BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lulusan sebuah perguruan tinggi dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill, dan communication skill. Sinergisme keempatnya akan tercermin melalui kemampuan lulusan dalam kecepatan menemukan solusi atas persoalan-persoalan atau tantangan-tantangan yang dihadapi. Dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya, metode pengajaran di Sekolah Tinggi Ekonomi musi rawas
(STIE mura ) kota
Lubuklinggau, Provinsi Sumatera selatan salah satunya yaitu menjembatani antara teori yang di ajarkan dengan keadaan di dunia nyata yang sebenarnya. Kegiatan PKL 2018 sebagai bagian dari proses peningkatan pengayaan ilmu di pandang sangat penting bagi mahasiswa, agar mahasiswa STIE Mura Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera selatan mampu mengadaptasikan diri pada lingkungannya. Di harapkan dengan kegiatan PKL 2018 ini mahasiswa memiliki kompetensi yang responsif-antisipasif, proaktif-inovatif, risk taker, profesional dan visioner sehingga memiliki daya saing yang kuat dengan soft skill dalam menghadapi dunia kerja dan diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, kreatif, inovatif dan berani mengambil resiko. Tujuan ini merupakan implementasi strategi dari visi Sekloah Tinggi Ilmu Ekonomi Musi Rawas. Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah suatu bentuk pndidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa untuk melihat secara langsung ke tempat-tempat kewirausahaan, seperti Usaha Kecil Menengah (UKM) dan pusat pariwisata yang berada di Kota Yogyakart serta studi banding dengan Universitas Indonesia (UI).
B. Tujuan Tujuan umum dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para mahasiswa agar nantinya para lulusan tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungan, berkompeten sehingga memiliki daya saing yang kuat.Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari kegiatan
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
1
ini adalah para mahasiswa dapat memahami praktek-praktek dan penerapan tentang manajemen yang diterapkan oleh perusahaan.
C. Lokasi Kunjungan Kunjungan Dimulai dari Hari Senin 22 Januari 2018 sampai hari Minggu, 28 Januari 2018 1. Kunjungan Pertama
: Kampus UI Jakarta, Depok
2. Kunjungan kedua
: PT. Dua Kelinci
3. Kunjungan Ketiga
: Industri Kreatif Jogja T-Shirt (Omah Oblong)
4. Kunjungan Keempat
: Desa Wista Krebet-Bantul (Sanggar Peni)
5. Kunjungan kelima
: UD. Crystal
6. Kunjungan keenam
: UD. Sabila Farm
7. Kunjungan ketujuh
: Observasi Pasar Beringharjo dan Pasar Malioboro
8. Kunjungan kedelapan : Wisata Jeep Merapi Adventure. 9. Kunjungan kesembilan : Wisata Tebing Breksi 10. Kunjungan kesepuluh: Wisata Belanja Oleh-Oleh Khas Bakpia Jogja (Bakpia Pathok) 11. Kunjungan kesebelas : Wisata Candi Borobudur
D. Bentuk Kegiatan a. Mendengarkan pemaparan dari para narasumber b. Meninjau langsung kegiatan produksi c. Diskusi / tanya jawab dengan para narasumber E. Manfaat Kegiatan a. Untuk Mahasiswa : 1) Memudahkan Mahasiswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. 2) Memudahkan
siswa
dalam
penguasaan
dan
pendalaman
serta
pengaplikasian konsep Manajemen.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
2
3) Menjadikan Mahasiswa lebih aktif dalam mempelajari konsep – konsep terapan Ekonomi Manajemen yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari – hari. 4) Menjadikan mahasiswa lebih peka terhadap kekayaan alam disekitar, sehingga dapat diolah untuk menjadi usaha yang menghasilkan b. Untuk Dosen Kegiatan PKL merupakan mediasi Dosen untuk menjelaskan materi manajemen. c. Untuk Universitas Dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan dapat meningkatkan kerja sama yang baik antara pihak Universitas dan Instansi yang dijadikan obyek PKL.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
3
BAB II PEMBAHASAN A. Rangkaian Kegiatan
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN ( PKL ) STIE-MURA LUBUKLINGGAU DAY
TIME
PROGRAM Minggu, 20 Januari 2019
07.30 – 08.30
Peserta Standby di Kampus STIE Musi Rawas
08.30 – 12.00
Pemberangkatan
Rombongan
ke
Kota
Jakarta
menggunakan Bus Pariwisata Cipta Karunia (8 unit) 12.00 – 13.30 1
Istirahat Sholat dan Makan Siang di POM Bensin Lahat. Makan Siang disiapkan dalam bentuk nasi box
13.30 – 23.30
Melanjutkan Perjalanan ke Jakarta via Lampung
23.00 – 00.30
Istirahat, Sholat dan Makan Malam di RM. Bukit Kemuning Lampung
00.30 – 05.30
Melanjutkan Perjalanan ke Pelabuhan Bakauheni
Senin, 21 Januari 2019
2
05.30 – 06.30
Transit Sholat Subuh
07.30 – 09.00
Penyeberangan Bakahueni-Merak
09.30 – 11.00
Melanjutkan Perjalanan ke Jakarta
11.00 – 12.30
Istirahat, Sholat, Bersih-bersih dan Makan Siang di Rest Area Tol Karang Tengah. Makan siang disiapkan dalam bentuk nasi box.
12.30 – 13.00
Perjalanan Menuju Lokasi Wisata
13.00 – 16.00
Kunjungan Wisata Taman Mini Indonesia Indah
16.00 – 17.00
Perjalanan Menuju Lokasi Wisata
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
4
17.00 – 17.30
Kunjungan Wisata Monas
17.30 – 18.00
Perjalanan Menuju Lokasi Wisata
18.00 – 19.00
Kunjungan Wisata Kota Tua Jakarta
19.00 – 20.00
Check in Hotel Plaza Mangga Dua
20.00 – 04.30
Istirahat di Hotel
Selasa, 22 Januari 2019 04.30 – 07.30
Bangun Pagi, Sholat Shubuh, Mandi dan Sarapan di Hotel
3
07.30 – 08.30
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Belajar
08.30 – 12.00
Kunjungan Belajar di SMESCO Indonesia
12.00 – 12.30
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Belajar
12.30 – 14.00
Transit Istirahat Sholat Dzuhur dan Ashar di Masjid
13.30 – 16.00
Kunjungan Museum Bank Indonesia
16.00 – 19.30
Melanjutkan Perjalanan Ke Yogyakarta via Jalur Pantura
19.30 – 21.00
Istirahat, Sholat dan Makan Malam di Rest Area
21.00 – 06.30
Melanjutkan Perjalanan ke Yogyakarta
Rabu, 24 Januari 2019 04.30 – 07.30
Bangun Pagi, Sholat Shubuh, Mandi dan Sarapan di Lokal Resto
07.30 – 09.00 09.00 – 12.00 4
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Belajar Kunjungan Belajar di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia
12.00 – 13.00
Istirahat, Sholat dan Makan Siang di Masjid Terdekat
13.00 – 14.30
Perjalanan menuju Wisata
14.30 – 16.00
Kunjungan Wisata Pantai Parangtritis
16.00 – 17.15
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Wisata Belanja
17.15 – 17.45
Wisata Belanja Oleh-oleh Kaos Jogja
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
5
17.45 – 18.00
Perjalanan Menuju Hotel
18.00 – 19.00
Check in Hotel Grand Orchid Yogyakarta
19.00 – 20.00
Makan Malam di Hotel
20.00 – 04.30
Istirahat di Hotel
Kamis, 24 Januari 2019 04.30 – 07.30
Bangun Pagi, Sholat Shubuh, Mandi dan Sarapan di Hotel
5
07.30 – 09.30
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Belajar
09.30 – 12.00
Kunjungan Belajar di Gerabah Wedi
12.00 – 13.00
Istirahat, Sholat dan Makan Siang di Masjid Terdekat
13.00 – 14.00
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Wisata
14.00 – 15.30
Kunjungan Wisata Tebing Breksi jogja
15.30 – 16.00
Perjalanan menuju Hotel
17.00 – 19.00
Makan Malam di Hotel
19.00 – 04.30
Istirahat di Hotel
Jumat, 25 Januari 2019 04.30 – 08.00
Bangun Pagi, Sholat Shubuh, Mandi dan Sarapan di Hotel
6
08.30 – 10.00
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Belajar
10.00 – 13.30
Kunjungan Belajar di Batik Gunawan Setiawan kota Solo
13.30 – 16.00
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Wisata
16.00 – 18.00
Kunjungan Wisata Candi Prambanan. Makan siang disajikan dalam bentuk nasi box
18.00 – 18.30
Perjalanan menuju Hotel
19.00 – 20.00
Makan Malam di Hotel
20.00 – 04.30
Istirahat di Hotel
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
6
Sabtu, 26 Januari 2019 04.30 – 08.00
Bangun Pagi, Sholat Shubuh, Mandi dan Sarapan di Hotel
08.00 – 09.00
Check Out Hotel
09.00 – 09.30
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Belajar
09.30 – 16.30
Peserta Dipersilahkan Menuju Lokasi Malioboro dan
Pasar
Beringharjo
untuk
melakukan
Observasi Pasar
7 16.30 – 17.00
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan wisata Belanja
17.00 – 18.00
Wisata Belanja Oleh-oleh Khas Bakpia Jogja D’Java. Makan malam disajikan dalam bentuk nasi box.
