Laporan Pkl.docx

  • Uploaded by: Rikky Siregar
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pkl.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,581
  • Pages: 35
BAB I PENDAHULUAN A. Tinjauan Umum PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk 1. Sejarah Singkat Perusahaan/Tempat Praktik Kerja Lapangan Pembangunan

Perumahan

(Persero)Tbk,

disingkat

PT

PP

(Persero)Tbk namun lebih populer dipanggil PT PP atau PP saja, adalah salah satu BUMN yang bergerak di bidang perencanaan dan konstruksi bangunan (real estate). Perusahaan ini berdiri tanggal 26 Agustus 1953 dengan nama NV Pembangunan Perumahan. Namanya berganti menjadi PN Pembangunan Perumahan melalui Peraturan Pemerintah No 63 tahun 1960. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI no. 39 tahun 1971 statusnya berubah menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero). Sebagai perusahaan jasa konstuksi PT. PP (Persero)Tbk didirikan untuk berpartisipasi dalam pembangunan dibidang Jasa Konstruksi khususnya di Indonesia, yang sanggup bersaing secara nasional di era globalisasi. Di era globalisasi yang menimbulkan adanya kompetisi yang semakin ketat, khususnya dibidang Jasa Konstruksi, perusahaan perlu melakukan terobosan baru yang inovatif. Untuk itu perlu meningkatkan mutu perusahaan salah satunya PT. PP (Persero)Tbk, sehingga bisa menjadi perusahaan yang handal dan terdepan, dan akan berdampak bagi pemasaran perusahaan tersebut.

2. Visi dan Misi PT. Pembangunan Perumahan (Persero)Tbk VISI : 

Menjadi Perusahaan

Konstruksi dan

Investasi Terkemuka di

Indonesia yang Berdaya Saing Internasional.

1

MISI: 

Menyediakan Jasa Konstruksi Bernilai

Tambah Tinggi

untuk

memaksimalkan Kepuasan Pelanggan 

Meningkatkan Kapabilitas, Kapasitas dan Kesejahteraan Karyawan secara Berkesinambungan



Menyediakan

Nilai Tambah yang Tinggi bagi semua Pemangku

Kepentingan 

Menciptakan sinergi Strategis dengan Mitra Kerja, Mitra Usaha dan Klien



Memberikan Kontribusi Positif terhadap Lingkungan dan Masyarakat melalui pengembangan Green Coorporation.

3. Nilai-Nilai Perusahaan (Coorporate Values) Dalam rangka mewujudkan Visi “Menjadi Perusahaan Konstruksi dan Investasi Terkemuka di Indonesia yang Berdaya Saing Internasional” serta menyikapi situasi kompetisi yang semakin keras, maka PT PP (Persero) Tbk

mempunyai

komitmen

untuk

menerapkan

Good

Coorperate

Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik. GCG akan berjalan dengan baik apabila seluruh insan di perusahaan ini memiliki nilai-nilai yang melekat pada diri masing-masing. Sebagai penyempurnaan dari budaya perusahaan yang telah ada, maka manajemen telah merumuskan nilai-nilai perusahaan yang terdiri dari; a.

b.

Peduli (Berorientasi pada Kepuasan Pelanggan) 

Responsif



Proaktif

Profesional (Kompeten dan Bertanggung Jawab) 

Kerja Keras, Kerja Cerdas, dan Inovatif



Bertanggung Jawab terhadap Tugas



Fleksibel dan Gesit



Keinginan Belajar dan Melakukan Perbaikan Terus Menerus

2

 c.

d.

e.

Berwawasan Global

Bersyukur (Berjiwa Besar) 

Sopan Santun, Toleransi, Saling Hormat



Beriman dan Bertaqwa



Berfikir Positif



Kerja Ikhlas

Integritas (Keselarasan Pikiran, Perkataan, Perbuatan) 

Mengutamakan Kepentingan Perusahaan



Jujur & Transparan



Amanah Menjalankan Tugas

Disiplin (Taat dan Tertib) 

Taat pada Hukum, Peraturan, Etika



Tepat Janji



Tepat Waktu

4. Data umum proyek Nama Proyek

:

JASA RANCANG BANGUN PEMBANGUNAN MASJID AGUNG MEDAN

Alamat

:

JL. DIPONEGORO NO.26 MEDAN

Nilai Proyek

:

± Rp 101.000.000.000

Pemilik Proyek

:

PANITIA MASJID AGUNG MEDAN

:

GARIS RANCANG BANGUN

:

PT. PP (PERSERO) Tbk

Jenis Kontrak

:

UNIT PRICE

Lingkup Pekerjaan

:

RANCANG BANGUN (STRUKTUR) TAHAP 1

Masa Pelaksanaan

:

7 Bulan

Masa Pemeliharaan

:

12 Bulan

Luas Total Bangunan

:

34.824,00 m2

Konsultan Perencana Arsitektur Konsultan Perencana Struktur

3

DATA TEKNIS

LUASAN LANTAI

 GEDUNG PARKIR Mobil = 400 Unit Motor = 1000 Unit  GEDUNG SERBAGUNA = 1200 orang  GEDUNG MASJID = 5000+2000 Jamaah  MENARA 199 = +199,00 m  MENARA 99 =+ 99,00 m

