LAPORAN PENDAHULUAN STROKE NON HEMORAGIK
A. DEFINISI 1. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Mansjoer, 2015). 2. Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price, 2016) 3. Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Mansjoer, 2015). 4. Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Muttaqin, 2014).
B. KLASIFIKASI Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan proses patologik (Muttaqin, 2014).: 1. Berdasarkan manifestasi klinis a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA) b. Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam. c. Defisit
Neurologik
Iskemik
Sepintas/Reversible
Ischemic
Neurological
Deficit (RIND) d. Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu. e. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation) f. Gejala neurologik makin lama makin berat.
g. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke) h. Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi. 2. Berdasarkan kausal a. Stroke Trombotik Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL). Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis. b. Stroke Emboli/Non Trombotik Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
C. ETIOLOGI Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri (Mansjoer, 2015). 1. Emboli a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari “plaque athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul pada daerah leher. b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada: 1) Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dan bagian kiri atrium atau ventrikel. 2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada katup mitralis. 3) Fibrilasi atrium 4) Infarksio kordis akut
5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis 6) Kadang-kadang
pada
kardiomiopati,
fibrosis
endrokardial,
jantung
miksomatosus sistemik c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai: 1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis 2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru. 3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”). 4) Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-side circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak 2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85 persen di antaranya terjadi pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard. 2. Thrombosis Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet. Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).
D. ANATOMI PEMBULUH DARAH OTAK Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbedabeda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat
tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi. Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ.
Gambar. Sel gilia pada otak
Gambar. Pembuluh darah di otak
Gambar. Bagian otak dan fungsi otak
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke (Sylvia A Price, 2016).
E. PATOFISIOLOGI Menurut Sylvia, 2016 Infark ischemic cerebri sangat erat hubungannya dengan aterosklerosis dan arteriosklerosis. Aterosklerosis dapat menimbulkan bermacammacam manifestasi klinis dengan cara: 1. Menyempitkan lumen pembuluh darah dan mengakibatkan insufisiensi aliran darah. 2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadinya thrombus dan perdarahan aterm. 3. Dapat terbentuk thrombus yang kemudian terlepas sebagai emboli. 4. Menyebabkan aneurisma yaitu lemahnya dinding pembuluh darah atau menjadi lebih tipis sehingga dapat dengan mudah robek. Faktor yang mempengaruhi aliran darah ke otak: 1. Keadaan pembuluh darah. 2. Keadan darah : viskositas darah meningkat, hematokrit meningkat, aliran darah ke otak menjadi lebih lambat, anemia berat, oksigenasi ke otak menjadi menurun. 3. Tekanan darah sistemik memegang peranan perfusi otak. Otoregulasi otak yaitu kemampuan intrinsik pembuluh darah otak untuk mengatur agar pembuluh darah otak tetap konstan walaupun ada perubahan tekanan perfusi otak. 4. Kelainan
jantung
menyebabkan
menurunnya
curah
jantung
dan
karena
lepasnya embolus sehingga menimbulkan iskhemia otak. Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosissering/cenderung sebagai faktor penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah
serebral
oleh embolus menyebabkan oedema dan
nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebrovaskuler. Anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversible dapat anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi, salah satunya cardiac arrest.
Pathway
F. MANIFESTASI KLINIS Tanda dan gejala dari stroke adalah (Santoso ,2012): 1. Kehilangan motorik Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia 2. Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara). 3. Gangguan persepsi Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori. 4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).\ 5. Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif). Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena: 1. Penngaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah 2. Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan 3. Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa. Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa: Hemisfer kiri
Hemisfer kanan
·
Mengalami hemiparese kanan
· Hemiparese sebelah kiri tubuh
·
Perilaku lambat dan hati-hati
·
Penilaian buruk
·
Kelainan lapan pandang kanan
·
Mempunyai kerentanan terhadap sisi
·
Disfagia global
kontralateral
·
Afasia
memungkinkan terjatuh ke sisi yang
·
Mudah frustasi
berlawanan tersebut
sehingga
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Radiologi a) Angiografi serebral b) Menentukan penyebab stroke scr spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri. c) Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT). d) Untuk mendeteksi luas dan daerah abnormal dari otak, yang juga mendeteksi, melokalisasi, dan mengukur stroke (sebelum nampak oleh pemindaian CT). e) CT scan Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. f) MRI (Magnetic Imaging Resonance) Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik. g) EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunya impuls listrik dalam jaringan otak. 2. Pemeriksaan laboratorium a) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan pendarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. b) Pemeriksaan darah rutin (glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin) c) Pemeriksaan kimia darah: pada strok akut dapat terjadi hiperglikemia. d) gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsurrangsur turun kembali. e) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
H. KOMPLIKASI Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi(Sylvia A Price, 2016), komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan: 1. Berhubungan dengan immobilisasi infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis. 2. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3. Berhubungan dengan kerusakan otak è epilepsi dan sakit kepala. 4. Hidrocephalus Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
I. PENATALAKSANAAN Tujuan intervensi adalah berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan melakukan tindakan sebagai berikut (Sylvia A Price, 2016): a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. b. Mengendalikan tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk untuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi. c. Berusaha menentukan dan memperbaiki aritmia jantung. d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif. e. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK f. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, Pengobatan Konservatif a. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara percobaan, tetapi maknanya: pada tubuh manusia belum dapat dibuktikan. b. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial. c. Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi sesudah ulserasi alteroma. d. Anti koagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya/ memberatnya trombosis atau emboli di tempat lain di sistem kardiovaskuler.