18.00 – 18.05
Perjalanan Menuju Hotel
18.05 – 19.00
Check In Hotel D’Salvatore Yogyakarta
19.00 – 04.30
Istirahat di Hotel
Minggu, 27 Januari 2019 04.30 – 09.00
Bangun Pagi, Sholat Shubuh, Mandi dan Sarapan di Hotel
8
09.00 – 10.00
Proses Check Out dan Loading Bagasi
10.00 – 12.00
Perjalanan menuju Lokasi Kunjungan Wisata
12.00 – 13.00
Istirahat, Sholat dan Makan siang di Masjid terdekat
13.00 – 16.00
Wisata Borobudur
16.00 – 19.00
Perjalanan menuju Jakarta
19.00 – 21.00
Transit Istirahat Sholat dan Makan Malam di Lokal Resto
21.00 – 04.30
Melanjutkan Perjalanan menuju Jakarta
21.00 – 04.30
Istirahat di Bus Masing-Masing
9
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
Senin, 28 Januari 2019
7
06.30 – 12.00
Transit Istirahat Sholat, Mandi dan Sarapan di Masjid Istiqlal Jakarta
12.00 – 13.00
Shoat dan Makan Siang di Masjid Istiqlal Jakarta
17.00 – 23.00
Melanjutkan perjalanan menuju Lubuklinggau menggunakan Bus Cipta Karunia
23.00 – 00.00
Istirahat, Sholat dan Makan Malam di Lokal Resto
03.00 – 05.00
Penyeberangan Merak-Bakahueni
Selasa, 29 Januari 2019
10
05.30 – 08.00
Transit Istirahat Sholat dan bersih-bersih
12.00 – 13.30
Sholat dan Makan Siang di Resto lokal
17.00 – 22.00
Melanjutkan perjalanan menuju Lubuklinggau
22.00 – 23.30
Sholat dan Makan Malam di Resto lokal
23.30 – 04.00
Melanjutkan perjalanan menuju Lubuklinggau
Rabu, 30 Januari 2019 11
04.00
Tiba Kembali di Lubuklinggau Seluruh perjalanan selesai
Lubuklinggau, februari 2018 Ketua Kelompok,
Sekretaris,
Zaliadi Aryansyah
Aulia Tri Rizky
Mengetahui Dosen Pembimbing Lapangan,
Eri Tri Haryati, SE.,M.Si
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
8
B. Pembahasan Kunjungan 1. Senin, 21 Januari 2019 pukul 13.00-16.00 WIB Taman Mini Indonesia Indah Taman Mini Indonesia Indah (TMII) merupakan suatu kawasan taman wisata bertema budaya Indonesia di Jakarta Timur dengan luas area kurang lebih 150 hektare atau 1,5 kilometer persegi. Taman ini merupakan rangkuman kebudayaan bangsa Indonesia, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat 26 provinsi Indonesia (pada tahun 1975) yang ditampilkan dalam anjungan daerah berarsitektur tradisional, serta menampilkan aneka busana, tarian, dan tradisi daerah. Di samping itu, di tengah-tengah TMII terdapat sebuah danau yang menggambarkan miniatur kepulauan Indonesia di tengahnya, kereta gantung, berbagai museum, dan Teater IMAX Keong Mas dan Teater Tanah Airku), berbagai sarana rekreasi ini menjadikan TMIII sebagai salah satu kawasan wisata terkemuka di ibu kota. Sejarah Gagasan pembangunan suatu miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan segala isinya ini dicetuskan oleh Ibu Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien Soeharto. Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no. 8 Jakarta pada tanggal 13
Maret 1970.
Melalui
miniatur
ini
diharapkan
dapat
membangkitkan rasa bangga dan rasa cinta tanah air pada seluruh bangsa Indonesia. Maka dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh Yayasan Harapan Kita. TMII mulai dibangun tahun 1972 dan diresmikan pada tanggal 20 April 1975. Berbagai aspek kekayaan alam dan budaya Indonesia sampai pemanfaatan teknologi modern diperagakan di areal seluas 150 hektare. Aslinya topografi TMII agak berbukit, tetapi ini sesuai dengan keinginan perancangnya. Tim perancang memanfaatkan ketinggian tanah yang tidak
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
9
rata ini untuk menciptakan bentang alam dan lansekap yang kaya, menggambarkan berbagai jenis lingkungan hidup di Indonesia Logo dan maskot TMII memiliki logo yang pada intinya terdiri atas huruf TMII, Singkatan dari "Taman Mini Indonesia Indah". Sedangkan maskotnya berupa tokoh wayang Hanoman yang dinamakan NITRA (Anjani Putra). Maskot Taman Mini "Indonesia Indah" ini diresmikan penggunaannya oleh Ibu Tien Soeharto, bertepatan dengan dwi windu usia TMII, pada tahun 1991. 2. Senin, 21 Januari 2019 pukul 17.00-17.30 WIB Monas Monumen
Nasional atau
yang
populer
disingkat
dengan Monas atau Tugu Monas adalah monumen peringatan setinggi 132 meter (433 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan
rakyat Indonesia
untuk
merebut kemerdekaan dari
pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini dimulai
pada
tanggal 17
Agustus 1961 di
bawah
perintah
presiden Soekarno, dan dibuka untuk umum pada tanggal 12 Juli1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran emas yang melambangkan semangat perjuangan yang menyala-nyala. Monumen Nasional terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Sejarah Setelah pusat pemerintahan Republik Indonesia kembali ke Jakarta setelah sebelumnya berkedudukan di Yogyakarta pada tahun 1950 menyusul pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1949, Presiden Sukarno mulai merencanakan pembangunan sebuah monumen nasional yang setara dengan Menara Eiffel di lapangan tepat di depan Istana Merdeka. Pembangunan tugu Monas bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
10
Indonesia
pada
masa
revolusi
kemerdekaan
1945,
agar
terus
membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi penerus bangsa. Pada tanggal 17 Agustus 1954 sebuah komite nasional dibentuk dan sayembara perancangan monumen nasional digelar pada tahun 1955. Terdapat 51 karya yang masuk, akan tetapi hanya satu karya yang dibuat oleh Frederich Silaban yang memenuhi kriteria yang ditentukan komite, antara lain menggambarkan karakter bangsa Indonesia dan dapat bertahan
selama
berabad-abad.
Sayembara
kedua
digelar
pada
tahun 1960 tetapi sekali lagi tak satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria. Ketua juri kemudian meminta Silaban untuk menunjukkan rancangannya kepada Sukarno. Akan tetapi Sukarno kurang menyukai rancangan
itu
dan
berbentuk lingga dan yoni.
ia Silaban
menginginkan kemudian
monumen diminta
itu
merancang
monumen dengan tema seperti itu, akan tetapi rancangan yang diajukan Silaban terlalu luar biasa sehingga biayanya sangat besar dan tidak mampu ditanggung oleh anggaran negara, terlebih kondisi ekonomi saat itu cukup buruk. Silaban menolak merancang bangunan yang lebih kecil, dan menyarankan pembangunan ditunda hingga ekonomi Indonesia membaik. Sukarno kemudian meminta arsitek R.M. Soedarsono untuk melanjutkan rancangan itu. Soedarsono memasukkan angka 17, 8 dan 45, melambangkan 17
Agustus 1945 memulai Proklamasi
Kemerdekaan
Indonesia, ke dalam rancangan monumen itu.[1][2][3] Tugu Peringatan Nasional ini kemudian dibangun di areal seluas 80 hektare. Tugu ini diarsiteki oleh Frederich Silaban dan R. M. Soedarsono, mulai dibangun 17 Agustus 1961. 3. Senin, 21 Januari 2019 pukul 18.00-19.00 WIB Kota Tua Jakarta Kota
Tua
Jakarta,
juga
dikenal
dengan
sebutan Batavia
Lama (Oud Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
11
Utara dan Jakarta
Barat (Pinangsia, Taman
Sari dan Roa
Malaka).
Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah. Sejarah Tahun menyerang
1526, Fatahillah,
pelabuhan Sunda
dikirim
Kelapa di
oleh Kesultanan kerajaan
Demak,
Hindu Pajajaran,
kemudian dinamai Jayakarta. Kota ini hanya seluas 15 hektare dan memiliki
tata
kota
pelabuhan
1619, VOC menghancurkan
tradisional
Jawa.
di
komando
Jayakarta
bawah
Tahun Jan
Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk
menghormati Batavieren,
leluhur
bangsa
Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah. Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", terdiri dari etnis kreol yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia. Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal [1]. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur. Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
12
Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekret yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana. Meski dekret Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan. Banyak warga yang menyambut hangat dekret ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk melindungi warisan era kolonial Belanda. 4. Selasa, 22 Januari 2019 pukul 08.30 – 12.00 WIB SMESCO Indonesia Pengertian SMESCO SMESCO merupakan kepanjangan dari "Small and Medium Enterprises and Cooperatives", atau KUKM - Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah.Smesco Indonesia Company (SIC) berdiri pada Maret 2007. Kesuksesan mereka adalah tujuan lembaga kami didirikan. Dengan tujuan: “Untuk mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia kepada dunia Internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kami memberikan pelayanan profesional terbaik kepada seluruh mitra usaha kami baik lokal maupun asing” Aktivitas, Visi & Misi Aktivitas a) Menyediakan sarana dan fasilitas pameran bagi KUKM b) Mempromosikan dan memasarkan produk-produk unggulan Indonesia ke luar negeri melalui kegiatan Trading House c) Melaksanakan kegiatan pelatihan bagi KUKM d) Menampilkan produk-produk unggulan KUKM Indonesia di dalam gerai ritel UKM GALLERY e) Sebagai pengelola gedung SMESCO INDONESIA yang menyewakan sebagian ruangan untuk area komersial seperti
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
13
perkantoran dan sarana pendukung lainnya seperti Bank, ATM, Money Changer, Travel Agent, Mini Market, Restoran dan cafe. Visi Menjadi institusi profesional berskala internasional di bidang pemasaran produk - produk Koperasi dan UKM Indonesia yang mampu menjadikan SMESCO INDONESIA sebagai ikon pemberdayaan dan ikon industri kreatif KUKM. Misi Menjadi
lembaga
dengan
layanan
profesional
yang
memfasilitasi mitra usaha untuk menghasilkan produk-produk unggulan kelas dunia yang berkualitas tinggi dan mempromosikan Indonesia kepada mitra usaha lokal maupun internasional. Tugas Pokok dan Fungsi SMESCO : a) Pelaskanaan layanan informasi pasar b) Pelaksanaan layanan saran pemasaran c) Pelaksanaan layanan promosi produk, jaringan pemasaran dan dstribusi produk KUKM d) Pelaksanaan layanan konsultasi pemasaran e) Pelaksanaan layanan peningkatan kemampuan menajemen dan teknik pemasaran f) Tugas lain yang diberikan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 5. Selasa, 22 Januari 2019 pukul 13.30 – 16.00 WIB Museum Bank Indonesia Sejarah Museum Bank Indonesia merupakan objek wisata bersejarah yang terdapat di kawasan Kota Tua, Jakarta Utara, tepatnya di bagian depan stasiun Beos Kota atau di samping Museum Bank Mandiri. Tempat
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
14
wisata ini terbilang cukup unik dan tentunya memberikan berbagai macam
pengetahuan
mengenai
sejarah
dari
Bank
Indonesia.