    

A. MENARA 199 = 209,72 m2 B. GEDUNG MASJID = 14.388,93 m2 C. GEDUNG PARKIR = 13.445,34 m2 D. GEDUNG SERBAGUNA= 6.676,07 m2 E. MENARA 99 = 104,86 m2

=34.824 m2

So go A

a A

Su n Pl az a

B

B

Jl. Pa ng er an Di po ne go ro

Jl. Cu t M uti a

D

D

DA TA TE KN IS

E

E

C

C

Kantor Gubernur Sumut

4

Struktur Organisasi pada Proyek Mesjid Agung Medan PROJECT MANAGER (PM) INDRAWAN SATI HUTAGALUNG HSE OFFICER SUHERI

QC OFFICER SUMARLIN

QS OFFICER ZUL AYDI

SEM REZA

GSP MURDI, BEDSON SP

POP HERI SUMARTONO STAF TEKNIK RANDY

AUGUST K.S, SUGITO, SUWARDI SURVEYOR NURIADI, FADLAN A.N

SAM JUNIAR EKO STAF. AKUTANSI KONSEP TARIGAN

UMUM M. DEDE ARIEF A.

ST. LOG FAJAR ANDRIYANTO DRAFTER RIZKHAN KARIMA

PERALATAN JOKO PRAYITNO

Disetujui oleh :

Indrawan Sati Hutagalung Project Manager

5

Keterangan:  HSE

: Health and Safety Enviromental

 QC

: Quality Control

 QS

: Quantity Surveyor

 SEM

: Site Engineering Manager

 GSP

: General Superintendant

 SAM

: Site Adinistration Manager

 POP

: Pengendalian Operasional Proyek

 SP

: Super Intendent

 ST. LOG

: Staff Logistik

B. Tujuan Praktek Kerja Lapangan. Tujuan Umum: Agar mahasiswa mengetahui dan menghayati proses pelaksanaan suatu kegiatan proyek/industri konstruksi sehingga memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas sehingga dapat mempersiapkan diri dalam mengisi kebutuhan pada dunia industri, dan diharapkan akan menjadi tenaga pelaksana proyek yang handal. Tujuan Khusus: 1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan proses pelaksanaan proyek/industri konstruksi 2. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pembagian tugas (job description) semua personal

yang terlibat dalam pelaksanaan proyek/industri

konstruksi 3. Agar mahasiswa dapat menerapkan kemampuannya di proyek/industri konstruksi sesuai dengan kemampuan yang diperoleh selama kuliah 4. Agar mahasiswa dapat melaksanakan tugas yang diberikan oleh proyek/industri sesuai dengan target mutu dan ketelitian yang diperlukan 5. Agar mahasiswa dapat membuat laporan PKL dengan baik dan sesuai dengan tata cara penulisan ilmiah.

6

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan 1. Menambah pengetahuan tentang pengaplikasian teori di lapangan 2. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan proyek di lapangan 3. Menambah pengetahuan tentang tata cara penulisan laporan 4. Menambah keterampilan dalam penguasaan pekerjaan 5. Penulis sendiri dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

agar

mampu melaksanakan pekerjaan yang sama kelak setelah bekerja atau terjun langsung ke lapangan 6. Pembaca laporan ini dapat menjadikan referensi atau masukan ketika mendalami topik atau permasalahan yang sama.

D. Ruang Lingkup Mengingat

luasnya

ruang

lingkup

dan

permasalahan

mengenai

pelaksanaan pembangunan suatu gedung khususnya Masjid Agung Medan, dan keterbatasan waktu untuk menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini maka penulis membatasi masalah hanya pada : 1. Metode pelaksanaan pekerjaan bekisting 2. Metode pelaksanaan pekerjaan penulangan 3. Metode pelaksanaan pekerjaan pengecoran

E. Jadwal Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Praktik Kerja Lapangan dimulai pada minggu keempat semester V dan dilaksanakan selama satu bulan, yang dimulai pada tanggal 09 Oktober 2017 hingga berakhir pada tanggal 04 November 2017. Praktik kerja Lapangan dilaksanakan dari hari senin sampai dengan hari sabtu setiap minggunya, dimana mulai pukul 08.00 s/d 18.00 WIB. Terkadang juga Praktik Kerja Lapangan ini juga dilaksanakan pada malam hari (lembur) dimana mulai pukul 20.00 malam s/d pukul 07.00 WIB pagi. Hal tersebut dilaksanakan dengan alasan karena adanya uraian pekerjaan yang mengharuskan untuk dikerjakan pada malam hari seperti Pengecoran. Bimbingan dan asistensi

7

laporan dilakukan dengan dosen pembimbing Praktik Kerja Lapangann yakni Bapak Parman, S.T. TabelI.1 Tabel Jadwal Kegiatan Praktik KerjaLapangan

