek Di Beberapa Pasar Swalayan Di Kota Manado. Manado : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Mudzkirah Ida. 2016. Identifikasi Penggunaan Zat Pengawet Boraks dan Formalin Pada Makanan Jajanan di Kantin UIN Alauddin Makassar. Makassar : UIN Alaudin Makassar Nurhasanah. 2017. Identifikasi Penggunaan Boraks Pada Mie Basah Yang Dijual Oleh Pedagang Pangsit. Polteknik Kesehatan Kendari. Kendari Shintia Utami. 2019. Bahan Tambahan Pangan (Food Additive). Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang Lampung Yuliarti, N. 2007. Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta: ANDI. Yusuf. Borax Test Kit. 2019. Di situs http://purnamalab.com/products/rapid-testkit-for-food-safety/boraks-test-kit/ diakses pada 30 Maret 2019 20:50

18

Related Documents


More Documents from ""