Awal mulanya bangunan objek wisata Museum Bank Indonesia adalah sebuah rumah sakit umum yang bernama Binnen Hospitaal, hingga pada sekitar tahun 1828, bangunan tersebut di ubah fungsinya menjadi tempat penyimpanan uang atau Bank dengan nama De Javashe Bank. Selama satu abad berlangsung, tepatnya pada tahun 1953 setelah 9 tahun kemerdekaan republic Indonesia, bangunan DJB di tetapkan sebagai Bank Sentral Indonesia atau yang lebih dikenal sebagai Bank Indonesia. Selang 9 tahun kemudian yaitu pada tahun 1962, pemerintah Indonesia kemudian memindahkan Bank Indonesia tersebut ke lokasi baru dan lebih strategis, sehingga tempat BI yang dahulu mejadi kosong tanpa di gunakan untuk keperluaan yang penting. Akhirnya pada tahun 2006 Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah meresmikan bangunan kosong tersebut sebagai Museum Bank Indonesia yang dapat di akses secara mudah oleh masyarakat umum. Jika anda perhatikan bangunan Museum Bank Indonesia akan terlihat sangat unik, tradisional, dan kokoh berdiri dengan tegaknya. Area parkir yang tersedia di tempat ini pun cukup luas sekali, sehingga mempermudah bagi para pengunjung untuk memarkirkan Museum Bank Indonesia menempati bangunan yang berusia tua dan memiliki sejarah panjang dalam dunia perbankan di Indonesia. Museum ini dulunya merupakan sebuah rumah sakit Binnen Hospitaal, lalu kemudian digunakan oleh De Javasche Bank (DJB) pada tahun 1828. Pada tahun 1953, bank ini dinasionalisasikan menjadi Bank Sentral Indonesia atau Bank Indonesia. Penggunaan gedung ini sebagai kantor Bank Indonesia tidak berlangsung lama. Pada tahun 1962, Bank Indonesia pindah ke gedung yang baru. Sejak saat itu, gedung tersebut praktis kosong dan tidak digunakan lagi, padahal gedung tersebut merupakan gedung yang mempunyai nilai sejarah tinggi yang terancam kerusakan apabila tidak dimanfaatkan dan dilestarikan.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
15
Visi dan Misi Visi Untuk menjadi instrumen dan fasilitas untuk menyebarluaskan informasi yang lengkap, akurat dan mudah diakses mengenai fungsi dan peran Bank Sentral di Indonesia kepada publik dan fasilitas ini dikelola secara profesional. Misi a) Untuk memberikan informasi tentang sejarah Bank Sentral Indonesia yang lengkap, akurat dan obyektif dan mudah diakses dan dipahami oleh masyarakat. b) Untuk menyediakan fasilitas dan sarana rekreasi edukatif kepada masyarakat. c) Untuk melestarikan situs sejarah. 6. Rabu, 23 Januari 2019 pukul 09.00 – 12.00 WIB Universitas Islam Indonesia Universitas Islam Indonesia disingkat UII adalah perguruan tinggi swasta nasional tertua di Indonesia yang terletak di Yogyakarta. Sejarah Pada
tahun
1945,
sidang
umum Masjoemi (Majelis
Sjoero
Moeslimin Indonesia) dilaksanakan. Pertemuan itu dihadiri oleh beberapa tokoh politik terkemuka masa itu termasuk diantaranya Dr. Mohammad Hatta (Wakil
Presiden
Pertama
Indonesia), Mohammad
Natsir, Mr.
Mohamad Roem, KH. Wahid Hasjim. Salah satu keputusan dari pertemuan ini adalah pembentukan Sekolah Tinggi Islam (STI) oleh tokoh-tokoh terkemuka tersebut. STI kemudian didirikan pada tanggal 8 Juli 1945 bertepatan dengan 27 Rajab 1364 H dan berkembang menjadi sebuah universitas yang disebut Universitas Islam Indonesia (UII) sejak tanggal 3
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
16
November 1947 untuk memenuhi permintaan akan sebuah pendidikan tinggi yang mengintegrasikan pengetahuan umum dengan ajaranajaran Islam. Awalnya,
UII
memiliki
empat
fakultas:
Fakultas Agama,
Fakultas Hukum, Fakultas Pendidikan, dan Fakultas Ekonomi, yang mulai beroperasi pada Juni 1948. Sekitar tujuh bulan kemudian, UII terpaksa ditutup akibat agresi militer Belanda. Banyak siswa dan dosen bergabung dengan tentara Indonesia untuk mengusir Belanda. Pada awal 1950-an, tak lama setelah perang, UII harus memindahkan aktivitas perkualiahan di beberapa tempat di kota Yogyakarta, bahkan sempat menggunakan Kraton Yogyakarta dan rumah dosen sebagai ruang kelas. UII mengalami banyak perkembangan antara 1961 sampai dengan 1970
di
bawah
kepemimpinan Prof.
M.R.
R.H.A.
Kasmat
Bahuwinangun (1960-1963) dan Prof. Dr. dr. M. Sardjito(1964-1970). Selama
masa
jabatannya, Prof.
Bahuwinangun membantu Fakultas Tarbiyah serta
M.R.
mengembangkan memperluas
UII
R.H.A.
Kasmat
Fakultas Syariah dan ke Purwokerto dengan
mendirikan Fakultas Hukum dan Syari'ah disana. Dari tahun 1964 sampai 1970, di bawah kepemimpinan Prof. Dr. dr. M. Sardjito (seorang dokter medis terkemuka di Indonesia), UII kembali diperluas hingga memiliki 22 fakultas, lima yang berlokasi di Yogyakarta dan
sisanya
tersebar
di
provinsi
lain: Jawa
Tengah (Solo, Klaten, dan Purwokerto), dan Sulawesi Utara (Gorontalo). Bidang
Studi
yang
ditawarkan
adalah Ekonomi, Hukum, Syari'ah, Tarbiyah, Teknik, Kedokteran, Kedokt eran Hewan, dan Farmasi. Pada awal 1970-an hingga 1982, UII mengalami perkembangan dalam pembangunan fisik mencakup kantor dan gedung fakultas, dimulai dengan kantor pusat yang berada di Jalan Cik di Tiro. Pembangunan
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
17
gedung ini kemudian diikuti dengan pengembangan tiga kampus lain yang terletak di sejumlah lokasi di kota Yogyakarta. Selama periode ini, beberapa fakultas di UII juga mulai memperoleh status akreditasi dan juga memprakarsai kolaborasi dengan lembaga baik nasional maupun internasional, seperti Universitas Gadjah Mada, King Abdul Aziz University Arab Saudi, dan The Asia Foundation. Sejak awal 1990-an sampai saat ini, UII telah mengembangkan kampus terpadu yang terletak di Kabupaten Sleman, di bagian utara Provinsi DI Yogyakarta. Sebagian besar fakultas UII telah berlokasi di lahan seluas 25 hektare ini. Sampai dengan semester ganjil 2011/2012, UII memiliki delapan fakultas dengan berbagai lima program Diploma Tiga, 22 Program Sarjana, tiga Program Profesi, delapan Program Magister, dan empat Program Doktor, serta lembaga-lembaga pendukung. Dalam pemeringkatan 4 International College and Universities ( 41CU) maupun Webometrics pada Januari 2012 menempatkan Universitas Islam Indonesia sebagai Perguruan Tinggi Swasta (PTS) peringkat pertama di Kopertis Wilayah V dan peringkat ke-2 PTS secara nasional. Selain itu, pada tahun 2009 Universitas Islam Indonesia terpilih sebagai perguruan tinggi dengan nilai penjaminan mutu internal terbaik di Indonesia versi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) dan mendapatkan akreditasi institusi A pada tahun 2013. Setelah memperoleh dua bintang dari penilaian Qucquarelli Symonds (QS) Stars University Ratings pada 2011 lalu, kini Universitas Islam Indonesia (UII) meraih tiga bintang dunia (three stars) pada penilaian QS Stars 2016. Penilaian tersebut
berdasarkan
Employability,
delapan
kategori,
yaitu: Research,
Internasionalization,
Teaching,
Facilities,
Access,
Engagement, dan Specialist Criteria. Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menempati peringkat terbaik klasterisasi perguruan tinggi swasta (PTS)non-vokasi
di
Indonesia
tahun 2018.
