STROKE NON HEMORAGIK (SNH)
1.1 Konsep Dasar Stroke Non Hemoragik (SNH) 1.1.1 Definisi Stroke non hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2014) Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2013 ). diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 20012) Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun. (Long. C, Barbara 2016). 1.1.2 Anatomi Fisiologi Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut
sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi. Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi. Fungsifungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat
bicara motorik, sebagai area
wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ
Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke. 1.1.3 Klasifikasi 1.1.3.1 Stroke Trombotik Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak.
1.1.3.2 Stroke Embolik Emboli serebri merupakan tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. 1.1.3.3 Hipoperfusion Sistemik Berkurangnya aliran darah ke seluruh bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung. 1.1.4 Etiologi Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya kematian neuron dan infark serebri. Trombosis serebri merupakan proses terbentuknya thrombus yang membuat penggumpalan. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari. Emboli serebri merupakan tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah. Emboli serebri terjadi akibat oklusi arteria karotis atau vetebralis atau cabangnya oleh trombus atau embolisasi materi lain dari sumber proksimal, seperti bifurkasio arteri karotis atau jantung. Emboli dari bifurkasio karotis biasanya akibat perdarahan ke dalam plak atau ulserasi di atasnya di sertai trombus yang tumpang tindih atau pelepasan materi ateromatosa dari plak sendiri. Embolisme serebri sering di mulai mendadak, tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala berdenyut. 1.1.5 Patofisiologi Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara berbagai neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2% (1200-1400 gram) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Dalam jumlah normal
darah yang mengalir ke otak sebanyak 50-60ml per 100 gram jaringan otak per menit. Jumlah darah yang diperlukan untuk seluruh otak adalah 700-840 ml/menit, dari jumlah darah itu disalurkan melalui arteri karotis interna yang terdiri dari arteri karotis (dekstra dan sinistra), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior, yang kedua adalah vertebrobasiler, yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum posterior, selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus Willisi(Sinaga, 2011; Mardjono, 2010). Gangguan pasokan darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteriarteri yang membentuk sirkulus willisi serta cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu di ingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut dikarenakan masih
terdapat sirkulasi kolateral yang memadai ke daerah
tersebut.Proses patologik yang sering mendasari dari berbagi proses yang terjadi di dalam pembuluh darah yang memperdarahai otak diantaranya berupa (Price, 2014): 1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti pada aterosklerosis dan thrombosis. 2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah. 3) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium. Dari gangguan pasokan darah yang ada di otak tersebut dapat menjadikan terjadinya kelainian-kelainan neurologi tergantung bagian otak mana yang tidak mendapat suplai darah, yang diantaranya dapat terjadi kelainan di system motorik, sensorik, fungsi luhur, yang lebih jelasnya tergantung saraf bagian mana yang terkena.
1.1.6 Manisfestasi Klinis Tanda dan gejala dari stroke non hemoragik adalah (Baughman, C Diane.dkk,2014): 1. Kehilangan motorik Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia 2. Kehilangan komunikasi Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan berbicara). 3. Gangguan persepsi Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori. 4. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan). 5. Disfungsi
kandung
kemih
meliputi: inkontinensiaurinarius
transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif). 1.1.7 Komplikasi Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan: 1. Berhubungan dengan immobilisasi : infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan thromboflebitis. 2. Berhubungan dengan paralisis : nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh 3. Berhubungan dengan kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala. 4. Hidrocephalus 5. Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang 1. CT scan Untuk mendeteksi perdarahan intra kranium, tapi kurang peka untuk mendeteksi stroke non hemoragik ringan, terutama pada tahap paling awal. CT scan dapat memberi hasil tidak memperlihatkan adanya kerusakan hingga separuh dari semua kasus stroke non hemoragik. 2. MRI (magnetic resonance imaging) Lebih sensitif dibandingkan denganCT scan dalam mendeteksi stroke non hemoragik rigan, bahkan pada stadium dini, meskipun tidak pada setiap kasus. Alat ini kurang peka dibandingkan dengan CT scan dalam mendeteksi perdarahan intrakranium ringan. 3. Ultrasonografi dan MRA (magnetic resonance angiography) Pemindaian arteri karotis dilakukan dengan ultrasonografi (menggunakan gelombang suara untuk menciptakan citra), MRA digunakan untuk mencari kemungkinan penyempitan arteri atau bekuan di arteri utama, MRA khususnya bermanfaat untuk mengidentifikasi aneurisma intrakranium dan malformasi pembuluh darah otak. 4. Angiografi otak Merupakan penyuntikan suatu bahan yang tampak dalam citra sinar-X ke dalam
arteri-arteri
otak.