NO

KEGIATAN

1 2

Mencari tempat PKL Mengurus surat PKL

3 4 5

Pelaksanaan PKL Pembuatan laporan Ujian pertanggung jawaban

6 7

Revisilaporan PKL Pengumpulan laporan PKL laporan PKL

Oktober Minggu ke: I II III IV

I

November dst Minggu ke: II III IV

8

BAB II PELAKSANAAN PKL A. Pekerjaan Bekisting 1. Ruang Lingkup Sebelum dilaksanakan pekerjaan bekisting semua pihak wajib mengetahui lingkup pekerjaan yang harus dikerjakan dan spesifikasi material yang digunakan. Adapula lingkup pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bekisting untuk pekerjaan kepala kolom b. Bekisting untuk pekerjaan balok c. Bekisting untuk pekerjaan pelat

2. Penyiapan Shop Drawing Shop Drawing atau gambar kerja adalah gambar teknis lapangan yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan suatu pekerjaan. Secara Umum, shop drawing adalah gambar yang siap untuk diimplementasikan di lapangan. Gambar pelaksanaan harus menggambarkan : a.

Gambar tampak, harus dapat memberikan informasi mengenai jenisjenis material yang dipakai untuk sistem bekisting yang akan digunakan.

b.

Gambar detail, harus dapat memberikan informasi mengenai ukuranukuran material, jarak pemasangan material tersebut dan detail penempatan sambungan.

c. Gambar skematik penulangan harus dapat menginformasikan jenis, jumlah dan diameter baja tulangan serta jarak baja tulangan baik baja tulangan utama (baja tulangan longitudinal). Semua

gambar

pelaksanaan

harus

mengacu

pada

gambar

perencanaan yang berstatus “for construction” spesifikasi dan risalah lelang. Gambar tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum

9

diedarkan ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan revisi terakhir.

3. Sistem Bekisting a. Kepala Kolom (Pertemuan antara Balok dan Kolom) Kepala kolom adalah tempat bertemunya persilangan antara balok x dengan balok y.

ShopDrawing

Marking Kepala Kolom

Persiapanbekistingyang dipakai

Pasangbekistingkepalakolom PadaLokasiPekerjaan

TIDAK

PERBAIKI

CeklistdenganMK YA Pengecoran Gambar II.aFlowchart Pekerjaan Kepala Kolom

10

Urutan pelaksanaan : 1) Pekerjaan Pengukuran (Marking) Pelat

Steck kolom (40D)

+28.00

Bekisting Kepala Kolom Balok

+27.388 Tie Rod

+27.088

+21.00

+20.00

Gambar II.b Marking Kepala Kolom

Menentukan elevasi kepala kolom dimulai dari mengambil pinjaman elevasi 1m dari permukaaan lantai. Kemudian mencari selisih antara permukaan lantai dengan tinggi balok ditambah tebal bekisting kepala kolom. Dari gambar II.b diperoleh elevasi kepala kolom sebesar= (+28.00) – (0.60) – (0.012) = +27.388 Setelah diperoleh elevasi kepala kolom, lalu dilakukan pengukuran menggunakan waterpass dengan rambu ukur terbalik, kemudian diberi tanda.

2) Persiapan Bekisting yang Dipakai Setelah diketahui Sebelum memasang bekisting kepala kolom, ada beberapa persiapan yang harus disiapkan, yaitu :

11

a) Menentukan berapa jumlah bekisting yang harus disediakan. b) Melakukan pengecekan terhadap alat bekisting yang akan dipasang.

3) Pemasangan Bekisting Kepala Kolom pada Lokasi Pekerjaan

SteckKolom

Kepala Kolom

Badan Kolom

Gambar II.c Pemasangan Bekisting Kepala Kolom

Diambil satu sampel yaitu kolom type K1 dimensi 600 mm x 600 mm. Badan kolom sudah dicor terlebih dahulu. Pasang bekisting kepala kolom tepat diatas badan kolom dan ukurannya juga harus sama dengan ukuran penampang badan kolom. Setelah bekisting kepala kolom dipasang diatas badan kolom, maka bekisting diketatkan menggunakan tie rod.

12

Tie rod merupakan alat bantu dari bahan besi yang memiliki fungsi untuk mengunci /memperkuat bekisting pada kolom agar tidak terjadi perubahan bentuk saat proses pengerasan beton. Tie rod ini biasanya menggunakan besi beton berdiameter 10 mm kemudian disambung dengan as drat dan pelat besi. Panjang tie rod tergantung dari ukuran kolom struktur. Setelah bekisting dikunci/dikuatkan, maka MK akan melakukan pengecekan ulang apakah bekisting sudah memenuhi syarat. Jika bekisting belum

memenuhi, maka dilakukan

perbaikan kembali pada pemasangan bekisting. Jika hasil lapangan telah

memenuhi

menurut

pengawas

MK,

selanjutnya

penandatanganan surat ijin cor dan area siap dilakukan pengecoran.