UII
secara nasional menempati peringkat ke-29 & peringkat ke-1 PTS secara
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
18
nasional, di mana urutan di atasnya merupakan perguruan tinggi negeri (PTN). Fakultas dan Program Studi
Fakultas
Program Studi
Diploma Akuntansi (Akreditasi A)
Diploma Keuangan & Perbankan (Akreditasi A)
Fakultas Ekonomi(FE UII)
Manajemen (Akreditasi A)
Akuntansi (Akreditasi A)
Ilmu Ekonomi (Akreditasi A)
Pendidikan Profesi Akuntansi (Akreditasi B)
Magister Manajemen (Akreditasi A)
Magister Akuntansi (Akreditasi B)
Magister Ilmu Ekonomi (Akreditasi B)
Doktoral Ilmu Ekonomi (Akreditasi A) memiliki tiga konsentrasi, yakni: 1) Konsentrasi Ilmu Manajemen (Subkonsentrasi: Manajemen SDM/Manajemen Keuangan/Manajemen Pemasaran), 2) Konsentrasi Ilmu Ekonomi (Sub-konsentrasi: Kebijakan Publik/Ekonomi & Keuangan Islam), dan 3) Konsentrasi Ilmu Akuntansi (Sub-konsentrasi: Akuntansi Keuangan/Sistem Informasi/Akuntansi Sektor Publik/Akuntansi Auditing)
Fakultas Hukum(FH UII)
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
Ilmu Hukum (Akreditasi A) Hukum Keluarga Islam (Ahwal Al
19
Syakhshiyah) (Akreditasi A)
Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI UII)
Profesi Advokat
Magister Ilmu Hukum (Akreditasi A)
Magister Kenotariatan (Akreditasi B)
Doktoral Imu Hukum (Akreditasi B)
Hukum Islam (Akreditasi A)
Ekonomi Islam (Akreditasi B)
Pendidikan Agama Islam (Akreditasi A)
Magister Studi Islam (Ilmu Agama Islam) (Akreditasi A)
Doktoral Hukum Islam (Akreditasi B)
Pendidikan Dokter (Akreditasi A)
Profesi Dokter (Akreditasi A)
Diploma Kimia Analis (Akreditasi B)
Statistika (Akreditasi B)
Kimia (Akreditasi A)
Farmasi (Akreditasi B)
Profesi Apoteker (Akreditasi A)
Psikologi (Akreditasi A)
Profesi Psikologi (Akreditasi B)
Fakultas Psikologi
Magister Psikologi
dan Ilmu Sosial
Magister Profesi Psikolog
Budaya (FPSB UII)
Ilmu Komunikasi (Akreditasi A)
Hubungan Internasional (Akreditasi B)
Pendidikan Bahasa Inggris (Akreditasi B)
Teknik Sipil (Akreditasi A BAN-PT &
Fakultas Kedokteran (FK UII)
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam(FMIPA UII)
Fakultas Teknik
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
20
Sipil Dan Perencanaan(FTSP
Akreditasi Internasional JABEE)
UII)
Arsitektur (Akreditasi A BAN-PT & Akreditasi Internasional KAAB)
Pendidikan Profesi Arsitek (PPAr)
Teknik Lingkungan (Akreditasi A BAN-PT & Akreditasi Internasional ABET)
Fakultas Teknologi Industri (FTI UII)
International Program (IP UII)
Magister Teknik Sipil (Akreditasi B)
Magister Arsitektur
Doktoral Teknik Sipil
Teknik Kimia (Akreditasi A)
Teknik Industri (Akreditasi A)
Teknik Informatika (Akreditasi A)
Teknik Elektro (Akreditasi A)
Teknik Mesin (Akreditasi A)
Magister Teknik Industri (Akreditasi B)
Magister Teknik Informatika (Akreditasi B)
Law (Akreditasi A)
Management (Akreditasi A)
Economics (Akreditasi A)
Accounting (Akreditasi A)
Industrial Engineering (Akreditasi A)
Civil Engineering (Akreditasi A)
Architecture (Akreditasi A)
International Relations (Akreditasi B)
Communication Studies (Akreditasi B)
Islamic Family Law (Ahwal Al Syakhshiyah) (Akreditasi A)
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
21
7. Rabu, 23 Januari 2019 pukul 09.00 – 12.00 WIB Pantai Parangtritis Sejarah Pantai Parangtritis Pantai Parangtritis, adalah sebuah pantai di pesisir Samudra Hindia yang
terletak
kira-kira
27
kilometer
sebelah
selatan
kota
Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata pantai yang cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Depok, Baron, Kukup, Krakal, dll. Sebenarnya di wilayah pesisir selatan Jogja terdapat sekitar 13 obyek wisata pantai yang semuanya memiliki pesona wisata. Namun entah mengapa Parangtritis yang menempati urutan pertama dalam angka kunjungan wisata, dibanding pantai-pantai lainnya. Mungkin dikarenakan Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung – gunung pasir yang tinngi di sekitar pantai, dimana gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk. Kepercayaan masyarakat setempat tentang legenda Nyi Roro Kidul juga dengan sendirinya melahirkan pesona tersendiri sehingga mampu menyedot jumlah wisatawan lebih besar dibanding pantai-pantai lainnya. Ada kepercayaan unik di Parangtritis. Boleh percaya boleh tidak bahwa memakai pakaian berwarna hijau di Parangtritis bisa membawa petaka. Menurut kepercayaan masyarakat setempat warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul, sehingga dikhawatirkan yang memakai baju / kaos hijau akan diseret ombak ke laut karena dikehendaki oleh sang penguasa laut selatan. Adapun kebenarannya, wallahu alam bishawab. Nama Parangtritis bisa dibilang cukup menarik. Konon, ada seorang pelarian dari Kerajaan Majapahit bernama Dipokusumo yang melakukan semedi di kawasan ini. Ketika sedang bersemedi, ia melihat air yang menetes (tumaritis) dari celah-celah batu karang (parang). Kemudian
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
22
ia memberi nama daerah tersebut Parangtritis yang berarti air yang menetes dari batu. Pantai Parangtritis diyakini merupakan perwujudan dari kesatuan trimurti yang terdiri dari Gunung Merapi, Keraton Jogja, dan Pantai Parangtritis itu sendiri. Masyarakat setempat meyakini Pantai Parangtritis merupakan bagian dari daerah kekuasaan Ratu Selatan atau yang dikenal dengan nama Nyai Roro Kidul. Menurut mereka, Nyai Roro Kidul menyukai warna hijau, oleh karena itu wisatawan yang berkunjung ke Parangtritis disarankan tidak memakai baju berwarna hijau. Selain sarat dengan kisah misteri Nyai Roro Kidul, Pantai Parangtritis juga dikisahkan sebagai tempat bertemunya Panembahan Senopati dengan Sunan Kalijaga sesaat setelah Panembahan Senopati selesai menjalani pertapaan. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, Parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Keraton Jogjakarta. Lokasi Pantai Parangtritis Kawasan wisata Pantai Parangtritis terletak di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Jogjakarta, sekitar 27 km sebelah selatan Kota Jogjakarta dengan jalan yang relatif datar sehingga sangat mudah dicapai. Dari arah Kota Yogyakarta terdapat dua jalur yang dapat dilalui untuk mencapai kawasan ini. Jalur yang pertama adalah jalur lurus Jogjakarta – Jalan Parangtritis – Kretek – Parangtritis. Jalur ini merupakan jalur utama yang biasa digunakan wisatawan maupun masyarakat luas pada umumnya. Jalur yang kedua adalah jalur Jogjakarta – Imogiri – Siluk – Parangtritis. Jalur ini memang lebih jauh namun menjanjikan panorama alam yang juga jauh lebih indah dan menakjubkan. Sepanjang perjalanan naik turun bukit tersebut (jangan khawatir karena jalannya sudah lebar dan beraspal halus) mata Anda akan dimanjakan dengan areal persawahan
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
23
yang luas menghijau, suangai yang mengalir indah, serta deretan bukit karst. Dari atas bukit, Anda akan bisa menyaksikan pemandangan pohonpohon yang menghijau dari bukit-bukit di bawahnya. Udara dijamin sangat sejuk dan segar, terlebih jika Anda pergi pada waktu pagi hari atau sore hari. Selain itu Anda juga akan melewati lokasi Makam Raja-Raja Imogiri. Fasilitas di kawasan wisata ini sudah cukup lengkap. Di sekitar pantai terdapat banyak sekali hotel dan penginapan dengan berbagai range harga, termasuk hotel dan penginapan yang terletak di atas bukit yang menawarkan pemandangan pantai yang sangat indah. Di sekitar kawasan pantai, Anda juga bisa menemukan berbagai macam toko souvenir dan oleh-oleh khas Jogjakarta (Bantul), toko-toko kelontong, dan warungwarung makan. Tiket masuk kawasan wisata Pantai Parangtritis (meliputi seluruh kompleks)
adalah
Rp
3.000,-
per
orang
ditambah biaya asuransi sebesar Rp 250,- per orang. Sedangkan retribusi untuk sepeda motor adalah Rp 500,-, mobil Rp 1.000,-, dan bus pariwisata Rp 2.000,-. Untuk menyewa kuda atau dokar, Anda bisa membayar
Rp
20.000,-
untuk
satu
kali
putaran
bolak-balik,
dan untuk menyewa mobil ATV tarifnya adalah sekitar Rp 50.000,hingga Rp 100.000,- per setengah jam. 8. Rabu, 23 Januari 2019 pukul 14.00 – 15.30 WIB Omah Oblong Jogja T – Shirt Guna menjaga originalitas pabrik mendisplay hampir semua sketsa dari karya seni murni yang mereka repro untuk mengetahui bahwa yang mereka bikin bukan duplikat yang tanpa ada pertanggung jawaban keaslian dan serta seni yang mereka tuangkan pada kaos tersebut. Itu yang menjadikan mereka beda dari t-shirt yang lain di INDONESIA mereka juga menyeragamkan Harga di semua gerai "OMAH OBLONG JOGJA TSHIRT" yang sudah menjadikan mereka IKON dalam berjualan sehingga
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
24
bisa mengantisipasi terjadinya harga yang dinaikkan tanpa memandang efek jera dari para pelanggan yang terhormat. Mereka juga menetapkan diri sebagai KAOS BUDAYA JOGJA yang jujur dalam berjualan.Selain itu mereka juga akan lebih ekspresif,inovatif serta tidak menutup kemungkinan mengambil tema yang sedang in tetapi mereka tidak melenceng dengan konsep mereka dengan mengedepankan BUDAYA yang menjadi dasar sebagai "IKONIK KAOS BUDAYA JOGJA". Sehingga semua jenis barang yang mereka produksi secara otomatis harus mengedepankan kwalitas. Semua barang yang produksi harus mengedepankan kenyamanan dan kejujuran itulah semboyan kami. Melakukan bersih-bersih dalam artian ingin mengedepankan kejujuran atas produksi yang notabenenya tidak atau jarang dilakukan oleh produsen-produsen yang beredar di luar (PE dia bilang TC.. TC mereka bilang Katun.Katun kardet umumnya kata-kata tersebut disulap menjadi Combed...) Sedang untuk produksi kita memakai bahan katun supersoft dengan benang rajut 24s. Ini merupakan perbaikan-perbaikan yang berikan agar benar-benar bisa mengukuhkan serta meyakinkan bahwa PRODUK DALAM NEGERI tidak kalah bagusnya dengan LUAR NEGERI. Sehingga BISA BANGGA DENGAN PRODUK DALAM NEGERI (AKU CINTA PRODUK SENDIRI). Untuk menambah keyakinan terhadap kwalitas dan keberadaan dari produksi serta jaminan demi jaminan telah membuktikan diri sebagai "PEMECAH REKOR MURI" kategori pembuatan kaos terbesar dengan besar 44 meter dan 36 meter serta LUKISAN yang dilukis asli 1 pelukis sebesar 22 meter ). Dimana dengan membeli kaos "JOGJA T-SHIRT", maka anda cinta akan Budaya Indonesia terutama Budaya kota Jogja. Karena setiap Rp.
