Laporan Jay.docx

  • Uploaded by: Muhammad Ayyubi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Jay.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,550
  • Pages: 32
[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputiirigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa dan irigasi rawa. Pengairan mengandung arti memanfaatkan dan menambah sumber air dalam tingkat tersedia bagi kehidupan tanaman. Apabila air terdapat berlebihan dalam tanah maka perlu dilakukan pembuangan (drainase), agar

tidak mengganggu

kehidupan

tanaman.

Sekitar 86% produksi beras nasional berasal dari daerah sawah beririgasi. Jadi sawah irigasi merupakan faktor utama dalam pencapaian ketahanan pangan nasional. Agar produksi beras di lahan beririgasi maksimal, maka jaringan irigasi harus dikelola dengan baik. Sejak Indonesia tidak mampu lagi mencapai swasembada pangan, berbagai perubahan

kebijakan

terus

dilakukan

pemerintah

dalam

pengelolaan irigasi. Alasan utama yang muncul perubahan kebijakan tersebut adalah keterbatasan anggaran yang dimiliki oleh pemerintah. Namun jika di kaji lebih dalam, perubahan tersebut juga tidak terlepas perubahan model kebijakan irigasi pada tingkatan internasional. Dominasi pemerintah dalam pembangunan irigasi pada masa revolusi hijau dipandang sebagai penyebab utama kegagalan pembangunan irigasi termasuk di Indonesia. Salah satu dari kegagalan tersebut adalah ekspansi besar-besaran daerah irigasi tidak diimbangi dengan ketersediaan dana untuk melakukan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi. Dengan demikian pemindahan

tanggung

jawab operasional dan pemeliharaan jaringan dari 1.2 Rumusan Masalah Dalam penulisan masalah ini penulis ingin membahas masalah yang telah dirumuskan di atas.

Masalah-masalah yang akan dibahas adalah sebagai

berikut : 1) Aspek-aspek apa saja yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi? 2) Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi? 3) Apakah tujuan dari pembangunan Irigasi?

FAJAR ABDILAH (1603586)

1

[Pick the date]

4)

REKAYASA IRIGASI I

Apa yang di maksud dengan Skema Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan ?

5)

Apa saja istilah-istilah dalam Irigasi dan apa pengertiannya?

6)

Bagaimanakah tahapan-tahapan dalam perencanaan sistem Jaringan Irigasi?

1.3 Tujuan Penulisan Adapun maksud penyusunan laporan ini, antara lain : 1) Mengetahui aspek-aspek apa saja yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi. 2) Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi. 3) Mengetahui tujuan dari pembangunan Irigasi. 4) Memahami istilah-istilah Irigasi dan pengertiannya. 5) Mengetahui dan dapat mendesain jaringan Irigasi. 1.4 Manfaat Penulisan Dengan penulisan makalah ini terdapat manfaat yang sangat besar untuk mahasiswa, khususnya mahasiswa sipil dapat menjelaskan dan mengetahui tata cara perencanaan dan perhitungan dalam

proses merencanakan

Bangunan Air sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh badanbadan yang bergerak dalam bidang Keairan. 1.5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah: KATA PENGANTAR Memuat pengantar dari penulis. DAFTAR ISI Memuat informasi materi bahasan beserta halamannya. DAFTAR GAMBAR, Memuat informasi gambar beserta halamannya. DAFTAR TABEL Memuat informasi tabel beserta halamannya. DAFTAR LAMPIRAN Memuat informasi lampiran. BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan serta sitematika penulisan. BAB II. PEMBAHASAN Dalam bab ini dibahas mengenai pengertian irigasi, aspek dan faktor yang memengaruhi teknik irigasi, tujuan pembangunan jaringan irigasi, skema FAJAR ABDILAH (1603586)

2

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

jaringan dan bangunan irigasi, perencanaan peta petak irigasi, dimensi saluran dan perhitungan muka air serta penggambaran situasi dan profil memanjang. BAB III. METODE PEKERJAAN JARINGAN IRIGASI Dalam bab ini dibahas mengenai tata cara serta metode perencanaan, perhitungan dan penggambaran jaringan irigasi. BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini dibahas mengenai penentuan trase, bangunan dan petak, pembuatan potongan memanjang saluran, rekapitulasi bangunan petak dan dimensi saluran serta pembuatan skema muka air tanah, bangunan dan jaringan BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran untuk menyempurnakan laporan ini. DAFTAR PUSTAKA Bagian ini berisi rujukan yang dijadikan referensi dalam penyusunan makalah ini. LAMPIRAN Bagian ini berisi lampiran yang digunakan dalam pembuatan laporan

FAJAR ABDILAH (1603586)

3

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Irigasi Keseimbangan air di alam semakin hari semakin bergeser. Hal ini disebabkan karena sumber air tawar yang tersedia di alam jumlahnya terbatas. Padahal kebutuhan air cenderung meningkat sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan manusia. Untuk menjaga keseimbangan air maka perlu kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya air. Salah satu jenis pemanfaatan sumber air adalah untuk irigasi. Mengingat Indonesia adalah Negara agraris dengan tanaman dan makanan utama penduduknya adalah beras, maka peran irigasi sebagai penghasil utama beras menduduki posisi penting. Irigasi memerlukan investasi yang besar untuk pembangunan sarana dan prasarana, pengoperasian dan pemeliharaan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik, benar, dan tepat sehingga pemakaian air untuk irigasi dapat seoptimal mungkin. Jumlah air yang diperlukan untuk irigasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alam, juga tergantung pada macam tanaman serta masa pertumbuhannya. Untuk itu diperlukan sistem pengaturan yang baik agar kebutuhan air bagi tanaman sapat terpenuhi dan efisien dalam pemanfaatan air. Mengingat air yang tersedia di alam sering tidak sesuai dengan kebutuhan baik lokasi maupun waktunya, maka diperlukan saluran (saluran irigasi dan saluran drainasi) dan bangunan pelengkap (misal : bendungan, bendung, pompa air, siphon, gorong-gorong / culvert, talang air dan sebagainya) untuk membawa air dari sumbernya ke lokasi yang akan dialiri dan sekaligus untuk mengatur besar kecilnya air yang diambil maupun yang diperlukan. Irigasi di Indonesia ini mulai dikembangkan semenjak indonesia tidak mampu lagi mencapai swasembada beras. Awalnya irigasi itu sendiri diangap penting oleh pemerintah umumnya dan petani sendiri khususnya. Semuanya hanya berpikiran bahwa Indonesia ini adalah Negara yang kaya, makmur, subur serta segalanya mudah sehingga pemikiran untuk jangka panjag tentang

