Laporan Pendahulua1.docx

  • Uploaded by: Ady Putra Pratama
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Pendahulua1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,239
  • Pages: 20
1

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Anatomi dan Fisiologi

(Sumber: anatomifisiologikulit.com)

Kulit terbagi menjadi 3 lapisan yaitu : 1. Epidermis Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu : a. Lapisan tanduk (stratum corneum) Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.

2

Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai muncul lapisan baru. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar. b. Lapisan bening (stratum lucidum) Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening. c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki. d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen

3

kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Diantara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol dan asam amino. e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermisbertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit. Tipe-Tipe Sel Epidermis a. Keratinocytes Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena keratinocytes selalu mengelupas pada permukaaan epidermis, maka harus selalu digunakan. Pergantian dilakukan oleh aktivitas mitosis dari lapisan basal (di malam hari). Selama perjalanannya ke luar (menuju permukaan. Keratinocyes berdeferensiasi menjadi keratin filamen dalam sitoplasma. Proses dari basal sampai korneum selama 20-30 hari. Karena proses cytomorhose dari keratinocytes yang bergerak dari basal ke korneum, lima lapisan dapat diidentifikasi. Yaitu basal, spimosum, granulosum, losidum dan kornium. b. Melanocytes Didapat dari ujung saraf, memproduksi pigment melanin yang memberikan warna coklat pada kulit. Bentuknya silindris, bulat dan panjang. Mengandung tirosinase yang

4

dihasilkan oleh REG, kemudian tirosinase tersebut diolah oleh Aparatus Golgi menjadi oval granules (melanosomes). Ketika asam amino tirosin berpindah ke dalam melanosomes, melanosomes berubah menjadi melanin. Enzim tirosinase yang diaktifkan oleh sinar ultra violet.. Kemudian melanin meninggalkan badan melanicytes dan menuju ke sitoplasma dari sel-sel dalam lapisan stratum spinosum. Dan pada akhirnya pigmen melanin didegradasi oleh keratinocytes. c. Merkel Cells Banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut (fingertips, oral mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar di lapisan stratum basal yang banyak mengandung keratinocytes. d. Langerhans Cells Disebut juga dendritic cells karena sering bekerja di daerah lapisan stratum spinosum. Merupakan sel yang mengandung antibodi. Banyaknya 2% – 4 % dari keseluruhan sel epidermis. Selain itu, juga banyak terdapat di bagian dermis pada lubang mulut, esophagus, dan vagina. Fungsi dari langerhans cells adalah untuk responisasi terhadap imun karena mempunyai antibodi. 2. Dermis Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit (Sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak

kaki.

Susunan

dasar

kulit

jangat

dibentuk

oleh

serat-serat, matriks

interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu,

5

seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu : a. Kelenjar Keringat (Sudorifera) Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu : 1) Kelenjar Keringat Ekrin Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95-97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat

6

ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya. 2) Kelenjar Keringat Apokrin Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar

dubur

(anogenital)

menghasilkan

cairan

yang

agak

kental,

berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon. b. Kelenjar Palit (Sebacea) Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut

terdiri

dari

gelembung-gelembung

kecil

yang

bermuara

ke

dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjarpalit atau kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebaseamembesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.

7

3. Hipodermis Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, sarafsaraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluhpembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur. Derivat Kulit 1. Rambut Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora. Pertumbuhan rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelaminterutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut. Rambut terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir. Terdapat 2 jenis rambut : a. Rambut terminal ( dapat panjang dan pendek) b. Rambut velus ( pendek, halus dan lembut) Fungsi rambut : a. Melindungi kulit dari pengaruh buruk, seperti alis mata melindungi mata dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae) untuk menyaring udara.

8

b. Pengatur suhu c. Pendorong penguapan keringat d. Indera peraba yang sensitive Terdapat 2 fase : a. Fase pertumbuhan (Anagen) Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut tercepat diikuti kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6 tahun. 90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase pertumbuhan pada satu saat. b. Fase Istirahat ( Telogen) Berlangsung 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 –100 lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika terjadi trauma , stress, disebut Piloereksi. Warna rambut ditentukan oleh jumlah melanin . Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol oleh hormon seks( rambut wajah, janggut, kumis, dada, punggung, di kontrol oleh H. Androgen. Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan pada S. Cushing(wanita). 2. Kuku Kuku tersusun atas protein yang mengeras disebut keratin. Fungsinya sebagai pelindung ujung jari tangan dan jari kaki. Lempeng kuku (LK) berbentuk empat persegi panjang, keras, cembung ke arah lateral dan dorsal, transparan, terletak di dorsalo paling distal. LK terbentuk dari bahan tanduk yang tumbuh ke arah dorsal untuk waktu yang tidak terbatas. Kecepatan tumbuh kuku jari tangan: lebih kurang 0,1 mm/ hari, kuku jari kaki 1/3-1/2 kecepatan kuku jari tangan. Tebal kuku tangan bervariasi 0,5 mm- 0,75mm, dan pada kaki dapat mencapai 1,0 mm. LK terdiri dari tiga lapisan horizontal yang masingmasing adalah: a. Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian proksimal (1/3 bagian). b. Lapisan intermediet yang dibentuk oleh matriks bagian distal (2/3 bagian). c. Lapisan ventral yang dibentuk oleh lapisan tanduk dasar kuku dan hiponikium yang mengandung keratin lunak. Lunula atau bulan sabit terletak di proksimal LK. Lunula merupakan ujung akhir matriks kuku. Warna putih lunula disebabkan epitel yang lebih tebal dari epitel kasar