200,-
per-potong
yang
terjual,
akan
disumbangkan
untuk
pengembangan seni & budaya di kota Yogyakarta. Bahan : Katun Supersoft dengan benang rajut 24s Warna : Hitam, Putih, Merah Cerah, Merah Maroon, Biru, & Abu-abu Ukuran: S, M, L, XL, & XXL
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
25
Harga satuan kaos jogja sesuai ukuran berkisar :
S
: Rp 40.000,-/pcs
M
: Rp 45.000,-/pcs
L
: Rp 50.000,-/pcs
XL
: Rp 55.000,-/pcs
9. Kamis, 24 Januari 2019 pukul 08.30 – 12.00 WIB Gerabah Wedi Tujuan Usaha Kerajinan Gerabah Berdasarkan informasi dari pengrajin gerabah di Desa Melikan Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten tujuan didirikannya industri kerajinan gerabah semula hanya melanjutkan usaha nenek moyang dan sebagai mata pencaharian sampingan, sekarang sebagai mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, untuk mencapai keuntungan seperti industri lainnya, untuk membuka lapangan kerja dan membantu dalam memajukan perindustrian di Indonesia. Pemilik industri kerajinan berpendapat lebih baik menciptakan lapangan kerja daripada mencari kerja. Oleh karena itu dengan adanya usaha industri kerajinan di Desa Melikan sangat berarti bagi masyarakat Desa Melikan. Mereka yang sudah lulus Sekolah Menengah Pertama atau lulus Sekolah Menengah Umum maupun kejuruan mereka ikut bekerja sebagai pengrajin, sehingga tingkat pengangguran bisa diminimalisir. Teknologi Peralatan yang digunakan untuk memproduksi gerabah berupa: mesin penggiling tanah liat (molen), perbot miring dan perbot datar, tungku sebagai alat pembakaran. Keistimewaan dari gerabah yang ada di Desa Melikan adalah teknik pembuatannya yang menggunakan teknik “Perbot Miring” atau “Pelarik”. Teknik yang digunakan adalah dengan
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
26
putaran miring, yang menempatkan posisi lempengan sebagai alat putar condong 45 derajat ke depan. Posisi inilah yang kemudian menghasilkan produk gerabah yang kecil dan pendek. Sistem pembakaran semua gerabah yang sudah kering kemudian dibakar. Pembakaran ini dilakukan di tempat yang khusus untuk membakar. Tempat pembakaran ini berbentuk seperti sumur dengan diameter kira-kira 5 meter, dengan empat lubang di sekelilingnya. Keempat lubang ini digunakan untuk memasukan kayu pada awal pembakaran (“nyugoni”). Ketinggian dari tungku pembakaran ini kirakira 1,25 meter. Gerabah yang dibakar disusun dalam tungku pembakaran dengan diberi jerami dan sampah atau uwuh dengan diganjal dengan kayu yang dipotong kecilkecil (“trenjel”). Sekarang sistem pembakaran tungku berbahan bakar minyak tanah dan menggunakan listrik sehingga lebih efisien dan hasilnya maksimal. Proses produksi pembuatan gerabah melalui empat tahap, yaitu: pengolahan tanah untuk dibuat tanah liat, pembuatan produk gerabah itu sendiri, penyelesaian (finishing), dan pembakaran produk. Untuk proses produksi tidak mengalami perubahan, hanya alat pembakarannya yang mengalami kemajuan dan itupun belum semua menggunakannya. Hasil Produksi Hasil produksi gerabah tradisional berupa wajan, celengan, kendi, dan anglo (keren), mulai tahun 1990 pengrajin gerabah di Desa Melikan mulai melakukan berbagai tambahan dan Inovasi-inovasi yang diharapkan akan menghasilkan karya seni tinggi. Hasil produksi mulai tahun 1990 bertambah berupa guci, pot dan macam-macam souvenir dalam berbagai ukuran, ada pula gerabah yang dimodifikasi dengan bahan rotan, sehingga hasil produksinya pun semakin mempunyai nilai seni tinggi dan menarik, ada pula yang dicampur dengan bahan tertentu warna hitam, untuk kemudian menjadi kerajinan bernama tamarin. Sekitar 100 item gerabah dari berbagai model bisa dijumpai di daerah Melikan. Sehingga produk
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
27
industri kerajinan gerabah Desa Pager Jurang, Kecamatan Melikan, Kabupaten Klaten, banyak diminati wisatawan mancanegara dari Argentina, Saudi Arabia, Australia, dan Kanada (Informasi: Kepala Dinas Pariwisata Klaten, Sugiarjo Sapto Adji). Pemasaran Hasil Produksi a) Daerah Pemasaran Produk gerabah di Desa Melikan dipasarkan di berbagai daerah dan berbagai negara. Di daerah (di sekitar Desa Melikan) seperti Bayat, merupakan daerah pemasaran yang sangat tepat karena terdapat objek wisata Makam Sunan Pandanaran yang ada di Bayat. Gerabah ini dijadikan sebagai ciri khas daerah dan sebagai kenangkenangan. Selain daerah Bayat, daerah pemasaran lain yang masih di dalam satu kabupaten adalah: Wedi, Trucuk, Delanggu, Cawas dan Kota Klaten. Pemasaran di luar daerah (dalam hal ini di luar Kabupaten Klaten) meliputi: Yogyakarta, Surakarta, Magelang, Purwokerto dan Jakarta. Untuk pemasaran keluar negeri (ekspor) ke beberapa negara yaitu Australia, Jepang, Amerika Serikat, Swiss (yang melakukan ekspor langsung baru seorang pengusaha yaitu Bapak Trianto). b) Cara-cara Penyaluran Cara-cara penyaluran produk gerabah Desa Melikan, antara lain: Didatangi oleh pedagang setempat yaitu didatangi oleh orang setempat yang akan menjual ke dalam daerah maupun keluar daerah. Didatangi oleh pedagang dari luar daerah, yaitu pedagang tersebut merupakan orang dari luar daerah untuk membeli produk dari para pengrajin untuk dijual lagi. Para pengrajin gerabah menjual sendiri ke pasar terdekat. Pengrajin menjual keluar daerah, baik sebagai penjual menetap maupun sebagai penjual keliling. Mengirim pesanan sesuai pesanan setelah sebelumnya ada kesepakatan jenis gerabah, jumlah yang dipesan dan harga.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
28
Harga Harga gerabah dari tahun ketahun mengalami kenaikan hal ini karena biaya produksi berupa bahan baku, bahan penolong, dan upah tenaga kerja juga selalu mengalami kenaikan. Harga gerabah masingmasing produk dari para pengrajin berbeda tergantung variasi jenis gerabah. Harga gerabah antara Rp.1.500,0-Rp.1.000.000,00. Harga produk ekspor dengan harga khusus dan menggunakan standar dollar. 10. Kamis, 24 Januari 2018 pukul 13.30 – 16.30 WIB Wisata Tebing Breksi Tebing Breksi belum genap dua tahun menjadi objek wisata, yang dibuka sejak Mei 2015 untuk para wisatawan. Lokasi wisata ini langsung menjadi objek wisata favorit banyak orang terutama bagi mereka anakanak muda yang mulai mempublish tempat ini melalui media sosial mereka. Sebelum jadi lokasi wisata, Tebing Breksi hanyalah tebing-tebing bebatuan. Tak ada keindahan yang menarik wisatawan. Hanya tampak alam liar yang dieksploitasi manusia dengan cara penambangan. "Dulunya ini tambang batu biasa terus sering diteliti mahasiswa. Ini ternyata endapan abu vulkanik purba," kata Ketua Pengelola Tebing Breksi, Kholiq Widiyanto, saat ditemui merahputih.com di Sambirejo, Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (15/12). Penambangan batu sudah dimulai sejak lama. Kholiq tidak dapat memperkirakan kapan dimulainya terjadi penambangan batu. Menurutnya, penambangan dilakukan warga sekitar Prambanan beserta warga di luar Prambanan untuk kebutuhan ekonomi. Namun, sejak tahun 2005, kawasan tebing mulai telantar. Di tengah telantarnya Tebing Breksi, warga sekitar sesekali berdatangan di waktu sore. Tujuannya, sekadar menikmati senja di puncak tebing. Sebagian besar mereka adalah remaja, karena pesona alam di puncak tebingnya menyuguhkan panorama Gunung Merapi dan Merbabu dari kejauhan.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
29
Dari situlah, warga sekitar Sambirejo mulai berpikir bahwa kawasan tersebut layak dikelola sebagai tempat wisata. Satu per satu diperbaiki, ditata, hingga dibentuk kelompok pengelola wisata Tebing Breksi. Tebing pun "disulap" jadi karya seni yang indah. Memanfaatkan seniman lokal Yogyakarta, tebing pun dipahat membentuk karya seni berupa tokoh-tokoh pewayangan. Anak tangga dan lokasi pertunjukan seni dibangun. Semua dilakukan untuk memanjakan atau menjadi daya tarik wisatawan.