FAJAR ABDILAH (1603586)

4

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

ketersediaan pangan pun tak lagi dihiraukan. Pikiran awal petani Indonesia dulu hanyalah keberhasilan panen, dan pemerintah hanya bangga karena saat itu mampu mencapai swasembada beras tanpa harus repot mengupayakan ketersediaan air dilahan. Memasuki keadaan seperti sekarang ini, petani mulai mengeluh tentang minimnya ketersediaan air di lahan sawahnya khususnya petani-petani daerah jawa. Atas keluhan tersebut berimbas pada kurangnya minat petani untuk menanam padi lagi. Masalah besar pun jelas terjadi, ketersediaan beras sebagai makanan utama bangsa Indonesia ini pun jadi mulai dikhawatirkan tidak tersedia. Mencapai swasembada beras pun kini dirasa hanyalah mimpi, keberhasilan era orde baru dianggap hanyalah masa lalu yang tak mungkin terulang lagi. Jenis-jenis irigasi di Indonesia adalah : 1.

Irigasi permukaan : Mengambil air dari sumber-sumber yang ada, lalu membuat bangunan penangkapnya, kemudian mengalirkannya melalui saluran primer dan sekunder ke petak-petak sawah.

2.

Irigasi tambak : Mengatur tata air dari sumber irigasi yang sudah ada melalui system drainase (menahan dan mengairi padi)

3.

Irigasi air tanah : Mengambil air tanah kemudian memompa dan mendistribusikannya ke petak-petak sawah.

4.

Irigasi pompa : Diutamakan untuk areal persawahan di dataran tinggi. Berikut ini fungsi irigasi :

1. Memasok kebutuhan air pada tanaman. 2. Menjamin ketersediaan air di musim kemarau. 3. Menurunkan suhu tanah. 4. Mengurangi kerusakan tanah. Pemerintah sekarang ini mulai menumbuhkan minat petani untuk kemali berlomba-lomba menanam padi lagi. Salah satu usaha pemerintah saat ini adalah dengan program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Irigasi Kecil (P4-ISDA-IK). Maksud dan Tujuan dari P4-ISDA-IK adalah menumbuhkan partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan rehabilitasi

FAJAR ABDILAH (1603586)

5

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

irigasi kecil sesuai dengan kebutuhan dan berdasarkan prinsip kemandirian agar terlaksananya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan rehabilitasi irigasi kecil dan rehabilitasi terhadap kondisi dan fungsi prasarana irigasi kecil. Program ini merupakan salah satu bentuk harapan pemerintah kepada petani agar mau menjalankan misi Negara dengan mau bersama-sama membangun dan memperbaiki system penyediaan air untuk lahan sawah mereka. Dalam program ini sifatnya adalah “dari petani, untuk petani dan oleh petani” yang berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada petani untuk berusaha membangun dan mengusahakan agar air bias sampai dan tersedia di lahan mereka. Hal ini mulai diwujudkan pemerintah karena kesadaran akan pentingnya ketersediaan air itu sangat penting dan memang harus diutamakan. Tiga sasaran dari program ini adalah ; 1. Penyediaan air baku. 2. Pengamanan pantai. 3. Perbaikan irigasi kecil. Inti dari program ini adalah pemerintah memberikan bantuan berupa dana dan pengawasan langsung kepada desa untuk membangun dan mengerjakan sendiri proyek pembangunan dan perbaikan irigasinya agar air bisa tersedia dengan baik di lahan. pembangunan infrastruktur pertanian yang dilakukan oleh pemerintah biasanya diserahkan kepada pihak ketiga. Namun, dalam P4 ISDA IK, para petanilah yang diberi kepercayaan untuk menentukan titik-titik saluran irigasi yang menjadi sasaran pembangunan dan melaksanakan pembangunan saluran irigasi. Dengan adanya program ini memang dirasa oleh petani sangat menguntungkan, karena ada banayk manfaat yang ditimbulkan dengan adanya program ini, diantaranya yaitu :

1. Air tersedia di lahan. 2. Produksi jauh meningkat. 3. Terjalinnya hubungan yang baik antar petani dalam satu kawasan desa. 4. Mengurangi tingkat kemungkinan korupsi oleh pihak pemerintah. 5. Mengurangi dana yang seharusnya dikeluarkan pemerintah.

FAJAR ABDILAH (1603586)

6

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

Kelemahan dari program ini adalah masih memiliki batasan-batasan tertentu yang menjadi syarat bagi desa yang akan mendapatkan bantuan dana untuk pembuatan dan perbaikan system irigasi bagi desa mereka. Diantara syarat tersebut tentunya membuat beberapa desa atau daerah yang sebenarnya sangat membutuhkan bantuan dana tersebut harus terpaksa rela menghilangkan harapannya akan ketersediaan air di sawahnya. Pemerintah mensyaratakan bagi dresa yag akan menerima bantuannya adalah : Desa yang memiliki irigasi kecil yang luasnya kurang dari 1.000 hektare. Namun menanggapai masalah tersebut memang pemerintah sudah merevisi aturannya yaitu menjadi : cakupan kriteria desa yang bisa mengakses program tersebut berkembang. Payung hukum program percepatan itu ialah Keputusan Menteri PU No 328/2013 tentang Pelaksanaan P4 ISDA IK. Aturan itu juga diperbarui dengan Keputusan Menteri PU 396/2013, yang juga menetapkan jumlah desa penerima P4 ISDA IK bertambah, dari 4.000 desa menjadi 5.010 desa. Sejumlah kriteria pun ditetapkan, salah satunya desa yang bersangkutan harus memiliki irigasi dengan luas di atas 1.000 hektare dan 3.000 hektare pada saluran irigasi sekunder. Program juga bisa digelar di daerah rawa yang potensial untuk pengembangan tanaman padi, serta daerah tadah hujan yang ke depannya bisa dijadikan lahan irigasi.