b. Balok dan Pelat Pekerjaan balok merupakan pekerjaan beton bertulang yang direncanakan untuk menahan tegangan tekan dan tegangan tarik yang diakibatkan oleh beban lentur. Balok merupakan bagian struktur bangunan

yang kaku dan dirancang untuk menanggung dan

mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang. Pekerjaan pelat merupakan pekerjaan beton bertulang dengan bidang arah horizontal dengan beban yang bekerja tegak lurus pada struktur tersebut. Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang lain.Pelat lantai didukung oleh balok-balok yang bertumpu pada kolom-kolom bangunan. Detail dan dimensi pelat lantai dan balok terlampir pada lampiran. Pekerjaan bekisting merupakan tahapan pekerjaan sebelum pengecoran. Bekisting sendiri berfungsi sebagai wadah atau cetakan untuk beton. Pekerjaan bekisting pada pelat dan balok menggunakan sistem semi modern. Sistem semi modern ini terlihatdenganadanya

13

pemakaian plywooddan scaffolding. Pekerjaan bekisting dibagi kedalam dua kategori, diantaranya: 

Bekisting Bekisting pada pembangunan proyek ini menggunakan plywood dengan ukuran dan ketebalan yaitu 12 mm.



Perancah Perancah atau pendukung acuan pada bekisting pelat dan balok menggunakan scaffolding. Scaffolding merupakan rangkaian dari besi yang kokoh menahan beban sendiri, beban bekisting, beban

tulangan,

beban

beton

dan

beban

hidup

lain

diatasnya.Adapun bagian-bagian dari scaffolding adalah sebagai berikut. (a) Jackbase, berfungsi sebagai tumpuan atau kaki dari rangkaian yang terletak paling bawah dan digunakan untuk menopang beban-beban saat pelaksanaan pekerjaan. (b) Main Frame, merupakan rangka utama pada rangkaian atau digunakan sebagai tubuhnya. Ada beberapa ukuran tinggi 1,7 m dan 1,9 m sedangkan lebar 1,22 m. (c) Ledder Frame, merupakan bagian yang berada pada atas main frame atau rangka atas dari scaffolding. Biasanya digunakan untuk menyambung agar lebih tinggi dan lebih kokoh. Tingginya ada dua pilihan yaitu 90 cm dan 120 cm. (d) Cross Brace, merupakan bagian yang digunakan untuk menyambung antar main frame, dengan posisi silang. Posisi silang dapat memperkokoh berdirinya rangkaian. Ada dua ukuran panjang yaitu 220 cm dan 193 cm. (e) Balok head dan U-head terbuat dari Balok strip besi dengan ketebalan 6 mm. Kedua material ini berfungsi untuk menopang rangkaian bekisting diatasnya. Balok Head dan U-head disertai dengan pengatur level.

14

(f) Hollow 50/100 dan Hollow 40/60 Pada rangkaian bekisting, biasanya hollow 50/100 digunakan untuk menopang hollow 40/60 yang sudah terpasang multiplek. (g) Joint Point, merupakan penghubung main frame dengan ledder frame (h) Triangle dan tie rod untuk cetakan tembereng balok.

BALOK

HOLLOW

TRIANGLE

U-HEAD

BRACING

JOINT POINT

LADDER FRAME

MAIN FRAME

JACK BASE

Gambar II.dScaffolding

Urutan pelaksanaan : 1) Tahap Persiapan a)

Pekerjaan Pengukuran (Marking)

15

Tim survey akan membuat pinjaman elevasi dan as, biasanya ditempatkan di kolom. Pinjaman didapat dari titik BM yang dibuat di luar gedung dan di dalam gedung. Titik BM (Bench Mark) adalah titik yang telah mempunyai koordinat fixed, dan direpresentasikan dalam bentuk monumen/patok di lapangan. Bench Mark memiliki fungsi penting pada kegiatan survey, yaitu sebagai titik ikat yang mereferensikan posisi objek pada suatu sistem koordinat global.Titik BM harus sudah diketahui nilai koordinat dan elevasinya, dan tempatnya tidak boleh berubah-ubah. Semua marking ditentukan dari BM yang sudah ada. Besarnya nilai pinjaman biasanya sudah ditentukan oleh tim survey atau sesuai dengan kesepakatan antara tim survey dan pelaksana di lapangan. Besarnya elevasi pinjaman biasanya 1 m dari top lantai struktur. Tinggi bottom balok dan bottom slab harus mengacu pada marking yang sudah dibuat oleh tim survey supaya diperoleh elevasi lantai yang sesuai shop drawing. b) Persiapan Alat dan Bahan untuk Pembekistingan 

Mempersiapkan

banyaknya

scaffolding

yang

akan

digunakan 

Mempersiapkan alat-alat yang digunakan dalam membuat bekisting



Mempersiapkan banyaknya plywood yang akan digunakan

2) Proses Pemasangan Scaffolding Langkah-langkah pemasangan Scaffolding : a) Tim

survey

menentukan

titik-titik

jackbase

yang

untuk

pemasangan

scaffolding. b) Memasang

berfungsi

sebagai

penyanggautamauntuktetap menjagamainframeberdiridengankokohmenahanbebanyang

16

dipikul.