Pemotretan
dengan
sinar-X
kemudian
dapat
memperlihatkan pembuluh-pembuluh darah di leher dan kepala. 1.1.9 Penatalaksanaan Waktu merupakan hal terpenting dalam penatalaksanaan stroke non hemoragik yang di perlukan pengobatan sedini mungkin, karena jeda terapi dari stroke hanya 3-6 jam. Penatalaksanaan yang cepat, tepat dan cermat memegang peranan besar dalam menentukan hasil akhir pengobatan (Mansjoer, 2000). Prinsip penatalaksanaan stroke non hemoragik: a. Memulihkan iskemik akut yang sedang berlangsung (3-6 jam pertama) menggunakan trombolisis dengan rt-PA (recombinan tissue-plasminogen activator). Ini hanya boleh di berikan dengan waktu onset <3 jam dan hasil CT scan normal, tetapi obat ini sangat mahal dan hanya dapat di lakukan di rumah sakit yang fasilitasnya lengkap.
b. Mencegah perburukan neurologis dengan jeda waktu sampai 72 jam yang diantaranya yaitu : 1) Edema yang progresif dan pembengkakan akibat infark. Terapi dengan manitol dan hindari cairan hipotonik. 2) Ekstensi teritori infark, terapinya dengan heparin yang dapat mencegah trombosis yang progresif dan optimalisasi volume dan tekanan darah yang dapat menyerupai kegagalan perfusi. 3) Konversi hemoragis, msalah ini dapat di lihat dari CT scan, tiga faktor utama adalah usia lanjut, ukuran infark yang besar, dan hipertensi akut, ini tak boleh di beri antikoagulan selama 43-72 jam pertama, bila ada hipertensi beri obat antihipertensi. 4) Mencegah stroke berulang dini dalam 30 hari sejak onset gejala stroke terapi dengan heparin. 1.1.10 Manajemen Asuhan Keperawatan Stroke Non Hemoragik Dari seluruh dampak masalah di atas, maka diperlukan suatu asuhan keperawatan yang komprehensif. Dengan demikian pola asuhan keperawatan yang tepat adalah melalui proses perawatan yang dimulai dari pengkajian yang diambil adalah merupakan respon pasien, baik respon biopsikososial maupun spiritual, kemudian ditetapkan suatu rencana tindakan perawatan untuk menuntun tindakan perawatan. Dan untuk menilai keadaan pasien, diperlukan suatu evaluasi yang merujuk pada tujuan rencana perawatan pasien dengan stroke non hemoragik. 1.1.11 Pengkajian a. Pengkajian Primer - Airway Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk - Breathing Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut b. Pengkajian Sekunder 1. Aktivitas dan istirahat Data Subyektif: -
kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
-
mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif: -
Perubahan tingkat kesadaran
-
Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
-
gangguan penglihatan
2. Sirkulasi Data Subyektif: -
Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung, endokarditis bacterial), polisitemia.
Data obyektif: -
Hipertensi arterial
-
Disritmia, perubahan EKG
-
Pulsasi yakni kemungkinan bervariasi
-
Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego Data Subyektif: -
Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif: -
Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
-
kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi Data Subyektif: -
Inkontinensia, anuria
-
distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum Data Subyektif: -
Nafsu makan hilang
-
Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
-
Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
-
Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif: -
Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
-
Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural Data Subyektif: -
Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
-
nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
-
Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
-
Penglihatan berkurang
-
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
-
Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif: -
Status mental :koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
-
Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral )
-
Wajah : paralisis atau parese ( ipsilateral )
-
Afasia
( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya. -
Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
-
Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
-
Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
7. Nyeri atau kenyamanan Data Subyektif: -
Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif: -
Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi Data Subyektif: -
Perokok ( factor resiko )
9. Keamanan Data obyektif: -
Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
-
Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
-
Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
-
Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
-
Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
10. Interaksi social Data obyektif: -
Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
(Doenges E, Marilynn,2014)
1.1.12 Diagnosa Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan intracerebral. (Marilynn E. Doenges, 2013) NO
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Rasional
1 Hambatan mobilitas fisik berhubungan 1) Ubah posisi klien tiap 2 jam 1) Menurunkan resiko terjadinnya iskemia dengan hemiparese/hemiplegia 2) Ajarkan klien untuk melakukan latihan jaringan akibat sirkulasi darah yang gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak sakit
jelek pada daerah yang tertekan 2) Gerakan aktif memberikan massa, tonus
3) Tinggikan kepala dan tangan
dan kekuatan otot serta memperbaiki
4) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk
fungsi jantung dan pernapasan
latihan fisik klien
3) Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih untuk digerakkan 4) Untuk
mengurangi
kekakuan
pada
ektrimitas yang lemah dan mempercepat penyembuhan
2
Gangguan komunikasi verbal berhubungan
dengan
sirkulasi darah otak
yang 1) Berikan metode alternatif komunikasi, 1) Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai
penurunan
misal dengan bahasa isarat 2) Bicaralah dengan klien secara pelan dan
dengan kemampuan klien 2) Mengurangi
kecemasan
dan
gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak” 3) Hargai
kebingungan pada saat komunikasi 3) Memberi semangat pada klien agar lebih
kemampuan
klien
dalam
berkomunikasi
sering melakukan komunikasi 4) Melatih klien belajar bicara secara
4) Kolaborasi dengan fisioterapis untuk
mandiri dengan baik dan benar
latihan wicara 3
Resiko gangguan nutrisi kurang dari 1) Tentukan kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelemahan menelan
otot
mengunyah
kemampuan
klien
dalam
mengunyah, menelan dan reflek batuk
dan 2) Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan
yang tidak terganggu
2) Untuk klien lebih mudah untuk
3) Memberikan
stimulasi
sensori
(termasuk rasa kecap) yang dapat
4) Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang untuk
yang akan diberikan pada klien
menelan karena gaya gravitasi
3) Letakkan makanan pada daerah mulut
5) Mulailah
1) Untuk menetapkan jenis makanan
mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan masukan
memberikan
makan
4) Klien dapat berkonsentrasi pada
peroral setengah cair, makan lunak ketika
mekanisme makan tanpa adanya
klien dapat menelan air
distraksi/gangguan dari luar
6) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan
ciran
melalui
iv
atau
5) Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam
makanan melalui selang
mulut,
menurunkan
terjadinya
aspirasi 6) Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang 4
Resiko
kerusakan
integritas
kulit 1) Anjurkan untuk melakukan latihan ROM 1) Meningkatkan aliran darah kesemua
berhubungan dengan tirah baring lama
(range of motion) dan mobilisasi jika mungkin
daerah 2) Menghindari tekanan dan meningkatkan
2) Rubah posisi tiap 2 jam
aliran darah
3) Gunakan bantal air atau pengganjal yang 3) Menghindari tekanan yang berlebih pada lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol
4) Menghindari
4) Lakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi 5) Observasi kepucatan terhadap
daerah yang menonjol
terhadap dan
kapiler-kapiler 5) Hangat dan pelunakan adalah tanda kerusakan jaringan
eritema
palpasi
kehangatan
kerusakan-kerusakan
area
dan
jaringan tiap merubah posisi
dan 6) Mempertahankan keutuhan kulit sekitar
pelunakan
6) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit. 5
Bersihan jalan nafas tidak efektifan 1) Berikan penjelasan kepada klien dan 1) Klien dan keluarga mau berpartisipasi berhubungan
dengan
menurunnya
refleks batuk dan menelan, imobilisasi, penumpukan sekretr.