Dengan adanya program Percepatan dan Perluasan Pembangunan Infrastruktur Sumber Daya Air Irigasi Kecil (P4-ISDA-IK) ini diharapkan mampu memperbaiki sistem di indonesia ini. System ini sudah membawa setidaknya sedikit perbaikan terhadap system irigasi di Indonesia ini. Yang terpenting adalah melalui program ini maka pikiran ataupun paradigma tentang pentingnya air dan irigasi di lahan itu sangat penting telah meningkat. 2.2Aspek-Aspek yang Berpengaruh dalam Teknik Irigasi Adapun aspek-aspek yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi antara lain : 1) Aspek Engineering a. Penyimpanan, penyimpangan, pengangkutan. b. Membawa air ke ladang/sawah pertanian. c. Pemakaian air untuk persawahan. d. Mengeringkan air yang berlebihan. FAJAR ABDILAH (1603586)

7

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

e. Pembangkit tenaga air. 2) Aspek Agrikultural a. Kedalaman air yang diperlukan untuk berbagai tanaman. b. Distribusi air secara seragam dan berkala. c. Reklamasi tanah tandus dan tanah alkaline. 2.3 Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Teknik Irigasi Adapun faktor-faktor yang berpengaruh dalam Teknik Irigasi antara lain : 1) Iklim, sangat berpengaruh walau hanya naik 1o saja. 2) Sumber air yang ada di dunia berasal dari 3 sumber, yaitu : a. Sumber air atas permukaan. b. Sumber air permukaan (ideal untuk irigasi). c. Sumber bawah permukaan. 3) Ketersediaan teknologi, kualitas dan kuantitas air sangat berpengaruh. 4) Tingkat teknologi masyarakat. 5) Topografi tanah (kondisi tanah dan kontur). a. Sifat fisik lahan. b. Sifat kimiawi lahan. 6) Biologi tanaman. 7) Ekonomi masyarakat. 8) Sosial Budaya masyarakat. 9) SIDLACOM (Survey Investigation Desain Land Aquirement Construction Opeartion Maintance). 2.4 Tujuan Pembangunan Jaringan Irigasi Tujuan dari pembangunan Jaringan Irigasi antara lain : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

Membasahi tanah. Merabuk (memberi pupuk). Mengatur suhu tanah. Membersihkan tanah. Kolmatese (memindahkan tanah dari satu tempat ke tempat lain). Membersihkan air kotor. Meninggikan air tanah. Pemeliharaan ikan.

2.4Skema Jaringan Irigasi dan Skema Bangunan Skema Jaringan Irigasi adalah gambaran yang menampilkan jaringan saluran dimulai dari bendung, saluran primer, sekunder, bangunan bagi, bangunan sadap dan petak-petak tersier dengan standar sistem tata nama. Skema Bangunan adalah yang menampilkan khusus jumlah dan macam bangunan-bangunan yang ada pada tiap-tiap ruas saluran dan berada dalam satu daerah jaringan irigasi dengan standar sistem tata nama. FAJAR ABDILAH (1603586)

8

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

2.5 Istilah-Istilah Irigasi dan Pengertiannya Agar tidak terjadi persepsi yang berbeda terhadap istilah-istilah keirigasian, maka dibutakan istilah-istilah seperti berikut ini : 1) Sumber air adalah tempat/wadah air baik yang terdapat dipermukaan tanah maupun yang di dalam tanah (Ground Water). 2) Daerah Irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi. 3) Jaringan Irigasi adalah dimulai dari Bendung, jaringan saluran pembawa, jaringan saluran pembuang, bangunan pengatur air dan bangunan pelengkapnya menjadi satu kesatuan di dalam melayani kebutuhan air untuk Irigasi. 4) Jaringan Utama adalah jaringan dimulai dari Bendung, saluran Primer, saluran Sekunder, dan berakhir pada saluran Muka. 5) Jaringan Tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air didalam Petak Tersier. 6) Petak Tersier adalah gabungan beberapa petak kuarter menjadi satu kesatuan dan mendapatkan air dari saluran Tersier yang sama. 7) Petak Sekunder adalah gabungan petak-petak Tersier menjadi satu kesatuan dan mendapat air dari satu saluran Sekunder. 8) Saluran garis tinggi adalah saluran pembawa yang trasenya mengikuti garis tinggi (contour). 9) Saluran punggung adalah saluran pembawa yang mengikuti punggung tanah (memotong contour). 10) Saluran Primer (Induk) adalah saluran pembawa pertama yang menyadap air langsung dari Bendung. 11) Saluran Sekunder adalah saluran pembawa kedua yang mengambil air dari saluran Induk (Primer). 12) Saluran Tersier adalah saluran pembawa ketiga yang mengambil air dari saluran Tersier. 13) Saluran Kuarter adalah saluran pembawa ke tempat yang mengambil air saluran Tersier. 14) Pembuangan/Drainase adalah pengaliran kelebihan/sisa pemakaian air Irigasi yang sudah tidak digunakan lagi dan dibuang melalui jaringan saluran pembuang. 15) Waduk adalah tempat/wadah penampung air dari sungai yang dapat digunakan untuk : Pembangkit Listrik, Irigasi, Air Minum, Perikanan dan Industri. FAJAR ABDILAH (1603586)

9

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

16) Embung/Waduk Lapangan adalah tempat/wadah penampungan air irigasi pada waktu terjadi surplus air disungai atau air hujan. 17) Bangunan Air adalah bangunan-bangunan bersangkutan dengan air yang utamanya yang berkaitan dengan jaringan Irigasi. 18) Bangunan Sadap Utama (Bendung) adalah bangunan yang diletakkan melintang sungai fungsinya untuk meninggikan muka air sungai dan kemudian disadap dan dialirkan ke saluran Induk (Primer). 19) Bangunan Bagi adalah bangunan yang fungsinya membagikan air baik dari saluran Primer (Induk) kesaluran Sekunder, atau dari saluran Sekunder ke saluran Sekunder yang lain. 20) Bangunan Sadap adalah bangunan yang fungsinya memberikan sadapan kesaluran Tersier. Letaknya bisa disalurkan Induk dan bisa juga disaluran Sekunder. 21) Bangunan Bagi-Sadap adalah gabungan dari bangunan dan bangunan sadap, yang fungsinya membagikan air baik dari saluran Primer ke saluran Sekunder maupun dari saluran Sekunder ke saluran Sekunder lainnya dan memberikan sadapan kesaluran Tersier. 22) Bangunan Silang adalah bangunan air yang dibuat oleh karena persilangan kedua saluran yang berbeda fungsinya atau persilangan antara saluran dengan jalan. 23) Bangunan Pelindung adalah bangunan yang fungsinya untuk melindungi konstruksi bangunan lain pada bagian-bagian tertentu. 24) Bangunan Pembawa adalah bangunan-bangunan yang fungsinya membawa atau melewatkan air. 25) Bangunan Pelengkap adalah pengelompokan bangunan-bangunan yang ada pada jaringan Irigasi selain kelompok Bangunan Utama (Bendung, Bagi, Sadap, Bagi-Sadap). 26) Bangunan Sipon, merupakan bangunan yang membawa air melewati bawah saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran, kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan keluar. 27) Bangunan Gorong – Gorong, adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air (saluran irigasi atau pembuang) melewati jalan air lainnya (biasanya saluran), bawah jalan atau kereta api. Bangunan gorong-