Penggunaanjack

basesebagaipengaturketinggian/elevasiscaffoldingsesuai ketinggianyangtelah direncanakan c) Memasangmainframesesuai dengan Lokasi Jackbase Memasang cross brace sebagai pengaku dan pengikat antar mainframe untuk menjaga struktur scaffolding tetap kokoh dan berdiri tegak. d) Memasang u-head jack sebagai penyangga balok suri- suri. Selain itu u-head juga berfungsi untuk mengatur ketinggian struktur balok yang akan direncanakan e) Kemudian pasang sccaffolding berikutnya sesuai dengan langkah a) sampai dengan d). Jarak antar setiap scafollding adalah 90-100 cm

3) Pemasangan Bekisting Balok Dan Pelat Ada 3 tujuan penting yang harus dipertimbangkan dalam membangun dan merancang bekisting (Dr. Edward G Nawy, P. E, C. Eng. ,1997) , yaitu : 1) Kualitas: Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian sehingga bentuk, ukuran, posisi dan penyelesaian dari pengecoran dapat dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan. 2) Keselamatan: Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup danfaktor keamanan yang memadai sehingga sanggup menahan / menyangga seluruh beban hidup dan mati tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton. 3) Ekonomis:Bekisting harus dibuat secara efisien, meminimalisasi waktudan biaya dalam proses pelaksanaan demi keuntungan kontraktor dan owner (pemilik).

17

Tahapan pekerjaan bekisting ini sangat perlu diperhatikan karena berdampak langsung pada pekerjaan- pekerjaan lainnya. Persyaratan pekerjaan beksiting menurut Dinas Pekerjaan Umum yang harus dipenuhi ialah: 

Syarat

Kekuatan,

yaitu

bagaimana

material

bekisting

seperti balok kayu tidak patah ketika menerima beban yang bekerja. 

Syarat

Kekakuan,

tidak mengalami

yaitu

bagaimana

meterial

bekisting

perubahan bentuk/deformasi yang berarti,

sehingga tidak membuat struktur sia-sia. 

Syarat Stabilitas, yang berarti bahwa balok bekisting dan tiang/perancah

tidak

runtuh tiba-tiba akibat gaya yang

bekerja. Berikut langkah-langkah pemasangan bekisting balok: BALOK

TRIANGLE

HOLLOW

Gambar II.e SkemaMelintang Bekisting Balok

18

a) Untuk menentukan letak balok, digunakan marking yang ada pada lantai sebelumnya. Jarak as balok ke garis marking adalah 1 meter. b) Memasang gelagar (besi hollow) berukuran 5/10 untuk bagian bawah balok. Gelagar ini berfungsi untuk mencegah lendutan ketika beton dituang keatas plywood. c) Tahap selanjutnya adalah pemasangan plywood dimana sisi halus pada plywood digunakan pada bagian dalam balok untuk mendapatkan hasil balok yang baik.

HOLLOW PLYWOOD

KOLOM

Gambar II.fSkema Memanjang Bekisting Balok

d) Pada pemasangan dinding balok, plywood ditopang dengan besi hollow dan besi triangle agar kuat menahan gaya lateral yang diakibatkan oleh beton cair. Jarak rata-rata triangle ini adalah 60-70 cm.

19

Berikut langkah-langkah pemasangan bekisting pelat: Pelat lantai balok

+28.00

balok

Gambar II.g Skema Bekisting Pelat

a) Pekerjaan pertama dalam pembuatan bekisting adalah dengan memasang scafollding. Jarak tiap scaffolding pada pelat lantai sama dengan jarak scaffolding pada balok. Tinggi scaffolding disesuaikan dengan perbedaan elevasi pada setiap lantai. b) Kemudian pemasangan gelagar untuk menahan beban yang diberikan oleh beton segar. Gelagar yang digunakan adalah besi hollow dengan ukuran 4 x 6 cm. c) Tahap selanjutnya adalah pemasangan plywood. Permukaan plywood pelat lantai harus sama dengan permukaan plywood dinding balok. Pemasangan plywood ini harus diperhatikan kerapatannya untuk menjaga bentuk beton nantinya. Jika terdapat celah pada penyambungan plywood, maka digunakan lakban untuk menutupi lubang-lubang yang menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran.

20

4) Pengecekaan Setelah pekerjaan pemasangan perancah bekisting selesai maka dilakukan pengukuran terhadap elevasi. Pengukuran ini berfungsi sebagai pengecekan bekisting supaya tetap pada elevasi sesuai gambar shop drawing. Pengukuran ini dilakukan kontraktor utama, peralatan yang di gunakan pada pengecekan tersebut meliputi: 

Rambu Ukur



Teodolit



Meteran



Pemukul besi untuk menaik turunkan Jack Base

B. Pekerjaan Penulangan Penulangan merupakan bagian dari suatu struktur dalam bangunan, yang berfungsi menahan gaya tarik akibat beban pada beton. Pekerjaan penulangan adalah pekerjaan perakitan besi tulangan untuk mendukung kekuatan pada beton bangunan yang disesuaikan dengan shop drawing yang mengacu pada standarisasi penulangan sehingga didapat kekuatan bangunan yang sesuai dengan yang direncanakan. Adapun lingkup pekerjaan penulangan yaitu : 