9

kuku dan kurang melekatnya epitel dibawahnya sehingga transmisi warna pembuluh darah kurang dipancarkan. Daerah di bawah LK disebut hiponikium. Alur kuku dan lipat kuku merupakan batas dan pelindung kuku. Lipat kuku proksimal merupakan perluasan epidermis, bersama kuku yang melindungi matriks kuku. Produk akhirnya adalah kutikel. Pada matriks kuku terdapat sel melanosit Bagian-bagian kuku : a. Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru. b. Dinding kuku (nail wall) : merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian pinggir dan atas. c. Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku. d. Alur kuku (nail groove) : merupakan celah antara dinding dan dasar kuku. e. Akar kuku (nail root): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. f. Lempeng kuku (nail plate) : merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding kuku. g. Lunula : merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar kuku berbentuk bulan sabit, sering tertutup oleh kulit. h. Eponikium : merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi bagian permukaan lempeng kuku. i. Hiponikium : merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas (free edge)menebal.

II. Konsep Teori a. Definisi Morbili adalah penyakit infeksi virus akut yang di tandai oleh tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( Suriadi, 2015) Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang di tandai dengan 3 stdium yaitu: stadium kataral, stadium erupsi, stadium konvalensi. ( Alatas Husain, 2009) Morbili adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus yang dapat menyerang pada anak. Terjadinya penyakit ini melalui tiga stdium diantaranya stadium kataral, yang berlangsung 4-5 hari, stdium erupsi, dan stdium konvalensi. ( Aziz Alimul Hidayat, 2008)

10

b. Etiologi Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus, Cara penularan dengan droplet infeksi. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

c. Patofisiologi Virus morbili adalah paramixovirus yang ditemukan didalam darah, urine dan sekret paringeal pada seseorang yang terinfeksi. Infeksi ini di dapat berpindah langsung melalui kontak dengan sekret pernafasan dengan seorang yang terinfeksi dalam fase kataral (dari 4 -5 hari setelah ruam). Virus menyerang epitelium saluran pernafasan dan berkembang disana. Virus menyebar melalui jalan sistem limfa. Menghasilkan hiperplasia pada jaringan limfa. Virus menyebar didalam leukosit pada sistem reticulo endotelium menjadi sel nekrose, meningkatnya jumlah virus yang dilepas kemudian kembali menyerang leukosit mengakibatkan virus sekunder. Dengan virus sekunder seluruh mukosa sa.luran pernafasan menjadi terinfeksi. Edema pada mukosa mungkin faktor presdisposisi penyebaran bakteri sekunder dan komplikasinya seperti otitis media akut, dan pneumonia. Dalam beberapa hari setelah terjadinya gangguan pada sistem pernafasan, konflik muncul pada mukosa bukal dan ruam kulit berkembang. Virus muncul menyerang sel epidermis dan lapisan epitelium mulut, menghasilkan perubahan jaringan dan menstimulasi sel yang bertindak sebagai respon imun yang dimanifestasikan dengan ruam.

11

Munculnya ruam berikutnya prodoma, bertepatan dengan produksi serum antibodi. Sering kali ada leukopenia dan limfositosis, leukosit yang dimana pada penyakit ini terjadi bila ada infeksi bakteri sekunder.

12

d. Manifestasi Klinik 1. Stadium kataral Demam, malaise, batuk, flu, terjadi konjungtivitis, nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, terjadi bercak koplik yaitu bercak putih kelabu yang dikelilingi daerah kemerahan, timbul 2 hari sebelum munculnya rash. 2. Stadium erupsi Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbulnya enantema ayau titik merah di pallatum durum dan pallatum molle, kadang terlihat pula bercak koplik. Terjadinya eritema yang berbentuk makula-makula disertai meningkatnya suhu tubuh. Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula makula timbul dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang pipi. Dalam 2 hari bercak-bercak menjalar ke muka, lengan atas dan bagian dada punggung, perut, tungkai bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak, ruam mencapai anggota bawah umunya pada hari ketiga dan akan menghilang. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher belakang. Terdapat juga sedikit splenomegali serta sering pula disertai diare dan muntah variasi dari morbili yang biasanya ini adalah black measless yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus. 3. Stadium konvalensi Erupsi

berkurang

meninggalkan

bekas

yang

berwarna

lebih

tua

(hiperpigmentasi), yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak indonesia sering pula ditemukan kulit bersisisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi suhu menurun sampai menjadi normal, kecuali jika ada komplikasi.