FAJAR ABDILAH (1603586)

10

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil dari pada luas penampang basah saluran hulu maupun hilir. 2.6Perencanaan Peta Petak Irigasi Untuk merencanakan suatu daerah irigasi dalam hal ini perencanaan peta petak maka hal-hal yang harus disediakan adalah : 1. Peta topographi 2. Data curah hujan 3. Data klimatologi 4. Data kesuburan tanah Data curah hujan dan klimatografi digunakan untuk mencari kebutuhan air sawah ( l/dt/ha). Sedangkan peta topografi 1: 20.000 atau 1: 10.000 atau 1: 50.000 dipergunakan untuk merencanakan peta petak atau jaringan irigasi. Peta yang menggambarkan lay-out saluran dan bangunan adalah peta yang menggambarkan dan menunjukkan lokasi dan arah saluran, lokasi bangunanbangunan baik bangunan utama, bangunan pembagi maupun bangunan pelengkap, lokasi jalan batas petak irigasi, daerah yang dapat diairi maupun tidak, serta seluruh jaringan drainase. Perencanaan peta petak ini menggunakan peta situasi skala 1 : 30.000, dibuat petak-petak yang terdiri dari: a.

Petak Tersier, yaitu kumpulan dari sawah-sawah yang menerima air irigasi dari saluran tersier yang disadap dari saluran induk/sekunder di satu tempat pengambilan. Hal ini dibuat untuk memperlihatkan lokasi seluruh daerah yang diairi dengan membuat batas-batas daerah dan garis-garis kontur secara lengkap. Luas satu petak tersier sedapat mungkin merata antara 50 – 100 ha dan tidak boleh lebih dari 150 ha, juga jarak sawah terjauh dari bangunan sadap tidak boleh lebih dari 3 km. Hal ini untuk memudahkan pengelolaan air oleh petugas dari para petani pemakai air.

b.

Petak Sekunder, yaitu suatu petak yang terdiri dari kumpulan dari beberapa petak tersier yang dapat air irigasi dari satu saluran sekunder. Setiap petak sekunder harus mendapatkan air hanya dari satu bangunan bagi yang terletak di saluran induk atau saluran sekunder lainnya, kecuali pada hal-hal tertentu harus mendapatkan air irigasi suplesi dari saluran lain. FAJAR ABDILAH (1603586)

11

[Pick the date]

c.

REKAYASA IRIGASI I Petak Primer, yaitu suatu petak gabungan dari beberapa petak

tersier yang dapat air langsung dari saluran induk dan beberapa petak sekunder. Setiap petak primer sedapat mungkin dekat dengan bangunan utama bendung agar tidak terlalu panjang dalam membuat saluran induknya. d.

Nomenklatur, ialah nama petunjuk (indeks) yang jelas dan singkat dari suatu obyek, baik petak, saluran, bangunan bagi/sadap, bangunan pelengkap, bangunan silang dan sebagainya, sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan eksploitasi dan pemeliharaan dari tiap-tiap bagian jaringan irigasi. Syarat dalam menentukan pemberian nama antara lain, yaitu: a) Sebaiknya terdiri dari satu huruf untuk menyatakan petak, saluran atau bangunan. b) Saluran induk diberi nama sesuai dengan nama sungainya atau nama kampung terdekat. c) Begitu pula untuk bangunannya, baik bangunan utama, pembagi/sadap d) maupun bangunan pelengkap lainnya diberi nama sesuai dengan nama saluran di hulunya dan diberi indeks 1, 2, 3 dan seterusnya. e) Di dalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran panjang 4 cm dan lebar 1,5 cm. Di dalam kotak diberi kode dari saluran mana kotak tersebut mendapat air

irigasi, arah salurannya (kiri atau kanan) dilihat dari arah aliran. Kotak ini dibagi dua bagian, atas untuk nama petak tersier yang bersangkutan, sedangkan bagian bawahnya dibagi dua pula, yaitu sebelah kiri untuk luas areal sawah yang diairi (ha) dan sebelah kanannya untuk menunjukkan besarnya debit yang diperlukan (l/det). Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

E2Kn 45.408 Ha Gambar 2.1 Nomenklatur Petak Tersier

76.626 l/det

Dimana: E2Kn

= nama petak tersier

2

= nomor bangunan

FAJAR ABDILAH (1603586)

12

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

Kn

= arah petak tersier sebelah kiri

36,8 ha

= luas petak sawah yang diairi

76,626 lt/det

= besar debit yang dibutuhkan.

2.7 Pembuatan dan Pemberian Nama Saluran, Bangunan Setelah penempatan bendungan ini dilakukan maka : 1. Mulailah dari rencana bendung, tariklah garis titik-garis titik yang menyusuri kontur tertinggi dimana diperkirakan sawah akan dialiri 2. Garis titik-garis titik tersebut diatas tidak perlu sejajar dengan kontur, akan tetapi dibuat menurun lebih kurang 30 cm setiap satu kilometer 3. Garis titik-garis titik tersebut adalah rencana saluran induk 4. Pada tempat tertentu dimana ada sawah yang akan dialiri, maka dibuat satu bangunan sadap, atau bilamana ternyata dapat mengaliri sawah yang luas dan letaknya lebih jauh dari bangunan tadi, maka dapat dibuat saluran sekunder. Jadi fungsi bangunan tadi berubah yaitu disamping menyadap dia juga membagi kesaluran sekunder dan nama bangunan tersebut adalah bangunan bagi sadap (BM1, BM2, BM3) 5. Bangunan sadap maupun bangunan bagi diletakan pada tempat yang tinggi atau yang lebih tinggidari sawah yang akan dialiri 6.