Penulangan balok



Penulanganpelat

1. Penulangan Balok a. Flow Chart Penulangan Balok Pelajari Shop Drawing

Persiapan tenaga, bahan dan alat

A

21

A

Cek dimensi bekisting balok

Pasang tulangan utama + tulangan ekstra

Pasang tulangan sengkang Tidak Pasang beton decking

Cek apakah jumlah dan jarak sesuai

Ya

Selesai Gambar II.hFlow Chart Penulangan Balok

b. Pembuatan dan Pemasangan Tulangan Balok

BETON DECKING

BEKISTING PELAT TULANGAN UTAMA LANTAI

SENGKANG

TAMPAK ATAS

22

SENGKANG

TULANGAN UTAMA

BETON DECKING

POTONGAN 1-1

Gambar II.iPemasangan Tulangan Balok

1) Sebelum memulai penulangan pada balok, tulangan utama dan sengkang untuk balok dipersiapkan terlebih dahulu (diukur, dipotong dan dibengkokkan). 2) Panjang bengkokan dan panjang sambungan tiap tulangan disesuaikan pada gambar detail tulangan dan spesifikasi pelaksanaan penulangan. 3) Pengangkutan tulangan balok ke lokasi proyek 4) Penempatan

tulangan

dari

lokasi

fabrikasi

ke

daerah

pekerjaan menggunakan tower crane. 5) Tulangan utama balok dihubungkan dengan tulangan kolom agar didapatkan join yang kuat antara kolom dengan balok. 6) Tulangan utama pada balok induk yang digunakan pada balok lantai DAKadalah tulangan D25, D22, dan D19. Untuk tulangan pada balok anak adalah D19. Sedangkan ukuran sengkang yang digunakan untuk balok adalah D10. Tabel tulangan balok pada lantai DAK terdapat pada lampiran. 7) Untuk selimut beton digunakan batu tahu (beton decking) yang berbentuk bulat dan dipasangkan pada bagian bawah dan samping tulangan yang berhubungan langsung dengan bekisting. Tebal batu tahu ini adalah ±2,5-3 cm.

23

2. Penulangan Pelat a. Flow ChartPenulanganPelat Pelajari Shop Drawing

Persiapan tenaga, bahan dan alat

Fabrikasi baja tulangan

Pasang tulangan bawah lapis satu

Pasang tulangan bawah lapis dua ekstra

Pasang beton decking

Tidak

Ikat tulangan bawah lapis satu dan dua

Cek apakah jumlah dan jarak sesuai

Ya

Pasang tulangan ceker ayam ekstra

Pasang tulangan atas lapis satu

Pasang tulangan atas lapis dua Ikat tulangan atas lapis satu dan dua Cek apakah sesuai dengan gambar Pembersihan lokasi Selesai

Gambar II.jFlow ChartPenulanganPelat

24

b. Pembuatan dan Pemasangan Tulangan Pelat 1) Sebelum memulai penulangan pada pelat lantai, persiapkan terlebih dahulu tulangan pada pelat lantai (diukur, dipotong dan dibengkokkan). Panjang bengkokan dan panjang sambungan tiap tulangan disesuaikan pada gambar detail tulangan dan spesifikasi pelaksanaan penulangan. 2) Tulangan pelat lantai dihubungkan dengan tulangan balok agar didapatkan join yang kuat antara balok dengan pelat lantai. 3) Tulangan yang digunakan adalah tulangan D10.Pertemuan dari setiap tulangan diikat dengan menggunakan kawat untuk mencegah pergeseran pada tulangan. 4) Dipasang tulangan dua lapis. Penggunaan beton tahu hanya pada bagian bawah tulangan saja yang berhubungan langsung dengan bekistingSedangkan untuk mencegah tulangan atas dan bawah pelat lantai bersatu, digunakan besi tulangan (tulangan cakar ayam) yang dibengkokkan sedemikian rupa dan diikat dengan kawat.Jarak setiap tulangan disesuaikan dengan shop drawing.

3.

Pekerjaan Pembersihan Setelah semua pekerjaan telah selesai dan sudah dilakukan pengecekan oleh pengawas segera dilakukan pembersihan dengan alat bantu kompressor udara. Hal ini dilakukan agar saat pengecoran tidak terdapat material atau bahan-bahan yang dapat mengurangi kekuatan beton.

C. Pekerjaan Pengecoran Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan penuangan beton ke area bekisting yang telah diberi tulangan. Pengecoran pada kepala kolom, pelatlantai dan balok menggunakan beton ready mix dengan perusaahan Sukses Beton dan Duta Beton. Urutan pelaksanaan:

25

1. Persiapan a. Pengecekan tulangan dan kondisi bekisting yang sudah siap. Hal ini dilakukan oleh seorang QC (Quality Control) b. Jika sudah dilakukan pengecekan maka langkah selanjutnya ialah meminta persetujuan pelaksanaan pengecoran kepada pengawas MK. c. Mempersiapkan alat kerja Peralatan yang dipakai untuk mengerjakan pekerjaan pengecoran antara lain : 1) Genset / Penerangan Kerja 2) Concrete Pump 3) Vibrator 4) Concrete Bucket 5) Air Compressor 6) Alat Bantu lainnya.

