BAB I KONSEP DASAR A. DEFINISI ARTRITIS REUMATOID Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002). Engram (1998) mengatakan bahwa, Reumatoid arthritis adalah penyakit jaringan penyambung sistemik dan kronis dikarakteristikkan oleh inflamasi dari membran sinovial dari sendi diartroidial. Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006) Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
akhirnya
menyebabkan
kerusakan
bagian
dalam
sendi.(www.medicastore.com) Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta
1
jaringan ikat sendi secara simetris. ( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 ) Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. (Arif Mansjour. 2005 ) Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011). B. KLASIFIKASI ARTRITIS REUMATOID Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu: 1. Reumatoid arthritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 2. Reumatoid arthritis deficit pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu. 3. Probable Reumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2
4. Possible Reumatoid arthritis pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan. C. ETIOLOGI ARTRITIS REUMATOID Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktorfaktor : 1. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor Reumatoid 2. Gangguan Metabolisme 3. Genetik 4. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial) Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigenantibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008). Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;
Jenis Kelamin. Perempuan
lebih
mudah
terkena
AR
daripada
laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1. Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)
3
Riwayat Keluarga. Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga. Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.
D. PATOFISIOLOGI ARTRITIS REUMATOID Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002). Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago
dari sendi.
Pada persendian
ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
4
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).
E. TANDA DAN GEJALA ARTRITIS REUMATOID Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
Nyeri persendian
Bengkak (Reumatoid nodule)
Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
Terbatasnya pergerakan
Sendi-sendi terasa panas
Demam (pireksia)
Anemia
Berat badan menurun
Kekuatan berkurang
Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
Gerakan menjadi terbatas
Adanya nyeri tekan
5
Deformitas bertambah pembengkakan
Kelemahan
Depresi
Gejala Extraartikular :
Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan katub), Pericarditis,Myocarditis
Pada mata : Keratokonjungtivitis,Scleritis
Pada lympa : Lhymphadenopathy
Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
Pada otot : Mycsitis
Adabeberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi. 1. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya. 2. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendisendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang. 3. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selalu kurang dari 1 jam.
6
4. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram. 5. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi
besar
juga
dapat
terserang
dan
mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi. 6. Nodula-nodula reumatoid adalah massasubkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. 7. Manifestasi
ekstra-artikular:
artritis
reumatoid
juga
dapat
menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak. Gejala umum Reumatoid arthritis datang dan pergi, tergantung pada tingkat peradangan jaringan. Ketika jaringan tubuh meradang, penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala penyakit hilang dan orang-orang pada umumnya merasa
7
sehat ketika penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux & Lockhart, 2001). Ketika penyakit ini aktif gejala dapat termasuk kelelahan, kehilangan energi, kurangnya nafsu makan, demam kelas rendah, nyeri otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling sering di pagi hari. Disamping itu juga manifestasi klinis Reumatoid arthritis sangat bervariasi dan biasanya mencerminkan stadium serta beratnya penyakit. Rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk Reumatoid arthritis (Smeltzer & Bare, 2002). Gejala sistemik dari Reumatoid arthritis adalah mudah capek, lemah, lesu, takikardi, berat badan menurun, anemia (Long, 1996). Pola karakteristik dari persendian yang terkena adalah : mulai pada persendian kecil di tangan, pergelangan, dan kaki. Secara progresif mengenai persendian, lutut, bahu, pinggul, siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular. Awitan biasanya akut, bilateral dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki adalah hal yang umum. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu : 1. Stadium sinovitis Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan. 2. Stadium destruksi
8
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. 3. Stadium deformitas Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap. Keterbatasan fungsi sendi dapat terjadi sekalipun stadium pada penyakit yang dini sebelum terjadi perubahan tulang dan ketika terdapat reaksi inflamasi yang akut pada sendi-sendi tersebut. Persendian yang teraba panas, membengkak, tidak mudah digerakkan dan pasien cendrung menjaga atau melinddungi sendi tersebut dengan imobilisasi. Imobilisasi dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kontraktur sehingga terjadi deformitas jaringan lunak. Deformitas dapat disebabkan oleh ketidaksejajajran sendi yang terjadi ketika sebuah tulang tergeser terhadap lainnya dan menghilangkan rongga sendi (Smeltzer & Bare, 2002). Adapun tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi pada lanjut usia menurut Buffer (2010), yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang. F. KOMPLIKASI ARTRITIS REUMATOID 1. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
9
2. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot. 3. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli. 4. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku. 5. Terjadi splenomegali. 6. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat. Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis reumatoid. Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
10
G. KRITERIA DIAGNOSTIK ARTRITIS REUMATOID Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid, Revisi 1987. No Kriteria
Definisi
1
Kekakuan
Kaku pagi hari
pada
persendian
pagi
hari
dan
pada
disekitarnya,
sekurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal 2
Artritis pada 3 daerah
Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurangkurangnya 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi oleh seorang dokter. Dalam
kriteria
ini
terdapat
14
persendian yang memenuhi kriteria yaitu PIP, MCP, pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan MTP kiri dan kanan. 3
Artritis
pada
tangan
persendian Sekurang-kurangnya
terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti yang tertera diatas.