Pada umumnya trase saluran induk mengikuti garis tinggi, dan trase saluran sekunder mengikuti punggung (perhatikan saluran induk

2.8 Rencana dan Perhitungan Luas Petak Tersier a. Setiap batas petak tersier sedapat mungkin terlihat jelas b. Batas-batas tersebut berupa kampung / desa (warna hijau), berupa jalan (warna coklat), berupa sungai atau selokan (warna merah). Berupa bukit (warna kuning), atau beberapa saluran pembawa itu sendiri (warna biru) c. Luas petak tersier lebih kurang 100 hektar d. Usahakan lebar petak tersier sama besar e. Usahakan panjang saluran induk maupun sekunder kurang dari 3000 meter f. Usahakan jangan sampai saluran tersier melewati bangunan sadap atau bangunan bagi sadap berikutnya (saluran tersier A1 karena tidak boleh melewati BA2)

FAJAR ABDILAH (1603586)

13

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

g. Setiap petak tersier harus mendapat air hanya dari atau bangunan sadap yang terletak di saluran induk atau sekunder h. Petak yang direncanakan harus mudah diairi dan mudah juga dibuang bilamana air tersebut tidak digunakan lagi i. Air tersebut dibuang melalui saluran pembuang atau saluran drainase, baik yang sengaja dibuat maupun melalui saluran atau selokan-selokan alam j. Saluran pembuang ini sedapat mungkin bermuara ke sungai atau ke laut

FAJAR ABDILAH (1603586)

14

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

2.9 Skema Jaringan Irigasi Skema jaringan irigasi merupakan bagan yang dibuat dari peta layout awal yang memuat bangunan-bangunan irigasi, saluran pembawa dan pembuang. Pembuatan skema ini bertujuan memudahkan dalam pemberian nama bangunan dan saluran. Skema ini selain memuat tata nama juga memuat luas petak area persawahan, panjang saluran, debit rencana dan ketinggian bangunan. 2.10

Skema Bangunan Irigasi Skema bangunan merupakan skema yang memuat bangunan utama maupun

bangunan pelengkap. Penggambaran skema irigasi dan skema bangunan dalam pembuatannya harus berdasarkan pada Kriteria Perencanaan (KP 07) standar penggambaran. Pembuatan skema bangunan maupun skema irigasi tidak pernah lepas dari layout awal. Semua yang ada pada peta menjadi acuan untuk pembuatan skema. 2.11 Dimensi Saluran dan Perhitungan Muka Air Untuk mendimensi saluran pembawa dapat dihitung berdasarkan dua kriteria. Kriteria tersebut antara lain : 1. Perhitungan dimensi jika Saluran yang sudah ada Sebaiknya dalam perencanaan dimensi saluran yang sudah ada lebar dasar, kemiringan dasar, dan tebing saluran yang ada dipertahankan. Perubahan yang masih memungkinkan diubah, terbatas pada tinggi muka air dan tinggi jagaan. Langkah-langkah perencanaannya dihitung dengan menggunakan rumus stickler : V = k. R2/3. I1/2 Q = A. V Luas penampanguntuk saluran berbentuk trapesium : A = h2 (n+m) = h (b + mh) P = h (n +2√(1 +m2)) = b + 2h √(1 + m2) R = A/P Langkah perhitungan selanjutnya : a. Dicobakan kedalaman air h = h0 b. Kecepatan yang sesuai dihitung dengan persamaan:

FAJAR ABDILAH (1603586)

15

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

b+2 h √ 1+m2 ( b+mh ) h 1/ 2 ×I ¿ 2/ 3 ¿ V =k ¿ c. Luas penampang basah diperlukan: A0 = Q/V0 d. Dari A0 hitung kedalaman air yang baru : h1 = √ A0 / (n+m) e. Bandingkan h1 dan h0 Jika h1 – h0 ≤ 0,005 maka h1 = h memenuhi syarat Jika h1 – h0 ≥ 0,005 maka h1 tidak memenuhi syarat, ambil h1 yang baru, hitung lagi seperti prosedur semula sampai didapat h1 – h0 ≤ 0,005 f. Masukan harga b, h, k, m, n kedalam rumus stickler, maka akan ketemu V dan I 2. Perhitungan dimensi jika saluran belum ada Dalam perencanaan jaringan irigasi teknis pada laporan ini belum ada saluran, sehingga perlu direncanakan dengan langkah sebagai berikut : a. Tentukan Qd dan I, hal ini menghasilkan titik-titik dengan harga khusus Q d dan I b. Plot titik- titik Qd – I untuk masing-masing saluran berikutnya sampai terakhir c. Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran atau < 0,70 m/dt d. Garis Qd – I, makin ke hilir atau Qd makin kecil, I √R menjadi semakin besar Perencanaan dalam mendimensi saluran pasangan : a. Kegunaan pasangan adalah untuk mengurangi kehilangan air akibat rembesan, gerusan atau erosi, tumbuhanair, mengurangi biaya pemeliharaan, memperkecil lengkung, pembebasan tanah lebih kecil b. Jenis-jenis pasangan : pasangan batu, beton dan tanah c. Kecepatan maksimum yang diizinkan sebagai berikut N

Jenis Pasangan

Kecepatan (V)

o 1 2 3

Pasangan batu Pasangan beton Pasangan tanah

2 m/det 3 m/det Sesuai dengan struktur tanah

FAJAR ABDILAH (1603586)

16

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

Dalam perencanaan, semua saluran baik saluran induk, sekunder maupun tersier direncanakan dengan konstruksi tanah atau dengan perkataan lain salurannya adalah saluran tanah. a.

Bentuk hidraulis dan kriteria 1.

Penampang saluran berbentuk trapesium.

2.

Kecepatan minimum (V) = 0.25 m/det

3.

Lebar dasar minimum (b) = 0.30 m

4.