2. Pelaksanaan pengecoran a. Test Slump. Test Slumpbeton perlu dilakukan untuk mengetahui workability pasta beton yang digunakan. Standart nilai slump ditentukan pada spesifikasi struktur. Nilai slump ditentukan min. 12 cm.

1) Flow Chart Mulai

Pembersihan alat-alat

Pengambilan sampel dari adukan truk mixer

A

26

A

Adukan dimasukkan dan dipadatkan kerucut abrams dalam 3 tahap Tidak Apakah pelaksanaan sesuai dan padat? ya Kerucut abrams diangkat dan diperiksa penurunan adukan dari kerucut abrams

Selesai

Gambar II.kFlow Chart Test Slump

2) Metode Pelaksanaan

1. Tuangkkan material adukan beton kedalam kerucutAbrams 1/3 tinggi kerucut)

2. Beton dirojok dengan tongkat besi sebanyak25 kali.

27

3. Lakukan langkah 1 dan 2 untuk adukan beton setinggi 2/3 tinggi kerucut dan sampai kerucut penuh.

4. Bersihkanbagian atasdarikerucut.

5. Bersihkanbagian bawahdari kerucut.

28

6. Pegangsisiluar dantarik.

7. Ukurtinggi jatuhnya material adukanbeton (sesuai dengan spesifikasi).

b. Pembuatan Benda Uji Prosedur pembuatan benda uji: 1) Sebelum dilakukan pengecoran pada benda uji, cetakan silinder dibersihkan dan diolesi dengan minyak. Hal ini untuk mempermudah dalam membuka cetakan benda uji ketika beton telah mengeras. 2) Beton yang telah diuji nilai slumpnya dimasukkan kedalam cetakan benda uji dimana benda uji dibagi menjadi 3 lapisan. Setiap lapisan benda uji dipadatkan dengan menggunakan vibrator. Diatas benda uji diberi keterangan untuk memudahkan pengujian.

29

3) Dua hari setelah dilakukan pengecoran benda uji, maka benda uji dibuka dari cetakan dan direndam kedalam bak perendam benda uji. 4) Beton yang ingin diuji tekan dikeluarkan 2 hari sebelum diuji tekan. Hal ini bertujuan agar benda uji benar-benar kering dari air. Dan apabila diperlukan, benda uji yang ingin ditekan dijemur untuk mendapatkan hasil yang optimum.

c.

Pengecoran 1) Untuk pengecoran kepala kolom, Pengecoran dilakukan dengan menggunakan bucket cor yang dihubungkan dengan pipa tremi dengan kapasitas bucket sampai 0.8m3. Bucket tersebut diangkut dengan

menggunakan

Tower

Crane

untuk

memudahkan

pengerjaan.

Gambar II.l Pengecoran kepala kolom menggunakan bucket cordan dihubungkan dengan pipa tremi

2) Pengecoran pelat lantai dilakukan menggunakan concrete pump. Beton yang akan dituang harus ditempatkan sedekat mungkin pada lokasi

pengecoran dalam posisi lapisan horizontal, kira-kira

setinggi 30 cm.

30

Gambar II.mPengecoran pelat lantai menggunakan concrete pump

3) Selama pengecoran dilakukan pemadatan menggunakan vibrator untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan beton yang keropos. 4) Setelah beton dituangkan ke lokasi pengecoran, beton disebarkan pada area pelat lantai dan diratakan. Perataan ini masih menggunakan sistem manual memakai raskam kayu. Perataan ini bertujuan agar permukaan pelat rata dan memastikan tidak ada udara yang terjebak didalam campuran beton. 5) Selesai Pengecoran harus diadakan perawatan beton (curing).

D. Identifikasi Bahaya Terhadap Pekerjaaan TabelI.1 Tabel Jadwal Identifikasi Bahaya Terhadap Pekerjaan

Uraian Terhadap Peralatan & area pabrikasi:  Tersengat listrik di area pabrikasi besi  Terjepit pada jari tangan pada saat bending penulangan  Luka akibat potongan besi

Antisipasi 

 

Pengecekan peralatan sebelum digunakan oleh petugas peralatan bahsanya peralatan layak untuk digunakan Mengisolasi seluruh kabel & jalur yang dilewati terhadap sumber arus Memakai sepatu & sarung tangan standart

31

Terhadap pekerjaan lapangan:  Luka akibat pemotongan triplek pada pabrikasi bekisting  Tertimpa besi pada saat penulangan balok &pelat lantai  Tertusuk paku di area pekerjaan bekisting  Tertimpa material bekisting girder& material yang lainnya  Terjatuh dari ketinggian  Mata terkena percikan beton pada saat pekerjaan pengecoran  Bekisting roboh karena kurang perkuatan



  

  