11. Jumat, 25 Januari 2019 pukul 10.00-12.00 Batik Gunawan Setiawan, Solo
12. Jumat, 25 Januari 2019 pukul 16.00-17.30 Candi Prambanan Candi
Prambanan atau Candi
Roro
Jonggrang adalah
kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu
yaitu Brahma sebagai
dewa
pencipta, Wishnu sebagai
dewa
pemelihara, dan Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama
asli
Sanskerta yang
kompleks
bermakna
candi 'Rumah
ini
adalah Siwagrha (bahasa
Siwa'),
dan
memang
di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan. Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan,
Klaten, kurang
lebih
17
kilometer
timur
laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang,
persis
di
perbatasan
antara provinsi Jawa
Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan,
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
30
Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten. Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh dunia. Pembangunan Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai
Pikatan sebagai
tandingan
candi
Buddha Borobudur dan
juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya
wangsa Sailendra cenderung
lebih
mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa. Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
31
Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya (Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').[6] Dalam prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi pendamping). Beberapa
arkeolog
berpendapat
bahwa arca Siwa
di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta dia. Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga
bahwa
ratusan
pendeta brahmana dan
murid-muridnya
berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
32
Penemuan kembali Penduduk lokal warga Jawa di sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang. Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap telantar hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak serius dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah menyuburkan praktik penjarahan ukiran dan batu candi. Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arcaarca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara warga pribumi menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan fondasi rumah. Pemugaran Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya
dimulai
pada
tahun
1930-an.
Pada
tahun 1902-
1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
33
Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993. Upaya restorasi terus menerus dilakukan bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada
tahun
1953
dan
Republik Indonesia Sukarno.
diresmikan
oleh
ada
candi
bagian
Presiden yang
pertama direstorasi,
menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direstorasi apabila minimal 75% batu asli masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak fondasinya saja. Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian candi Prambanan tengah direstorasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung. Peristiwa Kontemporer Pada awal tahun 1990-an pemerintah memindahkan pasar dan kampung yang merebak secara liar di sekitar candi, menggusur kawasan perkampungan dan sawah di sekitar candi, dan memugarnya menjadi taman purbakala. Taman purbakala ini meliputi wilayah yang luas di tepi jalan raya Yogyakarta-Solo di sisi selatannya, meliputi seluruh kompleks candi Prambanan, termasuk Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Sewu di sebelah utaranya. Pada tahun 1992 Pemerintah Indonesia Perusahaan milik negara, Persero PT Taman Wisata Candi Borobudur,
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
34
Prambanan, dan Ratu Boko. Badan usaha ini bertugas mengelola taman wisata purbakala di Borobudur, Prambanan, Ratu Boko, serta kawasan sekitarnya. Prambanan adalah salah satu daya tarik wisata terkenal di Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan dalam negeri ataupun wisatwan mancanegara. Tepat di seberang sungai Opak dibangun kompleks panggung dan gedung pertunjukan Trimurti yang secara rutin menggelar pertunjukan Sendratari Ramayana. Panggung terbuka Trimurti tepat terletak di seberang candi di tepi Barat sungai Opak dengan latar belakang Candi Prambanan yang disoroti cahaya lampu. Panggung terbuka ini hanya digunakan pada musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan, pertunjukan dipindahkan di panggung tertutup. Tari Jawa Wayang orang Ramayana ini adalah tradisi adiluhung keraton Jawa yang telah berusia ratusan tahun, biasanya dipertunjukkan di keraton dan mulai dipertunjukkan di Prambanan pada saat bulan purnama sejak tahun 1960an. Sejak saat itu Prambanan telah menjadi daya tarik wisata budaya dan purbakala utama di Indonesia. Setelah pemugaran besar-besaran tahun 1990-an, Prambanan juga kembali menjadi pusat ibadah agama Hindu di Jawa. Kebangkitan kembali nilai keagamaan Prambanan adalah karena terdapat cukup banyak masyarakat penganut Hindu, baik pendatang dari Bali atau warga Jawa yang kembali menganut Hindu yang bermukim di Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya. Tiap tahun warga Hindu dari provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta berkumpul di candi Prambanan untuk menggelar upacara pada hari suci Galungan, Tawur Kesanga, dan Nyepi. Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan kekuatan 5,9 pada skala Richter (sementara United States Geological Survey melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala Richter) menghantam daerah Bantul dan sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan kematian pada penduduk sekitar. Gempa ini berpusat pada patahan
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
35
tektonik Opak yang patahannya sesuai arah lembah sungai Opak dekat Prambanan. Salah satu bangunan yang rusak parah adalah kompleks Candi Prambanan, khususnya Candi Brahma. Foto awal menunjukkan bahwa meskipun kompleks bangunan tetap utuh, kerusakan cukup signifikan. Pecahan batu besar, termasuk panil-panil ukiran, dan kemuncak wajra berjatuhan dan berserakan di atas tanah. Candi-candi ini sempat ditutup dari kunjungan wisatawan hingga kerusakan dan bahaya keruntuhan dapat diperhitungkan. Balai arkeologi Yogyakarta menyatakan bahwa diperlukan waktu berbulan-bulan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang diakibatkan gempa ini. Beberapa minggu kemudian, pada tahun 2006 situs ini kembali dibuka untuk kunjungan wisata. Pada tahun 2008, tercatat sejumlah
856.029
wisatawan
Indonesia
dan
114.951
wisatawan
mancanegara mengunjungi Prambanan. Pada 6 Januari 2009 pemugaran candi Nandi selesai. Pada tahun 2009, ruang dalam candi utama tertutup dari kunjungan wisatawan atas alasan keamanan. 13. Sabtu, 26 Januari 2019 pukul Pasar Beringharjo dan Malioboro
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
36
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MUSI RAWAS STIE-MURA LUBUKLINGGAU SK. MENDIKBUD No. 146/D/O/1999 STATUS TERAKREDITASI
LAPORAN OBSERVASI PASAR
Dosen Pembimbing Lapangan : Eri Tri Haryati, SE, M.Si
No
Nama
Nama Pasar
Mahasiswa 1
Pasar Malioboro
Peluang
Kendala yang
Pasar
dihadapi
Memberikan
Persaingan
Zaliadi Ariansyah Pedagang Sandal
jaminan
mengenai
Rika Ramadhani
produk yang
harga yang
lebih awet
ditawarkan
dan tahan
dengan
lama dari
pedagang yang
pedagang
sama
(Mas Budi)
yang sama 2
Aulia Tri Rizky
Malioboro
Memberikan
Banyaknya
Khairunnisah
Toko Batik
kualitas yang
pesaing
terjamin
pedagang batik
dengan harga
lain yang
yang telah
menjual harga
ditentukan
lebih murah.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
37
3
Mayang Sari
Pasar Beringharjo Menawarkan
Banyaknya
Ayu Mandira
Pedagang Batik
pesaing
harga yang relatif lebih murah dari pedagang lain
5
Siska Maria
Pasar Beringharjo Menciptakan
Persaingan
Desty Widya A.
Pedagang
kreativitas
mengenai
Souvenir ( Mas
sendiri untuk
harga yang
Dedy)
mampu
ditawarkan
bersaing di
dengan
pasar
pedagang yang sama
6
Nani Septiyanti
Pasar Beringharjo Memberikan
Tidak ada
Ikke Kurnia Sari
Pedagang Bakpia
harga yang
kendala karena
( Ibu Sarinah )
lebih murah
harga sudah
dari pedangan
ditentukan
yang lain
masing-msing penjual dengan standar kualitas barang yang dijual
8
9
Ristina komariah
Pasar Malioboro
Memberikan
Banyaknya
Riana Manda S.