Perbandingan antara b; h; v; dan kemiringan talud (m) tergantung dari debit. Tabel 2.1 hubungan antara Q, b, h, V dan m Kecepatan air

Kemiringan talud

1

V (m/dt) 0,25 - 0,30

(m) 1:1

0,15 - 0,30

1

0,30 - 0,35

1:1

0,30 - 0,40

1,5

0,35 - 0,40

1:1

0,40 - 0,50

1,5

0,40 - 0,45

1:1

0,50 - 0,75

2

0,45 - 0,50

1:1

0,75 - 1,15

2

0,50 - 0,55

1:1½

1,50 - 3,00

2,5

0,55 - 0,60

1:1½

3,00 - 4,50

3

0,60 - 0,65

1:1½

4,50 - 6,00

3,5

0,65 - 0,70

1:1½

6,00 - 7,50

4

0,70

1:1½

7,50 - 9,00

4,5

0,70

1:1½

Q

b/h

0,00 - 0,15

5. Free board (F) tergantung dari debit Tabel 2.2 free board Q (m3/det) 0,00 – 0,30

F (m) 0,30

0,30 – 0,50

0,40

0,50 – 1,50

0,50

1,50 – 15,0

0,60

FAJAR ABDILAH (1603586)

17

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

FAJAR ABDILAH (1603586)

18

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

6. Lebar tanggul (W) Tabel 2.3 Lebar Tanggul Saluran Induk

W (m) 2,00

Sekunder

1,50

Tersier

0,50

7. Jari-jari belokan pada as saluran 3-7 kali lebar muka air 8. Kapasitas saluran ditentukan oleh luas areal (A), angka pemberian air (a) dan koefisien lengkung tegal -

Rumus saluran Terbuka dengan penampang trapesium Q=FxV F = (b + mh) h O = b + 2h

√ m2+1

R = F/ O Rumus strickler : V = K. R2/3 I1/2 Dimana : Q = debit saluran (m3/ dt) F = Luas penampang basah saluran (m2) V = Kecepatan aliran air (m/ dt) O = keliling basah saluran (m) R = jari-jari hidraulis (m) K = koefisien kekasaran Strickler Untuk debit tertentu nilai K dapat dilihat pada tebel koefisien strickler Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Strickler Saluran Saluran induk dan sekunder Q> 10 m3/ dt

K 50

Saluran Induk dan Sekunder s , Q , 10 m3/dt

47, 50

Saluran induk dan sekunder Q< 5 m3/dt

45

Saluran muka

40, 50

Saluran tersier a) Luas penampang basah diperlukan: A0 = Q/V0

40

b) Dari A0 hitung kedalaman air yang baru : h1 = √ A0 / (n+m)

FAJAR ABDILAH (1603586)

19

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

c) Bandingkan h1 dan h0 d) Jika h1 – h0 ≤ 0,005 maka h1 = h memenuhi syarat e) Jika h1 – h0 ≥ 0,005 maka h1 tidak memenuhi syarat, ambil h1 yang baru, hitung lagi seperti prosedur semula sampai didapat h1 – h0 ≤ 0,005 f) Masukan harga b, h, k, m, n kedalam rumus stickler, maka akan ketemu V dan I 3. Perhitungan dimensi jika saluran belum ada Dalam perencanaan jaringan irigasi teknis pada laporan ini belum ada saluran, sehingga perlu direncanakan dengan langkah sebagai berikut : a. Tentukan Qd dan I, hal ini menghasilkan titik-titik dengan harga khusus Q d dan I b. Plot titik- titik Qd – I untuk masing-masing saluran berikutnya sampai terakhir c. Tentukan V dasar yang diizinkan untuk setiap ruas saluran atau < 0,70 m/dt d. Garis Qd – I, makin ke hilir atau Qd makin kecil, I √R menjadi semakin besar Untuk merencanakan muka air rencana saluran, harus tersedia data-data topografi dalam jumlah yang memadai. Setelah layout pendahuluan selesai, trase saluran yang diusulkan diukur. Elevasi sawah harus diukur 7,5 m diluar as saluran irigasi atau pembuang yang direncanakan tiap interval 50 m pada lokasi-lokasi khusus. Hal tersebut menjadi penting karena : a. Saluran kuarter harus memberi air kesawah-sawah ini b. Pembuang kuarter dan tersier menerima kelebihan air dari sawah-sawah ini c. Jalan inspeksi atau jalan petani 0,5 m diatas permukaan sawah ini d. Kedalaman pondasi bangunan dikaitkan langsung dengan elevasi sawah asli Jika saluran-saluran yang sudah ada masih tetap akan dipakai, maka elevasi tanggulnya juga harus diukur. Hasil-hasil pengukuran akan disajikan dalam bentuk gambar situasi (1 : 2000) dan potongan memanjang (skala horizontal 1 : 2000, vertikal 1 : 50). Tidak diperlukan potongan melintang, kecuali untuk standar potongan untuk setiap sketsa dengan dimensi yang sama. Tetapi potongan melintang pada daerah bergelombang digambar pada jarak 100 m.

FAJAR ABDILAH (1603586)

20

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

Pada elevasi (head) yang ada diantar elevasi sawah dengan elevasi air di jaringan utama harus diketahui. Elevasi air di jaringan utama dari jaringan irigasi yang ada dapat diperoleh dari gambar-gambar rencana atau gambar purnalaksana (as-bulit drawings). Jika gambar-gambar semacam itu tidak ada, maka elevasi tersebut harus ditentukan dengan mengandalkan pengukuran detail pada bangunan sadap serta elevasi ambang bangunan ukur. Elevasi muka air yang diperlukan disaluran primer/sekunder di hulu bangunan sadap tersier dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : P = A + a + b +nc + d+ me+ f + g + ∆H + z Dimana : P

= muka air yang dibutuhkan jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier

A

= elevasi sawah yang menentukan di petak tersier

a

= kedalaman air sawah (- 10 cm)

b

= kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah (-10 cm))

n

= jumlah boks bagi kuarter pada saluran yang direncanakan

c

= kehilangan energi di boks bagi kuarter (5-15 cm/ boks)

d

= kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran tersier dan kuarter (I x L cm)

m

=

jumlah boks tersier pada saluran yang direncanakan

e

= kehilangan energi di boks tersier (-10 cm)

f

= kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (-5 cm/ gorong-gorong)

g

= kehilangan tinggi energi di pintu Romijn (- 2/3 h)

∆H = variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier (-0,18 h100) z

= kehilangan tinggi energi bangunan-bangunan tersier yang lain

h100 = kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder pada bangunan sadap

FAJAR ABDILAH (1603586)

21

[Pick the date]