4
Artritis simetris
Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan PIP, MCP atau MTP bilateral dapat diterima walaupun tidak mutlak bersifat simetris.
5
Nodul Reumatoid
Nodul
subkutan
pada
penonjolan
tulang atau permukaan ekstensor atau
11
daerah
juksta-artrikular
yang
diobservasi oleh seorang dokter. 6
Faktor Reumatoid serum
Terdapatnya reumatoid
titer serum
abnormal yang
faktor
diperiksa
dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang diperiksa. 7
Perubahan gambaran
Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas bagi arthritis reumotoid pada
periksaan
posteroanterior tangan
yang
sinar
X
tangan
atau
pergelangan
harus
menunjukkan
adanya erosi atau dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi (perubahan akibat osteoartritis saja tidak memenuhi persyaratan). Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4 harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable atau possible tidak perlu dibuat. H. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID 1. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia
dan
leukositosis,Reumatoid faktor,
penderita
12
terjadi
50-90%
2. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan. 3. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium 4. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi 5. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning
(
respon
inflamasi,
produk-produk
pembuangan
degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ). 6. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas. 7. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang normal. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium menunjukkan
13
peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun. Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis dan
memantau
perjalanan
penyakitnya.
Foto
rongen
akan
memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). I. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID Tujuan utama terapi adalah: 1. Meringankan rasa nyeri dan peradangan 2. memperatahankan
fungsi
sendi
dan
kapasitas fungsional
maksimal penderita. 3. Mencegah atau memperbaiki deformitas Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu: 1. Istirahat 2. Latihan fisik 3. Panas 4. Pengobatan 5. Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
14
6. Natrium kolin dan asetamenofen à meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obat 7. Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari à mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan. 8. Garam emas 9. Kortikosteroid 10. Nutrisi à diet untuk penurunan berat badan yang berlebih Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi, pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi. Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut: 1. Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali inflamasi. 2. Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian. 3. Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan. 4. Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada persendian. Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001). Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-
15
obat ini akan memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002). Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan penyakit terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002). Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas seharihari, sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut. Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara persendian agar tetap lentur.
16
BAB II ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID A. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID 1. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan. b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi synovial
Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
Catat bila ada krepitasi
Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
c. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
Ukur kekuatan otot
d. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya e. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari 2. Riwayat Psiko Sosial Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari
menjadi
berubah.
Perawat
dapat
melakukan
pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
17
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon 1. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
Riwayat keluarga dengan RA
Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll
2. Pola Nutrisi Metabolik
Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
Riwayat gangguan metabolic
3. Pola Eliminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
Jenis aktivitas yang dilakukan
Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
Tidak mampu melakukan aktifitas berat
5. Pola Istirahat dan Tidur
Apakah ada gangguan tidur?
Kebiasaan tidur sehari
18
Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
6. Pola Persepsi Kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Adakah
perubahan
pada
bentuk
tubuh
(deformitas/kaku sendi)?
Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
8. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
Bagaimana hubungan dengan keluarga?
Apakah ada perubahan peran pada klien?
9. Pola Reproduksi Seksualitas
Adakah gangguan seksualitas?
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
11. Pola Sistem Kepercayaan
Agama yang dianut?
Adakah gangguan beribadah?
Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID 1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan otot.