e. Komplikasi 1. Pneumoni Oleh karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada mobili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok,

13

hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela. 2. Gastroenteritis Komplikasi yang cukup banyak ditemukan dengan insiden berkisar 19,1 – 30,4% 3. Ensefalitis Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis tipe alergi. 4. Otitis media Komplikasi yang sering ditemukan 5. Mastoiditis Komplikasi dari otitis media 6. Gangguan gizi Terjadi sebagai akibat intake yang kurang (Anorexia, muntah), menderita komplikasi. (Rampengan, 2015)

f. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium: sel darah putih cenderung turun. 2. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urin dapat ditemukan adanya multinucleated giant cells yang khas. 3. Pada pemeriksaan serologis dengan cara hemagglutination inhibition test dan complemen fixation test akan ditemukan adanya antibodi Ig M yang spesifik dalam 13 hari setelah timbulnya rash dan mencapai puncaknya pada 2-4 minggu kemudian. 4. Punksi lumbal pada penderita dengan encephalitis campak biasanya menunjukkan kenaikan protein dan sedikit kenaikan limfosit. 5. Pemerisaan darah tepi hanya ditemukan adanya leukopenia.

g. Penatalaksanaan Terdapat indikasi pemberian obat sedatif, antipiretik untuk mengatasi demam tinggi. Istirahat ditempat tidur dan pemasukan cairan yang adekuat. Mungkin diperlukan humidikasi ruangan bagi penderita laringitis atau batuk mengganggu dan lebih baik mempertahanakan suhu ruangan yang hangat.

14

Penatalaksanaan Teraupetik : 1. Pemberian vitamin A 2. Istirahat baring selama suhu meningkat, pemberian antipiretik 3. Pemberian antibiotik pada anak-anak yang beresiko tinggi 4. Pemberian obat batuk dan sedativum

III. Rencana asuhan keperawatan 1. Pengkajian a. Observasi umum : 1) Kaji kemampuan anak untuk berpartisipasi dalam pemeriksaan. 2) Inspeksi penampilan umum anak. 3) Perhatikan : a) Bernapas anak : sesak, batuk, coryza. b) Ruam pada kulit, konjungtivitis dan fotofobia. c) Suhu tubuh anak. d) Pola tidur anak. e) Pola eliminasi. b. Pemeriksaan Fisik : 1) Mata : terdapat konjungtivitis, fotophobia. 2) Kepala : sakit kepala . 3) Hidung : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza, perdarahan hidung (pada stadium erupsi ). 4) Mulut & bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit. 5) Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher, muka, lengan dan kaki (pada stad. Konvalensi), evitema, panas (demam). 6) Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, ronchi, sputum. 7) Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi. 8) Pola Defekasi : BAK, BAB, Diare. 9) Keadaan Umum : Kesadaran, TTV. c. Pola Fungsi Kesehatan 1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

15

a) Riwayat ibu hamil yang menderita morbili. b) Riwayat imunisasi. c) Riwayat kontak dengan penderita morbili. d) Riwayat pengobatan/upaya pengobatan. e) Makan makanan kurang gizi. f) Kurangnya hygiene personal dan lingkungan. 2) Pola nutrisi metabolik a) Apakah terjadi penurunan berat badan. b) Apakah ada alergi makanan. c) Apakah anoreksia. d) Mual, muntah. e) Kaji makanan kesukaan untuk memodifikasi diet. 3) Pola eliminasi a) Diare b) BAK : volume, berapa kali sehari, kepekatan urin. d. Pola aktivitas dan latihan 1) Kelemahan, letih, lesu 2) Kebutuhan harian. e. Pola tidur dan istirahat 1) Jumlah jam tidur 2) Pemakaian obat tidur 3) Lingkungan nyaman/tidak. 4) Kebiasaan sebelum tidur. f. Pola persepsi dan kognitif 1) Apakah anak rewel/cengeng/cemas. 2) Penerimaan anak terhadap tindakan perawatan/medis. 3) Konjungtivitis 4) Nyeri edema 5) Kejang 6) Gatal

16

g. Pola peran dan hubungan sosial. 1) Hubungan dengan orangtua dan saudara. 2) Peran anak dalam keluarga. 3) Kecemasan orangtua.

2. Diagnosa Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh b/d proses inflamasi. b. Gangguan

kebutuhan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan anoreksia c. Resiko kurang volume cairan b/d kehilangan sekunder terhadap demam. d. Gangguan pola nafas bd inflamasi saluran nafas. e. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan proses penyakit morbili.