2.12

REKAYASA IRIGASI I

Perhitungan dan Skema Muka Air Untuk merencanakan muka air rencana saluran, harus tersedia data-data

topografi dalam jumlah yang memadai. Setelah layout pendahuluan selesai, trase saluran yang diusulkan diukur. Elevasi sawah harus diukur 7,5 m diluar as saluran irigasi atau pembuang yang direncanakan tiap interval 50 m pada lokasilokasi khusus. Hal tersebut menjadi penting karena : a. Saluran kuarter harus memberi air kesawah-sawah ini b. Pembuang kuarter dan tersier menerima kelebihan air dari sawah-sawah ini c. Jalan inspeksi atau jalan petani 0,5 m diatas permukaan sawah ini d. Kedalaman pondasi bangunan dikaitkan langsung dengan elevasi sawah asli Jika saluran-saluran yang sudah ada masih tetap akan dipakai, maka elevasi tanggulnya juga harus diukur. Hasil-hasil pengukuran akan disajikan dalam bentuk gambar situasi (1 : 2000) dan potongan memanjang (skala horizontal 1 : 2000, vertikal 1 : 50). Tidak diperlukan potongan melintang, kecuali untuk standar potongan untuk setiap sketsa dengan dimensi yang sama. Tetapi potongan melintang pada daerah bergelombang digambar pada jarak 100 m. Pada elevasi (head) yang ada diantar elevasi sawah dengan elevasi air di jaringan utama harus diketahui. Elevasi air di jaringan utama dari jaringan irigasi yang ada dapat diperoleh dari gambar-gambar rencana atau gambar purnalaksana (as-bulit drawings). Jika gambar-gambar semacam itu tidak ada, maka elevasi tersebut harus ditentukan dengan mengandalkan pengukuran detail pada bangunan sadap serta elevasi ambang bangunan ukur. Elevasi muka air yang diperlukan disaluran primer/sekunder di hulu bangunan sadap tersier dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : P = A + a + b +nc + d+ me+ f + g + ∆H + z Dimana : P

= muka air yang dibutuhkan jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier

A

= elevasi sawah yang menentukan di petak tersier

a

= kedalaman air sawah (- 10 cm)

FAJAR ABDILAH (1603586)

22

[Pick the date]

b

REKAYASA IRIGASI I = kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah (-10 cm))

n

= jumlah boks bagi kuarter pada saluran yang direncanakan

c

= kehilangan energi di boks bagi kuarter (5-15 cm/ boks)

d

= kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran tersier dan kuarter (I x L cm)

m

=

jumlah boks tersier pada saluran yang direncanakan

e

= kehilangan energi di boks tersier (-10 cm)

f

= kehilangan tinggi energi di gorong-gorong (-5 cm/ gorong-gorong)

g

= kehilangan tinggi energi di pintu Romijn (- 2/3 h)

∆H = variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier (-0,18 h100) z

= kehilangan tinggi energi bangunan-bangunan tersier yang lain

h100 = kedalaman air rencana di saluran primer atau sekunder pada bangunan sadap 2.13 Penggambaran Situasi dan Profil Memanjang Sebelum memulai penggambaran profil memanjang maupun profil melintang setidaknya harus dipersiapkan terlebih dahulu data-data yang diperlukan. Penyelesaian potongan memanjang membutuhkan

data sebagai

berikut : a. Muka air yang tepat dibutuhkan pada bangunan sadap b. Panjang ruas yang tepat c. Kehilangan energi yang tepat pada bangunan d. Kemiringan saluran yang tepat untuk setiap ruas saluran e. Potongan melintang yang tepat f. Lokasi ruas-ruas saluran yang harus diberi pasangan Selama pembuatan perencanaan pendahuluan, dibuat asumsi-asumsi untuk kehilangan tinggi energi dibangunan. Ini berarti bahwa karakteristik hidrolis bangunan harus dihitung kembali berdasarkan hasil penyelidikan. Sebelum potongan melintang saluran ditetapkan, karakteristik tanah atau batuan dimana saluran akan dibuat harus diselidiki guna mengetahui : FAJAR ABDILAH (1603586)

23

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

a. Stabilitas talut (galian dan timbunan) b. Penurunan tanggul timbunan c. Kehilangan air akibat perkolasi dan Erosi Sifat-sifat tanah pun ikut menentukan apakah standar yang diberikan untuk dimensi saluran pada tabel 4.1 masih dapat dipakai. Mungkin diperlukan perubahan-perubahan jika : a. Kemiringan talut disesuaikan demi stabilitas talut tersebut (m lebih besar) atau bila saluran terletak pada formasi (m lebih kecil) b. Jika terdapat kehilangan air akibat perkolasi atau erosi maka diperlukan pasangan (k lebih besar) c. Aspek ekonomi atau tanah yang tersedia memerlukan penyesuaian perbandingan antara lebar dasar dan kedalaman air (misalnya saluran itu melewati daerah pedesaan)

FAJAR ABDILAH (1603586)

24

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I BAB III METODE PEKERJAAN JARINGAN IRIGASI

3.1 Metode Perencanaan Peta Petak Irigasi 1.

Siapkan peta topografi dengan skala 1: 20.000.

2.

Menentukan letak bendung di sungai, berikan nama bendung sesuai dengan nama sungai, contoh untuk Sungai Berenong, maka nama bendungnya diberi nama Bendung Berenong atau BB, kemudian diberi angka nol (0) sehingga nama bendung itu menjadi BB0.

3.

Tarik saluran pembuang di lembah atau saluran pembuang alami dengan warna merah.

4.

Tarik saluran induk dengan warna biru, garis, titik, garis

sejajar

garis tinggi (kontur), setiap 1 km turunkan sekitar 40 – 50 cm. Nama saluran induk disesuaikan dengan nama sungai, contoh Saluran Induk Berenong Kiri ruas 1, Saluran Induk Berenong Kiri ruas 2, dst. 5.

Tentukan tempat untuk bangunan Bagi atau Sadap di saluran Induk tadi (cari lokasi sehingga bangunan itu dapat membagikan airnya ke sekitarnya). Berikan nama bangunan itu sesuai dengan urutan bangunan sejak bangunan pertama. Contoh : BBKi1, BBKa1, BBKa2, dst.

6.

Ruas antara bendung dan bangunan pertama (BB0 – BBKa1) merupakan saluran Induk Berenong Kanan ruas 1; antara BBKa1 – BBKa2 merupakan saluran Induk Berenong Kanan Ruas 2, dst

7.

Tarik saluran sekunder melalui punggung atau tegak lurus kontur, namakan saluran sesuai dengan nama kampung yang dilewati atau yang dekat dengan saluran sekunder tersebut.

8.