19
3. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan
perubahan
kemampuan
untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas. 4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi. C. PERENCANAAN ARTRITIS REUMATOID DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN
1.Nyeri
Setelah
berhubungan
tindakan
dengan
INTERVENSI dilakukan Kaji
selama
dan
3×24
distensi jaringan diharapkan oleh
keluhan ·
intensitas menentukan
jam (skala
0-10). kebutuhan
tidak Catat
faktor- manajemen
akumulasi ada Keluhan nyeri, faktor
cairan/
proses dengan kriteria :
yang nyeri
mempercepat
inflamasi, destruksi sendi.
Membantu
nyeri, catat lokasi dalam
agen keperawatan
pencedera,
RASIONAL
dan
keefektifan
dan tanda-tanda program ü Menunjukkan nyeri
rasa
hilang/
sakit
non ·
verbal
terkontrol
yang ·
ü Terlihat
rileks,
dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas
Matras
sesuai
empuk, bantal
Berikan
matras/
kasur yang
keras,
bantal akan
kecil,.
besar
Tinggikan mencegah
linen tempat tidur pemeliharaan sesuai kebutuhan
kemampuan.
kesejajaran tubuh
·
20
lembut/
Tempatkan/
tepat,
yang
ü Mengikuti
pantau
menempatkan
program
penggunaan
stress
pada
yang bantl,
karung sendi
yang
pasir,
gulungan sakit.
farmakologis diresepkan
trokhanter, bebat, Peninggian ü Menggabungkan
brace.
linen
keterampilan relaksasi
tidur dan ·
Dorong untuk
aktivitas hiburan ke sering mengubah dalam
tempat
program posisi,.
kontrol nyeri.
Bantu
untuk bergerak di tempat
tidur,
sokong
sendi
menurunkan tekanan pada sendi
terinflamasi/ny eri
yang sakit di atas · dan
Mengistira
bawah, hatkan
hindari
yang
sendi-
gerakan sendi
yang menyentak.
yang
sakit
dan
mempertahank ·
Anjurkan
pasien
an
untuk
mandi air hangat atau pancuran waktu
mandi pada bangun
dan/atau
pada
waktu
tidur.
Sediakan waslap hangat
untuk
posisi
netral. Penggunaan brace
dapat
menurunkan nyeri
dan
dapat mengurangi kerusakan pada sendi
mengompres sendi-sendi yang ·
21
Mencegah
sakit
beberapa terjadinya
kali
sehari. kelelahan
Pantau suhu air umum kompres,
dan
air kekakuan
mandi,
dan sendi.
sebagainya.
Menstabilkan sendi,
·
Berikan
masase
mengurangi yang
lembut Ajarkan non
sakit teknik
farmakologi
(relaksasi,
sendi ·
Panas
relaksasi otot,
relaksasi
dan mobilitas,
progresif)
menurunkan
Beri
obat
sebelum aktivitas/ latihan
yang
direncanakan sesuai petunjuk.
rasa sakit dan melepaskan kekakuan pagi
Kolaborasi:
Berikan obatan
di hari.
Sensitivitas pada
·
pada
meningkatkan
distraksi,
·
gerakan/ rasa
panas
dapat
obat- dihilangkan sesuai dan
luka
petunjuk
dermal
dapat
(mis:asetil
disembuhkan
salisilat) ·
22
Meningkat
·
Berikan
kompres
kan relaksasi/ dingin mengurangi
jika dibutuhkan
nyeri ·
Meningkat
kan realaksasi, mengurangi tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk
ikut
serta
dalam
terapi ·
Sebagai
anti
inflamasi
dan
efek
analgesik ringan
dalam
mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas. ·
Rasa
dingin
dapat
menghilangka n
nyeri
bengkak selama
23
dan
periode akut 2.Gangguan mobilitas
Setelah
dilakukan ·
fisik tindakan
berhubungan
keperawatan
dengan
selama
deformitas
diharapkan
skeletal,
3×24
Evaluasi/
·
lanjutkan
aktivitas/
pemantauan
latihan
jam tingkat inflamasi/ tergantung dari rasa sakit pada perkembangan
nyeri, mobilitas fisik baik sendi
penurunan,
/ resolusi dari
dengan kriteria :
peoses ·
kekuatan otot. ü Mempertahankan
Pertahankan
istirahat
inflamasi
tirah
fungsi posisi dengan baring/ duduk jika · tidak
Istirahat
hadirnya/ diperlukan jadwal sistemik
pembatasan
aktivitas
kontraktur.