Mengatur area pabrikasi & jarak kerja yang baik terutama saat menggunakan mesin gergaji mesin bor & sebagainya serta menggunakan APD yang standar Membuat penyangga sementara di area pekerjaan hingga penulangan terkunci atau terikat dengan baik Menggunakan sepatu safety yang standar Memastikan bekisting & aksesorisnya pada posisi yang aman sebelum terkunci dengan baik di lapangan Menggunakan full body harness setiap berada pada ketinggian minimal 2 meter Menggunakan kaca mata & sarung tangan standar Pengecekan kembali seluruh item pekerjaan kolom sehingga tidak terjadi kesalahan terutama perkuatan bekisting

32

BAB III PENUTUP A. Simpulan Metode pelaksanaan kepala kolom, balok, dan pelat lantai dimulai dari pekerjaan bekisting, pekerjaan penulangan balok dan pelat lantai, dan pelaksanaan pengecoran. Pekerjaan bekisting terdiri atas persiapan bekisting alat yang dipakai, pemasangan bekisting kepala kolom pada lokasi pekerjaan, pemasangan scaffolding, pemasangan bekisting balok dan pelat, dan pengecekan bekisting. Pekerjaan penulangan dimulai dari proses perakitan tulangan, pemasangan tulangan, dan pembersihan. Pelaksanaan pengecoran dimulai dari test slump, pembuatan benda uji, dan pengecoran.

B. Komentar dan Saran 1. Komentar a. Kesesuaian dengan teori di kampus: 1) Perhitungan kebutuhan penulangan serta bengkokannya pada proyek Masjid Agung Medan sama seperti yang diajarkan di Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Medan dalam beberapa mata kuliah seperti Estimasi Biaya dan juga mata kuliah Konstruksi Bangunan Gedung. 2) Metode fabrikasi besi pada proyek Masjid Agung Medan juga sama dengan apa yang dipelajari dijurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Medan dalam mata kuliah pekerjaan besi pada saat bengkel. 3) Pelaksanaan pengecoran di Masjid Agung Medan sesuai dengan apa yang telah dipelajari di jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Medan.

b. Ketidaksesuaian dengan teori dikampus 1) Pelaksanaan pemasangan bekisting balok dan pelat lantai, tidak dipasang dengan rapat, sehingga banyak celah-celah kecil pada

33

bekisting balok dan pelat lantai, yang mana nantinya pada saat dicor akan mengurangi faktor air semennya, sehingga adanya kemungkinan kualitas betonnya berkurang. 2) Pelaksanaan pembongkaran bekisting di proyek dilaksanakan pada saat umur beton kurang dari 28 hari, sedanngkan dalam teori dikampus bekisting beton hanya dapat dibuka jika umur beton telah mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. 3) Pengikat antar tulangan pada pelat lantai, balok dan kolom dalam proyek Masjid Agung Medan tidak diikat disetiap pertemuan tulangan, hal ini dibuat untuk menghemat biaya. Didalam teori yang telah dipelajari bahwa seharusnya setiap pertemuan tulangan harus di ikat menggunakan kawat. 4) Ketika tulangan telah selesai dirakit, tulangan tidak dilindungi dari pengaruh cuaca seperti hujan, yang akan menyebabkan tulangan cepat berkarat. Di dalam teori yang dipelajari yaitu tulangan harusnya dilindungi dari factor cuaca yang dapat menimbulkan perkaratan. 5) Beton decking pada balok dan juga pelat lantai tidak semua diikat menggunakan kawat, hal tersebut dilakukan untuk mempermudah dan mengefisienkan waktu pekerjaan pemasangan beton decking. Didalam teori sebaiknya setiap beton decking diberi pengikat ketulangan sehingga beton decking tidak mudah bergeser.

2. Saran Dalam pelaksanaan pekerjaan sebaiknya dilakukan pengawasan yang lebih dan ketegasan terhadap para pekerja sehingga para pekerja lebih memperhatikan Alat Pelindung Diri, dan juga perlu perhatian yang lebih terhadap kebesihan area proyek dengan tidak membuang sampah sembarangan.

34

C. Kelemahan yang Ditemui 1. Adanya pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan gambar kerja yang telah tersedia. 2. Terdapat ketidaksesuaian dalam pelaksanaan pekerjaan dengan teori yang sebaiknya dilaksanakan. 3. Kurangnya perhatian para pekerja atas keselamatan pekerja dan juga akan kebersihan proyek.

D. Kelebihan yang Ditemui 1. Adanya rasa kekeluargaan yang terbangun dalam proyek tersebut sehingga setiap orang yang bekerja dalam proyek tersebut antara yang satu dengan yang lain. 2. Terjalinnya kerjasama dan koordinasi yang baik, sehingga pekerjaan dapat selesai sesuai dengan rencana. 3. Terjadwalnya waktu istirahat yang cukup untuk para pekerja.

35

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"

Awal (iv,v,vi,vii,viii).docx
December 2019 10
Ringkasan Usaha.docx
December 2019 13
Cover.docx
December 2019 12
Laporan Pkl.docx
December 2019 9
Identifikasi Tikus.docx
December 2019 31