Pedagang Baju
kualitas yang
pesaing dan
Susi Susanti
Kaos
terjamin dan
semakin
( Ibu Sri )
harga
sepinya
terjangkau
pelanggan
Niken
Pasar Malioboro
Menjual buah
Tingkat
Sisil
Pedagang Buah
dengan
pesaing yang
( Pak Ranto)
kuaitas yang
tinggi seperti
baik dan mutu
Supermarket
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
38
terjaga beda
ang juga
dengan
menjual buah
penjual lain 10
Trichia
Pasar Malioboro
Mampu
Banyaknya
Desti Santika
Pedagang
menciptakan
pesaing yang
Accecoris
inovasi dan
menjual
kreativitas
barang yang
yang lain dari
sama dan
pesaing
persaingan penurunan harga dipasar
14. Sabtu, 27 Januari 2019 pukul 08.00 – 12.00 WIB Wisata belanja Oleh-oleh Khas Bakpia Jogja Sejarah singkat Bakpia Djava Lahir di kampung Pathuk pada tahun 1970-an, bakpia pada mulanya hanyalah industri rumahan. Seluruh proses produksi dilakukan dengan sederhana, mulai dari pemilihah bahan, proses pembuatan, hingga pengemasan, semua dilakukan secara manual dengan kapasitas produksi terbatas. Makanan asal daerah tiongkok ini, pada saat itu masih dijajakan dengan cara berkeliling kampung dan orang perorang. Seiring berjalannya waktu, kemudian bakpia semakin populer, serta makin banyak dikenal oleh masyarakat luas, ditambah dengan akulturasi budaya menjadikan makanan yang memiliki nama asli Tou Luk Pia ini tidak saja dibeli warga keturunan Tionghoa, tapi juga digemari masyarakat jawa yang tinggal di Yogyakarta. Hingga kemudian kelezatan bakpia terdengar sampai ke berbagai penjuru tanah air, serta mampu mengundang para pelancong untuk datang dan berkunjung. Baik dari hanya melirik, mencicipi hingga
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
39
kemudian membeli makanan ini, dan kemudian dijadikan sebagai oleholeh khas dari Yogyakarta. Bakpia Djava Pada tahun 2000, Bakpia Djava kemudian mendirikan sebuah toko di Kp. Pathuk dan berlamat di Jl. KS. Tubun no. 93, yang disebabkan oleh banyaknya permintaan makanan ini dari berbagai pihak, hingga akhirnya membuat
Bakpia
Djava
menghentikan
penjualan
bakpia
secara
mengelilingi kampung. Berbeda dengan toko lain yang merahasiakan dapurnya, Bakpia Djava justru membuka lebar pintu dapur bagi para pembeli. Sebagai raja, pembeli bisa dapat melihat seluruh proses pembuatan hingga akhirnya bakpia tersaji dalam kemasan. Dengan mempertahankan resep tradisional tempo dulu yang merupakan ciri khas dari Bakpia Djava sekaligus menjaga citra rasa, membuat Bakpia Djava semakin diburu baik oleh perorangan, keluarga, wisatawan serta instansi- instansi pemerintahan. Dikarenakan ingin selalu dapat memuaskan konsumen, maka pada tahun 2008 Bakpia Djava kemudian membangun sebuah toko baru yang beralamat di Jalan Laksda Adi Sucipto kilometer 8,5. Berdiri tak jauh dari ring road utara dan berada di jalur utama menuju bandara, Bakpia Djava kini memberi kemudahan kepada para pembeli yang memiliki keterbatasan waktu. Sedangkan bagi wisatawan, toko inipun memberikan kenyamanan karena tempatnya yang luas, sehingga wisatawan perorangan, keluarga, serta rombongan dapat lebih leluasa dalam memilih oleh- oleh yang akan merek pilih. Untuk wistawan rombongan secara periodik, Bakpia Djava memberi sambutan yang unik, beragam tradisi yang menjadi ke- istimewaaan kota Yogyakarta pun tampil disini, mulai dari prajurit keraton hingga kesenian tradisional bergantian menyambut dan menemani para wisatawan yang berkunjung. Bertujuan bukan sekedar untuk menghibur, namun memang Bakpia Djava selalu
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
40
melibatkan pelaku seni tradisi dalam berbagai acara karena memiliki komitmen untuk menjaga agar seni tradisi tidak punah. Menjadi produsen bakpia, menempatkan Bakpia Djava sebagai pilar utama penjaga makanan khas sekaligus ikon kota Yogyakarta, tugas ini diperankan Bakpia Djava dengan mengenalkan bakpia kepada anakanak dari sejak dini. Bakpia Djava memberikan kesempatan kepada sekolah untuk menjadikan toko sebagai kelas, tempat bagi siswa belajar mengenal, membuat, dan memasarkan bakpia. Harapannya agar sejak dini anak- anak telah mengenal bakpia, dan terus mencintainya sebagai makanan khas Yogyakarta. Keuntungan berbelanja di Bakpia Djava dibandingkan dengan tempat lain adalah bakpianya masih fresh, harganya lebih terjangkau dan merupakan ciri khas daerah tersebut yang masih terjaga. Dampak positif pusat oleh- oleh tersebut terhadap masyarakat sekitarnya adalah masyarakatnya lebih banyak mendapatkan lapangan pekerjaan dari pusat oleh- oleh tersebut, misalkan pusat oleh- oleh tersebut membutuhkan karyawan atau tenaga kerja yang untuk memperlancar kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi. Bakpia Djava dan Rekor Muri Pada tanggal 12 Juni 2010 yang lalu, Bakpia Djava membuat bakpia raksasa dengan diameter 2,6 meter dengan garis lingkar 8,25 meter dan memiliki berat dua ton. Acara ini di selenggarakan di monumen serangan umum satu maret, pembuatan bakpia raksasa ini melibatkan 29 juru masak dengan oven yang di rancang khusus. Berbagai komunitas dan warga turut meramaikan acara ini hingga akhirnya Museum Rekor Indonesia (MURI) menganugerahi karya ini dengan mencatatnya di buku rekor sebagai bakpia terbesar pertama di Indonesia. Selain itu, MURI juga mencatat rekor makan bakpia massal dengan jumlah terbanyak, yakni 1300
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
41
orang yang dilakukan pada saat bersamaan dengan pembuatan bakpia raksasa.
15. Minggu, 28 Januari 2018 pukul 10.00 – 12.30 WIB Wisata Borobudur Pada abad ke-3 sampai abad ke-5 M, agama Hindu dan Buddha mulai menyebar di Asia Tenggara, termasuk di Nusantara.Zaman prasejarah di Indonesia pun berakhir kala prasasti pertama ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta oleh berbagai kerajaan Hindu di Indonesia.Pada tahun 732 M, menurut prasasti Canggal, Raja Sanjaya yang beragama Hindu-Siwa mendirikan Kerajaan Medang di Jawa Tengah. Mereka membangun banyak candi, lingga, tempat pemujaan bercorak India-Jawa.Kemudian, pengaruh agama Buddha mulai memasuki zaman keemasannya di Nusantara.Raja-raja Medang berikutnya memeluk agama Buddha.Mereka menamakan diri sebagai Wangsa Syailendra. Pembangunan Candi Borobudur dibangun di daerah Kedu pada tahun 750-825 M oleh
Wangsa
pemerintahan
Syailendra.Pembangunannya Rakai
Panangkaran
dan
dimulai
dari
masa
dituntaskan
pada
masa
pemerintahan Smaratungga.Pembangunan Borobudur memakan waktu 75 tahun.Periode pembangunan candi ini hampir bersamaan dengan pembangunan Candi Sewu di Dataran Prambanan bersama dengan candicandi Hindu lainnya, yang menunjukkan kerukunan hidup di antara umat beragama pada zaman itu.Menurut legenda, arsitek Candi Borobudur bernama Gunadharma, yang berasal dari India.Figur wajah Gunadharma konon bisa dilihat dari lekuk Bukit Menoreh tak jauh dari Candi Borobudur.Arsitektur Borobudur merupakan perpaduan budaya India dan Jawa yang harmonis dan merupakan mahakarya dunia. Pada tahun 792 M, Raja Smaratungga mendirikan wihara Buddhis bernama Abhayagiri di puncak bukit situs yang saat ini dikenal dengan
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
42
nama Kompleks Ratu Boko. Raja dibantu oleh para biksu Sri Lanka dari wihara Abhayagiri di Sri Lanka. Pada tahun 824 M, Raja Smaratungga dan putrinya Pramodawardhani memasang citra dewa-dewi di wihara Buddhis bernama Weluwana (Hutan Bambu) yang diperkirakan ada di sekitar Borobudur, yakni lokasi yang kini dikenal sebagai Candi Mendut. Tahap Pembangunan Pembangunan Borobudur berlangsung selama 75 tahun dengan upaya kolosal.Pembangunan candi ini tidak dibangun secara terus-menerus dan mulus, namun melalui berbagai tahapan pembangunan serta berbagai rintangan sehingga mengubah struktur candi menjadi bangunan seperti sekarang. a) Tahap pertama: Candi Borobudur dibangun dengan menggunakan tanah padat bukit sebagai pondasinya, sehingga tidak seluruhnya menggunakan batu andesit sehingga membentuk cangkang batu andesit. Pada tahap awal, bagian atas bukit disiangi dan diratakan, kemudian pelataran datar diperluas.Struktur candi sampai galeri tingkat kedua telah dibuat sehingga masih tampak seperti piramida berundak. b) Tahap kedua: Terjadi pemugaran bangunan secara penuh, penambahan material batu baru, mulai dari tingkat kedua. Terjadi longsor di bagian utara candi.Lalu teras lingkar atau bagian puncak candi mulai dibangun namun masih tanpa stupa. c) Tahap ketiga: Kaki candi dibangun untuk menghentikan longsor, sehingga menutupi relief Mahakarmawibhanga. Kaki candi yang besar dan lebar dibangun untuk memperkuat struktur candi yang terlalu ramping. Di teras lingkar puncak dibangun tiga teras lingkar dengan stupa-stupa kecil. d) Tahap keempat dan kelima: Perbaikan monument tanpa perubahan terhadap rancang bangun. Pelebaran kaki candi, renovasi,
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
43
penambahan relief baru di lantai pertama.Renovasi candi masih dilakukan sampai abad ke-13. Pasca-Pembangunan Pada tahun 832, Rakai Pikatan yang beragama Siwa, bertakhta setelah menikahi Ratu Syailendra bernama Sri Kahulunan.Rakai Pikatan memberikan sumbangan ke berbagai candi dan wihara Buddhis, termasuk untuk pembangunan Candi Plaosan, namun mengerahkan sebagian besar sumber
daya
kerajaan
untuk
membangun
kompleks
Candi
Prambanan.Pemerintahan Rakai Pikatan tidak sepenuhnya damai.Catatan prasasti menyiratkan perang saudara melawan Pangeran Syailendra bernama Balaputradewa.Pada tahun 850-an, Rakai Pikatan menang dan menguasai pulau Jawa.Balaputradewa menyingkir ke Sumatra dan menjadi Raja Sriwijaya. Terkubur Dalam Waktu Peradaban Jawa Tengah sendiri tidak lagi subur.Tiada prasasti lainnya yang dipahat setelah tahun 928 M ataupun ada sisa wihara lainnya baik Buddhis maupun Hindu yang dibangun di daerah Kedu.Penyebab berhentinya
peradaban
yang
tinggi
ini
sampai
sekarang
tidak