Pengobatan Pembedahan Tujuan utama adalah memperbaiki alirandarah serebral : a. Endosterektomikarotis membentuk kembali arterikarotis, yaitu dengan membuka arterikarotis di leher. b. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
c. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut d. Ugasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada aneurisma
J. ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN a) Identitas klien Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis. b) Keluhan utama Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi. c) Riwayat penyakit sekarang Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain. d) Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. e) Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
2. PENGKAJIAN FOKUS a) Aktivitas/istirahat: Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur. b) Sirkulasi Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan hipertensi arterial. c) Integritas Ego. Emosi
labil,
respon
mengekspresikan diri.
yang
tak
tepat,
mudah
marah,
kesulitan
untuk
d) Eliminasi Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang. e) Makanan/caitan : Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia f) Neuro Sensori Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka. g) Nyaman/nyeri Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka h) Respirasi Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi. i) Keamanan Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi. Tidak mampu mengambil keputusan. j) Interaksi sosial Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN a) Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat b) Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak c) Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan neurovaskuler d) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler e) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik f) Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran g) Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaranPola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
4. RENCANA KEPERAWATAN N
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
o 1
Ketidakefektifan
.
jaringan aliran
Perfusi Setelahdilakukan
serebral darah
ke
terhambat.
b.d tindakankeperaw otak atan diharapkan suplai
aliran
darah
keotak
lancar
dengan
kriteria hasil: - Nyerikepala /
vertigo
Monitorang neurologis 1.
Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
2.
Monitor tingkat kesadaran klien
3.
Monitir tanda-tanda vital
4.
Monitor keluhan nyeri kepala, mual, muntah
5.
Monitor respon klien terhadap pengobatan
6.
Hindari aktivitas jika TIK meningkat
7.
Observasi kondisi fisik klien
berkurang sampai de-
Terapi oksigen
ngan hilang Berfungsiny
1.
Bersihkan jalan nafas dari sekret
asarafdeng
2.
Pertahankan jalan nafas tetap efektif
an baik
3.
Berikan oksigen sesuai intruksi
- Tandatanda
4.
Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier
vital stabil 5.
Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen
6.
Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7.
Monitor
respon
klien
terhadap
pemberian
oksigen 8.
Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
2
Kerusakan verbal
b.d
komunikasi Setelahdilakukan
1.
penurunan tindakankeperaw
sirkulasi ke otak
atan, diharapkan klien
mampu
Libatkan keluarga untuk membantu memahami / memahamkan informasi dari / ke klien
2.
Dengarkan setiap ucapan klien dengan penuh perhatian
untuk
3.
berkomunikasi lagi
komunikasi dengan klien
dengan
kriteria hasil: 1.
Gunakan kata-kata sederhana dan pendek dalam
Dapat
menjawa bpertanyaan
4.
Dorong klien untuk mengulang kata-kata
5.
Berikan arahan / perintah yang sederhana setiap interaksi dengan klien
6.
Programkan speech-language teraphy
7.
Lakukan
speech-language
teraphy
setiap
interaksi dengan klien
yang diajukanperawa 2.
dapa
t
mengerti
dan
memahami pesan-pesan melalui gambar 3.