memberikan periode
ü Mempertahankan ataupun
selama
istirahat eksaserbasi
yang
terus akut
dan
dan seluruh
fase
tidur malam hari penyakit yang
kekuatan dan fungsi dan/
untuk dianjurkan
menerus
meningkatkan
dari
Tingkat
atau
yang
tidak penting
terganmggu.
mencegah
kompensasi bagian tubuh
kelelahan ·
Bantu dengan
rentang ü Mendemonstrasik an tehnik/ perilaku yang
gerak
mempertahank an kekuatan
aktif/pasif, demikiqan latihan
memungkinkan
untuk
juga ·
Memperta
resistif hankan/
dan isometris jika meningkatkan
melakukan aktivitas
memungkinkan
fungsi
sendi,
kekuatan ·
24
Ubah
posisi
dan
otot
stamina
dengan
sering umum.
dengan
jumlah Catatan
personel
cukup. latihan
Demonstrasikan/ bantu
: tidak
adekuat
tehnik menimbulkan
pemindahan dan kekakuan penggunaan
sendi,
bantuan
karenanya
mobilitas,
mis, aktivitas yang
trapeze
berlebihan dapat merusak
·
Posisikan
dengan
sendi
bantal,
kantung
pasir, ·
gulungan
Menghilan
gkan
tekanan
trokanter, bebat, pada
jaringan
brace
dan meningkatkan
·
Gunakan
bantal
sirkulasi.
kecil/tipis
di bawah leher.
·
Mempermu
dah perawatan ·
Dorong
diri
pasien
kemandirian
mempertahankan postur tegak dan duduk berdiri, berjalan
dan
tinggi, dan
pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat
dapat mencegah robekan abrasi
25
·
Berikan
kulit
lingkungan yang aman,
misalnya
menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada
toilet,
penggunaan kursi
·
Meningkat
kan stabilitas ( mengurangi resiko cidera ) dan memerptahank an posisi sendi
roda.
yang ·
Kolaborasi:
konsul
diperlukan dan
dengan kesejajaran
fisoterapi.
tubuh, mengurangi
·
Kolaborasi:
Berikan busa/
kontraktor
matras pengubah ·
Mencegah
tekanan.
fleksi leher
·
·
Kolaborasi:
Memaksim
berikan
obat- alkan
fungsi
obatan
sesuai sendi
dan
indikasi (steroid).
mempertahank an mobilitas ·
Menghinda
ri cidera akibat kecelakaan/ jatuh ·
26
Berguna
dalam memformulasik an
program
latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifika sikan alat ·
Menurunka
n
tekanan
pada
jaringan
yang
mudah
pecah
untuk
mengurangi risiko imobilitas ·
Mungkin
dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut 3.Gangguan Citra
Tubuh
Setelah
dilakukan ·
/ tindakan
Dorong
pengungkapan
27
·
Berikan
kesempatan
Perubahan
keperawatan
mengenai
Penampilan
selama
Peran
diharapkan
berhubungan
gangguan
dengan
tubuh
perubahan
dengan criteria:
3×24
jam masalah tentang mengidentifika proses penyakit, si rasa takut/ citra harapan
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbang an mobilitas.
masa kesalahan
berkurang depan.
ü Mengungkapkan peningkatan
konsep
dan
menghadapiny ·
kemampuan untuk
untuk
Diskusikan
arti
dari
a
secara
langsung
rasa kehilangan/
percaya diri dalam perubahan pada · kemampuan
untuk pasien/orang
menghadapi
terdekat.
Mengident
ifikasi bagaimana
penyakit, perubahan Memastikan
penyakit
pada
gaya
mempengaruhi
dan
kemungkinan pandangaqn
hidup, bagaimana
keterbatasan
pribadi
ü Menyusun rencana
realistis
untuk masa depan.
persepsi
pasien dan
diri
interaksi
dalam
dengan orang
memfungsikan
lain
gaya
akan
hidup menentukan
sehari-hari,
kebutuhan
termasuk aspek- terhadap aspek seksual.
intervensi/ konseling lebih
·
Diskusikan
lanjut
persepsi pasienmengenai
·
Isyarat
bagaimana orang verbal/non terdekat
verbal
orang
menerima
terdekat dapat mempunyai
28
keterbatasan.
pengaruh mayor
·
Akui
terima
dan perasaan
berduka,
pada
bagaimana pasien memandang
bermusuhan,
dirinya sendiri
ketergantungan. · ·
Perhatikan
perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
Nyeri
konstan
akan
melelahkan, dan perasaan marah
dan
bermusuhan
memperhatikan
umum terjadi
perubahan · ·
Susun
Dapat
menunjukkan
batasan
pada
perilaku
mal
adaptif.