3. Intervensi Keperawatan a. Gangguan rasa nyaman peningkatan suhu tubuh bd proses inflamasi. Tujuan : Diharapkan suhu badan pasien berkurang dengan Kriteria hasil : - Suhu tubuh 36,5-37,50C. - Bibir lembab. - Nadi normal. - Kulit tidak terasa panas. - Tidak ada gangguan neurologis ( kejang ). Intervensi : 1. Monitor perubahan suhu tubuh, denyutan nadi. 2. Memberikan kompres dingin/hangat. 3. Berikan pakaian tipis dalam memudahkan proses penguapan 4. Libatkan keluarga dalam perawatan serta ajari cara menurunkan suhu dan mengevaluasi perubahan suhu tubuh. 5. Kolaborasi medis untuk pemberian terapi antipiretik.

17

b. Gangguan

kebutuhan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan dengan anoreksia. Tujuan : Diharapakan pasien menunjukkan peningkatan nafsu makan Kriteria hasil : - BB meningkat - Mual berkurang/hilang - Tidak ada muntah - Pasien menghabiskan makan 1 porsi - Nafsu makan meningkat - Tidak ada tanda-tanda malnutrisi. Intervensi : 1. Berikan sari buah yang banyak mengandung air. 2. Berikan susu atau makanan dalam keadaan hangat. 3. Berikan nutrisi bentuk lunak untuk membantu nafsu makan. 4. Berikan diet TKTP atau nutrisi yang adekuat. 5. Monitor perubahan berat badan, adanya bising usus, dan status gizi.

c. Resiko kurang volume cairan b.d kehilangan sekunder terhadap demam. Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan tubuh Kriteria hasil : - Turgor baik - Kulit lembab - TTV dalam batas normal - Mukosa mulut lembab - Cairan masuk dan keluar seimbang Intervensi 1. Observasi penyebab kekurangan cairan : muntah, diare, kesulitan menelan, kekurangan darah aktif, diuretic, depresi, kelelahan 2. Observasi tanda-tanda dehidrasi. 3. Observasi keadaan turgor kulit, kelembaban, membran mukosa.

18

4. Monitor pemasukan dan pengeluaran cairan bila kekurangan cairan terjadi secara mendadak, ukur produksi urine setiap jam, berat jenis dan observasi warna urine. 5. Catat dan ukur jumlah dan jenis cairan masuk dan keluar perparetal. Perhatikan : cairan yang masuk, kecepatan tetesan untuk mencegah edema paru, dispneu, bila pasien terpasang infus. 6. Timbang BB setiap hari.

d. Gangguan pola nafas bd inflamasi saluran nafas. Tujuan : Pasien menunjukkan Status Respirasi: Ventilasi: Pergerakan udara ke dalam dan ke luar dari paru-paru yang normal Kriteria hasil: - Menunjukkan pola pernapasan efektif, dibuktikan dengan status pernapasan yang tidak berbahaya: ventulasi dan status tanda vital. - Menunjukkan status pernapasan: Ventilasi tidak terganggu, ditandai dengan indikator gangguan sebagai berikut (dengan ketentuan 1-5L ekstrem, kuat, sedang, ringan , tidak). Intervensi : 1. Pantau adanya pucat dan sianosis 2. Pantau efek obat pada status respirasi. 3. Tentukan lokasi dan luasnya krepitasi di tulang dada. 4. Kaji kebutuhan insersi jalan napas. 5. Observasi dan dokumentasikan ekspansi dada bilateral pada pasien dengan ventilator. 6. Pemantauan Pernapasan : Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan suaha respirasi; perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu, serta retraksi otot suprakla vikular dan interkostal; pantau respirasi yang berbunyi, seperti mendengar.

19

e. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan proses penyakit morbili. Tujuan : Integritas kulit baik Kriteria hasil : - Permukaan kulit utuh. - Tidak ada kemerahan dan luka. Intervensi : 1. Observasi keadaan kulit selama masa perawatan. 2. Kaji pola nutrisi dan cairan anak. 3. Beri pakaian yang tipis dan menyerap keringat. 4. Ganti pakaian dan alat tenun bila basah. 5. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering. 6. Beri terapi sesuai program medik.

20

Daftar Pustaka

Betz, Cecity L., Linda A. Sowden. 2010. Buku Saku Keperawan Pediatri. Jakarta : EGC. Doengoes, E Marylin. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta : EGC Hartanto, Huriawati, dr., dkk,. 2011. Kamus Kedokteran Dorland, Edisi Dua Sembilan. Jakarta : EGC. Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika Ngastiyah. 2012. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC Rampengan T.H , Laurents I.R. 2014. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 1, Cetakan III. Jakarta : EGC Suriadi. 2015. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1. Jakata : EGC

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"