dapat
mengekspresikan perasaannya secara
verbal
maupun nonverbal 3
Defisit
perawatan
diri; Setelahdilakukan
1
Kaji kamampuan klien untuk perawatan diri
mandi,berpakaian, makan, tindakankeperaw
2
Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
atan, diharapkan kebutuhan
3
mandiri
klien
terpenuhi, dengan
dalam makan, mandi, berpakaian dan toileting Berikan bantuan pada klien hingga klien sepenuhnya bisa mandiri 4
kriteria
Berikan
dukungan
menunjukkan
hasil:
aktivitas
pada
klien
normal
untuk sesuai
kemampuannya
Klien
dapat
makan dengan
5
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien
bantuan orang lain / mandiri -
Klien dapat mandi dengan bantuan orang lain
-
Klien dapat memakai pakaian dengan bantuan orang lain / mandiri
-
Klien dapat toileting dengan bantuan alat
4
Kerusakan mobilitas fisik
Setelah
b.d kerusakan neurovas-
dilakukan
kuler
tindakan
1
Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat
2
Ajarkan
rentang
gerak
pasif
pada
sisi
keperawata
ekstrimitas yang parese / plegi dalam toleransi
n
nyeri
selama,
diharapkan
3
klien dapat melakukan pergerakan
Topang
ekstrimitas
dengan
bantal
untuk
mencegah atau mangurangi bengkak 4
Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan kemampuan klien
fisik
5
dengan
Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang disarankan
kriteria
6
hasil :
Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi
- Tidakterjadi kontraktur otot
dan
footdrop - Pasien berpartisip asi
dalam
program latihan - Pasien mencapai keseimban gan
saat
duduk Pasien mampu menggunak an
sisi
tubuh yang tidak sakit untuk kompensas i hilangnya fungsi pada sisi
yang
parese/pleg i 5
Resiko integritas
kerusakan kulit
b.d
Setelah dilakukan
1
Beri penjelasan pada klien tentang: resiko adanya luka tekan, tanda dan gejala luka tekan,
immobilisasi fisik
tindakan
tindakan pencegahan agar tidak terjadi luka tekan)
perawatan
2
selama,
- Ciptakan lingkungan yang nyaman
diharapkan
- Gunakan lotion, minyak atau bedak untuk pelicin
pasien
- Lakukan masase secara teratur
mampu
- Anjurkan klien untuk rileks selama masase
mengetahui
- Jangan
dan
Berikan masase sederhana
masase
pada
area
kemerahan
utk
menghindari kerusakan kapiler
mengontrol
-
resiko
3
dengan
- Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
kriteria
- Pertahankan tempat tidur sedatar mungkin untuk
hasil : -
mampu menge-nali dan
gejala
resiko luka tekan Klien mampu berpartisipasi dalam pencegaha n
resiko
luka tekan (masase sederhana, alih
- Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit - Observasi area yang tertekan (telinga, mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium, skapula) 4
Berikan manajemen nutrisi
- Kolaborasi dengan ahli gizi - Monitor intake nutrisi
adanya
-
Lakukan alih baring
mengurangi kekuatan geseran
Klien
tanda
Evaluasi respon klien terhadap masase
ba-
ring, manajemen
- Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat untuk memelihara ke-seimbangan nitrogen positif 5
Berikan manajemen tekanan
- Monitor kulit adanya kemerahan dan pecah-pecah - Beri pelembab pada kulit yang kering dan pecahpecah - Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering - Monitor aktivitas dan mobilitas klien -
Beri bedak atau kamper spritus pada area yang tertekan
nutrisi, manajemen tekanan). 6
Resiko
Aspirasi
Setelah
berhubungan
dengan
dilakukan
penurunan
tingkat
tindakan
kesadaran
perawatan, diharapkan tidak terjadi aspirasi
Aspiration Control Management : -
Monitor
tingkat
kesadaran,
reflek
batuk
dankemampuan menelan -
Pelihara jalan nafas
-
Lakukan saction bila diperlukan
-
Haluskan makanan yang akan diberikan
-
Haluskan obat sebelum pemberian
pada pasien dengan kriteria hasil : -
Dapat bernafas dengan mudah,frek uensi pernafasan normal
-
Mampu menelan,m engunyah tanpa terjadi aspirasi
7
Resiko
Injuri
Setelah
berhubungan
dengan
dilakukan
penurunan
tingkat
tindakan
Risk Control Injury -
menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien
kesadaran
perawatan,
-
diharapkan
memberikan informasi mengenai cara mencegah cedera
tidak
-
terjadi
- menganjurkan keluarga untuk selalu menemani
trauma
memberikan penerangan yang cukup
pasien
pada pasien dengan kriteria hasil: -
bebas dari cedera
-
mampu menjelaska n
factor
resiko dari lingkungan dan
cara
untuk mencegah cedera men ggunakan fasilitas kesehatan yang ada
8
Pola nafas tidak efektif
Setelah
berhubungan
dilakukan
dengan
penurunan kesadaran
tindakan perawatan, diharapkan pola nafas
Respiratori Status Management -
Pertahankan jalan nafas yang paten
-
Observasi tanda-tanda hipoventilasi
- Berikan terapi O2 - Dengarkan adanya kelainan suara tambahan
pasien
- Monitor vital sign
efektif dengan kriteria hasil : Menujukka n
jalan
nafas paten (
tidak
merasa tercekik, irama nafas normal, frekuensi nafas normal,tida k ada suara nafas tambahan -
Tanda-
tanda vital dalam batas normal
DAFTAR PUSTAKA Johnson, M., et all. 2017. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Mansjoer, A dkk. 2015. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media Aesculapius FKUI Mc Closkey, C.J., et all. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River Muttaqin,
Arif.
2014. Asuhan
Keperawatan
Klien
dengan
Gangguan
Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika NANDA, 2017, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Price, A. Sylvia.2016 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika Smeltzer, dkk. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &