Laporan Pendahulua1 Artritis Reumathoid.docx

  • Uploaded by: nunung andrayani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahulua1 Artritis Reumathoid.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,474
  • Pages: 9
LAPORAN PENDAHULUAN ARTRITIS REUMATOID

A. Konsep Dasar Artritis Reumatoid 1. Pengertian Artritis Reumatoid adalah suatu gangguan kronik yang menyerang berbagai organ, merupakan salah satu dari sekelompok penyakit jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak diketahui, biasanya terjadi destruksi sendi progresif walaupun episode peradangan sendi mengalami masa remisi (Price S. A, 2006). Penyakit reumatik (Artritis Rheumatoid) adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronis dan mengenai sendi serta jaringan ikat secara sistematis (Rasjad Chairuddin, pengantar ilmu bedah). 2. Penyebab Beberapa faktor yang diduga berperan dalam timbulnya penyakit artritis reumatoid yaitu : 1. Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan 2. Faktor ketidak seimbangan hormonal 3. Infeksi 4. Heat Shock Protein (HSP) Pada saat ini Artritis Rheumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II; factor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan mikroorganisme mikroplasma atau grup difteroid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.

3. Patofisiologi

Reaksi Imonologi

Faktor Genetik

Hormonal

Infeksi

Heat Shock Protein

Faktor Genetik

Inflamasi Membran Sinovial

Nyeri

Penyebab penyakit Artritis Reumatoid belum diketahui secara pasti, tetapi faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Kecenderungan wanita untuk menderita penyakit Artritis Reumatoid dan sering dijumpai remisi pada ibu hamil menimbulkan dugaan terdapatnya ketidakseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini. Dugaan fakror infeksi juga timbul dengan disertai gambaran inflamasi yang mencolok. Head Shhock Protein (HSP) juga diduga berpengaruh dalam terbentuknya penyakit Artritis Reumatoid yang terbentuk

sebagai respons terhadap stress tetapi mekanisme hubungan HSP dan sel T belum diketahui secara jelas. 4. Manifestasi Klinis Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita Artritis Reumatoid jika sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria berikut : 1. Kekakuan pada pagi hari (sekurang-kurangnya selama 1 jam sebelum perbaikan maksimal). 2. Artritis pada 3 daerah, pembengkakan pada jaringan lunak atau persendian pada sekurang-kurangnya 3 sendi secara bersamaan. 3. Artritis pada persendian tangan, sekurangnya terjadi pembengkakan 1 persendian tangan. 4. Artritis simetris, keterlibatan sendi yang sama. 5. Nodul reumatoid, nodul subkutan pada penonjolan tulang 6. Kedua tangan terasa kaku pada pagi hari, lebih dari setengah jam. 7. Tidak enak badan, kaku dan nyeri pada sendi, bengkak, semu merah dan terasa hangat. 8. Faktor reumatoid serum, terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang dari 5 % kelompok yang diperiksa. 9. Perubahan gambaran, perubahan gambaran radiologi pada pemeriksaan sinar x tangan posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus menunjukkan adanya erosi atau deklasifikasi tulang yang berlokalisir pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.

5. Penatalaksanaan Medis Setelah diagnosis Artritis Reumatoid dapat ditegakkan, pendekatan pertama yang dilakukan adalah segera berusaha untuk membina hubungan yang baik antara pasien, keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya, tanpa hubungan yang baik agak sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang cukup lama.

Pemberian obat yang utama pada Artritis Reumatoid adalah dengan obat–obatan Anti Inflamasi Non Steroid (AINS). Kelompok obat ini dapat mengurangi peradangan dengan menghalangi proses produski mediator peradangan. Obat – obat standar yang dipakai sejak lama dalam kelompok AINS adalah aspirin. Pemberian obat ini baru menjadi indikasi apabila AINS tidak dapat mengendalikan Artirtis Reumatoid. Untuk pemakaian kortikosteroid, harus diperhatikan empat indikasi berikut : 1. Pemberian oral dilakukan pada kasus–kasus Artritis Reumatoid yang tidak berespon terhadap AINS dan obat– obatan yang bekerja lambat. 2. Untuk mengatasi gejala – gejala penyakit yang terjadi selama menunggu efek obat – obatan yang bekerja lambat. 3. Suntikan intra artikular dilakukan apabila ada eksaserbasi akut dari sinovitas pada suatu sendi yang digerakkannya menjadi sangat terganggu. 4. Pemberian dosis tinggi peroral untuk jangka waktu pendek untuk mengatasi serangan yang berat.

6. Pemeriksaan Penunjang 1.

Faktor Reumatoid : positif pada 80-95% kasus

2. Fiksasi lateks: positif pada 75 % ddari kasus-kasus khas. Reaksi-reaksi aglutinasi: positif pada lebih dari 50% kasus-kasus khas. 3. LED: umumya meningkat pesat (80-100 mm/h) mungkin kembali normal sewaktu gejala meningkat. 4. Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi 5. SDP: meningkat pada waktu timbul proses inflamasi 6. JDL: umumnya menunjukkan anemia sedang ig (igM dan igG); peningkatan besar menunjukkan proses autoimun sebagai penyebab AR 7. Sinar X dari sendi yang sakit: menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoatritistik yang terjadi secara bersamaan. 8. Scan radionuklida: identifikasi peradangan sinovial

9. Artroskopi langsung: visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi 10. Aspirasi cairan sinovial: mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan leukosit, penurunan viskositas dan komplemen (C3 dan C4) 11. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Data yang perlu dikaji yaitu : a. Nyeri /kenyamanan Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi), rasa nyeri kronik dan kekakuan. b. Aktifitas/Istirahat Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan memburuk dengan stres pada sendi, kekakuan pada sendi . Tanda : Malaise dan keterbatasan rentang gerak, atropi otot, kulit kontraktur/kelainan. c. Kardiovaskuler Gejala : Jari tangan/kaki pucat interniuter, sianosis kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal

d. Hygiene Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktifitas perawatan diri pribadi, ketergantungan dengan orang lain. e. Neurosensori Gejala: Kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Tanda: Pembengkakan sendi simetris. f. Interaksi sosial Gejala: Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.

2. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses implamasi, distruksi sendi ditandai dengan : 1) Keluhan nyeri/ketidak nyamanan, kelelahan. 2) Prilaku distraksi. 3) Prilaku yang bersifat hati–hati/melindungi. b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletral, nyeri/ketidak nyamanan intoleransi aktifitas penurunan aktifitas otot ditandai dengan : 1) Keengganan untuk mencoba bergerak/ketidaknyamanan. 2) Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan otot. c. Kurang perawatan diri (berpakaian, berhias, mandi/kebersihan, makan, eliminasi) berhubungan dengan keterbatasan rentang gerak, kontraktur/kelainan pada sendi dan otot ditandai dengan : 1) Kesulitan untuk melaksanakan aktifits perawatan diri. 2) Ketergantungan pada orang lain. d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan paparan dan keterbatasan kognitif ditandai dengan : - Pengungkapan adanya masalah.

3. Perencanaan 1) Diagnosa Keperawatan I a) Kaji keluhan nyeri, lokasi dan intensitasnya. b) Berikan matras/kasur keras, bantal kecil meninggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan. c) Berikan posisi yang nyaman pada klien

d) Anjurkan klien untuk mandi air hangat, dan menyediakan waslap dan air hangat untuk mengompres sendi–sendi yang sakit beberapa kali sehari e) Berikan masase yang lembut f) Berikan obat sebelum aktifitas/latihan yang telah direncanakan. g) Kalaborasi Pemberian obat sesuai petunjuk 2) Diagnosa Keperawatan II a) Evaluasi/melanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/rasa sakit pada sendi. b) Sarankan klien untuk istirahat. c) Gunakan bantal kecil/tipis dibawah leher d) Klien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, berjalan e) Ciptakan lingkungan yang aman f) Kalaborasi dalam Pemberian obat sesuai petunjuk. 3) Diagnosa Keperawatan III a) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan b) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri, identifikasi/rencana untuk memodifikasi lingkungan 4) Diagnosa Keperawatan IV a) Diskusikan kebiasaan klien dalam penatalaksanan proses sakit melalui diet. b) Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat ataupun pada saat beraktifitas .

4. Pelaksanaan 1) Diagnosa Keperawatan I a) Mengkaji keluhan nyeri, lokasi dan intensitasnya b) Memberikan matras/kasur keras, bantal kecil, memanggil linen tempat tidur sesuai kebutuhan c) Memberikan posisi yang nyaman bagi klien d) Menganjurkan klien untuk mandi air hangat dan meyediakan waslab dan air hangat untuk kompres sendi – sendi yang sakit beberapa kali sehari e) Beri massase yang lembut f) Memberikan obat sebelum beraktifitas/latihan yang ditentukan

2) Diagnosa Keperawatan II a) Mengevaluasi/melanjutkan pemantauan tingkat imflamasi/rasa sakit pada sendi b) Menyarankan klien untuk istirahat c) Menggunakan bantal kecil/tipis dibawah leher. d) Mendorong klien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri berjalan e) Menciptakan lingkungan yang aman f) Memberikan obat sesuai indikasi.

3) Diagnosa Keperawatan III a) Mempertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan. b) Mengkaji hambatan terhadap peartisipasi dalam perawatan diri, identifikasi/rencana untuk memodifikasi lingkungan. 4) Diagnosa Keperawatan IV a) Mendiskusikan kebiasaan klien dalam penatalaksanan proses sakit melalui diet. b) Mempetahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat ataupun pada saat beraktifitas.

5. Kriteria Evaluasi 1) Diagnosa Keperawatan I a) Menunjukkan nyeri hilang atau terkontrol b) Terlihat rileks, dapat tidur/ istirahat dan berpartisifasi dalam aktifitas sesuai kemampuan. c) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan kedalam program kontrol nyeri. 2) Diagnosa Keperawatan II a) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur. b) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan atau fungsi dari dan/kompensasi bagian tubuh. 3) Diagnosa Keperawatan III a) Melaksanakan aktifitas kemampuan individual.

perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan

b) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi atau komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri. 4) Diagnosa IV a) Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis perawatan. b) Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan/ atau pembatasan aktifitas.

Related Documents


More Documents from ""