Bantu
pasien
untuk
mengidentifikasi perilaku
positif
yang
dapat
emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut
membantu koping · ·
Ikut sertakan
pasien
dalam
merencanakan perawatan
29
dan
Membantu
pasien
untuk
mempertahank an kontrol diri, yang
dapat
membuat jadwal meningkatkan aktivitas
perasaan harga diri
·
Bantu dalam
kebutuhan
·
perawatan
Meningkat
yang kan
diperlukan
perasaan
harga
diri,
mendorong ·
Berikan
bantuan
kemandirian, positif
bila perlu. ·
mendorong
Kolaborasi:
Rujuk
pada
konseling mis:
perawat spesialis psikiatri, psikolog. Kolaborasi:
Berikan obatan
obatsesuai
petunjuk,
mis;
anti ansietas dan obat-obatan peningkat perasaan.
berpartisipasi dalam terapi ·
psikiatri,
·
dan
Memperta
hankan penampilan yang
dapat
meningkatkan citra diri ·
Memungki
nkan
pasien
untuk merasa senang
alam
terhadap dirinya sendiri. Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan
30
rasa
percaya
diri ·
Pasien/or
ang
terdekat
mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka panjang/ ketidakmampu an ·
Mungkin
dibutuhkan pada
sat
munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangk an
kemapuan
koping
yang
lebih efektif 4.Defisit perawatan
Setelah
dilakukan ·
diri tindakan
Diskusikan
tingkat
berhubungan
keperawatan
dengan
selama
3×24
umum jam sebelum
31
·
Mungkin
fungsi dapat (0-4) melanjutkan timbul aktivitas umum
kerusakan
diharapkan
musculoskeletal,
dapat
penurunan
kegiatan sehari-hari, penyakit
kekuatan,
klien awitan/
dengan
mengatur eksaserbasi
daya dengan
melakukan dan adaptasi yang
criteria potensial
diperlukan
tahan, nyeri pada hasil:
perubahan
waktu bergerak,
sekarang
keterbatasan
diantisipasi.
saat ini
depresi.
ü Melaksanakan
yang pada
aktivitas perawatan diri
pada
yang
tingkat ·
Pertahankan
Mendukun
konsisten mobilitas, kontrol g kemandirian
dengan kemampuan terhadap individual
dan
nyeri fisik/emosional program
latihan. ü Mendemonstrasik an
·
perubahan ·
Kaji
·
Menyiapka
n
untuk
meningkatkan
teknik/ gaya hidup hambatan
kemandirian,
untuk
yang
memenuhi terhadap
akan
kebutuhan
partisipasi dalam meningkatkan
perawatan diri.
perawatan
diri. harga diri
Identifikasi ü Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/
untuk
·
Berguna
untuk
modifikasi
komunitas
yang
/rencana
menentukan
lingkungan
dapat
alat
memenuhi
·
Kolaborasi:
kebutuhan
Konsul
perawatan diri.
ahli
bantu
untuk
dengan memenuhi terapi kebutuhan
okupasi.
individual. Mis; memasang
·
32
Kolaborasi:
kancing,
Atur
evaluasi menggunakan
kesehatan rumah
di alat
bantu
sebelum memakai
pemulangan
sepatu,
dengan evaluasi menggantungk setelahnya.
an
pegangan
untuk ·
Kolaborasi
atur
:
pancuran
konsul
dengan lembaga · lainnya,
mandi
Mengidenti
mis: fikasi masalah-
pelayanan
masalah yang
perawatan
mungkin
rumah, nutrisi.
ahli dihadapi karena tingkat kemampuan actual ·
Mungkin
membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi rumah
33
di
DAFTAR PUSTAKA Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11. Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC Harris ED Jr., 1993, Etiology and Pathogenesis of Reumatoid Arthritis. Dalam: Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co Hirmawan, Sutisna., 1973. PATOLOGI. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp : 437, 1 Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee, Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton & Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32. Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. 2002. Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta : EGC Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius Nasution..1996.Aspek Genetik Penyakit Reumatik dalam Noer S (Editor) Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
34