diketahui.Peradaban lainnya berangsur-angsur muncul di Jawa Timur, namun tidak lagi membangun monumen atau candi dengan skala yang pernah dilakukan di Jawa Tengah sampai abad ke-9. Pada kurun 928 dan 1006, Raja Mpu Sindok memindahkan ibu kota kerajaan Medang ke kawasan Jawa Timur. Dua kisah Babad Jawa yang ditulis pada abad ke-18 menyebutkan nasib buruk yang dikaitkan dengan monumen ini.Menurut Babad Tanah Jawi, monumen ini menjadi menjadi tempat pertahanan Ki Mas Dana, pemberontak Pakubuwono I, raja Kesultanan Mataram pada tahun 1709.Disebutkan bahwa bukit "Redi Borobudur" dikepung dan para pemberontak dikalahkan dan dihukum mati oleh raja.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
44
Penemuan Kembali Sejak tahun 1811 sampai 1816 Jawa dikuasai oleh Inggris.Kepala administrasi kolonial saat itu adalah Sir Thomas Stamford Raffles, yang berkedudukan di Jakarta. Namun Raffles sering bepergian ke seluruh pulau karena minat besarnya terhadap sejarah Jawa. Pada kunjungan inspeksinya di Semarang tahun 1814, ia dikabari mengenai adanya sebuah monumen besar jauh di dalam hutan dekat Desa Bumisegoro. Karena berhalangan dan tugasnya sebagai Gubernur Jenderal, ia tidak dapat pergi sendiri untuk mencari bangunan itu dan mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki keberadaan bangunan besar ini. Dalam kurun dua bulan, Cornelius beserta 200 bawahannya menebang pepohonan dan semak belukar yang tumbuh di bukit Borobudur dan membersihkan lapisan tanah yang mengubur candi ini. Karena ancaman longsor, ia tidak dapat menggali dan membersihkan seluruh bangunan. Ia melaporkan penemuannya kepada Raffles, termasuk menyerahkan berbagai gambar sketsa candi Borobudur. Meskipun penemuan ini hanya menyebutkan beberapa kalimat, Raffles dianggap berjasa atas penemuan kembali serta menarik perhatian dunia atas keberadaan monumen yang pernah terkubur ini. Pada tahun 1842, Hartmann menyelidiki stupa utama dan menemukan isi dalamnya sudah kosong.Sebelumnya Cornelius telah menginformasikan bahwa ada lubang besar di bagian timur stupa utama, yang mungkin dibuat para penjarah harta.Konon Hartmann menemukan arca Buddha dalam stupa utama.Arca Buddha itu seukuran arca lainnya di Candi Borobudur, namun tidak rampung, buruk, dan salah satu lengannya lebih pendek dari yang lainnya.Namun ketidaksempurnaan ini justru melambangkan Adhi Buddha yang kesempurnaannya melampaui semua penggambaran.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
45
Pemerintah Hindia Belanda menugaskan F.C. Wilsen, seorang insinyur teknik angkatan bersenjata Belanda untuk menggambar seluruh relief dan struktur Borobudur.Ia mempelajari monumen ini dan menggambar ratusan sketsa relief. J.F.G. Brumund juga ditunjuk untuk melakukan
penelitian
lebih
terperinci
atas
monumen
ini,
yang
dirampungkannya pada tahun 1859. Pada tahun 1873, monografi pertama dan penelitian lebih rinci mengenai Candi Borobudur diterbitkan, dilanjutkan edisi terjemahannya dalam bahasa Perancis setahun kemudian.Foto pertama monumen ini diambil pada tahun 1873 oleh ahli fotografi Belanda, Isidore van Kinsbergen.Untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, publikasi umum mengenai Candi Borobudur akhirnya diabadikan di atas kertas setelah 28 tahun upaya pengerjaan. Pemugaran Van Erp Pada tahun 1900, Pemerintah membentuk komisi yang terdiri dari tiga pejabat untuk meneliti monumen ini: Brandes, seorang sejarawan seni, Theodoor van Erp, seorang insinyur angkatan bersenjata Belanda, dan Van de Kamer, insinyur ahli konstruksi bangunan dari Departemen Pekerjaan Umum. Pada tahun 1902, komisi ini mengajukan proposal tiga langkah rencana pelestarian Borobudur kepada Pemerintah.Pertama, struktur candi yang miring memiliki bahaya roboh.Karena itu, sudut-sudut bangunan diperkuat, menegakkan dinding miring di teras pertama, memperbaiki gerbang, relung, dan stupa, termasuk stupa utama.Kedua, kondisi yang dipugar harus dipelihara oleh pengawasan dan perawatan intensif, memperbaiki sistem drainase ke lantai teras dan saluran pembuangan.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
46
Pemugaran dilakukan pada kurun 1907 dan 1911, dipimpin Theodoor van Erp.Tujuh bulan pertama dihabiskan untuk melakukan penggalian di sekitar candi untuk mengumpulkan batu candi.Penggalian juga menemukan banyak arca dan potongan relief. Melihat banyaknya batu candi yang ditemukan dalam proses penggalian, Van Erp mengajukan pemugaran dengan skala lebih besar pada tahun 1908, dan mendapat persetujuan dengan anggaran tambahan sebesar 34.600 gulden. Dengan anggaran ini, Van Erp tidak sekadar memperbaiki sebagian, namun bisa memperbaiki tembok luar teras pertama, pipa pembuangan air ke lereng bukit, tangga di teras galeri, beberapa gerbang, dan sebagian besar relung arca dengan stupa yang cocok. Pemugaran UNESCO Pada akhir 1960-an, Pemerintah Indonesia telah mengajukan permintaan kepada masyarakat internasional untuk pemugaran besarbesaran demi melindungi monumen ini.Pada tahun 1973, rencana induk untuk memulihkan Borobudur dibuat.Pemerintah Indonesia dan UNESCO mengambil langkah untuk perbaikan menyeluruh monumen ini dalam suatu proyek besar antara tahun 1975 sampai tahun 1982. Pondasi diperkokoh dan segenap 1.460 panel relief dibersihkan. Pemugaran ini dilakukan dengan membongkar seluruh lima teras bujur sangkar dan memperbaiki sistem drainase dengan menanamkan saluran air ke dalam monumen. Lapisan saringan dan kedap air ditambahkan. Proyek kolosal ini melibatkan 600 orang untuk memulihkan monumen dan menghabiskan biaya total sebesar 6.901.243 dollar AS. Setelah renovasi, UNESCO memasukkan Candi Borobudur ke dalam daftar Situs Warisan Dunia No. 592 pada tahun 1991. Peristiwa Terkini Pada tanggal 21 Januari 1985, sembilan stupa mengalami kerusakan akibat serangan bom yang didalangi Husein Ali Al Habsyie,
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
47
seorang penceramah tunanetra yang ekstrem. Pada tahun 1991, ia dihukum penjara seumur hidup karena berperan sebagai otak serangkaian serangan bom pada pertengahan dasawarsa 1980-an, termasuk serangan atas Candi Borobudur. Pada 2003, penduduk dan wirausaha skala kecil di sekitar Borobudur menggelar pertemuan dan protes dengan pembacaan puisi, menolak rencana pemerintah provinsi yang berencana membangun kompleks mal berlantai tiga yang disebut "Java World". Pada 27 Mei 2006, gempa berkekuatan 6,2 skala Richter mengguncang
pesisir
selatan
Jawa
Tengah.
Bencana
alam
ini
menghancurkan kawasan dengan korban terbanyak di Yogyakarta, akan tetapi Borobudur tetap utuh. Pada bulan November 2010, Gunung Merapi meletus.Debu vulkanik dari Merapi menutupi kompleks candi yang berjarak 28 kilometer dari kawah Merapi. Lapisan debu vulkanik mencapai ketebalan 2,5 centimeter menutupi bangunan candi pada letusan 3-5 November 2010, debu juga mematikan tanaman di sekitar, dan para ahli mengkhawatirkan debu vulkanik yang secara kimia bersifat asam dapat merusak batuan bangunan bersejarah ini. Kompleks candi ditutup 59 November 2010 untuk membersihkan hujan debu.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
48
BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Setelah melakukan Praktek Kerja Lapangan Di Yogyakarta dapat diketahui bahwa kondisi perekonomian Yogyakarta sangat maju dan berkembang pesat. Hal ini tidak terlepas dari destinasi Wisata di Yogyakarta juga sangat indah dan menarik untuk di kunjungi, seperti yang telah kami kunjungi yaitu Pasar Malioboro, pasar Beringharjo dan Candi Borobudur. Dapat dilihat dari kondisi di sekitar tempat tujuan wisata tersebut masyarakat sekitar juga menuai keuntungan dengan adanya destinasi wisata itu . Hal ini dapat dilihat dari banyak sekali pedagang – pedagang yang menjual barang – barang khas jogja yang dapat di beli oleh wisatawan sebagai buah tangan dan juga pedagang yang menjual aneka ragam kuliner khas jogja yang lezat maupun penyedia jasa transportasi seperti becak dan becak motor yang juga ikut menuai keuntungan dari adanya destinasi wisata yang menarik di Yogyakarta. Selain itu kota Yogyakarta juga memiliki pesona tersendiri sehingga menarik banyak sekali minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk
berkunjung,
yang menyebabkan pendapatan
daerah
Yogyakarta pun bertambah. Yogyakarta berhasil mencuri perhatian wisatawan dengan pesona alamnya yang indah dan juga dengan sifat masyarakatnya yang santun.
3.2 SARAN Praktek Kerja Lapangan tahun 2019 sama dari tahun sebelumnya. Karena Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di luar Pulau Sumatera. Peserta Praktek Kerja
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
49
Lapangan tahun 2019 merasa sangat beruntung karena selain bisa menambah wawasan pengetahuan yang lebih luas, peserta Praktek Kerja Lapangan tahun 2018 juga bisa menikmati objek wisata di kota yang dikunjungi. Beberapa hal yang menjadi perhatian agar lebih baik, adalah sebagai berikut : 1. Untuk para peserta PKL agar lebih menjaga kondisi fisik dan menjaga perilaku sesuai aturan sehingga kegiatan PKL tidak terhambat dan tidak mengganggu peserta yang lain. 2. Untuk dosen dan staf agar dapat memberi contoh yang baik kepada mahasiswa dan jangan sibuk sendiri – sendiri serta bersifat lebih perhatian dan bertanggung jawab dalam mengawasi mahasiswa selama PKL. 3. Pihak panitia harus meminimalisir terjadinya perselisihan informasi yang akan disampaikan kepada peserta PKL, sehingga tidak ada kesalahan informasi agar tidak mengganggu dan menghambat kegiatan PKL. 4. Tour Leader yang dipilih untuk mendampingi mahasiswa selama kegiatan harus konsisten dengan jadwal yang telah dibuat sebelumnya. 5. Pada saat kunjungan di objek PKL, harusnya mahasiswa di berikan pemandu wisata atau navigator yang benar – benar memahami daerah serta sejarah dari tempat yang dikunjungi agar mahasiswa dapat menambah wawasan dari objek yang dikunjungi. 6. Kapasitas bus
yang digunakan harus cukup untuk menampung
mahasasiwa, agar tidak ada mahasiswa yang terpisah dari kelompoknya sehingga kunjungan PKL yang dilakukan bisa optimal. 7. Untuk hotel tempat peserta PKL istirahat harus lebih dikoordinasi lagi oleh panitia, untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan yang dapat mengurangi waktu istirahat peserta PKL. 8. Untuk Pihak Tour Travel diharapkan agar menyiapkan segala sesuatu dengan matang agar tidak menimbulkan kejadian yang tak diinginkan.
STIE Musi Rawas Lubuklinggau
50