keluarga
tentang
sebab
dan
akibat
ketidakefektifan jalan nafas
dalam
terjadinya
ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2) Berikan intake yang adekuat ( 2000 cc 2) Air yang cukup dapat mengencerkan per hari)
sekret
3) Observasi pola dan frekuensi nafas
3) Untuk mengetahui ada tidaknya ketidak
4) Auskultasi suara nafas
efektifan jalan nafas
5) Berkolaborasi dengan tim medis lainnya 4) Untuk atau berkolaborasi sama dokter dalam melakukan
fisioterapi
nafas
dengan keadaan umum klien
6.
mencegah
mengetahui
adanya
kelainan
suara nafas
sesuai 5) Agar dapat melepaskan sekret dan mengembangkan paru-paru
Defisit perawatan diri berhubungan 1) Kaji kemampuan klien untuk perawatan 1) Untuk mengetahui kemampuan klien dangan kerusakan neuro muskuler,
diri.
dalam melakukan perawatan diri
penurunan kekuatan dan ketahanan, 2) Mengganti pakaian kotor dengan dengan 2) Untuk mengganti pakaian yang bersih kehilangan kontrol /koordinasi otot
pakaian yang bersih
melindungi klien dari kuman dan bakteri
3) Memberikan pujian pada klien tentang 3) Membuat klien terasa tersanjungdan kebersihan.
lebih kooperatif dalam membersihkan
4) Bimbing klien dalam membersihkan tubuh klien atau menyaka.
tubuh klien 4) Membimbing keluarga dan klien agar keterampilan dapat di terapkan
7
Perubahan perfusi jaringan serebral 1) Observasi tanda-tanda vital pada klien
1) Untuk mengetahui keadaan umum klien
terputusnya 2) Tinggikan posisi kepala ± 15-30 derajat 2) Untuk meningkatkan aliran baik vena aliran darah : penyakit oklusi, dari kepala sehingga akan mengurangi 3) Anjurkan keluarga menciptakan suasana perdarahan, spasme pembuluh darah resiko terjadinya peningkatan TIK tempat yang tenang. serebral, edema serebral 3) Untuk mengurangi rasa sakit klien 4) Kolaborasi dangan dokter dalam terapi dengan suasana tenang obat-obat nourologis. 4) Untuk membantu mempercepat berhubungan
dengan
penyembuhan . 8
Nyeri
akut
berhubungan
dengan 1) Observasi tanda-tanda vital pada klien
1) Untuk mengetahui keadaan umum klien
pecahnya pada pembuluh darah di otak 2) Observasi skala nyeri pada klien ( S: 1- 2) Untuk mengetahui skala nyeri pada 10)
klien
3) Anjarkan tehnik relaksasi pada klien
3) Untuk mengurangi rasa nyeri
4) Atur posisi klien senyaman mungkin
4) Untuk mempercepat mengurangi rasa
5) Kolaborasi
dengan
dokter
dalam
nyeri
pemberian obat analgesik 9.