Bangunan bagi/sadap yang ada di saluran sekunder Berenong ini diberi nama Bangunan sesuai abjad, disingkat BA, BB, BC, BD dst.

9.

Saluran Sekunder Ruas 1, adalah saluran yang menghubungi bangunan bagi di saluran induk/sekunder dengan bangunan pertama saluran sekunder. (contoh SSARs1) atau Saluran Sekunder Ruas 1.

3.2MetodePerhitungan Luas Petak Tersier Dalam perencanaan irigasi, luas petak tersier dibatasi antara 20 ha – 60 ha. FAJAR ABDILAH (1603586)

25

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

3.3MetodePerhitungan Kapasitas Saluran Saluran Tersier Qt =

Saluran Sekunder

Saluran Primer

NFR × A NFR × A NFR × A Qt = Qt= 0,8 0,8 × 0,9 0,8 × 0,9× 0,9

3.4 MetodePerhitungan Dimensi Saluran 2/ 3

V =k × R × I

1 /2

Q=V × A A=b ×h+m ×h2 =(n+ m)×h2 P=b+ 2 h √1+m =( n+2 √ 1+m ) h 2

R=

2

h( n+ m) A = P n+2 √1+ m2

3.5 MetodePerhitungan Elevasi Saluran Data : 1) Elevasi sawah tertinggi, dilihat dari peta perencanaan daerah irigasi, pilih salah satu elevasi tertinggi dari setiap saluran di satu bangunan. 2) Panjang saluran (L) = dilihat dari peta perencanaan daerah irigasi, dengan mengukur panjang setiap saluran di elevasi tertinggi. 3) Kemiringan saluran (I) = didapat di tabel dimensi saluran. 4) Elevasi muka air Down Water Level (DWL) = El sawah tertinggi + 1,8.h 5) Elevasi muka air Up Water Level (UWL) = El DWL + (L x I) 6) El. MA. Tertinggi bangunan = dilihat dari El.MA. UWL bangunan yang paling tinggi 7) El. Muka tanah asli = diambil dari elevasi sawah tertinggi. 3.6 MetodePenggambaran Profil Memanjang dan Melintang Sebelum memulai penggambaran profil memanjang maupun profil melintang setidaknya harus dipersiapkan terlebih dahulu data-data yang diperlukan. Penyelesaian potongan memanjang membutuhkan data sebagai berikut :

FAJAR ABDILAH (1603586)

26

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I a. Muka air yang tepat dibutuhkan pada bangunan sadap. b. Panjang ruas yang tepat c. Kemiringan saluran yang tepat untuk setiap ruas saluran d. Potongan melintang yang tepat e. Lokasi ruas-ruas saluran yang harus diberi pasangan Sebelum potongan melintang saluran ditetapkan, karakteristik tanah atau

batuan dimana saluran akan dibuat harus diselidiki guna mengetahui : a. Stabilitas talut (galian dan timbunan) b. Penurunan tanggul timbunan c. Kehilangan air akibat perkolasi dan Erosi Sifat-sifat tanah pun ikut menentukan apakah standar yang diberikan untuk dimensi saluran masih dapat dipakai. Mungkin diperlukan perubahanperubahan jika : a.

Kemiringan talut disesuaikan demi stabilitas talut tersebut (m lebih besar) atau bila saluran terletak pada formasi (m lebih kecil)

b. Jika terdapat kehilangan air akibat perkolasi atau erosi maka diperlukan pasangan (k lebih besar). c.

Aspek ekonomi atau tanah yang tersedia memerlukan penyesuaian perbandingan antara lebar dasar dan kedalaman air (misalnya saluran itu melewati daerah pedesaan)

FAJAR ABDILAH (1603586)

27

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Trase Tarik saluran induk/primer dengan warna biru, garis, titik, garis sejajar garis tinggi (kontur), setiap 1 km turunkan sekitar 40 – 50 cm. Nama saluran induk disesuaikan dengan nama sungai, contoh Saluran Induk Berenong Kiri ruas 1, Saluran Induk Berenong Kiri ruas 2, dst. Untuk menentukan trase saluran primer,

4.2 Penentuan Bangunan 4.3 Penentuan Petak 4.4 Pembuatan Potongan Memanjang Saluran 4.5 Rekapitulasi Bangunan Petak 4.6 Pembuatan Skema Bangunan dan Skema Jaringan 4.7 Perhitungan Dimensi Saluran 4.8 Rekapitulasi Dimensi Saluran 4.9 Pembuatan Skema Muka Air

FAJAR ABDILAH (1603586)

28

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari pembahasan makalah tentang system irigasi di Indonesia ini adalah :

1. Irigasi memang sangat penting bagi lahan yang kurang ketersediaan airnya.

2. Sistem irigasi di Indonesia ini pernah diabaikan, selama periode sebelum era orde baru. Persyaratan dalam pembuatan bangunan ukur diantaranya dilakukan terhadap kondisi fisik dan hidraulik pada lokasi yang diusulkan. Pemilihan lokasi ambang harus memperhatikan hal-hal berikut (Anonim, 2000) : 1. Tersedia panjang dan lebar saluran dengan penampang yang teratur. 2. Distribusi kecepatan 3. Menghindari adanya terjunan 4. Keadaan aliran di hilir 5. Kekedapan tanah tempat bangunan 6. Stabilitas tanggul 7. Pembersihan dasar saluran 8. Pengaruh angin 5.2 Saran Penelitian terhadap pengaruh pengendapan sedimen di bangunan ukur debit terhadap keakuratan pengukuran diperlukan untuk mengetahui batas

FAJAR ABDILAH (1603586)

29

[Pick the date]

toleransi

REKAYASA IRIGASI I maksimal

pengendapan

sedimen

di

bangunan

ukur

pemberian/pembagian air tetap sesuai dengan yang direncanakan.

FAJAR ABDILAH (1603586)

30

agar

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

DAFTAR PUSTAKA Nugraha, Yuda. Tugas Besar Irigasi dan Bangunan Air I. Data Pribadi. 2013. Radjulaini, Drs, MPd., Panduan Perencanaan Sistem Jaringan Irigasi, Jurusan Pendidikan Teknik Sipil, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia. 2009.

FAJAR ABDILAH (1603586)

31

[Pick the date]

REKAYASA IRIGASI I

FAJAR ABDILAH (1603586)

32

Related Documents

Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84
Laporan
December 2019 84
Laporan
October 2019 101

More Documents from "Maura Maurizka"