Kurangnya pengetahuan berhubungan 1) Gali dengan kurang informasi
pengetahuan
klien
tentang 1) Untuk
penyakitnya 2) Jelaskan
tentang
sejauh
mana
pengetahuan klien tentang penyakitnya pengertian,
proses 2) Memberikan
penyakit, penyebab penyakit dengan bahasa yang mudah di mengerti 3) Jelaskan tentang pengobatan yang sedang klien jalani saat dirumah sakit 4) Diskusikan dan tanyakan kembali apakah klien sdh mengerti
mengetahui
pemahaman
tentang
penyakitnya 3) Memberi pemahaman bagaimana proses pengobatan pada penyakitnya 4) Untuk mengingat tentang penyakit klien gang sudah di jelaskan tadi dan apakah klien bisa mengulang apa yang sudah di jelaskan
1.1.14 Implementasi Keperawatan No
Implementasi
Evaluasi
1
1) mengubah posisi klien tiap 2 jam Edvaluasi ini adalah mengukur dari 2) mengajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang rencana dan pelaksanaan tindakan tidak sakit keperawatan yang dilakukan dalam 3) Meninggikan kepala dan tangan memenuhi kebutuhan pasie/klien 4) Berkolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
2
1) Meberikan metode alternatif komunikasi, misal dengan bahasa isarat 2) bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang jawabannya “ya” atau “tidak” 3) Menghargai kemampuan klien dalam berkomunikasi 4) Berkolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara 1) Menentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk 2) Meletakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, selama dan sesudah makan 3) Meletakkan makanan pada daerah mulut yang tidak terganggu 4) Memberikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang 5) Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak ketika klien dapat menelan air 6) Berkolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau makanan melalui selang
3
4
Edvaluasi ini adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasie/klien. Edvaluasi ini adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasie/klien
1) Menganjurkan untuk melakukan latihan ROM (range of motion) dan Edvaluasi ini adalah mengukur dari mobilisasi jika mungkin rencana dan pelaksanaan tindakan
5
6
7
2) Rubah posisi tiap 2 jam 3) Menggunakan bantal air atau pengganjal yang lunak di bawah daerah-daerah yang menonjol 4) Melakukan masase pada daerah yang menonjol yang baru mengalami tekanan pada waktu berubah posisi 5) Mengobservasi terhadap eritema dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi 6) Menjaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit. 1) Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang sebab dan akibat ketidakefektifan jalan nafas 2) Berikan intake yang adekuat ( 2000 cc per hari) 3) Observasi pola dan frekuensi nafas 4) Auskultasi suara nafas 5) Berkolaborasi dengan tim medis lainnya atau berkolaborasi sama dokter dalam melakukan fisioterapi nafas sesuai dengan keadaan umum klien
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasie/klien
1) 2) 3) 4) 1)
Edvaluasi ini adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasie/klien Edvaluasi ini adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
Kaji kemampuan klien untuk perawatan diri. Mengganti pakaian kotor dengan dengan pakaian yang bersih Memberikan pujian pada klien tentang kebersihan. Bimbing klien dalam membersihkan tubuh klien atau menyaka. Observasi tanda-tanda vital pada klien
2) Tinggikan posisi kepala ± 15-30 derajat 3) Anjurkan keluarga menciptakan suasana tempat yang tenang.
Edvaluasi ini adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasie/klien
8
9
4) 1) 2) 3) 4) 5) 1) 2)
Kolaborasi dangan dokter dalam terapi obat-obat nourologis. Observasi tanda-tanda vital pada klien Observasi skala nyeri pada klien ( S: 1-10) Anjarkan tehnik relaksasi pada klien Atur posisi klien senyaman mungkin Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesik Gali pengetahuan klien tentang penyakitnya Jelaskan tentang pengertian, proses penyakit, penyebab penyakit dengan bahasa yang mudah di mengerti 3) Jelaskan tentang pengobatan yang sedang klien jalani saat dirumah sakit 4) Diskusikan dan tanyakan kembali apakah klien sdh mengerti
memenuhi kebutuhan pasie/klien Edvaluasi ini adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasie/klien Edvaluasi ini adalah mengukur dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasie/klien.
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. 2016. Buku Ajar : Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada university press Long C, Barbara. 2013. Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran Marilynn E, Doengoes. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan D epartemen Kesehatan. 2006. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Depkes Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Tuti, Pahria. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta: EGC
LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG PENYAKIT STROKE NON HEMORAGIK (SNH)
OLEH : Nama : JONI PURWANTO NIM : 2015.C.07A.0653
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI S1 KEPERAWATAN 2018/2019